Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN SARS

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
Septianing Gema Widelia : (P17240221005)
Aldilla Febrilian Salsabela : (P17240221007)
Titis Amami : (P17240221010)
Anita Citra Ningtyas : (P17240221017)
Nurul Dwi Fadila : (P17240221029)
Risqi Septiawan : (P17240223030)
Farra Regian Afilla : (P17240223033)

Dosen Pengampu :
Ika Endah Kurniasih, S.Kep.,Ns.,M.Kes

PRODI D3 KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
KAMPUS V TRENGGALEK
Jl. Dr. Soetomo No. 5 Telp/Fax (0355)791293 Trenggalek 66312
WEBSITE :www.poltekkes-malang.ac.id
Tahun Akademik 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis
masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
SARS” ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah Kebijakan
Kesehatan yang dibimbing oleh Ika Endah Kurniasih, S.Kep.,Ns.,M.Kes
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat serta
pembaca.

Trenggalek, 08 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3. Tujuan..................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1. Definisi SARS......................................................................................................3
2.2. Etiologi SARS......................................................................................................3
2.3. Gejala / manifestasi SARS...................................................................................5
2.4. Patofisiologi SARS..............................................................................................6
2.5. Penatalaksanaan SARS........................................................................................7
2.6. Komplikasi SARS..............................................................................................10
2.7. Asuhan keperawatan SARS...............................................................................10
BAB III............................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan........................................................................................................16
3.2 Saran......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit merupakan sesuatu yang menyebabkan gangguan kesehatan
bahkan
kematian pada makhluk hidup. Selain itu, penyakit menyebabkan kerugian
kapasitas produktif individu dan kerugian keuangan dalam hal perawatan
kesehatan, diagnosa medis, vaksinasi, pengobatan, dan lain-lain (Kumar dan
Srivastava, 2017). Jenis penyakit menular merupakan salah satu jenis penyakit
yang sering mendapat perhatian dari para ahli. Penyakit menular merupakan
penyakit yang disebabkan oleh patogen atau agen biologi seperti virus, bakteri,
jamur, dan mikroorganisme lainnya. Penyakit menular dapat ditularkan dari satu
individu ke individu yang lain melalui berbagai media perantara seperti cairan
tubuh, kotoran, dan alat-alat yang sudah tercemar oleh individu yang terinfeksi
penyakit (Huang, 2016).
Kontak antara individu rentan dengan individu terinfeksi dapat
menimbulkan infeksi baru yang akan menyebarkan penyakit ke individu rentan
lainnya. Peristiwa ini merupakan tanda dari penyebaran penyakit dalam suatu
masyarakat atau negara yang dapat meningkatkan angka kematian dalam waktu
singkat. Hal ini dilaporkan dalam laporan status global WHO bahwa penyakit
menular berkontribusi sekitar 1/6 dari total kematian di seluruh dunia dan
merupakan faktor kedua penyebab kematian (Kumar dan Srivastava, 2017). Salah
satu contoh penyakit menular yang disebabkan oleh virus adalah penyakit sindrom
pernapasan akut berat atau severe acute respiratory syndrome (SARS). Gejala-
gejala klinis dari penyakit SARS antara lain demam, batuk kering, sesak napas,
dan gejalagejala lain yang mirip dengan gejala penyakit radang paru-paru atau
pneumonia (Gumel dkk., 2004).
Perkembangan penyakit ini sangat cepat, progresif, dan bersifat fatal.
Mayoritas penderita penyakit SARS adalah orang-orang dewasa berumur antara
25-70 tahun, namun dalam beberapa kasus penyakit SARS juga menyerang anak-
anak berumur di bawah 15 tahun (Surjawidjaja, 2003). Penyebaran penyakit
2

