Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA


PASIEN SARS

Mata Kuliah
ASKEP GADAR KARDIOPULMONAL

Dosen Pengampu
Ns. Rivan Firdaus

Disusun Oleh:
KELOMPOK 10
Muhanam, A.Md.Kep (P07220222128)
Nurlaeni, A.Md.Kep (P07220222119)
Dwi Sri Lestari , A.Md.Kep (P07220222097)
Yayuk Widiyanti, A.Md.Kep (P07220222104)

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG


SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugrah darinya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien
SAR”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita, makalah yang kami buat ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Kami berharap adanya kritik, saran ataupun
usulan demi memperbaiki makalah yang telah kami buat, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah di susun ini berguna bagi diri sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan.

Rantau Pulung, November 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................1

BAB II
A. Pengertian.........................................................................................................2
B. Etiologi.............................................................................................................2
C. Patofisiologi.....................................................................................................3
D. Manifestasi Klinis............................................................................................3
E. Klasifikasi........................................................................................................4
F. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................5
G. Penatalaksanaan...............................................................................................6
H. Discharge planning...........................................................................................8

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN....................................................9


A. Pengkajian........................................................................................................9
B. Diagnosa.........................................................................................................10
C. Intervensi........................................................................................................11

BAB IV PENUTUP..................................................................................................14
A. Kesimpulan............................................................................................14
B. Saran …………………………………………………………………...14

DAPTAR PUSTAKA...............................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tanggal 12 Maret 2003, Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mengeluarkan suatu peringatan ke seluruh dunia tentang adanya suatu penyakit
yang disebutnya sebagai sindrom penapasan akut parah (SARS). Penyakit ini
digambarkan sebagai radang paru (pneumonia) yang berkembang secara sangat
cepat, progresif dan seringkali bersifat fatal, dan diduga berawal dari suatu
propinsi di Cina Utara yaitu propinsi Guangdong.
Kekuatiran lainnya adalah masih belum diketahui secara pasti cara
peneyebaran virus tersebut. Penularannya dari orang ke orang melalui udara,
feses, dan toilet yang terinfeksi. Masih menjadi pertanyaan berapa lama virus
mampu bertahan hidup di lingkungan. Hasil penelitian terakhir menunjukkan
bahwa coronavirus mampu bertahan hidup di luar tubuh manusia sampai satu
minggu.
Oleh karena itu , SARS harus cepat ditanggapi karena termasuk suatu
ancaman yang serius terhadap kesehatan internasional. Jika virus SARS bertahan
pada keadaannya seperti sekarang serta penyebarannya yang sangat cepat, maka
SARS dapat menjadi penyakit baru dengan keganasan yang tinggi dan potensi
epidemik global.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penyakit SARS itu?
2. Bagaimana penyebab penyakit SARS?
3. Bagaimana patofisiologis penyakit SARS?
4. Apa saja manifestasi klinis penyakit SARS?
5. Bagaimana klasifikasi penyakit SARS?
6. Bagaimana pengobatan penyakit SARS?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit SARS.
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit SARS
3. Untuk mengetahui patofisiologis penyakit SARS.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit SARS.
5. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit SARS
6. Untuk mengetahui pengobatan penyakit SARS
D. Manfaat
1) Memberikan pengetahuan tentang penyakit SARS.
2) Memberikan pengetahuan tentang penyebab penyakit SARS.
3) Memberikan pengetahuan tentang patofisiologis penyakit SARS.
4) Memberikan pengetahuan tentang manifestasi klinis penyakit SARS.
5) Memberikan pengetahuan tentang klasifikasi penyakit SARS.

