Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENYAKIT

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

Disusun Oleh :
NURHASANA
(19810214 201001 2 006)

UNIT PELAKSANA TEKNIS


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PROVINSI
SULAWESI TENGAH 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
Makalah tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Makalah ini disusun untuk membahas tentang pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, diagnosis, komplikasi,
pencegahan dan pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Semoga
Makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat berguna bagi pembuatan dan penyempurnaan selanjutnya.
Atas kritik dan saran saya ucapkan terima kasih. Selain itu, ucapan terima
kasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Penulis

Nurhasana

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan..........................................................................................
D. Ruang Lingkup............................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................
A. Definisi ISPA...............................................................................
B. Etiologi........................................................................................
C. Patofisiologi...............................................................................`
D. Manifestasi Klinis........................................................................
E. Komplikasi..................................................................................
F. Pemeriksaan Diagnostik..............................................................
G. Pengobatan/Tata Laksana............................................................
BAB III SIMPULAN....................................................................................
DAFTAR PUSATAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih
merupakan masalah kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit
ini pada anak merupakan penyebab kesakitan (morbiditas) dan kematian
(mortalitas) yang tinggi. Angka kematian ISPA di negara maju berkisar antara
10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar lagi. Di Indonesia
angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %.
ISPA mempunyai manifestasi klinik bermacam-macam tergantung
pada beberapa hal : usia pasien, bagian saluran nafas mana yang terserang, ada
atau tidaknya kelainan paru yang mendasarinya, penyakit lain yang menyertai,
mikroorganisme yang menjadi penyebabnya, rute infeksinya (di komunitas /
rumah sakit), daya tahan tubuh pasien yang terkena. Dengan adanya
keanekaragaman manifestasi penyakitnya menimbulkan masalah terhadap
pengenalan (diagnostik) dan pengelolaan penyakit tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diungkapakn diatas, masalah yang akan
diangkat penulis adalah :
1. Menjelaskan pengertian ISPA
2. Menjelaskan bagaimana anatomi dan fisiologi ISPA
3. Menjelaskan bagaimana etiologi ISPA
4. Menjelaskan bagaimana patofisiologi ISPA
5. Menjelaskan bagaimana manifestasi klinik ISPA
6. Menjelaskan komplikasi ISPA
7. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik ISPA
8. Menjelaskan bagaimana pengobatan ISPA
9. Menjelaskan bagaimana pencegahan ISPA

1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pembaca dapat memahami tentang penyakit ISPA
2. Tujuan Khusus
a. Pembaca dapat mengerti tentang pengertian ISPA
b. Pembaca dapat mengerti tentang anatomi dan fisiologi ISPA
c. Pembaca dapat mengerti tentang etiologi etiologi ISPA
d. Pembaca dapat mengerti tentang patofisiologi ISPA
e. Pembaca dapat mengerti tentang manifestasi klinik ISPA
f. Pembaca dapat mengerti tentang komplikasi ISPA
g. Pembaca dapat mengerti tentang pemeriksaan diagnostik ISPA
h. Pembaca dapat mengerti tentang pengobatan ISPA
i. Menjelaskan pencegahan ISPA

D. Manfaat Penulisan
Memberikan pengaetahuan tentang ISPA sehingga dapat melakukan
pencegahan terjadinya ISPA pada siapa saja serta memahami pengobatan ISPA
pada penderita ISPA.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama
mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi
kebanyakan,penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara
simultan atau berurutan (Padila 2016).
ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut mengandung dua unsur,
yaitu infeksi dan saluran pernafasan. Pengertian infeksi adalah masuknya
kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak
sehingga menimbulkan gejala penyakit. Widoyono (2011) menjabarkan ISPA
adalah penyakit saluran pernapasan akut dengan perhatian khusus pada
radang paru (pneumonia), dan bukan penyakit tenggorokan dan telinga. ISPA
bila mengenai saluran pernapasan bawah, khususnya pada bayi, anak-anak
dan orang tua, memberikan gambaran klinik yang berat dan jelek, berupa
bronchitis, dan banyak yang berakhir dengan kematian (Mutaqien 2015).

B. Etiologi
1. Penyebab
ISPA disebabkan oleh adanya infeksi pada bagian saluran pernapasan.
ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan polusi udara
(Danusantoso 2018):
a. Pada umumnya ISPA disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang dapat
menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus pneumonia,
Mycoplasma pneumonia, Staphylococcus aureus, dan bekteri
yang paling sering menyebabkan ISPA adalah Streptococcus
pneumonia.
b. ISPA yang disebabkan oleh virus dapat disebabkan oleh virus
sinsisial pernapasan, hantavirus, virus influenza, virus
parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, virus herpes simpleks,
sitomegalovirus, rubeola, varisella.