SARS terjadi pada November 2002 di provinsi Guangdong, Cina. Selanjutnya,


penyakit SARS menyebar dengan cepat ke seluruh benua terutama di kawasan
Asia-Pasifik. Pada Maret 2003, WHO melaporkan bahwa penyakit SARS
disebabkan oleh virus yang disebut coronavirus (SARS-CoV). Namun, setelah
dilakukan penelitian yang mendalam ternyata virus SARS merupakan evolusi dari
coronavirus yang ada pada hewan (Gumel dkk., 2004). Peristiwa ini menyebabkan
774 jiwa meninggal dan 8098 terinfeksi (Yan dan Zou, 2008). Penanganan wabah
SARS diperkirakan telah menghabiskan dana sebesar 10-30 milyar dollar (WHO,
2005).
SARS itu singkatan dari Severe Acute Respiratory Syndrome atau Corona
Virus Pneumonia (CVP), suspek (suspect case) terjadi pada seseorang setelah 1
Februari 2003 lalu. Wabah penyakit gangguan pernapasan misterius ini terus
melanda kawasan Asia dan terus meminta korban. Seorang pasien di Hongkong
menjadi korban tewas keenam di wilayah administrative.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi SARS?
2. Apa saja SARS?
3. Bagaimana patofisiologi SARS?
4. Apa saja gejala / manifestasi SARS?
5. Apa saja penatalaksanaan dari SARS?
6. Bagaimana asuhan keperawatan SARS?

1.3. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi SARS?
2. Untuk mengetahui etiologi SARS?
3. Untuk memahami patofisiologi SARS?
4. Untuk mengetahui gejala / manifestasi SARS?
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari SARS?
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan SARS?
3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi SARS


Menurut Brunner (2002), SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak dan
berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan
oleh vinis Corona Family Paramyxovirus. SARS atau CVP (Corona Virus
Pneumonia) adalah syndrome pernafasan akut berat yang merupakan
penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini belum
diketahui pasti penyebabnya.
SARS adalah suatu jenis kegagalan paru-paru dengan berbagai
kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan
di paru-paru (edema paru). SARS merupakan kedaruratan medis yang dapat
terjadi pada orang yang sebelumnya mempunyai paru-paru yang normal.
Walaupun sering disebut sindroma gawat pernafasan akut dewasa, keadaan
ini juga terjadi pada anak-anak.

2.2. Etiologi SARS


Etiologi SARS masih dipelajari. Pada 7 April 2003, WHO
mengumumkan kesepakatan bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi
adalah mayoritas agen penyebab SARS. Coronavirus berasal dari kata
"corona" yang berasal dari bahasa Latin yang artinya "crown" atau
mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu sendiri yang kalau
dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota. Penyebabnya lain
bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak
langsung yang melukai paru-paru, diantaranya:
a) Pneumonia
b) Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
c) Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari
lambung)
d) Beberapa transfusi darah

4
e) Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
f) Emboli paru
g) Cedera pada dada
h) Over dosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin.
i) Trauma hebat
j) Transfuse darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak)

Faktor Predisposisi
a) Faktor diri: Umur, jenis kelamin, status gizi, kelainan conginetal,
imunologis, BBLR dan premature.
b) Faktor Lingkungan Pola hidup, asap rokok, keterpaparan terhadap
infeksi, sosial ekonomi, kepadatan tempat tinggal, cuaca dan polusi
udara.
c) Defisiensi vitamin.
d) Tingkat sosio ekonomi rendah.
e) Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah. f) Menderita
penyakit kronis.
f) Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan
yang salah.

Faktor Pencetus
Coronavirus adalah mayoritas agen penyebab SARS. Virus ini stabil
pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan
lebih dari 4 hari pada penderita diare. Vinis SARS kehilangan
infektivitasya terhadap berbagai disinfektan dan bahan-bahan fiiksasi.
Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran
pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Dalam tempo sekitar dua hingga
sepuluh hari, paru paru akan meradang, bernapas kian sulit. Metode
penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau
terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah saat pasien bersin dan batuk
bahkan bisa melalui barang- barang yang terkontaminasi atau barang yang
dignakan oleh pasien SARS.

