Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

DENGAN DIAGNOSA MEDIS SEVERE ACUTE RESPIRATORY


SYNDROME (SARS)

MATA KULIAH : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


DOSEN PENGAMPU : JOHANA TUEGEH, S.Pd,S.SiT,M.Kes

DISUSUN OLEH:
FADELIA F.T NAUMANG
NIM. 711440122039

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan yang maha esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi saya sebagai penyusun
merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................1
Daftar isi................................................................................................................................2
BAB 1 Pendahuluan
1.1Latar Belakang............................................................................................................3
1.2Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3Tujuan.........................................................................................................................5
BAB 2 Tinjauan Teori
2.1....................................................................................................................................6
2.2………………………………………………………………………………………7
2.3………………………………………………………………………………………8
2.4………………………………………………………………………………………9
2.5………………………………………………………………………………………10
2.6………………………………………………………………………………………11
2.7………………………………………………………………………………………12
2.8………………………………………………………………………………………13
BAB 3 Penutup
3.1Simpulan....................................................................................................................
3.2Saran...........................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan keperawatan teoritis SARS menggambarkan kompleksitas serta dampak
signifikan yang dihasilkan oleh penyakit Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Pada
awalnya, SARS muncul pada tahun 2002 di provinsi Guangdong, Tiongkok, sebelum dengan
cepat menyebar secara global pada tahun 2003, menciptakan situasi darurat kesehatan yang
membutuhkan respons cepat dan terkoordinasi dari berbagai negara.
Epidemiologi SARS memberikan gambaran tentang karakteristik penularannya yang
cepat melalui droplet pernapasan, menunjukkan kebutuhan mendesak akan strategi
pencegahan dan pengendalian yang efektif. Kasus pertama SARS terdeteksi di lingkungan
pasar hewan hidup, yang menandakan pentingnya pemahaman terhadap asal usul penyakit
menular dan peran zoonosis dalam penyebarannya.
Dampak SARS tidak hanya terbatas pada sektor kesehatan, tetapi juga merambah ke
aspek ekonomi dan psikososial. Penutupan fasilitas umum, pembatasan perjalanan, dan
kekhawatiran akan penularan menyebabkan ketidakpastian dalam masyarakat. Oleh karena
itu, mengembangkan pendekatan asuhan keperawatan teoritis yang holistik menjadi krusial
dalam menanggapi SARS, mencakup manajemen gejala pernapasan, dukungan psikososial
bagi pasien dan keluarga, serta implementasi langkah-langkah pencegahan penularan di
lingkungan kesehatan.
Kesadaran akan karakteristik penyakit ini menjadi landasan utama bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan yang efektif. Pemahaman mendalam terhadap patofisiologi
SARS, penanganan yang tepat, dan koordinasi yang baik antarprofesional kesehatan akan
berkontribusi positif terhadap perbaikan kondisi pasien dan pengendalian penyebaran
penyakit ini.

1.2 Rumusan Masalah


1.
2.
3.

