TUBERCULOSIS PARU
Oleh :
Mhd. Amrullah
Pembimbing :
dr. R.Merlinda Veronica, M.Ked(PD), Sp.PD
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan........................................................................................2
1.3. Manfaat Penulisan......................................................................................2
1.4. Metode Penulisan.......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Kesimpulan..............................................................................................20
3.2. Saran........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
TB adalah satu dari 10 penyebab kematian dan merupakan penyebab utama agen
infeksius. Pada tahun 2017, TB menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian (rentang, 1,2-
1,4 juta) di antara orang dengan HIV negatif dan terdapat sekitar 300.000 kematian
Diperkirakan terdapat 10 juta kasus TB baru (rentang, 9-11 juta) setara dengan 133
kasus (rentang, 120-148) per 100.000 penduduk. Di global, tahun 2017 terdapat
hampir separuhnya ada di tiga negara yaitu India (24%), China (13%), dan Rusia
(10%).1
pasien TBC di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina.
Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian.
Diperkirakan pada tahun 2015 ada 10,4 juta kasus baru TB di dunia, dimana 5,9 juta
(56%) terjadi pada pria, 3,5 juta (34%) terjadi pada wanita dan 1 juta (10%) terjadi
pada anak-anak, serta sekitar 1,4 juta orang meninggal karena TB. TB masih
1
2
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk membahas secara ringkas mengenai
definisi, etiologi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis, dan tatalaksana TB Paru.
penyakit TB Paru.
TINJAUAN PUSTAKA
Tuberkulosis (TBC) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycrobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan bronkus. TBC paru tergolong
penyakit air borne infection, yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernapasan
ke dalam paru-paru. Kemudian kuman menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya
melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui bronkus atau penyebaran
TB paru pada keadaan lanjut dapat menyebabkan penghancuran parenkim paru yang
progresif, luas dan ireversibel serta kerusakan pada fungsi paru. Foto toraks yang
menunjukkan penghancuran parenkim paru yang progresif, luas dan ireversibel akibat TB
paru disebut TB luluh paru. 4 TB luluh paru (Destroyed lung) merupakan hasil dari TB
progresif kronis menahun serta pengobatan yang tidak adekuat dan dapat menyebabkan
obstruksi jalan napas kronis dengan kombinasi kolaps paru distal, nekrosis dan infeksi
sekunder.2
merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran sangat kecil dengan panjang 1-4 µm
dengan tebal 0,3-0,6 µm. Sebagian besar komponen Mycrobacterium tuberculosis adalah
berupa lemak atau lipid yang menyebabkan kuman mampu bertahan terhadap asam serta zat
kimia dan faktor fisik. Kuman TBC bersifat aerob yang membutuhkan oksigen untuk
memiliki kandungan oksigen tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk
lambat, koloni akan tampak setelah kurang dari dua minggu atau bahkan terkadang setelah 6-
4
8 minggu. Lingkungan hidup optimal pada suhu 37°C dan kelembaban 70%. Kuman tidak
TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus.
Masuknya kuman TBC ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non
spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit kuman TBC dan biasanya sanggup
menghancurkan sebagian besar kuman TBC. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus,
makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TBC dan kuman akan bereplikasi
dalam makrofag. Kuman TBC dalam makrofag yang terus berkembang biak,
akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman
TBC di jaringan paru disebut Fokus Primer. Waktu yang diperlukan sejak masuknya
kuman TBC hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai
masa inkubasi TBC. Hal ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses
infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya
gejala penyakit. Masa inkubasi TBC biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu
dengan rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman
tumbuh hingga mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk
TBC primer adalah TBC yang terjadi pada seseorang yang belum pernah
kemasukan basil TBC. Bila orang ini mengalami infeksi oleh basil TBC, walaupun
segera difagositosis oleh makrofag, basil TBC tidak akan mati. Dengan semikian basil
TBC ini lalu dapat berkembang biak secara leluasa dalam 2 minggu pertama di
alveolus paru dengan kecepatan 1 basil menjadi 2 basil setiap 20 jam, sehingga
pada infeksi oleh satu basil saja, setelah 2 minggu akan menjadi
5
100.000 basil. TBC sekunder adalah penyakit TBC yang baru timbul setelah lewat 5
tahun sejak terjadinya infeksi primer. Kemungkinan suatu TBC primes yang telah
sembuh akan berkelanjutan menjadi TBC sekunder tidaklah besar, diperkirakan hanya
sekitar 10%. Sebaliknya juga suati reinfeksi endogen dan eksogen, walaupun semula
kematian.hal ini terutama ditentukan oleh efektivitas sistem imunitas seluler di satu
pihak dan jumlah serta virulensi basil TBC di pihak lain. Walaupun sudah sampai
timbul TBC selama masih minimal, masih ada kemungkinan bagi tubuh untuk
menyembuhkan dirinya sendiri bila sistem imunitas seluler masih berfungsi dengan
baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa TBC pada anak-anak umumnya adalah TBC
a. Penularan tuberkulosis
TB dalam dahaknya. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Infeksi akan terjadi
apabila seseorang menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius.
Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak yang mengandung
2) Infeksi Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6–14 minggu setelah infeksi.
Lesi umumnya sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup dalam lesi tersebut
(dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali tergantung dari daya tahun tubuh
manusia. Penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat terjadi sebelum
penyembuhan lesi.
• Tingkat daya tahan tubuh seseorang, Seseorang dengan daya tahan tubuh yang
rendah diantaranya infeksi HIV AIDS dan malnutrisi (gizi buruk) akan memudahkan
• Infeksi HIV. Pada seseorang yang terinfeksi TB, 10% diantaranya akan menjadi
sakit TB. Namun pada seorang dengan HIV positif akan meningkatkan kejadian TB.
Orang dengan HIV berisiko 20-37 kali untuk sakit TB dibandingkan dengan orang
meningkat pula.
• Pada pasien TB tanpa pengobatan, 50% diantaranya akan meninggal dan risiko ini
meningkat pada pasien dengan HIV positif. Begitu pula pada ODHA, 25% kematian
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yangtimbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak
terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan
2) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Terkadang serangan demam seperti influenza dan
b. Gejala khusus:
1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatansebagian
3) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada
sekali tak ada keluhan sampai dengan adanya keluhan-keluhan yang serba lengkap.
Keluhan umum yang sering terjadi adalah malaise (lemas), anorexia, mengurus dan
cepat lelah. Keluhan karena infeksi kronik adalah panas badan yang tak tinggi
(subfebril) dan keringat malam (keringat yang muncul pada jam-jam 02.30-05.00).
Keluhan karena ada proses patologik di parudan/atau pleura adalah batuk dengan atau
tanpa dahak, batuk darah, sesak, dan nyeri dada. Makin banyak keluhan-keluhan ini
yaitu batuk-batuk lama (lebih dari 2 minggu), batuk darah, sesak, panas badan, dan
nyeri dada. 7
ANAMNESIS
•Keluhan pasien datang dengan gejala dan tanda penyakit TB paru seperti batuk
berdahak ≥ 2 minggu dan dapat disertai sedikitnya salah satu dari gejala berikut:
•Lokal respiratorik: dapat bercampur darah atau batuk darah, sesak nafas, dan nyeri
•Sistemik: nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam tanpa
•Riwayat kontak
•Faktor risiko penurunan daya tahan tubuh (HIV, DM, dan lain sebagainya)
PEMERIKSAAN FISIS
•Bila lesi luas, dapat ditemukan bentuk dada yang tidak simetris.
•Bila lesi luas, dapat ditemukan kelainan berupa fremitus mengeras atau melemah
•Bila ada kelainan tertentu, dapat terdengar perubahan suara perkusi seperti hipersonor
•Bila lesi luas, dapat ditemukan kelainan berikut: Ronki basah kasar terutama di apeks
paru, suara napas melemah atau mengeras, atau stridor. suara napas
1. RUTIN DIKERJAKAN
•Pemeriksaan mikroskopis
BTA atau kultur kuman dari specimen sputum/ dahak SPS, Jika laboratorium sudah
terakreditasi, pemeriksaan BTA dapat dilakukan 2 kali dan minimal satu bahan berasal
Untuk TB ekstra paru, spesimen dapat diambil dari bilas lambung, cairan
Pada RS tipe B/C yang umumnya mempunyai fasilitas ini, sebaiknya dikerjakan
pemeriksaan radiologi
•Pemeriksaan HIV
•Biakan kuman TB
•Uji kepekaan terhadap OAT lini pertama di laboratorium yang sudah tersertifikasi.
Terdapat enam macam obat esensial yang telah dipakai sebagai berikut :
Isoniazid (H), para amino salisilik asid (PAS), Streptomisin (S), Etambutol (E),
a. Isoniasid (H)
11
1. Mekanisme kerja. Kerja obat ini adalah dengan menghambat enzim esensial
yang penting untuk sintesis asam mikolat dan dinding sel mikobakteri. INH dapat
menghambat hampir semua basil tuberkel, dan bersifat bakterisidal terutama untuk
basil tuberkel yang tumbuh aktif. Obat ini kurang efektif untuk infeksi mikobakteri
atipikal meskipun M. kansasii rentan terhadap obat ini. INH dapat bekerja baik intra
maupun ekstraseluler.
plesenta; muncul dalam ASI; mendistribusikan ke dalam jaringan tubuh dan cairan
termasuk CSF. Ikatan protein; 10% sampai 15%. Metabolisme: oleh hati terhadap
isoniasid asetil dengan tingkat kerusakan genetik ditentukan oleh fenotipe asetilasi;
mengalami hidrolisis lebih lanjut untuk asam asetil isonikotinik dan hidrazin. Waktu
paruh: mungkin bias diperpanjang pada pasien dengan gangguan fungsi hati atau
gangguan ginjal parah. Asetilator cepat: 30-100 menit. Asetilator lambat: 2-5 jam.
