6
ASUHAN KEPERAWATAN “SARS”
DOSEN PENGAMPU :
Penyusun : Kelompok 4
Anggota : Arni Badriah
Intan Putri Waluyaningsih
Nadia Syafirah
Putri Inayah
Rani Hermaliawati Putri
Sukmawati
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “ASKEP SARS” ini dapat terselesaikan.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah KMB 1. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
Latar Belakang.........................................................................................................1
Rumusan Masalah....................................................................................................1
Tujuan Penulisan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................3
Pengertian SARS.....................................................................................................3
Etiologi SARS..........................................................................................................3
Patofisiologi SARS..................................................................................................4
Pathway SARS.........................................................................................................5
Tanda dan Gejala SARS..........................................................................................5
Pemeriksaan Penunjang SARS................................................................................6
Penatalaksaan SARS................................................................................................6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................8
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................13
Kesimpulan .............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
SARS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus corona SARS (SAR-
CoV). Penderita yang terkena SARS mengalami gangguan pernafasan yang akut (terjadi
dalam waktu tepat) dan dapat menyebabkan kematian. SARS merupakan penyakit
menular dan dapat mengenai siapa saja, terutama orang tua. Badan kesehatan dunia
(WHO) mengeluarkan suatu peringatan keseluruh dunia tentang adanya suatu penyakit
yang disebutnya sebagai syndrome pernafasan akut parah (SARS). Penyakit ini
digambarkan sebagai radang paru (Pneumonia) yang berkembang secara sangat cepat,
progresif dan sering kali bersifat fatal, dan diduga berawal dari suatu provinsi di China
utara.
SARS secara klinis lebih banyak melihatkan bagian bawah. Dibandingkan dengan
saluran napas bagian atas. Pada saluran napas bawah, sel-sel asinus adalah sasaran yang
lebih banyak terkena dari pada trakea ataupun bronkus. Menurut hasil pemeriksaan post
mortem yang dilakukan, diketahui bahwa SARS memiliki 2 fase di dalam
patogenesisnya. Pengobatan terhadap pasien SARS dilakukan pada rumah sakit khusus
dan pasien SARS dikarantina/isolasi hingga dinyatakan sembuh/tidak infeksus. Obat
yang diberikan tergantung dari kondisi pasien tersebut. Pencegahannya adalah dengan
menghindari kontak dengan penderita SARS, cuci tangan dengan sabun antiseptik, dan
memakai masker jika bepergian (Nurarif & Kusuma, 2016, p. 229).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari SARS?
2. Apa Etiologi dari SARS?
3. Bagaimana Patofisiologi SARS?
4. Bagaimana Pathway dari SARS?
5. Apa Saja Tanda dan Gejala SARS?
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang SARS?
7. Bagaimana Penatalaksaan SARS?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien SARS?
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Apa Pengertian dari SARS?
2. Apa Etiologi dari SARS?
3. Bagaimana Patofisiologi SARS?
4. Bagaimana Pathway dari SARS?
5. Apa Saja Tanda dan Gejala SARS?
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang SARS?
7. Bagaimana Penatalaksaan SARS?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien SARS?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian “SARS”
Severe Acute Respiratory Syndrome atau SARS adalah infeksi saluran pernapasan
yang disebabkan oleh SARS-associated coronavirus (SARS-CoV). Gejala awalnya mirip
dengan influenza, namun dapat memburuk dengan cepat.
2.2 Etiologi
SARS pertama kali ditemukan di Guangdong, China, pada tahun 2002 dan baru
teridentifikasi di awal tahun 2003. Penyakit ini kemudian menyebar dengan cepat ke
berbagai negara. Menurut laporan yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada
tahun 2003, ada sebanyak 8.098 orang di seluruh dunia yang terkena SARS dan 774
orang di antaranya meninggal dunia.
SARS masih dipelajari. Pada 7 April 2003, WHO mengumumkan kesepakatan
bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS.
Coronavirus berasal dari kata “Corona” yang berasal dari bahasa Latin yang artinya
“crown” atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu sendiri yang kalau
dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota.
Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak
langsung yang melukai paru-paru, diantaranya :
1. Pneumonia
2. Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
3. Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung)
4. Beberapa transfusi darah
5. Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
6. Emboli paru
7. Cedera pada dada
8. Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
9. Trauma hebat
10. Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak).