5
2.3. Gejala / manifestasi SARS
Menurut Wijayakusuma, 2003 hal :18-19, Pada awal penyakit, mungkin
terjadi gangguan pernapasan ringan. Setelah tiga sampai tujuh hari, penderita
mungkin mengalami batuk kering tidak berdahak yang lama-lama menimbulkan
kekurangan oksigen dalam darah. 10-20% penderita memerlukan napas bantuan
menggunakan alat bantu napas (ventilator).
Tanda dan gejala menonjol dari SARS berupa :
1. Gejala umum seperti flu
2. Temperature diatas 38° C selama lebih dari 24 jam
3. Adanya batuk ringan sаmраi berat (batuk yang diasosiasikan dengan SARS
cenderung batuk kering)
4. Satu/lebih gejala saluran pernafasan bagian bawah yaitu batuk, nafas pendek
dan kesulitan bernafas
5. Sakit Kepala, kaku otot, anoeksia, lemah, bercak merah pada kulit, bingung
dan diare
6. Gejala Khas seperti gejala diatas menjadi semakin berat dan cepat dan dapat
menjadi peradangan paru (pneumonia), jika terlambat dapat meninggal. Masa
inkubasi 2-10 hari
7. Satu/lebih keadaan berikut (dalam 10 terakhir)
a) ada riwayat kontak erat dengan seseorang yang diyakini menderita SARS
b) Sebelum sakit mempunyai riwayat berpergian ke daerah geografis yang
tercatat sebagai daerah dengan penularan penyakit SARS c) Tinggal
didaerah dengan tranmisi lokal SARS
8. Suspek case SARS jika foto dada terbukti ditemukan infiltrate yang sesuai
dengan pneumonia atau sindrom distress pernafasan akut.
9. Pemeriksaan Laboraturium ditemukan hasil
a. Limfoma, leucopenia, dan trombositopenia : pada pemeriksaan sederhana
menunjukkan hitung leukosit kurang dari 3,5x109 (9 cilik) /L dan
limfopenia kurang dari 1x109 (9 cilik) /L
b. Hiponatremia dan hipokalemia ringan
c. Peningkatan LDH, ALT dan kadar transaminase hepar
d. Peningkatan kadar kreatinin kinase (CK)

6
10. Infeksi SARS-CoV tidak dapat dipastikan jika :
a. Dalam serum pada masa konvalesens (serum yang diambil 28 hari atau
lebih setelah awita gejalanya) tidak ditemukan antibody terhadap SARS-
CoV
b. Tes laboratutirum tidak dikerjakan atau tidak lengkap

Gejala lainnya sakit kepala, otot terasa kaku, diare yang tak kunjung henti,
timbul bintik-bintik merah pada kulit, dan badan lemas beberapa hari. Ini semua
adalah gejala yang kasat mata bisa dirasakan langsung oleh orang yang diduga
menderita SARS itu. Tapi gejala itu tidak cukup kuat jika belum ada kontak
langsung dengan pasien. Tetap diperlukan pemeriksaan medis sebelum seseorang
disimpulkan terkena penyakit ini. Paru-parunya mengalami radang, limfositnya
menurun, trombositnya mungkin juga menurun. Kalau sudah berat, oksigen dalam
darah menurun dan enzim hati akan meningkat. Ini semua gejala yang bisa dilihat
dengan alat medis. Tam semua gejala itu masih bisa berubah. Penelitian terus
dilangsungkan sampai sekarang. (Smeltzer & Bare, 2001)
2.4. Patofisiologi SARS
Menurut Alsagaff, 2004, Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh
coronavirus (family paramoxyviridae) yang pada pemeriksaan dengan mikroskop
electron. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan
dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Seperti virus lain, corona
menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-
paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru selama 2-10 hari yang kemudian
menyebabkan paru-paru akan meradang sehingga bernapas menjadi sulit. Metode
penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena
cairan pasien. Misalnya terkena Judah (droplet) saat pasien bersin dan batuk. Dan
kemungkinan juga melalui pakaian dan alat- alat yang terkontaminasi.

