Anda di halaman 1dari 46

Asuhan Keperawatan

“SARS”

Disusun Oleh :
1. Ade Nina Pradana (201604052)
2. Fairuz Brilianita (201604050)
3. Wahyu Melia Rohliana (201604066)
4. Mamik Sri Hidayati (201604031)
5. Halimatus Sadiyah (201604005)
6. Anisa Dharma Puspa (201604014)
7. Lhing Lhing Meilisa (201604025)
8. Ranaldi Mulyo Sandi (201604046)
9. Ainun Umi Lestari (201604063)

STIKes BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO


PRODI D3 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2017-2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugrah darinya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan SARS” meskipun masih
banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita, makalah yang kami buat ini masih terdapat
kekurangandan jauh dari kata sempurna. Kami berharap adanya kritik, saran
ataupun usulan demi memperbaiki makalah yang telah kami buat, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah di susun ini berguna bagi diri sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
untuk memperbaiki makalah ini jika ada waktu.

Mojokerto, 9 Oktober 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3. Tujuan ................................................................................................................ 1
1.4. Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................................... 3
2.1. Pengertian .......................................................................................................... 3
2.2. Etiologi ............................................................................................................... 3
2.3. Patofisiologi ....................................................................................................... 4
2.4. Manifestasi Klinis .............................................................................................. 5
2.5. Klasifikasi .......................................................................................................... 5
2.6. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................... 7
2.7. Penatalaksanaan ................................................................................................. 7
2.7. Masalah yang lazim muncul ............................................................................ 11
2.8. Discharge planning .......................................................................................... 11
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .................................................. 13
3.1. Pengkajian ........................................................................................................ 13
3.2. Diagnosa .......................................................................................................... 14
3.3. Intervensi.......................................................................................................... 15
BAB IV TINJAUAN KASUS .................................................................................. 21
A. Kasus ................................................................................................................ 21
4.1 PENGKAJIAN ................................................................................................. 21
4.2 DIAGNOSIS KEPERAWATAN ..................................................................... 24
4.3 PERENCANAAN ............................................................................................ 27
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI .............................................................. 35
BAB IV PENUTUP................................................................................................... 42
DAPTAR PUSTAKA ............................................................................................... 43

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada tanggal 12 Maret 2003, Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mengeluarkan suatu peringatan ke seluruh dunia tentang adanya suatu
penyakit yang disebutnya sebagai sindrom penapasan akut parah (SARS).
Penyakit ini digambarkan sebagai radang paru (pneumonia) yang berkembang
secara sangat cepat, progresif dan seringkali bersifat fatal, dan diduga berawal
dari suatu propinsi di Cina Utara yaitu propinsi Guangdong.
Kekuatiran lainnya adalah masih belum diketahui secara pasti cara
peneyebaran virus tersebut. Penularannya dari orang ke orang melalui udara,
feses, dan toilet yang terinfeksi. Masih menjadi pertanyaan berapa lama virus
mampu bertahan hidup di lingkungan. Hasil penelitian terakhir menunjukkan
bahwa coronavirus mampu bertahan hidup di luar tubuh manusia sampai satu
minggu.
Oleh karena itu , SARS harus cepat ditanggapi karena termasuk suatu
ancaman yang serius terhadap kesehatan internasional. Jika virus SARS
bertahan pada keadaannya seperti sekarang serta penyebarannya yang sangat
cepat, maka SARS dapat menjadi penyakit baru dengan keganasan yang tinggi
dan potensi epidemik global.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah penyakit SARS itu?
2. Bagaimana penyebaran penyakit SARS?
3. Bagaimana gejala penyakit SARS?
4. Bagaimana pencegahan terhadap penyakit SARS?
5. Bagaimana pengobatan penyakit SARS?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit SARS.
2. Untuk mengetahui penyebaran penyakit SARS.

1
3. Untuk mengetahui gejala penyakit SARS.
4. Untuk mengetahui pencegahan penyakit SARS.
5. Untuk mengetahui pengobatan penyakit SARS
1.4. Manfaat
1) Memberikan pengetahuan tentang penyakit SARS.
2) Memberikan pengetahuan tentang penyebaran penyakit SARS.
3) Memberikan pengetahuan tentang gejala penyakit SARS.
4) Memberikan pengetahuan tentang cara pencegahan penyakit SARS.
5) Memberikan pengetaahuan tentang cara pengobatan penyakit SARS.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
Sever acute respiratory syndrome-coronavirus (SARS) merupakan
suatu penyakit yang serius dan disebabkan oleh infeksi virus pada paru yang
bersifat mendadak dan menunjukan gejala gangguan pernapasan pada pasien
yang mempunyai riwayat kontak dengan pasien SARS
2.2. Etiologi
Dua virus yang pertama kali dicurigai sebagai penyebab SARS adalah
paramyxovirus dan coronavirus. Dan terakhir hanya coronavirus yang diduga
sebagai penyebab SARS. Proses penularan sars adalah berdasarkan droplet
dan kontak. Penularan fecal-oral juga mungkin terjadi melalui diare. SARS
juga bisa menyebar jika seseorang menyentuh secret atau permukaan/obyek
yang terinfeksiusdan kemudian secara langsung menyentuh mata, hidung atau
mulut, juga melalui batuk atau bersin dari pasien SARS. Setelah masuk ke
tubuh manusia coronavirus ini dapat menimbulkan infeksi saluran pernapasan
atas dan juga bawah sehingga mengakibatkan sistem imunitas pernapasan
menjadi turun dan berakibat batuk yang lama dan akan mengakibatkan
kerusakan epitel dan gerakan silia berkurang jika diteruskan akan
mengakibatkan infeksi bertambah berat
Faktor Predisposisi
 Faktor diri (host) : umur, jenis kelamin, status gizi, kelainan
congenital, imunologis, BBLR dan premature.
 Faktor lingkungan : Pola hidup, asap rokok, keterpaparan terhadap
infeksi, sosial ekonomi, Kepadatan tempat tinggal, cuaca dan polusi udara.
 Defisiensi vitamin
 Tingkat sosio ekonomi rendah
 Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah
 Menderita penyakit kronis
 Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang
salah.
Faktor Pencetus
Coronavirus adalah mayoritas agen penyebab SARS.Virus ini stabil pada tinja
dan urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4
hari pada penderita diare.Virus SARS kehilangan infektivitasnya terhadap
berbagai disinfektan dan bahan-bahan fiksasi. Seperti virus lain, corona
menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di
paru-paru. Dalam tempo sekitar dua hingga sepuluh hari, paru-paru akan

3
meradang, bernapas kian sulit. Metode penularannya melalui udara serta
kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien.Misalnya terkena
ludah saat pasien bersin dan batuk bahkan bisa melalui barang-barang yang
terkontaminasi atau barang yang digunakan oleh pasien SARS.
2.3. Patofisiologi
SARS secara klinis lebih melibatkan saluran nafas bagian bawah
dibandingkan dengan saluran nafas dibagian atas.Pada saluran nafas bagian
bawah, sel-sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena dibandingkan
trakea maupun bronkus. Menurut Chen dan Rumende (2006), patogenesis
SARS terdiri dari 2 macam fase :
a) Fase Pertama
Terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini melibatkan
proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang
eksudatif. Fase ini dicirikan dengan adanya infiltrasi dari sel-sel inflamasi
serta edema dan pembentukan membran hialin.
Membran hialin ini terbentuk dari endapan protein plasma serta debris
nucleus dan sitoplasma sel-sel epitel paru (pneumosit) yang rusak. Dengan
adanya nekrosis sel-sel epitel paru maka barrier antara sirkulasi darah dan
jalan udara menjadi hilang sehingga cairan yang berasal dari pembuluh darah
dapat masuk ke dalam ruang alveolus (efusi). Namun masih belum dapat
dibuktikan apakah kerusakan sel-sel paru tersebut diakibatkan karena efek
toksik dari virus tersebut secara langsung atau kerusakan tersebut terjadi
karena perantara sistem imun. Pada saat fase eksudatif ini dapat diamati dan
diidentifikasi RNA dan antigen virus yang terdapat pada makrofag alveolar.
b) Fase kedua
Fase ini dimulai tepat setelah fase pertama selesai (setelah 10 hari).
Fase ini ditandai dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD yang
terorganisir. Pada periode ini didapati metaplasia sel epitel skuamosa
bronchial, bertambahnya ragam sel dan fibrosis pada dinding lumen alveolus.
Pada fase ini juga tampak dominasi pneumosit tipe 2 dengan perbesaran
nucleus dan nucleoli yang eosinofilik. Selanjutnya juga ditemukan adanya sel
raksasa dengan banyak nucleus (multinucleated giant cell) dalam rongga
alveoli. Sel raksasa tersebut diduga merupakan akibat langsung dari VoC
SARS, namun sumber lain mengatakan bahwa hal tersebut bukan karena COV
SARS namun disebabkna karena proses inflamasi yang berat pada tahap DAD
eksudatif.