Waktu puncak konsentrasi serum: oral: dalam 1-2 jam. Eliminasi: 75% sampai 95%
diekskresikan dalam urin sebagai obat tidak berubah dan metabolit; jumlah kecil
diekskresi dalam tinja dan saliva. Dialisis: dialisis (50% sampai 100%).
3. Efek samping. Insiden dan berat ringannya efek non terapi INH berkaitan
dengan dosis dan lamanya pemberian. Reaksi alergi obat ini dapat berupa demam,
kulit kemerahan, dan hepatitis. Efek toksik ini meliputi neuritis perifer, insomnia,
lesu, kedut otot, retensi urin, dan bahkan konvulsi, serta episode psikosis.
Kebanyakan efek ini dapat diatasi dengan pemberian piridoksin yang besarnya sesuai
4. Interaksi obat. Alkohol dan antasida dapat menurunkan efek obat ini. INH
aktif, disebabkan kuman yang peka dan untuk profilaksis orang beresiko tinggi
tuberkulosis lain.
reaksi adversus, termasuk demam, artritis, cedera hati, kerusakan hati akut, tiap
7. Dosis. Dewasa dan anak: 5 mg/kg BB/hari (4-6 mg/kg BB/hari; maksimal
b. Rifampisin (R)
DNA. In vitro dan in vivo, obat ini bersifat bakterisid terhadap mikobakterium
bakterisid berkisar 3-12 µg/ml/ obat ini dapat meningkatkan aktivitas streptomisin dan
jaringan tubuh dan cairan seperti hati, paru-paru, kandung empedu, empedu, air mata,
13
dan air susu ibu; mendistribusikan ke CSF ketika meninges meradang. Ikatan protein:
diasetil (aktif). Waktu paruh: 3-4 jam, berkepanjangan dengan kerusakan hati. Waktu
puncak konsentrasi serum: oral: dalam 2-4 jam. Eliminasi: terutama di feses (60%
sampai 65%) dan urin (~30%). Dialisis: rifampisin plasma konsentrasi tidak
demam, kulit kemerahan, mual dan muntah, ikterus, trombositopenia, dan nefritis.
Gangguan hati yang terberat terutama terjadi bila rifampisin diberikan secara tunggal
atau dikombinasikan dengan INH. Gangguan saluran cerna juga sering terjadi, tidak
enak di ulu hati, mual dan muntah, kolik, serta diare yang kadang- kadang
7. Dosis. Dewasa dan anak: dosis 10 mg/kg BB/hari (8-12 mg/kg BB/hari;
c. Pirazinamid (Z)
14
1. Mekanisme kerja. Kerja obat ini tidak diketahui karena pirazinamid sendiri
tidak aktif, tetapi harus diubah dulu menjadi senyawa aktif, yaitu asam pirazinoat oleh
enzim pirazinamidase. Obat ini bersifat bakterisidal, terutama dalam keadaan asam
didistribusikan secara luas ke dalam jaringan tubuh dan cairan termasuk paru-paru,
hati, CSF. Ikatan protein: 50%. Metabolisme: dalam hati. Waktu paruh: 9-10 jam,
berkepanjangan dengan fungsi ginjal atau hati berkurang. Waktu puncak konsentrasi
serum: dalam 2 jam. Eliminasi: dalam urin (4% sebagai obat tidak berubah).
3. Efek samping. Obat ini bersifat hepatotoksik yang berkaitan dengan dosis
pemberian dan dapat menjadi serius. Dengan dosis harian 3 g atau 40-50 mg/kg
BB/hari, obat ini sangat efektif terhadap tuberkulosis bila digabungkan dengan INH,
tetapi dilaporkan lebih kurang 14% penderita akan mengalami gangguan hati yang
berat, serta kematian dapat terjadi karena timbulnya nekrosis. Karena efek
hepatotoksik, pemeriksaan uji hati perlu dilakukan sebelum pemberian obat ini.
asimtomatik. Jika gejala penyakit gout timbul, dan pengobatan dengan pirazinamid
tuberkulosis lain.
