Anda di halaman 1dari 17

Tugas Makalah

PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

Di susun untuk memenuhi syarat penilaian mata kuliah Isu Terkini Epidemiologi
yang di ampu oleh dosen Ibu Dr. Yunita Amraeni S.KM, M. Kes

Oleh :

Kelompok VI

SIRMA DEWI (K202101035)


ILANG LESTARI (K202101062)

PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas

berkat Rahmat- Nya yang diberikan kepada kita sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini yang berjudul tentang “Penyakit Menular Infeksi

Saluran Pernapasan/ ISPA”.

Dalam penulisan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin

untuk menyajikan yang terbaik. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran

dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan

makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat

dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Kendari 17 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1. Latar Belakang.................................................................................................1
2. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Pengertian ISPA...............................................................................................4
B. Etiologi............................................................................................................6
C. Tanda Dan Gejala Ispa.....................................................................................6
D. Cara Penularan Penyakit Ispa..........................................................................7
E. Patofisiologi.....................................................................................................7
F. Frekuensi dan Distribusi Penyakit ISPA..........................................................8
G. Potensi Penyakit ISPA di Wilayah Pesisir dan Pertambangan........................9
H. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA.........................................10
BAB II PENUTUP...............................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab

kematian tersering pada anak di negara sedang berkembang. Infeksi Saluran

Pernafasan Akut ini menyebabkan empat dari 15 juta perkiraan kematian pada

anak berusia dibawah lima tahun pada setiap tahunnya, dan sebanyak dua per tiga

kematian tersebut adalah bayi (khususnya bayi muda usia kurang dari dua bulan)

(WHO, 2003).

ISPA merupakan penyakit yang penting untuk diketahui oleh ibu-ibu,

karena merupakan penyakit yang tingkat kejadiannya sangat tinggi. Menurut

survei kesehatan rumah tangga Indonesia pada tahun 1992 dan tahun 1995,

persentase kematian bayi akibat ISPA masing-masing adalah 36,4 % dan 29,5 %.

Angka kematian bayi akibat ISPA adalah 3 per 100 balita (Anonim, 1995).

Anak-anak akan mendapatkan 3 – 6 kali infeksi / tahun, tetapi beberapa

orang mendapatkan serangan dalam jumlah yang lebih besar lagi terutama selama

masa tahun ke-2 sampai ke-3 kehidupan mereka. Rata-rata setiap anak akan

menderita ISPA sebanyak 3 kali di daerah pedesaan dan kira-kira 6 kali di daerah

perkotaan per tahun. Di perkotaan kemungkinan kejadian ISPA lebih tinggi

dibanding daerah pedesaan karena berkaitan dengan perbedaan kebersihan udara

di kedua daerah tersebut. Demikian pula anak-anak dengan status gizi yang jelek

1
(kurang gizi) akan lebih mudah menderita ISPA atau ISPA nya menjadi lebih berat

dibandingkan anak dengan status gizi yang baik (Dwi prahasta dkk, 1988).

Penatalaksanaan infeksi saluran pernafasan akan berhasil dengan baik

apabila diagnosis penyakit ditegakkan lebih dalam sehingga pengobatan dapat

diberikan sebelum penyakit berkembang lebih lanjut. Disamping itu perlu

antibiotika yang sesuai dengan penyakit (Cherniack, 1998).

2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ISPA?

2. Bagaimana etiologi penyakit ISPA?

3. Bagaimana tanda dan gejala penyakit ISPA?

4. Bagaimana cara penularan penyakit ISPA?

5. Bagaimana Patofisiologi penyakit ISPA?

6. Bagaimana Frekuensi dan distribusi penyakit ISPA?

7. Bagaimana potensi penyakit ISPA di wilayah pesisir dan pertambangan?

8. Bagaimana pencengahan dan penanggulangan penyakit ISPA?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi ISPA

2. Untuk mengetahui etiologi penyakit ISPA

3. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit ISPA

4. Untuk mengetahui cara penularan penyakit ISPA

5. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit ISPA

6. Untuk mengetahui frekuensi dan distribusi penyakit ISPA

2
7. Untuk mengetahui potensi penyakit ISPA di wilayah pesisir dan

pertambangan

8. Untuk mengetahui pencegahan dan penganggulangan penyakit ISPA

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ISPA

Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat dan

terbanyak menimbulkan akibat dan kematian (Gouzali, 2011). ISPA merupakan

salah satu penyakit pernafasan terberat dimana penderita yang terkena serangan

infeksi ini sangat menderita, apa lagi bila udara lembab, dingin atau cuaca terlalu

panas. (Saydam, 2011). Berdasarkan pengertian diatas, maka ISPA adalah infeksi

saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas yang

dimaksud adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ

adneksanya seperti sinus, ruang telinga tengah, dan pleura (Habeahan, 2009).

Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi yang terutama

mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit

ini mengenai bagian atas atau bawah secara stimulasi dan berurutan (Nelsen

2000). Menurut Depkes, (2004) infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory

Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran

pernafasan, dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah

masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang

biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ

mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus,

rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung

sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun

4
untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat

berlangsung lebih dari 14 hari.

nfeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi yang terutama mengenai

struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini

mengenai bagian atas atau bawah secara stimulasi dan berurutan (Nelsen 2000).

Menurut Depkes, (2004) infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan

istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infections

(ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan,

dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman

atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga

menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung

hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah

dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14

hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit

yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14

hari.

Dari pengertian – pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa infeksi

saluran pernafasan atas (ISPA) adalah penyakit infeksi yang mengenai saluran

pernafasan bagian atas dan bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman berupa

virus, bakteri, atipikal (atipikal plasma) atau aspirasi substansi asing yang

menyerang organ pernafasan.

5
B. Etiologi

ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke saluran nafas.

Penyebab lain adalah faktor lingkungan rumah, seperti halnya pencemaran udara

dalam rumah, ventilasi rumah dan kepadatan hunian rumah. Pencemaran udara

dalam rumah yang sangat berpengaruh terhadap kejadian ISPA adalah asap

pembakaran yang digunakan untuk memasak. Dalam hal ini misalnya bahan bakar

kayu. Selain itu, asap rokok yang ditimbulkan dari salah satu atau lebih anggota

yang mempunyai kebiasaan merokok juga menimbulkan resiko terhadap

terjadinya ISPA (Depkes RI, 2002).

Menurut Notoatmodjo (2007), ventilasi rumah dibedakan menjadi dua

yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Ventilasi alamiah yaitu dimana aliran

udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu,

lubang angin, dan lubang-lubang pada dinding. Ventilasi alamiah tidak

menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga

lainnya ke dalam rumah. Ventilasi buatan yaitu dengan menggunakan alat-alat

khusus untuk mengalirkan udara misalnya kipas angin dan mesin penghisap

udara. Namun alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Ventilasi

rumah yang kurang akan lebih memungkinkan timbulnya ISPA pada bayi dan

anak balita karena mereka lebih lama berada di rumah sehingga dosis pencemaran

tentunya akan lebih tinggi.

6
C. Tanda Dan Gejala Ispa

Seorang anak yang menderita ISPA menunjukkan bermacam-macam tanda

dan gejala, seperti: batuk, bersin, serak, sakit tenggorok, sesak nafas, pernafasan

yang cepat dan nafas yang berbunyi, penarikan dada ke dalam, bisa juga mual,

muntah, tak mau makan, dan badan lemah (Anonim, 1988)

D. Cara Penularan Penyakit Ispa

1. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah,dara,bersin,udara pernapasan yang

mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran

pernapasannya.ada factor tertentu yang dapat memudahkan penularan.

2. Kuman (bakteri dan virus )yang menyebabkan ISPA mudah menular dalam

rumah yang mempunyai kurang ventilasi (peredaran udara) dan bayak asap

(baik asap rokok maupun asap api).

3. Orang bersin / batuk tanpa menutup mulut dan hidung akan mudah

menularkan kuman pada orang lain.(Tragus dalam Harahap, 2010).

E. Patofisiologi

Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung

oksigen ke dalam tubuh serta menghembusksn udara yang banyak mengandung

karbondioksida sebagai sisa oksidasi dari dalam tubuh.

Virus, bakteri dan mikoplasma terinspirasi melalui hidung terjadi edema

dan fasodilatasi pada mukosa. Infiltrat sel monokuler menyertai, yang dalam 1-2

hari, menjadi polimorfonuklear perubahan struktural dan fungsional silia

mangakibatkan pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat

epitel superfisial mengelupas. Ada produksi mukus yang banyak sekali, mula –

7
mula encer, kemudian mengental dan berupa prurlen. Dapat juga ada keterlibatan

anatomis saluran pernafasan atas, termasuk oklusi dan kelainan rongga sinus.