4
2.4. Manifestasi Klinis
1. Gejala umum seperti flu
2. Demam dengan temperatur suhu diatas380 C selama lebih dari 24 jam
3. Adanya batuk ringan sampai berat (batuk yang diasosiasikan dengan
SARS cenderung batuk kering)
4. Satu/lebih gejala saluran pernapasan bagian bawah yaitu batuk, napas
pendek, kesulitan bernapas
5. Sakit kepala, kaku otot, anoreksia, lemah, bercak merah pada kulit,
bingung, dan diare
6. Gejala khas seperti gejala diatas menjadi semakin berat dan cepat dan
dapat menjadi peradangan paru (pneumonia), jika terlambat dapat
meninggal. Masa inkubasi 2-10 hari
7. Satu/lebih keadaan berikut (dalam 10 hari terakhir)
- Ada riwayat kontak erat dengan seseorang yang diyakini
menderita SARS
- Sebelum sakit punya riwayat bepergian ke daerah geografis
yang tercatat sebagai daerah dengan penularan penyakit SARS
- Tinggal di daerah dengan transmisi lokal SARS
8. Pemeriksaan laboratorium ditemukan hasil:
- Limfoma, leucopenia, dan trombositopenia: pada pemeriksaan
sederhana menunjukan hitung leukosit kurang dari 3,5x109/L
dan limfopenia kurang dari 1x109/L
- Hiponatremia dan hipokalemia ringan
- Peningkatan LDH, ALT dan kadar transaminase hepar
- Peningkatan kadar kreatinin kinase (CK)
9. Infeksi SARS-Cov tidak dapat dipastikan (unconfirmed) jika:
- Dalam serum pada masa konvalesens (serum yang diambil 28
hari atau lebih setelah awitan gejalanya) tidak ditemukan
antibodu terhadap SARS-Cov
- Tes laboratorium tidak dikerjakan atau tidak lengkap

2.5. Klasifikasi
Secara proposional ada 2 kasus SARS, yaitu “suspect” dan “probable” sesuai
kriteria WHO :
a) Suspect SARS
1) Adalah seseorang yang menderita sakit dengan gejala demam tinggi (
> 38oC ), dengan satu atau lebih gangguan pernafasan, yaitu batuk,
nafas pendek dan kesulitan bernafas. Satu atau lebih keadaan berikut:
- Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, mempunyai riwayat kontak
erat dengan seseorang yang telah didiagnosis sebagai penderita

5
SARS, dimana orang yang beresiko tersebut adalah orang yang
merawat, tinggal serumah atau berhubungan langsung dengan
cairan saluran pernafasan maupun atau jaringan tubuh seseorang
penderita SARS
- Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, melakukan perjalanan ke
tempat terjangkit SARS. Tempat yang dilaporkan terjangkit SARS
adalah sesuai dengan ketetapan WHO sebagai negara terjangkit
yang pada tanggal 1 April yaitu Canada (Toronto), Singapura,
China (Guangdong, Hongkong SAR, Shanxi, Taiwan) dan Vietnam
(Hanoi)
- Penduduk dari daerah terjangkit.
2) Adalah seseorang yang meninggal dunia karena mengalami gagal
nafas akut yang tidak diketahui penyebabnya dan tidak dilakukan
otopsi untuk mengetahui penyebabnya. Pada 10 hari sebelum
meninggal, orang tersebut mengalami salah satu atau lebih kondisi
dibawah ini, yaitu:
- Kontak erat dengan seseorang yang telah didiagnosa suspect atau
probable SARS
- Riwayat berkunjung ke tempat atau negara yang terkena wabah
SARS
- Bertempat tinggal atau pernah tinggal di tempat/negara yang
terjangkit wabah SARS.
b) Probable SARS
Adalah kasus Suspect ditambah dengan gambaran foto toraks
menunjukkan tanda-tanda pneumonia atau respiratory distress syndrome,
atauseseorang yang meninggal karena penyakit saluran pernafasan yang
tidak jelas penyebabnya, dan pada pemeriksaan autopsi ditemukan tanda
patologis berupa respiratory distress syndrome yang tidak jelas
penyebabnya.
Menurut pembagian stadium SARS dibagi dalam 2 yaitu:
1. Stadium 1, dimulai dengan suatu gejala mirip flu yang mulai terjadi 2-
7 hari setelah inkubasi dan khas ditandai dengan gejala prodormal
berupa demam >380 C dengan tanpa menggigil, dapat disertai dengan
gejala yang tidak spesifik seperti malaise, sakit kepala, mialgia,
anoreksia, dan pada beberapa pasien juga dapat mengalami diare.
Stadium ini berlangsung selama 3-7 hari
2. Stadium 2, adalah fase gejala saluran pernafasan. Fase ini secara
tipikal dapat mulai terjadi 3 hari setelah inkubasi. Pasien mengalami
batuk kering, sessak napas, dan pada sebagian kasus dapat timbul
hipoksemia yang progresif. Gejala ini dapat berkembang menjadi

6
kegagalan pernafasan yang memerlukan inkubasi dan ventilasi
mekanik
SARS juga dapat dibagi menjadi 3 derajad:
- Derajad 1 (derajad ringan/klasik): ditandai demam >3 hari, batuk tidak
produktif, foto dada tidak ada gambaran penumonia dan penderita
sembuh dengan sendirinya
- Derajad 2 (derajad sedang): gejala klasik ditambah kelainan di paru
dan penderita akan sembuh dengan baik atau justru jatuh ke derajad
berat
- Derajad 3 (derajad berat): ditandai dengan gejala sukar bernapas dan
hipoksia

2.6. Pemeriksaan Penunjang


a) Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar
bunyi pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan
darah seringkali rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak
kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen).
b) Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang
seharusnya terisi udara)
c) CT-Scan toraks menunjukan gambaran bronkiolitis obleterans
organizing pneumonia (BOOP)
d) Pemeriksaan Laboratorium:
- Pemeriksaan darah perifer lengkap
- Pemeriksaan SGOT/SGPT untuk mengetahui fungsi hati
- Pemeriksaan tes antibody (IgG/IgM)
- Pemeriksaan molecular (PCR) pada specimendahak, feses, dan
darah perifer
- Pemeriksaan deteksi antigen dan kultur virus

2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus suspect SARS
a) Kasus dengan gejala SARS melewati triase (petugas sudah memakai
masker N95). Untuk segera dikirim ke ruangan pemeriksaan atau
bangsal yang sudah disiapkan.
b) Berikan masker bedah pada penderita.
c) Petugas yang masuk keruang pemeriksaan sudah memakai penggunaan
alat proteksi perorangan ( PAPP )
d) Catat dan dapatkan keterangan rinci mengenai tanda klinis, riwayat
perjalanan, riwayat kontak termasuk riwayat munculnya gangguan
pernapasan pada kontak sepuluh hari sebelumnya \