4
6) Memberikan pengetahuan tentang pengobatan penyakit SARS.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Sever acute respiratory syndrome-coronavirus (SARS) merupakan suatu
penyakit yang serius dan disebabkan oleh infeksi virus pada paru yang bersifat
mendadak dan menunjukan gejala gangguan pernapasan pada pasien yang
mempunyai riwayat kontak dengan pasien SARS

E. Etiologi
Dua virus yang pertama kali dicurigai sebagai penyebab SARS adalah
paramyxovirus dan coronavirus. Dan terakhir hanya coronavirus yang diduga
sebagai penyebab SARS. Proses penularan sars adalah berdasarkan droplet dan
kontak. Penularan fecal-oral juga mungkin terjadi melalui diare. SARS juga bisa
menyebar jika seseorang menyentuh secret atau permukaan/obyek yang
terinfeksiusdan kemudian secara langsung menyentuh mata, hidung atau mulut,
juga melalui batuk atau bersin dari pasien SARS. Setelah masuk ke tubuh
manusia coronavirus ini dapat menimbulkan infeksi saluran pernapasan atas dan
juga bawah sehingga mengakibatkan sistem imunitas pernapasan menjadi turun
dan berakibat batuk yang lama dan akan mengakibatkan kerusakan epitel dan
gerakan silia berkurang jika diteruskan akan mengakibatkan infeksi bertambah
berat
Faktor Predisposisi
 Faktor diri (host) : umur, jenis kelamin, status gizi, kelainan congenital,
imunologis, BBLR dan premature.
 Faktor lingkungan : Pola hidup, asap rokok, keterpaparan terhadap
infeksi, sosial ekonomi, Kepadatan tempat tinggal, cuaca dan polusi udara.
 Defisiensi vitamin
 Tingkat sosio ekonomi rendah
 Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah
 Menderita penyakit kronis
 Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang salah.
Faktor Pencetus
Coronavirus adalah mayoritas agen penyebab SARS.Virus ini stabil pada tinja
dan urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari
pada penderita diare.Virus SARS kehilangan infektivitasnya terhadap berbagai
disinfektan dan bahan-bahan fiksasi.  Seperti virus lain, corona menyebar lewat
udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Dalam
tempo sekitar dua hingga sepuluh hari, paru-paru akan meradang, bernapas kian
sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien

5
atau terkena cairan pasien.Misalnya terkena ludah saat pasien bersin dan batuk
bahkan bisa melalui barang-barang yang terkontaminasi atau barang yang
digunakan oleh pasien SARS.
F. Patofisiologi
SARS secara klinis lebih melibatkan saluran nafas bagian bawah
dibandingkan dengan saluran nafas dibagian atas. Pada saluran nafas bagian
bawah, sel-sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena dibandingkan
trakea maupun bronkus. Menurut Chen dan Rumende (2006), patogenesis SARS
terdiri dari 2 macam fase :
1) Fase Pertama
Terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini melibatkan
proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang
eksudatif. Fase ini dicirikan dengan adanya infiltrasi dari sel-sel inflamasi
serta edema dan pembentukan membran hialin.
Membran hialin ini terbentuk dari endapan protein plasma serta
debris nucleus dan sitoplasma sel-sel epitel paru (pneumosit) yang rusak.
Dengan adanya nekrosis sel-sel epitel paru maka barrier antara sirkulasi
darah dan jalan udara menjadi hilang sehingga cairan yang berasal dari
pembuluh darah dapat masuk ke dalam ruang alveolus (efusi). Namun masih
belum dapat dibuktikan apakah kerusakan sel-sel paru tersebut diakibatkan
karena efek toksik dari virus tersebut secara langsung atau kerusakan
tersebut terjadi karena perantara sistem imun. Pada saat fase eksudatif ini
dapat diamati dan diidentifikasi RNA dan antigen virus yang terdapat pada
makrofag alveolar.
2). Fase kedua
Fase ini dimulai tepat setelah fase pertama selesai (setelah 10 hari).
Fase ini ditandai dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD yang
terorganisir. Pada periode ini didapati metaplasia sel epitel skuamosa
bronchial, bertambahnya ragam sel dan fibrosis pada dinding lumen
alveolus. Pada fase ini juga tampak dominasi pneumosit tipe 2 dengan
perbesaran nucleus dan nucleoli yang eosinofilik. Selanjutnya juga
ditemukan adanya sel raksasa dengan banyak nucleus (multinucleated giant
cell) dalam rongga alveoli. Sel raksasa tersebut diduga merupakan akibat
langsung dari VoC SARS, namun sumber lain mengatakan bahwa hal
tersebut bukan karena COV SARS namun disebabkna karena proses
inflamasi yang berat pada tahap DAD eksudatif.