2.3 Patofisiologi
3
SARS secara klinis lebih banyak melihatkan bagian bawah. Dibandingkan dengan
saluran napas bagian atas. Pada saluran napas bawah, sel-sel asinus adalah sasaran yang
lebih banyak terkena dari pada trakea ataupun bronkus. Menurut hasil pemeriksaan post
mortem yang dilakukan, diketahui bahwa SARS memiliki 2 fase di dalam
patogenesisnya. Fase awal terjadi selama 10 hari pertama penyakit pada fase ini terjadi
proses akutyang mengakibatkan Duffuse Alveolar Damage (DAD) yang eksudatif. Fase
ini dicirikan dengan adanya infiltrasi dengan campuran sel-sel inflamasi serta edema
pembentukan hialin.
Membran hialin terbentuk dari endapan protein plasma serta debris nukleous dan
sitoplasma sel-sel epitel paru (pneuomotis) yang rusak. Dengan adanya nekrosis sel-sel
epitel paru maka barrier antara sikulasi darah dan jalan udara menjadi hilang sehingga
cairan yang berasal dari pembuluh darah kapiler paru menjadi bebas untuk masuk
kedalam ruang alveolus. Namun demikian, karena keterbatasan jumlah pasien SARS
yang meninggal untuk di autopsi, maka masih belum dapat dibuktikan apakah kerusakan
sel epitel baru tersebut disebabkan oleh efek toksik virus secara langsung atau sebagai
akibat dari respons imun tubuh. Pada tahap eksudatif, RNA dan antigen virus dapat
diidentifikasi dari makrofak alfeolar dan sel epitel paru dengan menggunakan mikroskop
elektron.
Fase selanjutnya dimulai tepat setelah 10 hari perjalanan penyakit dan ditandai
dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD teroganisir. Pada periode ini,
terdapat metaplasia sel epitel skuamosa bronkial. Bertambahnya ragam sel dan fibrosis
pada dinding dan lumen alveolus. Pada fase ini tampak dominasi pneoumosit tipe 2
dengan persebaran neokleous, serta nukleoli yang eosinofilik. Selanjutnya, sering kali
ditemukan sel raksasa dengan banyak nukleus, (multi-nucleated giant cells ) didalam
rongga alveoli. seperti infeksi CoV lainya, maka sel raksasa tersebut awalnya diduga
sebagai akibat langsung dari CoV SARS. Tetapi setelah dilakukan pemeriksaan
imunoperoksidase dan hibridisasi insitu, didapatkan bahwa CoV SARS justru berada
didalam jumlah yang rendah. Maka disimpulkan, bahwa fase ini berbagai proses
patologis yang terjadi tidak diakibatkan langsung oleh karena replikasi voirus terus
menerus, melainkan karena beratnya kerusakan sel epitel paru yang terjadi pada tahap
DAD eksudatif dan diperberat dengan pengunaan fentilatoe (Suprapto, 2013, pp. 25-26).
4
2.4 PATHWAY
5
Tubuh mudah lelah
Menggigil
Sakit kepala
Nyeri otot
Diare
Mual
Muntah
Gejala SARS mirip dengan gejala flu, tapi dapat memburuk dengan cepat. Pada
sebagian besar kasus, SARS akan berkembang menjadi pneumonia, yaitu peradangan
pada kantong udara di dalam paru-paru. Kondisi ini juga rentan menyebabkan hipoksia
(kekurangan oksigen di sel dan jaringan tubuh).
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
2. Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi
pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah
dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan
oksigen).
3. Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
a. Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang
seharusnya terisi udara)
b. Gas darah arteri
c. Hitung jenis darah dan kimia darah
d. Bronkoskopi.
4. Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
5. Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal,
aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy.
6. Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam
dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.
2.6 Penatalaksanaan
1. Terapi Supportif Umum : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang
adekuat, pemberian multivitamin dan lain-lain.
o Terapi oksigen
o Humidifikasi dengan nebulizer
6
o Fisioterapi dada
o Pengaturan cairan
o Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat
o Obat inotropik
o Ventilasi mekanis
o Drainase empiema
o Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup
2. Terapi Antibiotik
Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena menyajikan fitur
non-spesifik dan cepat tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis
SARS-cov virus dalam beberapa hari pertama infeksi belum tersedia. Antibiotik
empiris yang sesuai dengan demikian diperlukan untuk menutupi terhadap patogen
pernafasan Common per nasional atau pedoman pengobatan lokal bagi masyarakat
diperoleh atau nosokomial pneumonia.