7
e) Pemeriksaan fisik
f) Lakukan pemeriksaan foto toraks dan darah tepi lengkap
g) Bila foto toraks normal lihat indikasi rawat atau tetap dirumah, anjurkan
untuk melakukan kebersihan diri, tidak masuk kantor / sekolah dan
hindari menggunakan angkutan umum selama belum sembuh
h) Pengobatan di rumah ; simtomatik, antibiotik bila ada indikasi, vitamin
dan makanan bergizi
i) Apabila keadaan memburuk segera hubungi dokter
j) Bila foto toraks menunjukkan gambaran infiltrat satu sisi atau dua sisi
paru dengan atau tanpa infiltrat interstial lihat penatalaksanaan kasus
probablesuspek SARS yang dirawat:
1) Isolasi
2) Perhatikan :
− Keadaan umum
− Kesadaran
− Tanda vital (tensi, nadi, frekuensi napas, suhu)
3) Terapi suportif
4) Antibiotik : b laktam atau b laktam + Anti b laktamase oralditambah
makrolid generasi baru oral (roksitromisin, klaritromisin, azitromisin)
Penatalaksanaan kasus probable
1) Rawat di Rumah Sakit dalam ruang isolasi dengan kasus sejenis.
2) Pegambilan darah untuk: darah tepi lengkap, fungsi hati, kreatin
fosfokinase, urea, elektrolit, C reaktif protein.
3) Pengambilan sampel untuk membedakan dari kasus pneumonia tipikal/
atipikal lainnya;
− pemeriksaan usap hidung dan tenggorokan,
− biakan darah, serologi
− urine
4) Pemantauan darah 2 hari sekali
5) Foto toraks diulang sesuai indikasi klinis
6) Pemberian pengobatan
a) Ringan / sedang
Antibiotik golongan beta laktam + anti b laktamase (intravena)
ditambahmakrolid generasi baru oral atau sefalosporin G2,
sefalosporin G3 (intravena),ditambah makrolid generasi baru oral atau
fluorokuinolonrespirasi(intravena): Moxifloxacin,Levofloxacin,
Gatifloxacin
b) Berat
− Pasien yang tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas,
diberikan sefalosporin G3 non pseudomonas (intravena)

8
ditambah makrolid generasi baru oral atau fluorokuinolon
respirasi (intravena). Antibiotik untuk pasien dengan faktor resiko
infeksi pseudomonas diberikan sefalosporin anti pseudomonas
(seftazidim, sefoperazon, sefipim)/karbapenem
(intravena)ditambah luorokuinolon anti pseudomonas
(siprofloksasin, levofloksasin) intravena/aminoglikosida intravena
ditambah makrolid generasi baru oral
− Kortikosteroid: Hidrokortison ( intravena ) 4 mg/kgBB tiap 8 jam,
tapering atau metilprednisolon ( intravena ) 240-320 mg tiap hari
− Ribavirin 1,2 gr oral tiap 8 jam atau 8 mg/kgBB intravena tiap 8
jam
Penatalaksanaan Kontak
a) Kontak Dengan Kasus Suspek
− Berikan informasi mengenai SARS pada kontak
− Passive Surveillance selama sepuluh hari
− Aktifitas kontak tak terbatas
− Jika timbul gejala klinis, segera menghubungi fasilitas
− kesehatan
− Gejala yang timbul pertama : panas
b) Kontak Dengan Kasus Probable
− Berikan informasi mengenai SARS pada kontak
− Active Surveillance selama sepuluh hari
− Telepon atau kunjungi oleh tim surveillance
− Catat suhu tubuh setiap hari
− Aktifitas kontak tak terbatas
− Jika timbul gejala klinis, segera menghubungi fasilitas kesehatan
− Gejala yang timbul pertama : panas
Indikasi Rawat
Penderita SARS yang di rawat inap adalah :
a) Suspect SARS dengan riwayat kontak erat (+)
b) Suspect SARS dengan gejala klinis berat, yaitu:
− Sesak nafas dengan frekuensi nafas 30 kali / menit.
− Nadi lebih 100 kali/menit.
− Ada gangguan kesadaran
− Kondisi umum lemah
− Indikasi rawat inap lain ditentukan oleh dokter yang memeriksa
penderita
Yang harus diperhatikan terhadap penderita SARS:
1. Di rumah sakit, ruang perawatan penderita suspect SARS harus
dibedakan dengan ruang penderita probable SARS. Saat memeriksa

9
dan merawat penderita SARS, petugas medis harus memakai
penggunaan alat proteksi perorangan (PAPP)
2. Penderita suspect SARS dengan gejalaklinis ringan tidak dirawat inap
di rumah sakit, akan tetapi dirawat di rumah (home isolation).
Tindakan yang harus dilakukan selama home isolation atau isolasi
dirumah adalah:
- Penderita harus dirumah sampai demam hilang dan selalu
menggunakan masker sampai 14 hari sesudah dua hari bebas
panas
- Alat makan dan minumnya dipisahkan dari alat makan dan
minum anggota keluarga yang lain
- Penderita harus diukur suhu tubuhnya setiap 8 jam sekali. Bila
dalam dua kali pengukuran terjadi kenaikan suhu tubuh
mencapai 380 C, maka penderita harus segera dikirim ke rumah
sakit
- Minum obat yang diberikan sesuai petunjuk
- Anggota keluarga yang merawat penderita dan tinggal
serumah, harus memakai masker
- Anggota keluarga yang merawat penderita harus mencuci
tangan setelah merawat penderita
- Apabila ada anggota keluarga lain yang menderita demam
selama penderita masih sakit sampai dengan 10 hari setelah
penderita dinyatakan sembuh maka harus segera
memeriksakan diri ke rumah sakit dan selalu menggunakan
masker
Indikasi Keluar Rumah Sakit
a) Tidak panas selama 48 jam
b) Tidak batuk
c) Leukosit kembali normal
d) Trombosit kembali normal
e) CPK kembali normal
f) Uji fungsi hati kembali normal
g) Sodium plasma kembali normal
h) Perbaikan X-foto toraks
Nasehat Pada Pasien Pulang Dari Rumah Sakit
a) Setelah kembali dirumah dinasehatkan tetap harus Home Isolation (lihat
pointtindakan yang harus dilakukan selama isolasi diri/Home Isolation )
b) Tujuh hari setelah pulang ke rumah penderita diharuskan kontrol ke
rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan darah lengkap, X-foto toraks
dan uji lain yang abnormal

10
c) Minimum 14 hari setelah pulang, pasien baru diperbolehkan masuk
kerja/sekolah.
Follow up penderita
a) Istirahat dirumah selama 7 hari, selama itu tinggal dalam kamar,
usahakan seminimal mungkin kontak dengan orang.
b) Dipantau & dicatat suhu tubuh 2 X/ hari, jika suhu tubuh 38 0 C atau
lebih atau ada gejala saluran napas maka segera kontrol
c) Kontrol kembali ke RS tempat dirawat 7 hari setelah pulang; foto toraks,
hitung darah lengkap dan pemeriksaan darah lainnya jika ada riwayat
abnormal
d) Pemeriksaan serologi diulang 3 minggu setelah sakit
e) Dokter yang menentukan apakah pasien sudah tidak perlu isolasi

2.7. Masalah yang lazim muncul


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan
nafas
2. Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipneu,
demam
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan pemasukan berhubungan dengan faktor biologis
4. Nyeri kaut b.d agen injury biologi (kerusakan organ)
5. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi (RR >24x /menit) atau
hipoventilasi (RR<16x /menit)

2.8. Discharge planning


1. Basakan hidup bersih dan cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas
2. Penderita harus memakai masker sampai 14 hari setelah 2 hari bebas
panasdan terus berada dirumah. Dan keluarga memakai masker setiap
berdekatan dengan penderita (sekitar 2 meter)
3. Jika ada keluarga yang menderita demam saat penderita masih sakit
maka segera rujuk kerumah sakit
4. Jika memiliki pelihraan jagalah kebersihan dan kesehatan peliharaan
5. Hindari kontak langsung dengan penderita SARS. Serta hindari
bepergian ke daerah yang endemic penyakit tersebut sebelum
disterilkan serta selalu memakai masker
6. Hindari menggunakan barang atau tempat makan yang sama dengan
penderita SARS
7. Desinfeksi kamar tidur dan kamar mandi penderita SARS secara
berkala sampai sembuh. Serta membakar sampah penderita untuk
menghinadri penularan