1.3 Tujuan
1.
2.
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
SARS (severe Acute Respiratory Syndrome) yang dikenal juga sebagi pneumonia atorpik.
Sever acute respiratory syndrome – coronavirus (SARS) merupakan suatu penyakit yang
serius dan disebabkan oleh infeksi virus coronavirus. Penyakit dengan gejala infeksi saluran
pernafasan berat disertai dengan gejala saluran pencernaan yang prosentasenya belum
diketahui secara pasti. SARS-CoV biasanya tidak stabil bila berada dalam lingkungan.
Namun virus ini dapat bertahan berhari-hari pada suhu kamar. Virus ini juga mampu
mempertahankan viabilitasnya dengan baik bila masih berada di dalam feces (World
HealthOrganization, 2010).
2.2 Etiologi
SARS disebabkan oleh coronavirus yang pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron
sama dengan coronavirus pada binatang. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar
selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Virus SARS
kehilangan infektivitasnya terhadap berbagai disinfektan dan bahan-bahan fiksasi. Pada
pemanasan dengan suhu 54°C (132.8°F) akan membunuh coronavirus SARS dengan
kecepatan sekitar 10.000 unit per 15 menit.
Penyakit SARS yang disebabkan oleh coronavirus dan menyerang manusia merupakan
keadaan di mana coronavirus yang infektif terhadap beberapa hewan mengalami mutasi dan
berevolusi untuk kemudian menjadi patogen terhadap beberapa kelompok hewan lainnya dan
juga pada manusia.
Cara Penularan SARS (World Health Organization, 2010)
Penularan virus SARS terutama terjadi akibat kontak orang ke orang denagn penderita
SARS yang menular melalui udara, pernapsan, berasal dari batuk atau bersin penderita.
Selain itu bahan-bahan yang berasal dari tubuh penderita misalnya dahak dan cairan tubuh
lainnya (darah, urine, air liur penderita) yang mencemari benda-benda yang dipegang oleh
seseorang yang kemudian mengusap mulut, hidung atau matanya. Diduga juga menularkan
virus ini. Virus juga dapat menular melalui mulut, hidung dan mata yang tersentuh benda
yang tercemar bahan infeksi berasal dari penderita SARS. Kontak langsung dengan pendertita
melalui ciuman, makan minum dari menggunakan alata makan dan gelas yang sama,
menyantuh penderita secara langsung atau berbiacara dengan penderita kuransg dari 3 kaki
merupakan cara penularan utama virus SARS dari penderota ke orang lain.
2.3 Patofisiologi
Menurut hasil pemeriksaan post mortem yang dilakukan, diketahui sars memiliki 2 fase
dalam pathogenesis. Fase awal terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini terjadi
proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang eksudatif. Fase ini
dicirikan dengan adanya infiltrasidari campuran sel-sel inflamasi serta edema dan
pembentukan membrane hialin.
Membran hialin terbentuk dari endapan protein plasma serta debris nucleus dan
sitoplasma sel sel epitel paru (pneumonia) yang rusak. Dengan adanya nekrosis sel-sel epitel
paru maka barrier antara sirkulasi darah dan jalan udara menjadi hilang sehingga cairan yang
berasal dari pembuluh darah kapiler paru menjadi bebas untuk masuk kedalam ruang
alveolus. Namun demikian, karena keterbatasan jumlah pasien SARS yang meninggal untuk
diautopsi, maka masih belum dapat dibuktikan apakah kerusakan epitel paru disebabkan efek
toksik virus secara langsung atau sebagai akibat dari respon imun tubuh. Pada tahap eksudatif
ini.RNA dan antigen virus dapat diidentifikasi dari makrofag alveolar dan sel epitel paru
dengan menggunakan mikroskop electron.
Fase selanjutnya tepat setelah 10 hari perjalanan penyakit dan ditandai dengan perubahan
pada DAD eksudatif menjadi DAD yang terorganisir. Pada periode ini, terdapat metaplasia
sel epitel skuamosa bronkial, bertambahnya ragam sel dan fibrolisis pada dinding dan lumen
alveolus. Pada fase ini tampak dominasi pneumosit tipe 2 dengan pembesaran nucleus, serta
nucleoli yang eosinofilik.
Selanjutnya sering kali ditemukan sel raksasa dengan banyak nucleus (multinucleated
giant cells) di dalam rongga alveoli. Seperti infeksi CoV lainnya, maka sel raksasa tersebut
awalnya diduga sebagai akibat langsung dari CoV SARS. Tetapi setelah dilakukan
pemeriksaan imunoperoksidase dan hibridisasiin situ, didapatkan bahwa CoV SARS justru
berada didalam jumlah yang rendah. Maka disimpulkan, bahwa pada fase ini berbagai proses
patologis yang terjadi tidak diakibatkan langsung oleh karena replikasi virus yang terus
menerus, melainkan karena beratnya kerusakan sel epitel paru yang terjadi pada tahap DAD
eksudatif dan diperberat dengan penggunaan ventilator.
2.4 Pathway