Cara penularan : SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada


waktu merawat penderita, tinggal satu rumah dengan penderita atau kontak
langsung dengan secret atau cairan tubuh dari penderita suspect atau probable.
Penularan melalui udara, misalnya penyebaran udara, ventilasi, dalam satu

7
kendaraan atau dalam satu gedung diperkirakan tidak terjadi, asal tidak kontak
langsung berhadapan dengan penderita SARS. Untuk sementara, masa menular
adalah mulai saat terdapat demam atau tanda-tanda gangguan pernapasan hingga
penyakitnya dinyatakan sembuh. Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari.
Petugas kesehatan yang kontak langsung dengan penderita mempunyai risiko
paling tinggi tertular, lebih-lebih pada petugas yang melakukan tindakan pada
sistem pemafasan seperti melakukan intubasi atau nebulasi.
2.5. Penatalaksanaan SARS
Hal yang berperan dalam penanganan penderita SARS adalah status penderita.
Pada kasus pasien suspect dan probable tindakan yang dilakukan adalah:
a. Isolasi penderita di Rumah Sakit
b. Pengambilan sampel (sputum. darah, scrum, urin) dan foto toraks untuk
menyingkirkan pneumonia yang atipikal
c. Pemeriksaan leukosit, trombosit, kreatinin fosfokinase, tes fungsi hati, ureum
dan elektrolit, C reaktif protein dan serum pasangan (paired sera).
d. Pemberian antibiotikla selama perawatan untuk pengobatan pneumonia akibat
lingkungan (community-aquired pneumonia) termasuk pneumonia atipikal.
e. Pada SARS berbagai jenis antibiotika sudah digunakan namun sampai saat ini
hasilnya tidak memuaskan, dapat diberikan ribavirin dengan atau tanpa
steroid.
f. Perhatian khusus harus diberikan pada tindakan yang dapat menyebabkan
terjadinya acrolization seperti nebulizer dengan bronkodilator, bronkoskopi,
gastroskopi yang dapat mengganggu system pemapasan.
Pengobatan dan vaksin penyakit ini belum ditemukan. Oleh karena itu
penanganan penderita SARS yang dianggap paling penting adalah terapi suportif,
yaitu mengupayakan agar penderita tidak mengalami dehidrasi dan infeksi
sekunder. Sedangkan penggunaan antibiotik spektrum luas sendiri merupakan
sebuah tindakan pencegahan (profilaksis) untuk mencegah infeksi sekunder
(Ksiazek, 2003). Menurut Depkes RI (2004) pengobatan terhadap penya sebagai
berikut:
1. Kasus Suspect SARS
a. Observasi 2 x 24 jam, perhatikan:

8
 Keadaan umum
 Kesadaran
 Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi nafas, suhu)

b. Terapi suportif
c. Antibiotik: Amoksilin atai amoksilinanti B laktamase oral ditambah
makrolid generasi baru oral (roksitromisin, klaritromisin, azitromisin)
2. Kasus Probable SARS
A. Ringan/Sedan
1. Terapi suportif
2. Antibiotik
a. Golongan beta laktam + anti beta laktamase (IV) ditambah makrolid
generasi baru secara oral
b. Sefalosporin generasi ke-2 atau ke-3
c. respirasi (IV): moxifloksasin, levofloksasin,Fluorokuinon
gatifloksasin.
B. Berat
1. Terapi suportif
2. Antibiotik
a. Tidak ada faktor resiko infeksi pseudomonas
1. Sefalosporin generasi ke-3 (IV) non pseudomonas ditambah
makrolid generasi baru
2. Fluorokuinon respirasi
A. Tidak ada faktor resiko infeksi pseudomonas
1. Sefalosporin generasi ke-3 (IV) non pseudomonas ditambah makrolid
generasi baru, atau
2. Fluorokuinon respirasi
B. Ada faktor resiko infeksi pseudomonas:
1. Sefalosporin anti pseudomonas (seftazidim, sefoperazon,
sefipim)/karbapenem (IV) ditambah fluorokuinolon anti pseudomonas
(siprofloksasin)/aminoglikosida ditambah makrolid generasi baru.
2. Kortikosteroid.

9
3. Hidrokortison (IV) 4 mg/KgBB tiap 8 jam 4.
4. Ribavirin 1,2 gr oral tiap 8 jam atau 8 mg/KgBB IV tiap 8 jam.