porfiria, hipersensitivitas.
mg/kg BB (30-40 mg/kg BB) 3x seminggu; atau 50 mg/kg BB (40-60 mg/kg BB) 2x
seminggu.
d. Streptomisin (S)
1. Mekanisme kerja. Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis protein pada
ekstraseluler. In vitro, kebanyakan basil TBC dapat dihambat oleh obat ini pada
cairan kecuali otak; jumlah kecil masukkan CSF hanya dengan meninges meradang,
melintasi plasenta; jumlah kecil muncul di ASI. Ikatan protein: 34%. Waktu paruh:
berkepanjangan degan kerusakan ginjal. Baru lahir: 4-10 jam. Dewasa: 2- 4,7 jam.
Waktu puncak konsentrasi serum: im: dalam 1-2 jam. Eliminasi: 30% sampai 90%
dari dosis diekskresikan sebagai obat tidak berubah dalam urin, dengan jumlah kecil
3. Efek samping. Sakit kepala atau lesu biasanya terjadi setelah penyuntikan
dan umumnya bersifat sementara. Reaksi hipersensitivitas sering terjadi pada minggu
pertama pengobatan dan biasanya lebih ringan dibandingkan INH. Obat ini bersifat
16
dan keseimbangan dengan gejala vertigo, mual, dan muntah. Selain itu, obat ini juga
bersifat nefrotoksik.
bila obat ini diberikan bersama obat penghambat neuromuskular (asam etakrinat,
furosemid), dan efek nefrotoksik meningkat bila diberikan bersama sefalosporin atau
polimiksin.
rifampisin, dan pirazinamid, atau untuk penderita yang dikontraindikasi dengan 2 atau
aminoglikosida lain.
Anak- anak: 20-30 mg/kg BB/hari (maksimum 1 gram) selama 2-3 minggu, kemudian
e. Etambutol (E)
kebanyakan M. kansasii rentan terhadap obat ini. Obat ini bersifat bakteriostatik dan
tubuh dengan konsentrasi tinggi di ginjal, paru-paru, saliva, dan sel darah merah;
Ikatan protein: 20% sampai 30%. Metabolisme: 20% oleh hati untuk metabolit aktif.
Waktu paruh: 2,5-3,6 jam (hingga 7 jam atau lebih dengan gangguan ginjal). Waktu
puncak konsentrasi serum: dalam waktu 2-4 jam. Eliminasi: ~50% dalam urin dan
20% diekskresi dalam tinja sebagai obat yang tidak berubah. Dialisis: sedikit dialysis
dengan dosis harian biasa dan efek toksik minimal. Efek nonterapi yang berat dan
berkaitan dengan dosis, yaitu efek toksik di okular. Gangguan di mata biasanya
bersifat bilateral, yaitu berupa neuritis optik dengan gejala penurunan ketajaman
lapangan pandangan mata menyempit, dan dapat terjadi skotoma perifer ataupun
sentral. Gangguan ini biasanya bersifat reversibel. Karena itu, sebelum etambutol
diberikan, uji ketajaman penglihatan dan uji buta warna sebaiknya dilakukan.
menunda dan mengurangi absorpsi etambutol. Jika diperlukan garam alumunium agar
obat lain, sesuai regimen pengobatan jika diduga ada resistensi. Jika resiko resistensi
rendah, obat ini dapat ditinggalkan. Obat ini tidak dianjurkan untuk anak-anak usia
7. Dosis. Dewasa: dosis tunggal 15 mg/kg BB/hari (15-20 mg/kg BB) atau 30
mg/kg BB (25-35 mg/kg BB) 3x seminggu atau 45 mg/kg BB (40-50 mg/kg BB) 2x
Kategori-1
Kategori -2
•Pasien kambuh
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
(PMO).
Gambar 6. DOTS
a) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
b) Pengobatan tahap intensif tersebut apabila diberikan secara tepat, biasanya pasien
c) Sebagian besar pasien TBC BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
2) Tahap lanjutan
a) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
3.1. Kesimpulan
Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman ini menyerang paru (TB paru),
dan dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (TB ekstra paru) seperti pleura, kelenjar
limfe, tulang, dan lain-lain. TB dapat disembuhkan dengan berobat secara tepat dan
teratur minimal 6 bulan. Kuman TB menular dari seorang pasien TB menular (BTA
positif) yang batuk dan bakteri tersebut menyebar melalui udara yang terhirup orang
sehat.
3.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari penulis adalah sebagai berikut:
4. Groenewald W, Baird MS, Verschoor JA, Minnikin DE, Croft AK. Differential
spontaneous folding of mycolic acids from Mycobacterium tuberculosis. Chem
Phys Lipids. 2014;180:15–22.