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang untuk SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) meliputi:
1. PCR (Polymerase Chain Reaction): Digunakan untuk mendeteksi materi genetik virus
SARS-CoV-2 dalam sampel pernapasan.
2. Tes Antigen: Memeriksa keberadaan antigen virus dalam sampel, memberikan hasil
cepat, tetapi mungkin kurang sensitif dibandingkan PCR.
3. Serologi (Tes Antibodi): Mengukur antibodi yang dihasilkan sebagai respons terhadap
infeksi virus. Tes IgM dapat menunjukkan infeksi baru, sementara IgG menunjukkan
kekebalan yang telah terbentuk.
4. Tomografi Komputer (CT) Paru: Menunjukkan gambaran visual tentang kerusakan
paru yang mungkin terjadi akibat infeksi SARS.
5. Pemeriksaan Darah Lengkap (CBC): Menyediakan informasi tentang jumlah sel darah
merah, sel darah putih, dan trombosit, membantu menilai tingkat keparahan infeksi.
2.6 Manifestasi Klinik
1. Gejala umum seperti flu
2. Temperature diatas 38° C selama lebih dari 24 jam
3. Adanya batuk ringan sampai berat (batuk yang diasosiasikan dengan SARS cenderung
batuk kering)
4. Satu lebih gelaja saluran pernafasan bagian bawah yaitu batuk, nafas pendek dan
kesulitan bernafas
5. Sakit Kepala, kaku otot, anoeksia, lemah, bercak merah pada kulit, bingung dan diare
6. Gejala Khas seperti gejala diatas menjadi semakin berat dan cepat dan dapat menjadi
peradangan paru (pneumonia),jika terlambat dapat .Masa inkubasi 2-10 hari.
7. Satu/lebih keadaan beikut (dalam 10 terakhir)
a. Ada riwayat kontak erat dengan seseorang yang diyakini menderita SARS
b. Sebelum sakit mempunyai riwayat berpergian kedaerah geografis yang tercatat
sebagai daerah dengan penularan penyakit SARS
c. Tinggal di daerah dengan tranmisi lokal SARS
8. Suspek case SARS jika foto dada terbukti ditemukan infiltrate yang sesuai dengan
pneumonia atau sindrom distress pernafasan akut.
9. Pemeriksaan Laboraturium ditemukan hasil:
a. Limfoma, leucopenia, dan trombositopenia pada pemeriksaan sederhana
menunjukkan hitung leukosit kurang dari 3.5x109/L dan limfopenia kurang
dari 1x10/L
b. Hiponatremia dan hipokalemia ringan
c. Peningkatan LDH.ALT dan kadar transaminase hepar
d. Peningkatan kadar kreatinin kinase (CK)
10. Infeksi SARS-CoV tidak dapat dipastikan jika:
a. Dalam serum pada masa konvalesens (serum yang diambil 28 hari atau lebih
setelah awita gejalanya) tidak ditemukan antibody terhadap SARS-CoV
b. Tes laboratutirum tidak dikerjakan atau tidak lengkap.
Gejala lainnya sakit kepala, otot terasa kaku, diare yang tak kunjung henti, timbul bintik-
bintik merah pada kulit, dan badan lemas beberapa hari. Ini semua adalah gejala yang kasat
mata bisa dirasakan langsung oleh orang yang diduga menderita SARS itu. Tapi gejala itu
tidak cukup kuat jika belum ada kontak langsung dengan pasien. Tetap diperlukan
pemeriksaan medis sebelum seseorang disimpulkan terkena penyakit ini. Paru-parunya
mengalami radang, limfositnya menurun, trombositnya mungkin juga menurun. Kalau sudah
berat, oksigen dalam darah menurun dan enzim hati akan meningkat. Ini semua gejala yang
bisa dilihat dengan alat medis. Tapi semua gejala itu masih bisa berubah. Penelitian terus
dilangsungkan sampai sekarang. (Smeltzer & Bare, 2001).

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang untuk SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) meliputi:
1. PCR (Polymerase Chain Reaction): Digunakan untuk mendeteksi materi genetik virus
SARS-CoV-2 dalam sampel pernapasan.
2. Tes Antigen: Memeriksa keberadaan antigen virus dalam sampel, memberikan hasil
cepat, tetapi mungkin kurang sensitif dibandingkan PCR.
3. Serologi (Tes Antibodi): Mengukur antibodi yang dihasilkan sebagai respons terhadap
infeksi virus. Tes IgM dapat menunjukkan infeksi baru, sementara IgG menunjukkan
kekebalan yang telah terbentuk.
4. Tomografi Komputer (CT) Paru: Menunjukkan gambaran visual tentang kerusakan
paru yang mungkin terjadi akibat infeksi SARS.
5. Pemeriksaan Darah Lengkap (CBC): Menyediakan informasi tentang jumlah sel darah
merah, sel darah putih, dan trombosit, membantu menilai tingkat keparahan infeksi.