Penatalaksanaan Menurut (LUPITA & ERDAYANI, 2016)


Terapi supportif umum: meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang
adekuat, pemberian multivitamin dan lain-lain.
1. Terapi oksigen
2. Humidifikasi dengan nebulizer
3. Fisioterapi dada
4. Pengaturan cairan.
5. Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat
6. Obat inotropic
7. Ventilasi mekanis
8. Drainase empyema

Terapi antibiotik
Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena menyajikan
fitur non-spesifik dan cepat tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk
mendiagnosis SARS-cov virus dalam beberapa hari pertama infeksi belum
tersedia. Antibiotik empiris yang sesuai dengan demikian diperlukan untuk
menutupi terhadap patogen pernafasan Common per nasional atau pedoman
pengobatan lokal bagi masyarakat-diperoleh atau nosokomial pneumonia.Setelah
mengesampingkan patogen lain, terapi antibiotik dapat ditarik. Selain efek
antibakteri mereka, beberapa antibiotik immunomodulatory dikenal memiliki
sifat, khususnya quinolones dan makrolid. Efeknya pada kursus SARS adalah
belum ditentukan. SARS dapat hadir dengan spektrum keparahan penyakit.
Sechagian kecil pasien dengan penyakit ringan pulih baik bentuk khusus tanpa
pengobatan atau terapi antibiotik saja.
Antibiotik:
a. Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
b. Utama ditujukan pada S.pneumonia, H.Influensa dan S. Aureus

10
2.6. Komplikasi SARS
SARS adalah penyakit serius yang harus ditangani dengan cepat. Jika
terlambat ditangani, SARS dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya,
seperti:
a. Radang paru-paru
b. sesak napas
c. Gagal jantung
d. Gagal jantung
e. Gangguan ginjal

2.7. Asuhan keperawatan SARS


A. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan Umum
a. Identitas, meliputi nama klien, usia, jenis kelamin, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk RS, dan diagnosis
medis.
b. Keluhan utama, klien biasanya merasakan nyeri dada dan pemeriksaan
dapat dilakukan dengan skala nyeri 0-10. Pengkajian nyeri secara
mendalam menggunakan pendekatan OPQRST yang meliputi onset,
prepitasi dan penyembuh, kualitas dan kuantitas. intensitas, durasi,
lokasi, radiasi/penyeberan, serta onset.
c. Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan
klien dilanjurkan mengukur tanda-tand vital. Kesadaran klien juga
diamati apakah kompos mentis, apatis, sumnolen, delirium, semi koma
atau koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat. ringan
atau tampak tidak sakit.
2. Riwayat Kesehatan (Muttaqin, 2008)
a. Riwayat Penyakit Sekarang
b. Demam > 38C, batuk, sesak, kesulitan napas.
c. Riwayat penyakit Dahulu

11
d. Kontak dekat dengan orang yang didiagnosis suspek atau probable
SARS dalam 10 hari terakhir. Riwayat perjalanan ke tempat yang
terkena wabah SARS dalam 10 hari terakhir.
e. Bertempat tinggal ditempat yang terjangkau wabah SARS.
f. Riwayat kesehatan keluarga yang perlu dikaji atau ditanyakan yaitu
apakah ada yang mengidap penyakit sars di dalam keluarga.
g. Riwayat psikososialklien dengan penyakit SARS biasanya
menyangkal, takut, cemas, marah, ketergantungan, depresi, dan
penerimaan realistis.

3. Pemeriksaan Fisik
Dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan abnormal
(seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan kulit,
bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan
oksigen). (Nurarif & Kusuma, 2015)

4. Pemeriksaan Penunjang (Nurarif & Kusuma, 2015)


a. Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan ditempat yang
seharusnya terisi udara)
b. CT-Scan Toraks menunjukkan gambaran Bronkiolitis Obieterans
Organizing Pneumonia (BOOP)
c. Pemeriksaan Laboraturium terdiri atas:
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap.
2. Pemeriksaan SGOT/SGPT untuk mengetahui fungsi hati
3. Pemeriksaan tes antibody (IgG/IgM)
4. Pemeriksaan molecular (PCR) pada specimen dahak, feses Dan
darah perifer.
5. Pemeriksaan deteksi antigen dan kultur virus
d. Pemeriksaan Bakteriologis: sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau
transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi,
biopsy