D. Manifestasi Klinis
1. Gejala umum seperti flu
2. Demam dengan temperatur suhu diatas380 C selama lebih dari 24 jam

6
3. Adanya batuk ringan sampai berat (batuk yang diasosiasikan dengan
SARS cenderung batuk kering)
4. Satu/lebih gejala saluran pernapasan bagian bawah yaitu batuk, napas
pendek, kesulitan bernapas
5. Sakit kepala, kaku otot, anoreksia, lemah, bercak merah pada kulit,
bingung, dan diare
6. Gejala khas seperti gejala diatas menjadi semakin berat dan cepat dan
dapat menjadi peradangan paru (pneumonia), jika terlambat dapat
meninggal. Masa inkubasi 2-10 hari
7. Satu/lebih keadaan berikut (dalam 10 hari terakhir)
- Ada riwayat kontak erat dengan seseorang yang diyakini menderita
SARS
- Sebelum sakit punya riwayat bepergian ke daerah geografis yang
tercatat sebagai daerah dengan penularan penyakit SARS
- Tinggal di daerah dengan transmisi lokal SARS
8. Pemeriksaan laboratorium ditemukan hasil:
- Limfoma, leucopenia, dan trombositopenia: pada pemeriksaan
sederhana menunjukan hitung leukosit kurang dari 3,5x109/L dan
limfopenia kurang dari 1x109/L
- Hiponatremia dan hipokalemia ringan
- Peningkatan LDH, ALT dan kadar transaminase hepar
- Peningkatan kadar kreatinin kinase (CK)
9. Infeksi SARS-Cov tidak dapat dipastikan (unconfirmed) jika:
- Dalam serum pada masa konvalesens (serum yang diambil 28 hari
atau lebih setelah awitan gejalanya) tidak ditemukan antibodu
terhadap SARS-Cov
- Tes laboratorium tidak dikerjakan atau tidak lengkap

E. Klasifikasi
Secara proposional ada 2 kasus SARS, yaitu “suspect” dan “probable” sesuai
kriteria WHO :
a) Suspect SARS
1) Adalah seseorang yang menderita sakit dengan gejala demam tinggi ( >
38oC ), dengan satu atau lebih gangguan pernafasan, yaitu batuk, nafas
pendek dan kesulitan bernafas. Satu atau lebih keadaan berikut:
- Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, mempunyai riwayat kontak erat
dengan seseorang yang telah didiagnosis sebagai penderita SARS,
dimana orang yang beresiko tersebut adalah orang yang merawat,
tinggal serumah atau berhubungan langsung dengan cairan saluran
pernafasan maupun atau jaringan tubuh seseorang penderita SARS