11
8. Selalu menutup mulut apabila batuk dan bersin serta tidak meludah
disembarang tempat
9. Ketahui gejala dan penyebabnya serta cara menghindarinya atau
tindakan pertama sat menemukan gejala dari SARS

12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan SARS :
 Kaji terhadap nyeri, takipnea, penggunaan otot aksesori, nadi cepat
bersambungan, batuk, sputum purulen, dan auskultasi bunyi napas
untuk mengetahui konsolidasi.
 Perhatikan perubahan suhu tubuh.
 Kaji terhadap kegelisahan dan delirium dalam alkoholisme.
 Kaji terhadap komplikasi yaitu demam berlanjut atau kambuhan, tidak
berhasil untuk sembuh, atelektasis, efusi pleural, komplikasi jantung,
dan superinfeksi.
 Faktor perkembangan pasien : Umur, tingkat perkembangan,
kebiasaan sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti
tindakan yang dilakukan.
 Pengetahuan pasien atau keluarga : pengalaman terkena penyakit
pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan
yang dilakukan.
Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
 Pasien tampak sesak
 Pasien tampak batuk tidak produktif
 Petekie
 Ekimosis
 Adanya sianosis pada jari dan mulut klien
 Adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan
Palpasi :
 Denyut nadi meningkat
 CRT > 2 detik
 Turgor kulit menurun
 Demam
 Akral dingin
Perkusi :
 Terdengar suara timpani pada abdomen
 Terdengar suara dullness pada perkusi paru
Auskultasi :
 Terdengar suara ronchi di basal paru

13
 Bising usus meningkat

3.2. Diagnosa
1) PK Hipoksemia
2) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebih ditandai dengan penumpukan saliva, batuk tidak efektif,
terdapat suara napas tambahan, perubahan frekuensi napas
3) Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai
dengan pasien gelisah, mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan
dalam peristiwa hidup, bingung, khawatir
4) Hipertermi berhubungan dengan penyakit (SARS) ditandai dengan akral
teraba panas, kulit tampak memerah, suhu diatas normal (36,5o-37,5o C),
takikardi
5) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering,
haluaran urine berkurang, kulit kering, nadi meningkat
6) Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus
hiperaktif (>3x/menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB dalam
sehari (3x/hari atau lebih)
7) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan (dehidrasi)
8) Perfusi jaringan perifer tidak efektif b.d penurunan suplai O2 ke jaringan
d.d nadi lemah, N= 55x/menit, terasa kesemutan pada ekstremitas,
CRT>3detik.
9) Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d emboli (asam laktat) pada
pembuluh darah otak d.d kesadaran menurun, GCS<15, nyeri kepala,
gelisah, kelemahan.
10) Nyeri akut b.d agen cedera biologis (penumpukan cairan berlebih pada
rongga dada) d.d klien mengeluh nyeri, skala nyeri 3 (skala 0-10), tampak
meringis.
11) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dan CO2 d.d
klien mengeluh merasa letih, mengeluh merasa lemah, terjadi peningkatan
nadi secara signifikan ketika beraktivitas, terjadi perubahan TD abnormal
selama beraktivitas.
12) Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi d.d dispnea, RR 24x/menit,
terjadi retraksi dinding dada, terjadi PCH.
13) Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler
(kerusakan di alveoli) d.d sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi PCH.

14
14) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung d.d takikardia, perubahan EKG.
15) Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan
melalui udara dan kontak.
16) Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan d.d
ketidakmampuan dalam: mengakses kamar mandi, mengeringkan tubuh,
membasuh tubuh.
17) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi (edema paru ) d.d perubahan tekanan arteri pulmonal, perubahan
pada pola pernapasan
18) Risiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren
(trombositopenia)
19) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan absorbsi nutrisi ditandai dengan penurunan berat
badan 20% di bawah berat ideal, diare.
20) PK: Infeksi
Diagnosa Prioritas
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebih ditandai dengan penumpukan saliva, batuk tidak efektif,
terdapat suara napas tambahan, perubahan frekuensi napas
2) Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler
(kerusakan di alveoli) d.d sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi PCH.
3) PK: Infeksi
4) Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus
hiperaktif ( > 3 x/menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB
dalam sehari ( 3 x/hari atau lebih)
5) Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan
melalui udara dan kontak.

3.3. Intervensi
1) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan bersihan
jalan napas klien efektif dengan criteria hasil:
- klien mampu mengeluarkan sekret tanpa bantuan
- bunyi nafas normal, tidak ada ronchi, mengi dan stridor
- RR dalam batas normal (16-20 x/menit)
Intervensi
Mandiri
a. Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan nafas, dan kedalaman)

15
Rasional :. Ronki, mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan
membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan peningkatan kerja
pernafasan.
b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif (catat
karakter dan jumlah sputum)
Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal.
c. berikan pasien posisi semi fowler dan bantu pasien untuk batuk dan
latihan nafas dalam
Rasional :Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan
upaya pernafasan. Latihan nafas dalam meningkatkan gerakan sekret ke dalam
jalan nafas besar untuk dikeluarkan.
d. bersihkan sekret dari mulut dan trakea (penghisapan sesuai keperluan)
Rasional : Mencegah aspirasi / obstruksi. Penghisapan dilakukan jika pasien
tidak mampu mengeluarkan sekret
Kolaborasi
a. lembabkan udara / oksigen inspirasi
Rasional: Mencegah pengeringan mukosa dan membantu pengenceran sekret.
b. beri obat-obatan sesuai indikasi
 mukolitik (contoh asetilsistein)
 bronkodilator (contoh okstrifilin)
 kortikosteroid (prednison)
Rasional;
Mukolitik menurunkan kekentalan sekret / sputum sehingga mudah untuk
dikeluarkan.
Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial
sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
Kortikosteroid berguna pada saat respon inflamasi mengancam hidup.

2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane


alveolar-kapiler (kerusakan di alveoli) ditandai dengan sianosis, dispnea,
hipoksia, terjadi pernapasan cuping hidung
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan kerusakan
pertukaran gas klien teratasi dengan kriteria hasil:
 Tidak terdapat sianosis
 Tidak terdapat pernapasan cuping hidung
 Klien tidak mengalami dispnea
 Klien tidalk mengalami hipoksia
Intervensi:

16
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori,
napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau
kronisnya proses penyakit.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang
mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir
sesuai kebutuhan/toleransi individu.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
c. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat
sekitar bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral
mengindikasikan beratnya hipoksemia.
d. Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan
aktivitas senggang.
Rasional: Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi
oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
e. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak
efektif.
f. Palpasi fremitus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau
udara terjebak.
g. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA
memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang
berhubungan dengan hipoksemia.
h. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan
kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi
selama fase akut. Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara
bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu.
Rasional : Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total
tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea.
Istirahat diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan.
Namun, program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan
kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.

17
3) PK Infeksi
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan perawat
dapat meminimalkan komplikasi infeksi (sepsis) yang terjadi dengan criteria
hasil:
 Tanda-tanda sepsis tidak ada

 WBC dalam batas normal (5.000-10.000/ml darah)

Intervensi
Mandiri
a. Pantau tanda dan gejala infeksi
Rasional : mengetahui perkembangan dari infeksi dan membantu untuk
intervensi selanjutnya
b. Ajari tentang cara pencegahan penularan infeksi
Rasional : dengan mengetahui cara pencegahan diharapkan dapat
meminimalkan komplikasi infeksi
c. Monitor pemberian antibiotic dan kaji efek sampingnya.
Rasional : dengan memonitor pemberian antibiotok dapat mencegah
komplikasi lebih lanjut.
d. Lakukan teknik steril.
Rasional : dengan melakukan teknik steril dapat mencegah terjadinya infeksi
silang.
e. Lakukan penkes tentang pencegahan dan penularan.
Rasional : dengan memberikan penkes, pasien maupun keluarga mendapat
pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi diri.
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi

Rasional: mencegah infeksi lanjut


b. Kolaborasi pemberian antiinflamasi sesuai indikasi

Rasional: mencegah inflamasi lebih lanjut

4) Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus hiperaktif


(>3x/menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB dalam sehari
(3x/hari atau lebih)
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selam …x24 jam diharapkan diare klien
teratasi dengen kriteria hasil:
 Bising usus 3 x/menit

18
 Tidak terdapat nyeri abdomen
 Frekuensi BAB normal (1-2 x/hari)
Intervensi:
a. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional: Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian
cairan segera untuk memperbaiki defisit
b. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3
lt/hr
Rasional: Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
c. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat
tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin).
Rasional: Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan sluran usus.
d. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila
basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Rasional: Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena
kelebaban dan keasaman feces
Kolaborasi:
a. Berikan cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
Rasional: Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
b. Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
Rasional: anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar
simbang.

5) Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan melalui


udara dan kontak.
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan penularan
infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil:
 Pasien dan pengunjung memperagakan cuci tangan yang cermat
selama perawatan di rumah sakit
 Pasien mengetahui dan memahami rantai infeksi dan mau
bekerjasama selama perawatan
Intervensi
a. Identifikasi penjamu yang rentan berdasarkan fokus pengkajian tentang
fakto risiko dan riwayat pemajanan.
Rasional
Mengetahui apakah termasuk kasus probable atau suspect. Menentukan
tindakan intervensi selanjutnya.

19
b. Identifikasi cara penularan berdasarkan agens penginfeksi
Rasional
Mengetahui cara penularan apakah airbone, kontak maupun droplet sehingga
dapat dicegah dengan tindakan pencegahan yang tepat
c. Lakukan tindak kewaspadaan isolasi yang sesuai
Rasional
Kewaspadaan isolasi ditentukan dan difokuskan oleh cara penularan baik
dengan airbone, kontak maupun droplet.
d. Amankan ruangan yang digunakan, tergantung pada jenis infeksi dan
praktik higienis dari orang yang terinfeksi
Rasional
Meminimalis kemungkinan penularan infeksi pada petugas kesehatan,
pengunjung dan lingkungan
e. Ikuti tindakan universal precaution
Rasional
Sebagai protokol dasar dalam mencegah penularan infeksi baik dari praktisi ke
pasien maupun dari pasien ke lingkungan.
f. Pelacakan terhadap kontak (contact persons) : yang disebut kontak
secara epidemiologis adalah mereka yang merawat dan atau tinggal
dengan atau mereka yang kontak dengan sekret saluran napas, cairan
tubuh atau tinja penderita suspect atau probable SARS.
Rasional
Pelacakan kontak harus dilakukan secara sistematis. Periode waktu seseorang
dianggap sebagai kontak harus disepakati terlebih dahulu. Kesepakatan ini
menyangkut berapa harikah sebelum timbul gejala seseorang dianggap sebagai
kontak apabila mereka terpajan dengan penderita suspect atau probable SARS
g. Ajarkan klien mengenai rantai infeksi dan tanggung jawab pasien baik
di rumah sakit dan di rumah
Rasional
Meningkatkan pengetahuan pasien dan kewaspadaan pasien dalam usaha
bersama untuk mencegah penularan infeksi meluas.
h. Ajarkan dan anjurkan cuci tangan yang cermat kepada pasien,
pengunjung dan praktisi kesehatan selama terjadi kontak di sekitar
lingkungan pasien
Rasional
Sebagai tindakan pencegahan dasar

20
BAB IV
TINJAUAN KASUS

A. Kasus
Seorang laki-laki usia 30 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan sesak nafas, batuk
sudah 1 minggu, demam, tidak bisa tidur, tidak enak makan, mual. Menurut
keluarga, pasien baru pulang dari perjalanan ke luar negeri. Hasil pemeriksaan
fisik menunjukkan kulit teraba panas, terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat
ekimosis di ektremitas atas, tampak sianosis, terdengar ronkhi di kedua lapang
paru atas, N: 92x/menit, S: 38,2°C, TD: 100/60 mmHg, RR: 33x/menit. Hasil
laboratorium menunjukkan trombositopenia, hipoalbuminemia.

4.1 PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
a) Inisial : Tn. S
b) Usia : 30 Tahun
c) Jenis kelamin : Laki-Laki
d) Diagnosa medis : SARS
e) Tanggal pengkajian : 11 September 2017
B. KELUHAN UTAMA :
Klien Mengatakan sesak saat bernafas
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Pada tanggal 11 September 2017 jam 04.00 pasien merasakan sesak nafas,
disertai mual, tak lama kemudian pasien merasakan nyeri dada. Kemudian,
pasien dibawa ke Puskesmas terdekat, setelah dilakukan pemeriksaan, pihak
Puskesmas menyarankan untuk dirujuk ke Rs. X. Pada pukul 05.00 pasien
dibawa ke UGD RS. X dan dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Pasien di
diagnosa SARS dan memerlukan perawatan intensif di Rumah Sakit. Pada jam
06.00, pasien tiba di ruang perawatan Jayanegara 1 didampingi anak dan
istrinya. Saat dilakukan pengkajian, pasien merasakan sesak nafas, batuk
berdahak, demam, tidak bisa tidur, tidak enak makan, mual, kulit teraba panas,
terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat ekimosis di ektremitas atas,
tampak sianosis, terdengar ronkhi di kedua lapang paru atas, N: 92x/menit, S:
38,2°C, TD: 100/60 mmHg, RR: 33x/menit.
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:
Klien mengatakan bahwa dahulu tidak mengalami penyakit yang sama.

21
E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA:
Klien mengatakan keluarga klien tidak mempunyai riwayat asama atau sesak,
dan tidak mempunyai riwayat penyakit turunan atau menular seperti: Diabetus
Militus, Hipertensi, TBC, Hepatitis, HIV/AIDS.
F. POLA FUNGSI KESEHATAN
1) MANAJEMEN KESEHATAN
Klien perokok aktif, sehari bisa menghabiskan 1 pak/bungkus
Klien tidak pernah mengkonsumsi alkohol
Klien mempunyai alergi terhadap makanan seperti seafood
2) POLA AKTIFITAS DAN LATIHAN
a) Mandi : mandiri
b) Berpakaian : mandiri
c) Eliminasi : mandiri
d) Mobilisasi di tempat tidur : mandiri
e) Pindah : dibantu sebagian
f) Ambulasi : dibantu sebagian
3) POLA ISTIRAHAT TIDUR
Klien mengatakan susah tidur karena batuk-batuk dan sesak nafas, lama
tidurnya semula 8-9 jam/hari sekarang ±5 jam/hari. Terkadang klien
mengalami insomnia. Mata klien terlihat cowong, dan klien banyak menguap.
4) POLA NUTRISI METABOLIK
Klien makan 3x sehari dengan porsi sedang
1 porsi tidak habis, hanya dimakan 3-4 sendok makan
Klien minum ±4 gelas/hari
5) POLA ELIMINASI URIN DAN ALVI
a. BAB
Klien BAB 1x sehari, dengan tekstur sedikit keras, dan tidak keluar darah
pada saat BAB
b. BAK
Klien BAK 3-4x sehari, warna kuning agak keruh
6) POLA KOGNITIF PERSEPTUAL
Klien sadar saat diajak bicara, bicara klien normal, bahasa yang digunakan
klien bahasa jawa, klien mampu menjawab pertanyaan dengan jelas dan tidak
ada gangguan.
7) POLA KONSEP DIRI
Tidak ada masalah pada diri klien, karena klien mampu melakukan
tugasnya sebagai kepala keluarga dengan baik.
8)POLA KOPING

22
Klien optimis dan percaya diri bahwa penyakit yang dideritanya akan
sembuh

9)POLA SEKSUAL REPRODUKSI


Klien mempunyai 2 anak dan istri
10) POLA PERAN BERHUBUNGAN
Klien sudah mempunyai istri, pekerjaan swasta, klien tidak bekerja selama
3 hari, klien selalu mendapat dukungan dari pasangan dan keluarga.
11) POLA NILAI DAN KEPERCAYAAN
Klien beragama islam, sholat 5 waktu penuh
F. PEMERIKSAAN FISIK
1) DATA KLINIK
S: 38,2˚C N:92x/menit