12
e. Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya
dalam 8 jam dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu
mendeteksi antibody.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas b.d adanya sekresi mukus(00284)
2. Ketidakefektifan Pola Nafas b.d hiperventilasi (RR > 24x/menit) atau
hipoventilasi (RR < 16x/menit) (00290))
3. Kekurangan Volume Cairan b.d intake oral tidak kuat,takipneu,demam
(00276)
C. RENCANA KEPERAWATAN

Diangnosa
Tujuan dan Kriteria
No. Keperawata Intervensi rasionalisasi
Hasil
n
1. Ketidakefekti Setelah dilakukan NIC : 1. Adanya bunyi
fan Bersihan tindakan keperawatan ronchi
Jalan Nafas selama 3x24 jam Airway menandakan
b.d adanya diharapkan nyeri dapat Management terdapat
sekresi berkurang dengan 1. auskultasi penumpukan
mucus kriteria hasil sebagai bunyi nafas sekret atau sekret
berikut tambahan; berlebih di jalan
1. mendemonstrasikan ronchi, nafas.
batuk efektif dan wheezing. 2. posisi
suara nafas yang 2. berikan posisi memaksimalkan
bersih, tidak ada yang nyaman ekspansi paru dan
sianosis dan untuk menurunkan upaya
dyspneu mengurangi pernapasan.
2. menunjukkan jalan dispnea. Ventilasi
nafas yang paten 3. bersihan secret maksimal
3. mampu dari mulut dan membuka area
mengidentifikasikan trakea; lakukan atelektasis dan
fdan mencegah pengisapan meningkatkan
factor yang adapt sesuai gerakan sekret ke

13
menghambat jalan keperluan. jalan nafas besar
nafas 4. anjurkan untuk dikeluarkan.
asupan cairan 3. Mencegah
adekuat. obstruksi atau
5. ajarkan batuk aspirasi.
efektif. Penghisapan dapat
6. kolaborasi diperlukan bil
pemberian klien tak mampu
oksigen mengeluarkan
sekret sendiri.
Airway 4. Mengoptimalkan
Suctioning keseimbangan
cairan dan
membantu
1. putuskan kapan mengencerkan
dibutuhkan oral sekret sehingga
dan/atau trakea mudah
suction dikeluarkan
2. auskultasi suara 5. Fisioterapi dada/
nafas sebelum back massage
dan sesudah dapat membantu
suction menjatuhkan
3. informasikan secret yang ada
kepada dijalan nafas.
keluarga 6. Meringankan kerja
mengenai paru untuk
tindakan memenuhi
suction kebutuhan oksigen
serta memenuhi
kebutuhan oksigen
dalam tubuh.
Airway Suction
1. waktu tindakan
suction yang tepat
membantu
melapangan jalan
nafas pasien.
2. Mengetahui
adanya suara nafas
tambahan dan
kefektifan jalan
nafas untuk
memenuhi 02
pasien.
3. memberikan
pemahaman
kepada keluarga

14
mengenai indikasi
kenapa dilakukan
tindakan suction

2. Ketidakefekti Airway Airway Management


fan pola Management
nafas b.d 1. Posisikan 1. Untuk
hiperventilasi pasien semi memaksimalkan
. fowler potensial ventilasi
2. Auskultasi 2. Memonitor
suara nafas, kepatenan jalan
catat hasil napas
penurunan 3. Memonitor
daerah ventilasi respirasi dan
atau tidak keadekuatan
Setelah dilakukan adanya suara oksigen
adventif
tindakan keperawatan 3. Monitor Oxigen Management
selama 3x24 jam pernapasan dan
diharapkan integritas status oksigen 1. Menjaga
jaringan dapat membaik yang sesuai keadekuatan
dengan kriteria hasil Oxygen Therapy ventilasi
sebagai berikut : 1. Mempertahank 2. Meningkatkan
an jalan napas ventilasi dan
1. Frekuensi, irama, paten asupan oksigen
kedalaman 2. Kolaborasi 3. Menjaga aliran
pernapasan dalam dalam oksigen
batas normal. pemberian mencukupi
2. Tidak menggunak oksigen terapi kebutuhan pasien
an otot-otot bantu 3. Monitor aliran
pernapasan. oksigen
3. Kekurangan Setelah dilakukan Electrolyte 1. Mengetahui
volume tindakan keperawatan Monitoring penyebab untuk
cairan b.d selama 3x24 jam menentukan
intake oral diharapkan pasien dapat 1. Identifikasi intervensi
tidak kuat, melakukan aktivitas kemungkinan penyelesaian
takipnue,dem dengan kriteria hasil penyebab 2. Mengetahui
am. sebagai berikut: ketidakseimban keadaan umum
gan elektrolit pasien
1. Turgor kulit elastic 2. Monitor adanya 3. Mengurangi risiko
(skala 5) kehilangan kekurangan voume
2. Intake dan output cairan dan cairan semakin
cairan seimbang elektrolit bertambah
(skala 5) 3. Monitor adanya
3. Membrane mucus mual,muntah Fluid Management
lembab (skala 5) dan diare
1. Mengetahui
Fluid perkembangan