7
- Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, melakukan perjalanan ke tempat
terjangkit SARS. Tempat yang dilaporkan terjangkit SARS adalah
sesuai dengan ketetapan WHO sebagai negara terjangkit yang pada
tanggal 1 April yaitu Canada (Toronto), Singapura, China (Guangdong,
Hongkong SAR, Shanxi, Taiwan) dan Vietnam (Hanoi)
- Penduduk dari daerah terjangkit.
2) Adalah seseorang yang meninggal dunia karena mengalami gagal nafas
akut yang tidak diketahui penyebabnya dan tidak dilakukan otopsi untuk
mengetahui penyebabnya. Pada 10 hari sebelum meninggal, orang tersebut
mengalami salah satu atau lebih kondisi dibawah ini, yaitu:
- Kontak erat dengan seseorang yang telah didiagnosa suspect atau
probable SARS
- Riwayat berkunjung ke tempat atau negara yang terkena wabah SARS
- Bertempat tinggal atau pernah tinggal di tempat/negara yang terjangkit
wabah SARS.
b) Probable SARS
Adalah kasus Suspect ditambah dengan gambaran foto toraks menunjukkan
tanda-tanda pneumonia atau respiratory distress syndrome, atauseseorang
yang meninggal karena penyakit saluran pernafasan yang tidak jelas
penyebabnya, dan pada pemeriksaan autopsi ditemukan tanda patologis
berupa respiratory distress syndrome yang tidak jelas penyebabnya.
Menurut pembagian stadium SARS dibagi dalam 2 yaitu:
1. Stadium 1, dimulai dengan suatu gejala mirip flu yang mulai terjadi 2-7
hari setelah inkubasi dan khas ditandai dengan gejala prodormal berupa
demam >380 C dengan tanpa menggigil, dapat disertai dengan gejala yang
tidak spesifik seperti malaise, sakit kepala, mialgia, anoreksia, dan pada
beberapa pasien juga dapat mengalami diare. Stadium ini berlangsung
selama 3-7 hari
2. Stadium 2, adalah fase gejala saluran pernafasan. Fase ini secara tipikal
dapat mulai terjadi 3 hari setelah inkubasi. Pasien mengalami batuk
kering, sessak napas, dan pada sebagian kasus dapat timbul hipoksemia
yang progresif. Gejala ini dapat berkembang menjadi kegagalan
pernafasan yang memerlukan inkubasi dan ventilasi mekanik
SARS juga dapat dibagi menjadi 4 derajad:
- Derajad 1 (derajad ringan/klasik): ditandai demam >3 hari, batuk tidak
produktif, foto dada tidak ada gambaran penumonia dan penderita sembuh
dengan sendirinya
- Derajad 2 (derajad sedang): gejala klasik ditambah kelainan di paru dan
penderita akan sembuh dengan baik atau justru jatuh ke derajad berat
- Derajad 3 (derajad berat): ditandai dengan gejala sukar bernapas dan
hipoksia
- Derajad 4 (Kritis): Gagal napas, acute respiratory distress syndrome

8
- (ARDS), syok sepsis dan/atau multiple organ failure

F. Pemeriksaan Penunjang
a) Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar
bunyi pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan
darah seringkali rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak
kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen).
b) Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat
yang seharusnya terisi udara)
c) CT-Scan toraks menunjukan gambaran bronkiolitis obleterans
organizing pneumonia (BOOP)
d) Pemeriksaan Laboratorium:
- Pemeriksaan darah perifer lengkap
- Pemeriksaan SGOT/SGPT untuk mengetahui fungsi hati
- Pemeriksaan tes antibody (IgG/IgM)
- Pemeriksaan molecular (PCR) pada specimendahak, feses, dan
darah perifer
- Pemeriksaan deteksi antigen dan kultur virus

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan kasus suspect SARS
a) Kasus dengan gejala SARS melewati triase (petugas sudah memakai
masker N95). Untuk segera dikirim ke ruangan pemeriksaan  atau
bangsal yang sudah disiapkan.
b) Berikan masker bedah  pada penderita.
c) Petugas yang masuk keruang pemeriksaan sudah memakai penggunaan
alat proteksi perorangan  ( PAPP )
d) Catat dan dapatkan keterangan rinci mengenai tanda klinis, riwayat
perjalanan, riwayat kontak termasuk riwayat munculnya gangguan
pernapasan pada kontak  sepuluh hari sebelumnya \
e) Pemeriksaan fisik
f) Lakukan pemeriksaan foto toraks dan darah tepi lengkap
g) Bila foto toraks normal lihat indikasi rawat atau tetap dirumah, anjurkan
untuk melakukan kebersihan diri, tidak masuk kantor / sekolah dan
hindari menggunakan angkutan umum selama belum sembuh
h) Pengobatan di rumah ; simtomatik, antibiotik bila ada indikasi, vitamin
dan   makanan bergizi
i) Apabila keadaan memburuk segera hubungi dokter
j) Bila foto toraks menunjukkan gambaran infiltrat satu sisi atau dua sisi
paru dengan  atau tanpa infiltrat interstial lihat penatalaksanaan kasus
probablesuspek SARS yang dirawat:
1) Isolasi
2) Perhatikan :
− Keadaan umum
− Kesadaran
− Tanda vital (tensi, nadi, frekuensi napas, suhu)
3) Terapi suportif
4) Antibiotik :  b laktam atau b laktam + Anti b laktamase oralditambah
makrolid generasi baru oral (roksitromisin, klaritromisin, azitromisin)