TD:100/60 mmHg RR:33x/menit


2) KEPALA & LEHER
a. Kepala
- Inspeksi : rambut kusut, kulit kepala sedikit kotor
- Palpasi : tidak ada benjolan
b. Mata : simetris, cowong, kantung mata hitam
c. Hidung : normal, terlihat sekret yang menyumbat, terdapat pernafasan
cuping hidung
d. Mulut : bibir keing
e. Telinga : simetris, bersih
f. Wajah : oval, normal, kulit sedikit kusam
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
3) TORAX
a. Paru-paru
- Inspeksi : bentuk normal, pernafasan dibantu refreksi dada, pola
pernafasan dipsneu
- Palpasi : terdapat nyeri tekan pada dada kanan-kiri atas
- Perkusi : bunyi pekak
- Auskultasi : terdapat ronchi (+) di kedua lapang paru atas
b. Jantung
- Inspeksi : tidak terlihat ictus cordis
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : bunyi redup
- Auskultasi : bunyi 1 lup bunyi 2 dup
4) ABDOMEN
- Inspeksi : simetris

23
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : tympani
- Auskultasi : bising usus 12x/menit
5) PUNGGUNG& EKSTREMITAS
a) Punggung : tidak ada luka, lesi
b) Ekstremitas : Atas terdapat ekimosis (memar) dan Bawah : kekuatan
otot normal
6) GENETALIA & ANUS
Tidak ada hemoroid pada anus
G. OBAT-OBATAN YANG DIGUNAKAN
1. Nebulezer Corbivent
2. Ambroxcol 3x1
H. HASIL PEMERIKSAAN (LAB, FOTO TORAX, DLL)
Jenis Nilai normal Hasil
Trombosit 150.000 – 450.000 100.000 mm3
mm3
Albumin 3,8 – 5,0 g/dL 2,4 g/dL

4.2 DIAGNOSIS KEPERAWATAN


A. ANALISA DATA
NO. SYMTOM ETIOLOGI/ PROBLEM/
(DS&DO) PENYEBAB MASALAH

DS: Klien mengatakan sesak, batuk


berdahak, batuk sudah 1 minggu,
dahak terkadang tidak bisa keluar.

DO: - keadaan umum cukup


1 - sputum kental kehijauan Penumpukan Ketidakefektifan
- ronchi (+) di kedua lapang paru Sekret Bersihan Jalan
atas Nafas
- pola nafas dispneu
- pernafasan cuping hidung
- TD : 100/60 mmHg
- RR : 33x/menit
- S : 38,2˚C
- N : 92x/ menit

24
DS: Klien mengatakan dada terasa
nyeri
P: saat klien batuk
Q: seperti ditekan-tekan
R: didaerah dada sebelah kiri atas Tekanan Dada Nyeri Akut
2 S: skala 6
T: 5-10 menit, pada saat klien batuk
saja

DO: - klien tampak lemas


- klien tampak meringis menahan
rasa nyeri

DS: Klien mengatakan susah tidur


karena batuk, sering terbangun

DO: Ketidakefektifan
3 - tidur ± 5 jam/hari Bersihan Jalan Insomnia
- kesulitan memulai tidur Nafas
- mata cowong
- kantung mata hitam
- klien banyak menguap

DS: Klien mengatakan kurang


minat pada makanan
Resiko
DO: - nafsu makan menurun Kurang Asupan Kekurangan
4 - makan 3x sehari, porsi sedang Makanan Nutrisi Kurang
- 1 porsi tidak habis, hanya 4-5 dari Kebutuhan
sendok makan Tubuh

25
DS: Klien mengatakan demam, dan
badannya panas

DO:
- kulit teraba panas Proses inflamasi Hipertermia
5 - kulit kemerahan (virus masuk ke
- TD : 100/60 mmHg tubuh)
- RR : 33x/menit
- S : 38,2˚C
- N : 92x/ menit

B. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan sekret ditandai


dengan klien mengatakan sesak, batuk berdahak, pilek, dahak terkadang
tidak bisa keluar, keadaan umum cukup, sputum kental kehijauan, ronchi
(+), whezzing (+),TD : 130/90 mmHg,RR : 28x/menit, S : 375˚C, N : 98x/
menit
2. Nyeri akut b.d tekanan dada ditandai dengan klien mengatakan dada terasa
nyeri, P: saat klien batuk, Q: seperti ditekan-tekan, R: didaerah dada
sebelah kiri atas, S: skala 6, T: 5-10 menit, pada saat klien batuk saja, klien
tampak lemas, klien tampak meringis menahan rasa nyeri
3. Insomnia b.d ketidakefektifan bersihan jalan nafas ditandai dengan klien
mengatakan susah tidur karena batuk dan hidung tersumbat, sering
terbangun, tidur ± 5 jam/hari, kesulitan memulai tidur, mata cowong,
kantung mata hitam, klien banyak menguap
4. Resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan
makanan ditandai dengan klien mengatakan kurang minat pada makanan,
nafsu makan menurun, makan 3x sehari, porsi sedang, 1 porsi tidak habis,
hanya 4-5 sendok makan
5. Hipertermia b.d Proses inflamasi (virus masuk ke tubuh) ditandai dengan
Klien mengatakan demam, dan badannya panas, kulit teraba panas, kulit
kemerahan, TD : 100/60 mmHg, RR : 33x/menit, S : 38,2˚C, N : 92x/
menit

26
4.3 PERENCANAAN
A. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan sekret
2. Nyeri akut b.d tekanan dada
3. Insomnia b.d ketidakefektifan bersihan jalan nafas
4. Resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang
asupan makanan
5. Hipertermia b.d Proses inflamasi (virus masuk ke tubuh)
B. RENCANA TINDAKAN
1. DIAGNOSA KEP.:Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d
penumpukan sekret
TUJUAN RENCANA RASIONAL
TUPAN:
Setelah
dilakuakan
asuhan
keperawatan
3x24 jam
bersihan jalan
nafas kembali
efektif dan
penumpukan
sekret berkurang

TUPEN: Jelaskan cara mengurangi Dengan menjelaskan cara-


K: Klien mampu penumpukan sekret yaitu : cara mengurangi
menjelaskan cara 1. batuk efektif penumpukan sekret
mengurangi 2. minum air hangat diharapkan pengetahuan
penumpukan 3. posisi setengah duduk klien akan meningkat
sekret

27
A: Klien 1. Jelaskan manfaat dari tindakan 1. Dengan dijelaskan
mengungkapakan mengurangi penumpukan sekret manfaat tindakan klien akan
mau melakukan 2. Jelaskan dampak bila sekret terus termotivasi melakukan
tindakan menumpuk tindakan
mengurangi 2. Dengan dijelaskan
penumpukan dampaknya, diharapkan
sekret klien termotivasi untuk
melakukan tindakan.

P1: Klien mampu 1. Ajarkan klien untuk batuk efektif 1. Batuk efektif akan
melakukan memudahkan pengeluaran
tindakan 2. Berikan air putih hangat pada dahak atau sekret
mengurangi klien 2.Minum air putih hangat
penumpukan dapat mengencerkan dahak
sekret 3. Kolaborasi: berikan obat dan membantu sekret keluar
pengencer dahak (mukolitik) 3. Obat mukolitik dapat
mengurangi kekentalan dan
perlengketan sekret pada
jalan nafas

P2: Setelah 1. Observasi RR 1. RR normal


pertemuan ke tiga mengindikasikan fungsi
- RR: 16- pernafasan baik
20x/menit 2. Observasi Sputum 2. Sputum yang putih jernih
- Sputum dan encer mengindikasikan
berwarna putih sekret normal
jernih 3. Observasi Suara Nafas 3. Suara nafas vesikuler
- Suara nafas dapat mengindikasikan
vesikuler bahwa sekret tidak ada
- Irama nafas 4. Observasi Irama nafas 4. Irama nafas teratur

28
teratur mengindikasikan fungsi
- Klien bisa pernafasan baik
mengatur posisi 5. Ajarkan klien posisi setengah 5. Posisi setengah duduk
setengah duduk duduk bisa mempermudah
- Klien mampu pertukaran O2 dan CO2
batuk efektif 6. fisioterapi dada dengan
6. lakukan fisioterapi dada clapping cara clapping dada dan
dada, vibrasi vibrasi dapat membantu
pengeluaran sekret

DIAGNOSA KEP.: Nyeri akut b.d tekanan dada

TUJUAN RENCANA RASIONAL


TUPAN : setelah
dilakukanasuhan
keperawatan 3x24
jam nyeri pada
dada klien menjadi
skala 3-4

TUPEN : Jelaskan cara mengurangi rasa nyeri. Dengan menjelaskan cara-


K : klien mampu cara mengurangi rasa nyeri
menjelaskan cara diharapkan pengetahuan
mengurangi nyeri. klien meningkat.

A: klien Jelaskan manfaat dari tindakan Dengan dijelaskan manfaat


mengungkapkan mengurangi rasa nyeri. tindakan, klien akan
mau melakukan termotivasi melakukan
tindakan tindakan.
mengurangi rasa

29
nyeri.

P: klien mampu Ajarkan klien teknik fisioterapi pada Fisioterapi pada dada dapat
melakuka tindakan dada mengurangi rasa nyeri
mengurangi rasa
nyeri

P2: setelah 1. Observasi skala nyeri 1. Tingkat skala nyeri yang


pertemuan ke 3-4 rendah dapat
Nyeri pada klien mengurangi rasa nyeri
berkurang menjadi 2. Ajarkan teknik relaksasi dan pada dada
skala 3 distraksi 2. Teknik relaksasi dan
distraksi dapat
mengalihkan perhatian
rasa nyeri
DIAGNOSA KEP.: Insomnia b.d ketidakefektifan bersihan jalan nafas

TUJUAN RENCANA RASIONAL


Tupan :
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
3x24 jam insomnia
klien berkurang.

Tupen :
K : klien mampu 1. tetapkans iklus tidur dimana pasien 1. istirahat adekuat dan
menjelaskancara tidur dimalam hari, dan terbangun tidur dapat
mengatasi insomnia disiang haridengan sedikit periode meningkatkan status
A : klien mampu istirahat sesuai kebutuhan emosional.

30
melakukan
perubahan pola tidur 2.
P1 : klien mampu restorasipolaumumadalahprioritaspadap 2. peningkatan stimuli
merubah pola tidur emakai stimulant yang kurangtidur. eksternal dan
P2 : meningkatkan relaksasi
1. Klien tidak lagi di prioritaskan pada
mengalami darah waktu tidur,
rendah. mendorongdilakukanny
2. Insomnia a rutinitas sebelum
berkurang tidur, mis: mandi air
3. Ada 3. menenangkan pasien untuk dapat hangat, minum susu
perubahandalamfi tetap beristirahat hangat, peregangan.
sik (lebih fresh,
bersemangat. 3. meningkatkan rasa
ngantuk / keinginan
untuk tidur.

DIAGNOSA KEP : Resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
kurang asupan makanan

TUJUAN RENCANA RASIONAL


Tupan : Setelah
dilakukan asuhan
keperawatan 5x24 jam
status nutrisi klien
kembali membaik/
seperti sedia kala
Tupen : 1). Jelaskan makanan apa saja Dengan cara menjelaskan

31
(K) keluarga klien yang baik untuk klien , yang asupan makanan yang
mampu menjelaskan rendah gula, garam dan lemak. baik, dapat meningkatkan
asupan makanan apa saja Yaitu: pengetahuan klien.
yang baik/ makanan yang -buah buahan: mis. Pisang, Bahwa makanan yang
sehat dan kaya akan serat apukat, apel kaya akan serat seperti
bukan makan yang -Protein : telur buah buahan akan
mengandung garam, gula mencegah terjadinya
dan lemak yang Bukan makanan seperti: konstipasi, selain itu juga
berlebihan. -gule mengandung banyak
-sayur lodeh vitamin yang baik untuk
-makanan yang tinggi garam, tubuh. Gula yang
gula dan berlemak berlebihan akan
membuat pankreas
kelelahan, garam yang
berlebihan akan
mengacaukan fungsi
tubuh dalam mengatur
kandungn air, sedangkan
lemak berlebih dapat
mempersempit pembuluh
darah.
(A) keluarga klien mau 2). Jelaskan manfaat makan 2). Dengan dijelaskan
membantu klien agar dengan teratur dalam porsi yang klien dapat termotivasi
klien mau makan dengan seimbang.( makan teratur dapat untuk melakukan
teratur dengan porsi yang mencegah maag dan gangguan tindakan
seimbang. kesehatan lainnya, sebagai
penyuplai energi sehingga badan
bertenaga.)

32
3). Jelaskan dampak bila klien
tidak makan dengan 3). Agar klien
teratur.(makan tidak teratur termotivasi melakukan
dapat menyebabkan tubuh tindakan
menjadi mudah lelah)
(P1) klien mampu makan 4). Berikan makanan dalam 4). Makan sedikit demi
dengan teratur, dan porsi sedikit namun sering sedikit secara tidak
keluarga mampu langsung dapat
menyediakan makanan meningkatkan nutrisi
yang sehat tubuh dan menghindari
mual dan muntah
5). Berikan klien makanan
dalam keadaan hangat
5). Makanan makanan
hangat dapat
meningkatkan nafsu
makan klien.

(P2) 6). Observasi TTV( S, N, RR, 6). TTV mempengaruhi


S: 36°C-37,5°C TD) status/kondisi tubuh
TD: 90/120 mmHg pasien.
N: 60-100x/ menit
RR: 16-25x/ menit
BB: 54-56
-wajah segar, tidak pucat
-Klien mau makan (nafsu
makan baik) dan
makanannya dihabiskan
-badan segar tidak lemas

33
DIAGNOSA KEP : Hipertermia b.d Proses inflamasi (virus masuk ke tubuh)

TUJUAN RENCANA RASIONAL


Tupan :
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
2x24 jam, suhu
tubuh menurun

Tupen : 1. Jelaskan cara menurunkan 1. Dengan menjelaskan cara-


1. klien mampu suhu tubuh : cara untuk menurunkan suhu
menjelaskan  Mengompres badan tubuh diharapkan
bagaimana cara dengan air dingin pengetahuan dalam pasien
menurunkan  Banyak minum air putih meningkat
suhu tubuh  Tidak berada di bawah
paparan sinar matahari
2. klien 2. Dengan dijelaskan larangan
mengungkapkan 2. Jelaskan larangan dan hal- dan hal yang perlu dilakukan
mau melakukan hal yang dilakukan saat dalam menurunkan suhu
pola kesehatan suhu tubuh sedang tubuh yang sedang
dengan baik meningkat meningkat pasien
diharapakan dapat
mengetahui tindakan yang
harus dilakukan saat
mengalami suhu tubuh
meningkat

3. Ajarkan pasien beberapa


teknik atau teori pada 3. Setelah dijelaskan

34
pernafasan diharapkan pasien dapat
3. klien mampu mengerti dan termotivasi
mengurangi untuk melakukan teknik dan
tindakan atau teori
aktivitas yang
menyebabkan
suhu tubuh 4. Observasi hipertermi 4. Setelah melakukan semua
meningkat Monitor Suhu teori, tindakan dan teknik
diharapkan suhu tubuh
4. S: 36 - 37ºC pasien selalu normal

3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


PELAKSANAAN (1)
Diagnosa Kep prioritas: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d
penumpukan sekret
DX. TINDAKAN HASIL NAMA
PERAW
AT
Ketidake 1. Menjelaskan cara Klien mendengarkan, klien
fektifan mengurangi penumpukan dapat menjelaskan kembali
sekret yaitu : cara mengurangi LLM
bersihan
1). batuk efektif penumpukan sekret
jalan 2). minum air hangat
nafas b.d 3). posisi setengah duduk

penumpu
kan 2. Menjelaskan manfaat dari Klien mendengarkan dan
sekret tindakan mengurangi mengungkapkan mau
penumpukan sekret bekerja sama dalam LLM
3. Menjelaskan dampak bila tindakan mengurangi
sekret terus menumpuk penumpakan sekret

4. Mengjarkan klien untuk 4. Klien Kooperatif dan dapat


batuk efektif demonstrasi ulang cara LLM

35
batuk efektif

5. Memberikan air putih hangat 5. Klien mau minum 100cc LLM


pada klien 100cc

6. Memberikan obat pengencer 6. Obat masuk, klien


dahak 1 sdm 25 mg mengungkapkan dahak LLM
bisa keluar
7. Mengobservasi RR
7. RR 20x/menit LLM
8. Mengobservasi Sputum
8. Sputum encer, putih jernih LLM
9. Mengobservasi Suara Nafas
9. Suara nafas vesikuler
10. Mengobservasi Irama nafas LLM
10. irama nafas reguler
11. Mengajarkan klien posisi LLM
setengah duduk
11. Klien mampu melakukan
posisi setengah duduk
LLM

EVALUASI (1)
DIAGNOSA:Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d
penumpukan sekret
DX. KETERANGAN NAMA
PERAW
AT

Ketidakefektifan S:(K,A): Klien mengatakan belum begitu mengerti


bersihan jalan cara menggurangi penumpukan sekret, klien LLM
nafas b.d mengatakan belum sepenuhnya melakuan tindakan
penumpukan mengurangi penumpukan sekret, klien mengatakan
sekret masih sesak, batuk berdahak.

LLM

36
O:(P1.P2): Klien belum bisa menjelaskan kembali cara
mengurangi penumpukan sekret, Sputum kental LLM
kehijauan, ronchi (+)
- TD : 110/70 mmHg
- RR : 30x/menit LLM
- S : 37,9˚C
- N : 90x/ menit

A:Tujuan tidak tercapai

P:Intervensi dilanjutkan

PELAKSANAAN (2)

DX. TINDAKAN HASIL NAMA


PERAW
AT
Ketidakefek 1. Menjelaskan cara Klien mendengarkan, klien
tifan mengurangi penumpukan dapat menjelaskan kembali
bersihan sekret yaitu : cara mengurangi LLM
jalan nafas 1). batuk efektif penumpukan sekret
b.d 2). minum air hangat
penumpuka 3). posisi setengah duduk
n sekret

2. Menjelaskan manfaat dari Klien mendengarkan dan


tindakan mengurangi mengungkapkan mau
penumpukan sekret bekerja sama dalam LLM
3. Menjelaskan dampak bila tindakan mengurangi
sekret terus menumpuk penumpakan sekret

4. Mengjarkan klien untuk 4. Klien Kooperatif dan


batuk efektif dapat demonstrasi ulang LLM
cara batuk efektif

5. Memberikan air putih hangat 5. Klien mau minum 100cc LLM


pada klien 100cc

37
6. Memberikan obat pengencer 6. Obat masuk, klien
dahak 1 sdm 25 mg mengungkapkan dahak bisa LLM
keluar
7. Mengobservasi RR
7. RR 20x/menit LLM
8. Mengobservasi Sputum
8. Sputum encer, putih LLM
9. Mengobservasi Suara Nafas jernih

10. Mengobservasi Irama nafas 9. Suara nafas vesikuler LLM

11. Mengajarkan klien posisi 10. irama nafas reguler LLM


setengah duduk

11. Klien mampu


melakukan posisi setengah LLM
duduk

EVALUASI (2)
DIAGNOSA:Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan
sekret
DX. KETERANGAN NAMA
PERAWA
T

Ketidakefektif S:(K,A): Klien mengatakan sedikit mengerti cara


an bersihan menggurangi penumpukan sekret, klien mengatakan LLM
jalan nafas b.d sudah melakuan tindakan mengurangi penumpukan
penumpukan sekret, klien mengatakan sesak berkurang, batuk
sekret berdahak tetapi berkurang.

LLM

O:(P1.P2): Klien belum sepenuhnya bisa menjelaskan


kembali cara mengurangi penumpukan sekret, Sputum
sedikit encer kekuningan, ronchi (+), whezzing (-)
- TD : 120/80 mmHg LLM

38
- RR : 24x/menit
- S : 37˚C LLM
- N : 88x/ menit

A:Tujuan tercapai Sebagian

P:Intervensi dimodifikasi

PELAKSANAAN (3)

DX. TINDAKAN HASIL NAMA


PERAW
AT
Ketidakefe 1. Menjelaskan cara Klien mendengarkan, klien
ktifan mengurangi penumpukan dapat menjelaskan kembali
bersihan sekret yaitu : cara mengurangi LLM
jalan nafas 1). batuk efektif penumpukan sekret
b.d 2). minum air hangat
penumpuk 3). posisi setengah duduk
an sekret

2. Menjelaskan manfaat dari Klien mendengarkan dan


tindakan mengurangi mengungkapkan mau
penumpukan sekret bekerja sama dalam LLM
3. Menjelaskan dampak bila tindakan mengurangi
sekret terus menumpuk penumpakan sekret

4. Mengjarkan klien untuk 4. Klien Kooperatif dan LLM


batuk efektif dapat demonstrasi ulang

39
cara batuk efektif
5. Mengajarkan Klien teknik 5. Klien kooperatif dan LLM
fissioterapi dapat demontrasi ulang
teknik fisioterapi nafas
6. Memberikan air putih 6. Klien mau minum 100cc LLM
hangat pada klien 100cc

7. Memberikan obat pengencer 7. Obat masuk, klien LLM


dahak 1 sdm 25 mg mengungkapkan dahak bisa
keluar
8. Mengobservasi RR
8. RR 20x/menit LLM
9. Mengobservasi Sputum
9. Sputum encer, putih LLM
10. Mengobservasi Suara jernih
Nafas
10. Suara nafas vesikuler LLM
11. Mengobservasi Irama
nafas 11. irama nafas reguler LLM

12. Mengajarkan klien posisi


setengah duduk 12. Klien mampu LLM
melakukan posisi setengah
duduk

EVALUASI (3)
DIAGNOSA:Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan
sekret
DX. KETERANGAN NAMA
PERAWA
T

Ketidakefektifa S:(K,A): Klien mengatakan suadah mengerti cara


n bersihan jalan menggurangi penumpukan sekret, klien LLM
nafas b.d mengatakan sudah melakuan tindakan mengurangi
penumpukan penumpukan sekret, melakukan teknik fisioterapi
sekret nafas, klien mengatakan sesak hilang, batuk
sedikit dan kadang-kadang sudahtidak berdahak,
klien mengatakan sudah sembuh

40
LLM
O:(P1.P2): Klien dapat menjelaskan kembali cara
mengurangi penumpukan sekret, klien dapat
memberi contoh teknik fisioterapi nafas dan
posisi setengah duduk, Sputum encer warna putih
jernih, ronchi (-), whezzing (-), suara nafas
vesikuler, irama nafas reguler LLM
- TD : 120/80 mmHg
- RR : 20x/menit LLM
- S : 365˚C
- N : 82x/ menit

A:Tujuan tercapai

P:Intervensi dihentikan

41
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari makalah diatas maka penulis menyimpulkan
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit
pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi
saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family
Paramyxovirus.
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Corona Virus
Pneumonia (CVP) adalah Syndroma pernafasan akut berat yang merupakan
penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini belum
diketahui pasti penyebabnya.
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan
paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan
terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru).
SARS merupakan kedaruratan medis yang dapat terjadi pada orang yang
sebelumnya mempunyai paru-paru yang normal. Walaupun sering disebut
sindroma gawat pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada
anak-anak

B. SARAN
Kita sebagai mahasiswa Perawat di harapkan mengerti dan
memahami tentang Asuhan Keperawatan pada Klien SARS, dan kami mohon
kritikannya bagi pembaca Asuhan Keperawatan yang kami buat agar bisa
membangun makalah ini dengan lebih baik lagi.

42
DAPTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 3, EGC, Jakarta

Jong, W, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC Jakarta

Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. 1999.
Media Aesculapius : Jakarta.

43

Anda mungkin juga menyukai