Organisme streptokokus dan difteria merupakan agen bakteri utama yang

mampu menyebabkan penyakit faring primer bahkan pada kasus tonsilofaringitis

akut, sebagian besar penyakit berasal dari nonbakteri. Walaupun ada banyak hal

yang tumpang tindih, nenerapa mikroorganisme lebih mungkin menimbulkan

sindrom sistem pernafasan tertentu dari pada yang lain dan agen tertentu

mempunyai kecenderungan yang besar dari pada yang lain untuk menimbulkan

penyakit yang berat. Beberapa virus (misalnya campak) dapat dihubungkan

dengan banyak sekali variasi gejala saluran pernafasan atas dan bawah sebagai

bagian dari gambaran klinis umum yang melibatkan organ lain. Virus Sinisial

Pernafasan (VSP) merupakan penyebab utama bronkhielitis. Virus para influenza

menyebabkan sindrom croup.

Adenovirus penyebab penyakit faringitis dan demam faringokonjungtifitis

dan koksakivirus A dan B menyebabkan penyakit nasofaring, sedangkan

mikoplasma menyebabkan penyakit bronkhiolitis, pnemoni, bronkitis,

faringotosilitis, maningitis dan atitis media (Wong’s et al 2001).

F. Frekuensi dan Distribusi Penyakit ISPA

Didasarkan pada Riset Kesehatan Dasar, memaparkan prevalensi ISPA

tahun 2013 mencapai 37%, dimana persentase tersebut merupakan prevalensi

tertinggi bagi balita atau anak umur < 5 tahun.3 Sedangkan di Provinsi Sulawesi

8
Tenggara selama 3 tahun terakhir penyakit ISPA menempati urutan pertama 10

penyakit terbesar.

Laporan yang dihimpun oleh Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara pada

2017, memaparkan temuan kasus ISPA berjumlah 134.294 jiwa, namun cakupan

penanganan penderita hanya berjumlah 3.537 kasus (2,76%). Sementara itu, pada

2018 diketahui jumlah kasus pneumonia berjumlah 271.375, namun

penanganannya hanya berjumlah 3.051 kasus (1,1%), tahun 2019 diketahui

jumlah penderita ISPA mencapai 115.331, namun penanganannya hanya

berjumlah 3.460 kasus (13,01%). Jika dilihat kecendrungan persentase pada balita

selama 3 tahun terakhir terjadi penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2019

dibanding tahun sebelumnya.

G. Potensi Penyakit ISPA di Wilayah Pesisir dan Pertambangan

Hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada

masyarakat pesisir Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli. Kepadatan hunian

merupakan pre-requisite untuk terjadinya proses penularan penyakit. Kepadatan

hunian dalam rumah perlu diperhitungkan karena mempunyai peranan penting

dalam penyebaran mikroorganisme didalam lingkungan rumah dan menyebabkan

tingginya tingkat pencemaran udara (sirkulasi udara menjadi tidak sehat). Selain

melalui udara, penularan ISPA dapat melalui kontak baik langsung maupun tidak

langsung. Penularan kontak langsung melibatkan kontak langsung antar-

permukaan badan dan perpindahan fisik mikroorganisme antara orang yang

terinfeksi dan pejamu yang rentan. Penularan kontak tak langsung melibatkan

kontak antar pejamu yang rentan dengan benda perantara yang terkontaminasi.

9
Kepadatan hunian meningkatkan risiko kontak antara orang yang terinfeksi dan

mikroorganisme dengan pejamu yang rentan (WHO, 2007).

H. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA

1. Pencegahan

Pencegahan ISPA menurut Hidayat (2009) adalah rajin cuci tangan,

membersihkan permukaan umum seperti meja, mainan anak, gagangan

pintu, dan fasilitas kamar mandi dengan desinfektan antibakteri, hindarkan

anak berkontak langsung dengan orang yang terinfeksi flu atau pilek,

jagalah kebersihan diri dan lingkungan.

Peran aktif keluarga dalam menangani ISPA sangat penting karena

penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari didalam

masyarakat atau keluarga hal ini perlu mendapatkan peran yang serius oleh

orang tua karena sebagian besar penyakit ISPA banyak menyerang pada

balita.

Paparan debu di wilayah pertambangan dapat menyebabkan gangguan

pernapasan akut salah satu nya adalah hasil industri yang dapat mencemari

udara seperti debu batu bara, semen, kapas, asbes, zat-zat kimia, gas

beracun, debu pada penggilingan padi (debu organik) dan lain-lain.

Berbagai faktor berpengaruh terhadap timbulnya penyakit atau gangguan

pada saluran napas akibat debu.