Setelah mengesampingkan patogen lain, terapi antibiotik dapat ditarik. Selain
efek antibakteri mereka, beberapa antibiotik immunomodulatory dikenal memiliki
sifat, khususnya quinolones dan makrolid. Efeknya pada kursus SARS adalah belum
ditentukan.
SARS dapat hadir dengan spektrum keparahan penyakit. Sebagian kecil pasien
dengan penyakit ringan pulih baik bentuk khusus tanpa pengobatan atau terapi
antibiotik saja.
Antibiotik :
o Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
o Utama ditujukan pada S.pneumonia, H.Influensa dan S.Aureus
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, keyakinan, pekerjaan, status perkawinan,
dan alamat.
2. Keluhan utama, biasanya keluhan utama pasie, contoh: pasien mengeluh, baruk,sesak
nafas, demam
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Sejak kapan, semakin memburuknya kondisi / kelumpuhan, upaya yang dilakukan
selama menderita penyakit.
4. Pengkajian fisik
B1:
Inspeksi : Sesak, batuk, nyeri dada, penggunaan otot bantu pernafasaan, pernafasaan
diafragma dan perut meningkat, pernafasan cuping hidung, pola nafas cepat
dan dangkal, retraksi otot bantu pernafasan, RR > 30x/menit.
Palpasi : fremitus vokal menurun.
Perkusi : suara perkusi redup sampai pekak.
Auskultasi: Ronkhi basah, suara napas bronkial.
B2:
Sianosis, nadi > 100x/menit, CRT > 3 detik, BGA menunujukkan hipoksemia, S1 dan
S2 tunggal.
B3:
Nyeri kepala, terjadi penurunan kesadaran.
B4:
Terkadang produksi urine menurun
B5:
Mual, muntah, diare, bising usus meningkat, nafsu makan menurun.
B6:
Nyeri otot, kelemahan pada otot.
8
4.2 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
2. Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi
pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah
dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan
oksigen).
3. Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
a. Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang
seharusnya terisi udara).
b. Gas darah arteri.
c. Hitung jenis darah dan kimia darah.
d. Bronkoskopi.
4. Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
5. Pemeriksaan Bakteriologis : Sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal,
aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy.
6. Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam
dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi jalan
nafas.
2. Hipetermi b.d peningkatan laju metabolisme
9
dan keluarga tentang
a. Mendemonstrasikan
suctioning
batuk efektif dan
d. Minta klien nafas dalam
suara nafas yang
sebelum suction
bersih, tidak ada
dilakukan.
sianosis dan
e. Berikan O2 dengan
dyspneu
menggunakan nasal untuk
b. Menunjukkan jalan
memfasilitasi suksion
nafas yang paten
nasotrakeal
c. Mampu
f. Gunakan alat yang steril
mengidentifikasikan
setiap melakukan tindakan
dan mencegah
g. Anjurkan pasien untuk
factor yang dapat
istirahat dan napas dalam
menghambat jalan
setelah kateter
nafas
dikeluarkan dari
nasotrakeal
h. Monitor status oksigen
pasien
i. Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suksion
j. Hentikan suksion dan
berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dan lain-lain.
Airway Management
a. Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
b. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi pasien
10
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
d. Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
e. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
f. Kolaborasi pemberian
bronkodilator bila perlu
g. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
h. Monitor respirasi dan
status O2
11
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
12
- Memberikan anti teratasi
pireti kepada P : intervensi
pasien. dihentikam
- Mengkolaborasi
pemberian cairan
intravena pada
pasien.
- Mengkompres
pasien pada
lipatan paha dan
vaksila
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit
pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran
pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus.
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru-paru
dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan
cairan di paru-paru (edema paru).
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/sars
https://id.scribd.com/doc/60302296/ASKEP-SARS
https://samoke2012.wordpress.com/2018/09/01/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-sars/
https://www.academia.edu/35770094/Makalah_sars
14