2.8 Penatalaksanaan
Hal yang berperan dalam penanganan penderita SARS adalah status penderita. Pada kasus
pasien suspect dan probable tindakan yang dilakukan adalah:
a. Isolasi penderita di Rumah Sakit
b. Pengambilan sampel (sputum, darah, serum, urin) dan foto toraks untuk
menyingkirkan pneumonia yang atipikal
c. Pemeriksaan leukosit, trombosit, kreatinin fosfokinase, tes fungsi hati, ureum dan
elektrolit, C reaktif protein dan serum pasangan (paired sera).
d. Pemberian antibiotikla selama perawatan untuk pengobatan pneumonia akibat
lingkungan (community-aquired pneumonia) termasuk pneumonia atipikal.
e. Pada SARS berbagai jenis antibiotika sudah digunakan namun sampai saat ini
hasilnya tidak memuaskan, dapat diberikan ribavirin dengan atau tanpa steroid.
f. Perhatian khusus harus diberikan pada tindakan yang dapat menyebabkan terjadinya
aerolization seperti nebulizer dengan bronkodilator, bronkoskopi, gastroskopi yang
dapat mengganggu sistem pernapasan.
Pengobatan dan vaksin penyakit ini belum ditemukan. Oleh karena itu penanganan
penderita SARS yang dianggap paling penting adalah terapi suportif, yaitu mengupayakan
agar penderita tidak mengalami dehidrasi dan infeksi sekunder. Sedangkan penggunaan
antibiotik spektrum luas sendiri merupakan sebuah tindakan pencegahan (profilaksis) untuk
mencegah infeksi sekunder (Ksiazek, 2003).
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
1) Pemeriksaan Umum
a. Identitas, meliputi nama klien, usia, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal masuk RS, dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama, klien biasanya merasakan nyeri dada dan pemeriksaan dapat
dilakukan dengan skala nyeri 0-10. Pengkajian nyeri secara mendalam
menggunakan pendekatan PQRST yang meliputi onset, prepitasi dan
penyembuh, kualitas dan kuantitas, intensitas, durasi, lokasi,
radiasi/penyeberan, serta onset.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Riwayat penyakit sekarang
Demam > 38oC, batuk, sesak, kesulitan napas.
b. Riwayat penyakit dahulu
- Kontak dekat dengan orang yang didiagnosis suspek atau probable SARS dalam
10 hari terakhir.
- Riwayat perjalanan ke tempat yang terkena wabah SARS dalam 10 hari terakhir.
- Bertempat tinggal ditempat yang terjangkau wabah SARS.
c. Riwayat kesehatan keluarga yang perlu dikaji atau ditanyakan yaitu apakah ada
yang mengidap penyakit sars di dalam keluarga.
d. Genogram
Untuk mengkaji genogram pada pasien dengan SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome), kita dapat mencatat riwayat keluarga pasien untuk menentukan
adanya faktor genetik yang mungkin memengaruhi kecenderungan terhadap
penyakit. Identifikasi anggota keluarga yang mungkin memiliki riwayat SARS
atau gejala serupa dapat membantu dalam penilaian risiko genetic.

3) Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon ( 11 Pola)