3
c. ISPA yang disebabkan oleh jamur dapat disebabkan oleh
candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, Coccidioido mycosis,
Cryptococosis, Pneumocytis carinii.
d. ISPA yang disebabkan oleh polusi, antara lain disebabkan oleh
asap rokok, asap pembakaran di rumah tangga, asap kendaraan
bermotor dan buangan industri serta kebakaran hutan dan lain-
lain.
2. Faktor Predisposisi
Timbulnya suatu penyakit sangat dipengaruhi oleh tiga faktor
yaitu bibit penyakit (agent), penjamu (host), dan lingkungan
(environment). Ketiga faktor penting ini disebut segitiga epidemiologi
(epidemiologi triangle). Hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan
secara sederhana sebagai timbangan yaitu agent penyebab penyakit
pada satu sisi dan penjamu pada sisi yang lain dengan lingkungan
sebagai penumpunya.
Bila agent penyebab penyakit dengan penjamu berada dalam
keadaan seimbang, maka seseorang berada dalam keadaan sehat.
Perubahan keseimbangan akan menyebabkan seseorang sehat atau sakit,
penurunan daya tahan tubuh akan menyebabkan bobot agent penyebab
menjadi lebih berat sehingga seseorang menjadi sakit, demikian pula
bila agent penyakit lebih banyak atau lebih ganas sedangkan faktor
penjamu tetap, maka bobot agent penyebab menjadi lebih berat.
Sebaliknya bila daya tahan tubuh seseorang baik atau meningkat maka
dia dalam keadaan sehat. Apabila faktor lingkungan berubah menjadi
cenderung menguntungkan agent penyebab penyakit, maka orang akan
sakit (Danusantoso 2018).

C. Patofisiologi
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu (Padila 2016):
1. Tahap prepatogenesis: penyuebab telah ada tetapi belum
menunjukkan reaksi apa-apa.

4
2. Tahap inkubasi: virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit: dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul
gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronos dan
meninggal akibat pneumonia.

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ISPA menjadi tiga yaitu ISPA ringan, ISPA sedang dan
ISPA berat (Padila 2016):
1. Gejala ISPA ringan
a. Batuk
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(pada waktu berbicara atau menangis)
c. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C.
2. Gejala ISPA sedang
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai
gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut:
a. Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu: untuk
kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per
menit atau lebih untuk umur 2 - < 12 bulan dan 40 kali per menit
atau lebih pada umur 12 bulan - < 5 tahun.
b. Suhu tubuh lebih dari 39°C
c. Tenggorokan berwarna merah
d. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f. Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)

5
3. Gejala ISPA Berat
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai
gejalagejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut:
a. Bibir atau kulit membiru
b. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c. Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
d. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas
e. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f. Tenggorokan berwarna merah

E. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah otitis media, yang ditemukan
pada bayi-anak sampai sebanyak 25% nya. Walaupun komplikasi ini dapat
terjadi awal pada perjalanan, namun biasanya muncul sesudah fase akut
nasofaringitis. Dengan demikian otitis media harus dicurigai jika memang
berulang.
Kebanyakan ISPA juga melibatkan saluran pernapasan bawah, dan
banyak kasus lainnya seperti fungsi paru menurun walaupun gejala
pernapasan bawah tidak mencolok atau tidak ada. Sebaliknya,
laringotrakheobronkitis, bronkiolitis, atau pneumoni dapat berkembang
selama perjalanan nasofaringitis akut. Nasofaringitis virus juga sering
merupakan pemicu gejala asma pada anak dengan saluran pernapasan reaktif.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang ISPA yang lasim dilakukan adalah (Mutaqien 2015):
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan
adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan

6
G. Pengobatan/Tata Laksana
1. Penatalaksanaan Medis
Tidak ada pengobatan yang spesifik terhadap ISPA.
Penatalaksanaan ISPA terdiri atas terapi simptomatik. Beberapa
tindakan dapat mencakup pemberian cairan yang adekuat, istirahat,
pencegahan menggigil, dekongestan nasal aqueous, vitamin C, dan
ekspektoran sesuai kebutuhan. Kumur air garam hangat dapat
melegakan sakit tenggorokan, dan aspirin atau asetominofen meredakan
gejala konstitusional umum. Antibiotik tidak mempengaruhi virus atau
mengurangi insiden komplikasi bakteri, namun demikian, antibiotik
mungkin digunakan sebagai profilatik bagi pasien yang berisiko tinggi
terhadap kondisi pernapasan.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Penyuluhan kepada keluarga tentang cara memutuskan infeksi.
b. Pendidikan pasien berupa:
1) Mencuci tangan untuk mencegah penyebaran organisme
2) Menghindari kerumunan orang banyak
3) Menutup mulut ketika batuk
4) Meningkatkan masukan cairan
5) Mengintruksikan pada pasien untuk meningkatkan drainase
seperti inhalasi uap

7
BAB III
KESIMPULAN

Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis yang
bermacam-macam, maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan
pengelolaannya. Sampai saat ini belum ada obat yang khusus antivirus. Idealnya
pengobatan bagi ISPA bakterial adalah pengobatan secara rasional. Pengobatan
yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan antimikroba yang tepat sesuai
dengan kuma penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini , kuman penyebab ISPA
dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan yang tepat,
kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik , baru setelah itu diberikan
antimikroba yang sesuai.
Kesulitan menentukan pengobatan secara rasional antara lain kesulitan
memperoleh material pemeriksaan yang tepat, sering kali mikroorganisme itu baru
diketahui dalam waktu yang lama., kuman yang ditemukan adalah kuman
komensal, tidak ditemukan kuman penyebab..

8
DAFTAR PUSTAKA

Danusantoso. 2018. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru Edisi 3. Jakarta (ID). EGC

KEMENKES. 2016. Penanggulangan Tuberkulosis Nasional. Jakarta (ID).


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Mutaqien. 2015. Dunia Paru. Jakarta (ID). Media Komputindo.

Padila. 2016. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Jakarta (ID). Nuha Medika.
NANDA - I. 2018. Buku diagnosa keperawatan nanda. Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta (ID). EGC

Anda mungkin juga menyukai