15
Management rehidrasi
2. Evaluasi intervensi
1. Monitor status 3. Mengetahui
hidrasi keadaan umum
( membran pasien rehidrasi
mukus, tekanan optimal
ortostatik,
keadekuatan
denyut nadi)
2. Monitor
keakuratan
intake dan
output cairan
3. Monitor vital
signs
4. Monitor
pemberian
terapi IV

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Setelah intervensi keperawatan, selanjutnya rencana tindakan tersebut
diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Tindakan keperawatan harus mendetail. Agar semua tenaga keperawatan dapat
menjalankan tugasnya dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung memberikan
pelayanan kepada penderita SARS dan atau dapat juga didelegasikan kepada
orang lain yang dipercayai dibawah pengawasan yang masih seprofesi dengan
perawat.

E. EVALUASI
Berdasarkan data pengkajian, evaluasi keperawatan yang mungkin muncul
pada pasien penderita SARS adalah Pasien tidak lagi menunjukkan gangguan
pernapasan (batuk yang diasosiasikan dengan SARS cenderung batuk kering
a) TTV tetap stabil.
b) Pasien menyatakan peningkatan rasa nyaman.
c) Pasien tidak merasakan kesulitan bernapas.
d) Pasien menyatakan tidak merasakan nyeri dada dan tampak tidak merasakan
sakit yang diakibatkan batuk.
e) Volume cairan sudah terpenuhi.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit
pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran
pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus dan suatu
jenis kegagalan paru- paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang
menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu :
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas b.d adanya sekresi mukus(00284)
2. Ketidakefektifan Pola Nafas b.d hiperventilasi (RR > 24x/menit) atau
hipoventilasi (RR < 16x/menit) (00290))
3. Kekurangan Volume Cairan b.d intake oral tidak kuat,takipneu,demam
(00276)

3.2 Saran
Kita sebagai mahasiswa Perawat di harapkan mengerti dan memahami
tentang Asuhan Keperawatan pada Klien SARS, dengan mengedukasi untuk
memulai pola hidup yang lebih sehat, lebih peduli sekitar, lebih serius
menangani dan menanggapi hal-hal kecil, tidak meremehkan informasi dan
berita yang beredar, tetap waspada, jaga diri sendiri, ikuti protokol kesehatan,
mengikuti saran dan prasarana di situasi sekitar, tetap melakukan kegiatan
sehari-hari namun tetap hati-hati. Dan kami mohon kritikannya bagi pembaca
Asuhan Keperawatan yang kami buat agar bisa membangun makalah ini
dengan lebih baik lagi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bahagia, A. (2012). Penyakit Sars. Surabaya: Universitas Wijaya Kusuma.


Corwin, E. J. (2009).Buku Saku Patogisiologi (3rd ed.). Jakarta: EGC.
Hardjodiastro, D. (2006).Menuju Seni Ilmu Kedokteran.Jakarta: Gramedia.
LUPITA, D., & ERDAYANI. (2016). SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome).Pekan Baru: UNIVERSITAS ABDURRAB.
Muttaqin, A. (2008).Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
BerdasarkanDiagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (Revisi Jil).
Yogyakarta: MediAction.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001).Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah
(Brunner & Suddarth ) (Jakarta). EGC.
World Health Organization. (2010). SEVERE ACUTE RESPIRATORY
SYNDROME(10th ed.). World Health Organization

18

Anda mungkin juga menyukai