2. Penatalaksanaan kasus probable 


1) Rawat di Rumah Sakit dalam ruang isolasi dengan kasus sejenis.

9
2) Pegambilan darah untuk: darah tepi lengkap,  fungsi hati, kreatin
fosfokinase, urea, elektrolit, C reaktif protein.
3) Pengambilan sampel untuk membedakan dari kasus pneumonia tipikal/
atipikal lainnya;
− pemeriksaan usap hidung dan tenggorokan,
− biakan darah, serologi
− urine

4) Pemantauan darah 2 hari sekali


5) Foto toraks diulang sesuai indikasi klinis
6) Pemberian pengobatan
a) Ringan / sedang
Antibiotik golongan beta laktam + anti b laktamase (intravena)
ditambahmakrolid generasi baru oral atau sefalosporin G2, sefalosporin
G3 (intravena), ditambah makrolid generasi baru oral atau
fluorokuinolonrespirasi(intravena): Moxifloxacin, Levofloxacin,
Gatifloxacin
b) Berat
− Pasien yang tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas, diberikan
sefalosporin G3 non pseudomonas (intravena) ditambah makrolid 
generasi baru oral atau fluorokuinolon respirasi (intravena).
Antibiotik untuk pasien dengan faktor resiko infeksi pseudomonas
diberikan sefalosporin  anti pseudomonas (seftazidim, sefoperazon,
sefipim)/karbapenem (intravena)ditambah luorokuinolon anti
pseudomonas (siprofloksasin, levofloksasin)
intravena/aminoglikosida intravena ditambah makrolid generasi baru
oral
− Kortikosteroid: Hidrokortison ( intravena ) 4 mg/kgBB tiap 8 jam,
tapering  atau metilprednisolon ( intravena )  240-320 mg tiap hari
− Ribavirin 1,2 gr oral tiap 8 jam atau  8 mg/kgBB intravena tiap 8 jam

3. Penatalaksanaan Kontak
a) Kontak Dengan Kasus Suspek
− Berikan informasi mengenai SARS pada kontak
− Passive Surveillance selama sepuluh hari
− Aktifitas kontak tak terbatas
− Jika timbul gejala klinis, segera menghubungi fasilitas
− kesehatan
− Gejala yang timbul pertama : panas
b) Kontak Dengan Kasus Probable
− Berikan informasi mengenai SARS pada kontak
− Active Surveillance selama sepuluh hari
− Telepon atau kunjungi oleh tim surveillance
− Catat suhu tubuh setiap hari
− Aktifitas kontak tak terbatas
− Jika timbul gejala klinis, segera menghubungi fasilitas kesehatan
− Gejala yang timbul pertama : panas
Indikasi Rawat 
Penderita SARS yang di rawat inap adalah :
a) Suspect SARS dengan riwayat kontak erat (+)
b) Suspect SARS dengan gejala klinis berat, yaitu:
− Sesak nafas dengan frekuensi nafas  30 kali / menit.

10
− Nadi lebih 100 kali/menit.
− Ada gangguan kesadaran
− Kondisi umum lemah
− Indikasi rawat inap lain ditentukan oleh dokter yang memeriksa penderita
Yang harus diperhatikan terhadap penderita SARS:
1. Di rumah sakit, ruang perawatan penderita suspect SARS harus dibedakan
dengan ruang penderita probable SARS. Saat memeriksa dan merawat
penderita SARS, petugas medis harus memakai penggunaan alat proteksi
perorangan (PAPP)
2. Penderita suspect SARS dengan gejalaklinis ringan tidak dirawat inap di
rumah sakit, akan tetapi dirawat di rumah (home isolation). Tindakan
yang harus dilakukan selama home isolation atau isolasi dirumah adalah:
- Penderita harus dirumah sampai demam hilang dan selalu
menggunakan masker sampai 14 hari sesudah dua hari bebas
panas
- Alat makan dan minumnya dipisahkan dari alat makan dan minum
anggota keluarga yang lain
- Penderita harus diukur suhu tubuhnya setiap 8 jam sekali. Bila
dalam dua kali pengukuran terjadi kenaikan suhu tubuh mencapai
380 C, maka penderita harus segera dikirim ke rumah sakit
- Minum obat yang diberikan sesuai petunjuk
- Anggota keluarga yang merawat penderita dan tinggal serumah,
harus memakai masker
- Anggota keluarga yang merawat penderita harus mencuci tangan
setelah merawat penderita
- Apabila ada anggota keluarga lain yang menderita demam selama
penderita masih sakit sampai dengan 10 hari setelah penderita
dinyatakan sembuh maka harus segera memeriksakan diri ke
rumah sakit dan selalu menggunakan masker
Indikasi Keluar Rumah Sakit
a) Tidak panas selama 48 jam
b) Tidak batuk
c) Leukosit kembali normal
d) Trombosit kembali normal
e) CPK kembali normal
f) Uji fungsi hati kembali normal
g) Sodium plasma kembali normal
h) Perbaikan X-foto toraks

Discharge planning
1. Biasakan hidup bersih dan cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas
2. Penderita harus memakai masker sampai 14 hari setelah 2 hari bebas
panasdan terus berada dirumah. Dan keluarga memakai masker setiap
berdekatan dengan penderita (sekitar 2 meter)
3. Jika ada keluarga yang menderita demam saat penderita masih sakit maka
segera rujuk kerumah sakit
4. Jika memiliki pelihraan jagalah kebersihan dan kesehatan peliharaan
5. Hindari kontak langsung dengan penderita SARS. Serta hindari bepergian
ke daerah yang endemic penyakit tersebut sebelum disterilkan serta
selalu memakai masker
6. Hindari menggunakan barang atau tempat makan yang sama dengan
penderita SARS

11
7. Desinfeksi kamar tidur dan kamar mandi penderita SARS secara berkala
sampai sembuh. Serta membakar sampah penderita untuk menghinadri
penularan
8. Selalu menutup mulut apabila batuk dan bersin serta tidak meludah
disembarang tempat
9. Ketahui gejala dan penyebabnya serta cara menghindarinya atau tindakan
pertama sat menemukan gejala dari SARS

12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnenis
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan SARS :
a. Kaji terhadap nyeri, takipnea, penggunaan otot aksesori, nadi cepat
bersambungan, batuk, sputum purulen, dan auskultasi bunyi napas untuk
mengetahui konsolidasi.
b. Perhatikan perubahan suhu tubuh.
c. Kaji terhadap kegelisahan dan delirium dalam alkoholisme.
d. Kaji terhadap komplikasi yaitu demam berlanjut atau kambuhan, tidak
berhasil untuk sembuh, atelektasis, efusi pleural, komplikasi jantung, dan
superinfeksi.
e. Faktor perkembangan pasien : Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan
sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang
dilakukan.
f. Pengetahuan pasien atau keluarga : pengalaman terkena penyakit
pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang
dilakukan.

2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
 Pasien tampak sesak
 Pasien tampak batuk tidak produktif
 Petekie
 Ekimosis
 Adanya sianosis pada jari dan mulut klien
 Adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan
Palpasi :
 Denyut nadi meningkat
 CRT > 2 detik
 Turgor kulit menurun
 Demam
 Akral dingin
Perkusi :
 Terdengar suara timpani pada abdomen
 Terdengar suara dullness pada perkusi paru
Auskultasi :
 Terdengar suara ronchi di basal paru
 Bising usus meningkat

B. Diagnosa Keperawatan
1) PK Hipoksemia
2) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebih ditandai dengan penumpukan saliva, batuk tidak efektif,
terdapat suara napas tambahan, perubahan frekuensi napas
3) Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai
dengan pasien gelisah, mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan
dalam peristiwa hidup, bingung, khawatir

13
4) Hipertermi berhubungan dengan penyakit (SARS) ditandai dengan akral
teraba panas, kulit tampak memerah, suhu diatas normal (36,5o-37,5o C),
takikardi
5) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering,
haluaran urine berkurang, kulit kering, nadi meningkat
6) Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus
hiperaktif (>3x/menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB
dalam sehari (3x/hari atau lebih)
7) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan (dehidrasi)
8) Perfusi jaringan perifer tidak efektif b.d penurunan suplai O 2 ke jaringan
d.d nadi lemah, N= 55x/menit, terasa kesemutan pada ekstremitas,
CRT>3detik.
9) Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d emboli (asam laktat) pada
pembuluh darah otak d.d kesadaran menurun, GCS<15, nyeri kepala,
gelisah, kelemahan.
10) Nyeri akut b.d agen cedera biologis (penumpukan cairan berlebih pada
rongga dada) d.d klien mengeluh nyeri, skala nyeri 3 (skala 0-10), tampak
meringis.
11) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dan CO2 d.d
klien mengeluh merasa letih, mengeluh merasa lemah, terjadi peningkatan
nadi secara signifikan ketika beraktivitas, terjadi perubahan TD abnormal
selama beraktivitas.
12) Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi d.d dispnea, RR 24x/menit,
terjadi retraksi dinding dada, terjadi PCH.
13) Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler
(kerusakan di alveoli) d.d sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi PCH.
14) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung d.d takikardia, perubahan EKG.
15) Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan
melalui udara dan kontak.
16) Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan d.d
ketidakmampuan dalam: mengakses kamar mandi, mengeringkan tubuh,
membasuh tubuh.
17) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi (edema paru ) d.d perubahan tekanan arteri pulmonal, perubahan
pada pola pernapasan
18) Risiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren
(trombositopenia)
19) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan absorbsi nutrisi ditandai dengan penurunan
berat badan 20% di bawah berat ideal, diare.
20) PK: Infeksi
Diagnosa Prioritas
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebih
2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler
(kerusakan dialveoli)
3. Ansietas b/d krisis situasional, ancaman terhadap kematian d.d gelisah,
bingung
4. Risiko Syok b/d hipoksia, sindrom respons inflamasi sistemik

14
C. Intervensi Keperawatan
1) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 2 jam maka bersihan jalan
nafas meningkat dengan kriteria hasil :
✓ Produksi sputum menurun
 Mengi menurun
 Wheezing menurun
 Ronkhi menurun
 Dispnea menurun
 Gelisah menurun
 Frekuensi napas membaik
Intervensi
Mandiri
a. Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan nafas, dan kedalaman)
Rasional :. Ronki, mengi menunjukkan akumulasi
sekret/ketidakmampuan membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan
peningkatan kerja pernafasan.
b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif (catat karakter
dan jumlah sputum)
Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal.
c. berikan pasien posisi semi fowler dan bantu pasien untuk batuk dan latihan
nafas dalam
Rasional :Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan. Latihan nafas dalam meningkatkan gerakan
sekret ke dalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.
d. bersihkan sekret dari mulut dan trakea (penghisapan sesuai keperluan)
Rasional : Mencegah aspirasi / obstruksi. Penghisapan dilakukan jika pasien
tidak mampu mengeluarkan sekret
Kolaborasi
a. lembabkan udara / oksigen inspirasi
Rasional: Mencegah pengeringan mukosa dan membantu pengenceran
sekret.
b. beri obat-obatan sesuai indikasi
 mukolitik (contoh asetilsistein)
 bronkodilator (contoh okstrifilin)
 kortikosteroid (prednison)
Rasional;
Mukolitik menurunkan kekentalan sekret / sputum sehingga mudah untuk
dikeluarkan.
Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial
sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
Kortikosteroid berguna pada saat respon inflamasi mengancam hidup.

2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-


kapiler (kerusakan di alveoli) ditandai dengan sianosis, dispnea, hipoksia,
terjadi pernapasan cuping hidung
Tujuan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam maka pertukaran
gas meningkat dengan kriteria hasil :
1) Dispnea menurun

15
2) Bunyi napas tambahan menurun
3) Pusing menurun
4) Penglihatan kabur menurun
5) Gelisah menurun
6) Napas cuping hidung menurun
Intervensi:
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas
bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau
kronisnya proses penyakit.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah
untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai
kebutuhan/toleransi individu.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
c. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat
sekitar bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral
mengindikasikan beratnya hipoksemia.
d. Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas
senggang.
Rasional: Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi
oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
e. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak
efektif.
f. Palpasi fremitus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau
udara terjebak.
g. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA
memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang
berhubungan dengan hipoksemia.
h. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem.
Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase
akut. Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan
sesuai toleransi individu.
Rasional : Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total
tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea.
Istirahat diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan.
Namun, program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan
kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.

3). Ansietas b/d krisis situasional, ancaman terhadap kematian d.d gelisah,
bingung
Tujuan
Dalam 24 jam, Tingkat Ansietas Menurun dengan kriteria:
 Perasaan bingung menurun,
 perasaan kuatir menurun,
 gelisah menurun,
 tegang menurun

16
Intervensi
Reduksi Ansietas
a. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal).
b. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
c. Dengarkan dengan penuh perhatian
d. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
e. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
f. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
g. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat koping
h. Latih teknik relaksasi untuk menurunkan stres dan ketegangan

4. Risiko Syok b/d hipoksia, sindrom respons inflamasi sistemik


Tujuan
Setelah dilakukan intevensi keperawatan selama 3x24 jam maka diharapkan resiko
syok teratasi, dengan kriteria hasil:

 Kekuatan nadi meningkat


 output urine meningkat
 tingkat kesadaran compos mentis
 saturasi oksigen meningkat

Intervensi:
Pencegahan Syok
a. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas,
TD)
b. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
c. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
d. Monitor tingkat kesadaran untuk mendeteksi tanda awal hipoksia serebral
e. Pasang kateter urine, jika perlu untuk menilai perfusi ginjal dan produksi
urine
f. Batasi resusitasi cairan terutama pada pasien edema paru karena resusitasi
agresif dapat memperburuk oksigenasi
g. Kolaborasi pemberian kristaloid 30 mL/kg BB jika terjadi syok untuk
h. mengoptimalkan perfusi jaringan dan mengoreksi defisit cairan

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari makalah diatas maka penulis menyimpulkan
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit
pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran
pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus.
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Corona Virus
Pneumonia (CVP) adalah Syndroma pernafasan akut berat yang merupakan
penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini belum
diketahui pasti penyebabnya.
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan
paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya
pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru).
SARS merupakan kedaruratan medis yang dapat terjadi pada orang yang
sebelumnya mempunyai paru-paru yang normal.  Walaupun sering disebut
sindroma gawat pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada
anak-anak

B. Saran
Kita sebagai mahasiswa perawat di harapkan mengerti dan memahami
tentang Asuhan Keperawatan pada klien SARS, dan kami mohon kritikannya
bagi pembaca Asuhan Keperawatan yang kami buat agar bisa membangun
makalah ini dengan lebih baik lagi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Djamal, Yuriska. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Klien SARS. Diakses pada
10 November 2022 dari https://www.academia.edu ›
Asuhan_Keperawatan_Pada Klien SARS

Pittara. (2022. 15 April). SARS. Diakses pada 10 November 2022 dari


https://www.alodokter.com › sars

Wikipedia.com. (2022, 15 Maret). Sindrom pernafasan akut berat. Diakses pada 9


November 2022 dari https://id.wikipedia.org.wiki.

19

Anda mungkin juga menyukai