Pencegahan penyakit ISPA ini tidak lepas dari peran orang tua yang

sebenarnya harus mengetahui cara-cara pencegahan ISPA. Banyak hal yang

10
bisa dilakukan keluarga untuk mencegah agar tidak terjadi penularan pada

anggota keluarga yang lain, bisa dengan cara menjaga kebersihan diri anak,

kebersihan lingkungan, mengajarkan anak untuk selalu mencuci tangan,

bukan hanya dengan membatasi aktifitas anak dengan keluarga lain saja.

Mencuci tangan terbukti dapat mencegah penyakitt diare dan ISPA yang

menjadi penyebab utama kematian pada anak. Pencegahan bisa dilakukan

dengan: menjaga keadaaan gisi agar tetap baik, imunisasi lengkap, menjaga

kebersihan perorangan dan lingkungan, mencegah anak berhubungan

langsung dengana anak penderita ISPA, pengobatan segera.

2. Penanggulangan

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah

petugas kesehatan melakukan penyuluhan sebulan sekali tentang

penanganan ISPA pada balita serta memberikan bimbingan langsung cara

penanganannya, mengajak masyarakat untuk mencari tahu informasi dengan

bertanya dengan petugas kesehatan, membaca buku serta menonton televisi,

rumah penderita ISPA setiap paginya dibuka jendelanya supaya terjadi

sirkulasi udara, tidak membiarkan kondisi rumah menjadi lembab,

membersihkan rumah dari debu dan kotoran setiap harinya.

Meskipun departemen kesehatan sudah memiliki program untuk

penanggulangannya yaitu Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran

Pernapasan Akun, namun kondisi penyakit ini masih menjadi tantangan

11
serius bagi dunia kesehatan. Pencegahan terhadap penyakit ini juga

diharapkan dapat dilaksanakan oleh seluruh masyarakat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah penyakit infeksi yang

mengenai saluran pernafasan bagian atas dan bawah yang disebabkan oleh

masuknya kuman berupa virus, bakteri, atipikal (atipikal plasma) atau aspirasi

substansi asing yang menyerang organ pernafasan.

Etiologi penyakit ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke

saluran nafas. Penyebab lain adalah faktor lingkungan rumah, seperti halnya

pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah dan kepadatan hunian rumah.

Tanda dan gejala penyakit ISPA yaitu seorang anak yang menderita ISPA

menunjukkan bermacam-macam tanda dan gejala, seperti: batuk, bersin, serak,

sakit tenggorok, sesak nafas, pernafasan yang cepat dan nafas yang berbunyi,

penarikan dada ke dalam, bisa juga mual, muntah, tak mau makan, dan badan

lemah (Anonim, 1988).

Cara penularan penyakit ISPA meliputi, air ludah,dara,bersin,udara

pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran

12
pernapasannya, dan orang bersin / batuk tanpa menutup mulut dan hidung akan

mudah menularkan kuman pada orang lain.(Tragus dalam Harahap, 2010).

Pencegahan ISPA menurut Hidayat (2009) adalah rajin cuci tangan,

membersihkan permukaan umum seperti meja, mainan anak, gagangan pintu, dan

fasilitas kamar mandi dengan desinfektan antibakteri, hindarkan anak berkontak

langsung dengan orang yang terinfeksi flu atau pilek, jagalah kebersihan diri dan

lingkungan.

Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini

adalah petugas kesehatan melakukan penyuluhan sebulan sekali tentang

penanganan ISPA pada balita serta memberikan bimbingan langsung cara

penanganannya, mengajak masyarakat untuk mencari tahu informasi dengan

bertanya dengan petugas kesehatan, membaca buku serta menonton televisi,

rumah penderita ISPA setiap paginya dibuka jendelanya supaya terjadi sirkulasi

udara, tidak membiarkan kondisi rumah menjadi lembab, membersihkan rumah

dari debu dan kotoran setiap harinya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sinta, I. (2018). Makalah epidemiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).


Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Nusa Cendana
Kupang. Nusa Tenggara Timur.
Andi M. (2022). Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol 6 No 1. Determinan
Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Morosi. Program
Studi S1 Kesehatan Masyarakat. Fakultas Ilmu ilmu Kesehatan. Universitas
Mandala Waluya
Milawati, dkk. (2014). Hubungan Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Masyarakat Pesisir Kelurahan
Lapulu Kecamatan Abeli. Program Pendidikan Dokter FK UHO. Kota
Kendari
Duta H, dkk. (2015). Jurnal Debu Batu Bara dan Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut pada Pekerja Pertambangan Batu Bara. Fakultas
Kedokteran. Universitas Lampung

14

Anda mungkin juga menyukai