a. Pola Persepsi dan Kognitif
- Identifikasi pengetahuan pasien tentang SARS.
- Kaji pemahaman pasien terhadap informasi kesehatan yang diberikan.
- Amati tanda-tanda kebingungan atau kecemasan pada pasien.
b. Pola Tidur dan Istirahat
- Tinjau pola tidur pasien, apakah terjadi perubahan.
- Kaji faktor-faktor yang memengaruhi kualitas tidur, seperti batuk atau sesak
napas.
- Identifikasi strategi yang telah digunakan pasien untuk mengatasi kesulitan tidur.
c. Pola Nutrisi dan Metabolisme
- Tinjau asupan makanan pasien, khususnya jika ada penurunan nafsu makan.
- Amati perubahan berat badan dan tanda-tanda malnutrisi.
- Evaluasi kemampuan pasien untuk menjaga hidrasi yang adekuat.
d. Pola Eliminasi
- Kaji pola buang air besar dan buang air kecil.
- Pantau adanya gejala seperti diare atau konstipasi.
- Evaluasi kebutuhan pasien akan bantuan atau perubahan dalam pengelolaan
eliminasi.
e. Pola Aktivitas dan Latihan
- Tinjau tingkat kelelahan dan keterbatasan aktivitas pasien.
- Amati apakah terdapat penurunan toleransi terhadap latihan.
- Diskusikan rencana latihan yang sesuai dengan kondisi pasien.
f. Pola Hubungan dan Peran
- Identifikasi dukungan sosial yang tersedia bagi pasien.
- Tinjau perubahan peran dan tanggung jawab dalam keluarga atau masyarakat.
- Diskusikan perasaan isolasi atau kesepian yang mungkin dirasakan oleh pasien.
g. Pola Seksualitas dan Reproduksi
- Kaji apakah ada perubahan dalam fungsi seksual atau keinginan.
- Diskusikan kekhawatiran atau pertanyaan pasien terkait dampak SARS pada
reproduksi.
h. Pola Perilaku Kesehatan dan Pengembangan
- Tinjau kepatuhan pasien terhadap protokol pengobatan dan pencegahan SARS.
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi kepatuhan pasien.
- Diskusikan strategi untuk mempromosikan perubahan perilaku yang lebih sehat.
i. Pola Keamanan dan Perlindungan
- Tinjau pengetahuan pasien tentang langkah-langkah keamanan terkait SARS.
- Evaluasi adanya risiko infeksi sekunder dan tindakan pencegahan yang diambil
pasien.
- Amati penggunaan alat pelindung diri (APD) dan kepatuhan terhadap protokol
keamanan.
j. Pola Nilai dan Kepercayaan
- Identifikasi nilai-nilai atau keyakinan pasien terkait kesehatan dan penyakit.
- Diskusikan dampak SARS terhadap nilai-nilai spiritual atau kepercayaan pasien.
- Tinjau dukungan yang dapat diberikan oleh sistem keyakinan atau spiritual
pasien.
k. Pola Kebutuhan Dasar Manusi
- Tinjau pemenuhan kebutuhan dasar seperti kebutuhan akan udara bersih, nutrisi,
dan istirahat.
- Amati apakah ada hambatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar ini akibat
SARS.
- Diskusikan tindakan yang dapat diambil untuk memastikan pemenuhan
kebutuhan dasar yang memadai.

4) Pemeriksaan Fisik
- Perhatikan tanda-tanda vital seperti suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernapasan,
dan tekanan darah.
- Lakukan pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan, seperti auskultasi paru untuk
mendeteksi adanya gejala pneumonia.
- Periksa keadaan umum pasien, termasuk tanda-tanda kebingungan atau kesulitan
bernapas.
5) Pemeriksaan Penunjang
- Lakukan tes PCR untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2 dalam sampel pernapasan.
- Periksa gambaran radiologi dada, seperti foto thorax, untuk menilai adanya infiltrat
atau pneumonia.
- Evaluasi hasil tes darah, termasuk hitung darah lengkap (HDL), level oksigen dalam
darah, dan fungsi organ lainnya.

6) Terapi
- Berikan dukungan pernapasan jika diperlukan, seperti oksigenasi atau ventilasi
mekanis.
- Atur terapi cairan untuk menjaga kecukupan hidrasi pasien.
- Gunakan terapi antivirus atau antiviral yang sesuai dengan protokol pengobatan
terkini.
- Kelola gejala secara simptomatik, seperti penggunaan antipiretik untuk menurunkan
demam atau analgesik untuk mengurangi nyeri.

2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada pasien dengan SARS adalah
sebagai berikut:
1) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d adanya sekresi mukos
2) Pola napas tidak efektif b.d hiperventilasi (RR > 24x /menit ) atau hipoventilasi ( RR
< 16x /menit )
3) Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak kuat, takipneu, demam.

3. Intervesi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai