Anda di halaman 1dari 14

Infeksi Saluran Pernapasan Akut Streptococcus pneumoniae

Makalah

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Bakteriologi Klinik

Disusun oleh Kelompok 2 :

Ayu Nur Azizah (P17334119007)

Elsa Fatikasari (P17334119014)

Syifa Alfaini Mazid (P17334119037)

Wina Rahma Sarita (P17344119044)

Kelas : DIII-2A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM

MEDIK 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Infeksi saluran
pernapasan akut Streptococcus pneumoniae”

Dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan hormat dan terimakasih kepada
dosen Bakteriologi Klinik atas segala bimbingannya dalam proses belajar serta kepada kedua
orang tua dan teman-teman yang telah memberikan semangat, dukungan dan doa kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Cimahi, Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3

2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).....................................................................3

2.2 Streptococcus Pneumoniae..........................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN................................................................................................4

3.1 Definisi dan epidemiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)..........................4

3.2 Streptococcus Pneumoniae Termasuk Golongan Patogen..........................................5

3.3 Identifikasi Bakteri Streptococcus Pneumoniae..........................................................5

BAB IV PENUTUPAN..................................................................................................10

4.1 Kesimpulan................................................................................................................10

4.2 Saran..........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Streptococcus pneumoniae adalah kuman Gram Positif yang tersebar di seluruh dunia.
Kuman ini menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak.1
Penelitian yang mengumpulkan sampel di sebelas negara di Asia menunjukkan bakteri ini
terisolasi pada 38,6% anak-anak dibawah usia 5 tahun. Penyebarannya yang semakin luas
didukung oleh faktor resistensi antibiotik, utamanya di negara-negara berkembang.2,3
Koloni S. pneumoniae di nasofaring merupakan suatu tahap patogenesis yang berperan
dalam patogenesis penyakit pneumonia, otitis media akut, dan meningitis. 4 Koloni
kuman ini di nasofaring tidak selalu menimbulkan gejala klinis. Hal tersebut ditunjukkan
dengan adanya isolat pneumococcal pada swab nasofaring balita sehat di berbagai negara.
Di sisi lain, prevalensi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak masih tinggi
di Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, Indonesia menempati tempat keempat
setelah India, China, dan Pakistan dengan 6 juta episode tiap tahunnya. Kelompok usia 1-
4 tahun merupakan kelompok yang paling banyak mengalami ISPA. 11 ISPA merupakan
infeksi yang dapat disebabkan oleh virus maupun bakteri. Dalam hal ini, prevalensi
infeksi virus lebih dominan, misalnya rhinovirus, virus influenza, dan adenovirus.12,13
Virus-virus tersebut mempunyai mekanisme masing-masing dalam perusakan jaringan
epitel nasofaring. Rhinovirus merusak tight junction pada barier epitel. Sedangkan virus
influenza dan parainfluenza menggunakan protein, seperti hemaglutinin esterase, untuk
menghancurkan sel epitel. Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan antara
kolonisasi S. pneumoniae dengan ISPA.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ISPA ?


2. Mengapa bakteri Streptococcus Pneumoniae termasuk golongan patogen?
3. Bagaimana cara mengidentifikasi bakteri Streptococcus Pneumoniae ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui dasar pengertian dari ISPA
2. Untuk Mengetahui alasan bakteri Streptococcus Pneumoniae sebagai patogen
3. Untuk Mengetahui cara mengidentifikasi bakteri Streptococcus Pneumoniae

1
2

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Kedua
manfaat tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah
wawasan mengenai Infeksi saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh bakteri
Streptococcus pneumoniae.
2. Manfaat Praktis
Menambah ilmu pengetahuan dari kelas D3-2A dan D3-2B.

.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dibedakan menjadi dua, ISPA atas
dan bawah menurut Nelson (2002: 1456-1483). Infeksi saluran pernapasan adalah
infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri termasuk nasofaringitis atau common
cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinitis, nasofaringitis kronis, sinusitis. Sedangkan
infeksi saluran pernapasan bawah adalah infeksi yang telah didahului oleh infeksi
saluran atas yang disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder, yang termasuk dalam
penggolongan ini adalah bronkhitis akut, bronkhitis kronis, bronkiolitis dan
pneumonia aspirasi.
2.3 Streptococcus pneumoniae
Streptococcus berbentuk tunggal, bulat, dan tersusun seperti rantai, rantai
tersebut lebih sering terlihat berbentuk gambaran diplococcus, dan terkadang
bentuknya terlihat seperti batang. Panjang rantai bervariasi dan dapat di engaruhi oleh
faktor lingkungan, tidak berflagel, tidak berspora, tidak berkapsul dan termasuk Gram
positif.

S.pneumoniae merupakan bakteri Gram Positif, alfa-hemolotik, dan anaerob


fakulatif yang berbentuk bulat sejajar. S.pneumoniae ditransmisikan secara horizontal
melalui droplet yang diaspirasi ke saluran pernapasan. Bakteri ini lalu menempel pada
epitel saluran pernapasan dan membentuk koloni. Sifatnya komersal di saluran
pernapasan manusia. Tetapi, infeksi dapat menjadi oportunis tergantung pada
kekebalan host dan perkembangan patogenesisnya tergantung pada organ tempat
penyebaran secara lokal maupun hematogen.

Komponen yang dimiliki S.pneumoniae berperan secara spesifik pada


kelangsungan hidup bakteri di dalam saluran pernapasan. Seperti bakteri Gram Positif
lainnya, dinding sel S.pneumoniae mengandung peptidoglikan dan teichoic acid.
Dinding selnya menstimulasi influks sel-sel inflamasi dan mengaktivasi kaskade
komplemen dan produksi sitokin. Terdapat pula kapsul polisakarida yang menempel
secara kovalen di permukaan luar peptidoglikan. Heterogenesitas dari kapsul ini
membuat perbedaan lebih dari 100 tipe S.pneumoniae. kapsul polisakarida merupakan
faktor penting karena memberikan proteksi terhadap fagositosis.

3
BAB III

PEMBAHASA

3.1 Definisi dan Epidemiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab


utama kematian pada balita didunia. Penyakit ini paling banyak terjadi di negara-
negara berkembang di dunia. Populasi penduduk yang terus bertambah dan tidak
terkendali mengakibatkan kepadatan penduduk di suatu wilayah yang tidak tertata
baik dari segi aspek sosial, budaya dan kesehatan (Adesanya & Chiao, 2017). Kondisi
ini akan bertambah buruk dengan status sosial ekonomi keluarga yang rendah atau
berada dibawah garis kemiskinan karena tidak dapat memenuhi asupan gizi yang baik
dan sehat untuk balita ditambah dengan kondisi fisik rumah yang tidak layak tinggal
(Kolawole, Oguntoye, Dam, & Chunara, 2017). Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak.

WHO memperkirakan insiden ISPA di negara berkembang dengan angka


kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15-20% pertahun pada
golongan usia balita. Menurut WHO kurang lebih 13 juta anak balita di dunia
meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara
berkembang, dimana ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan
membunuh ± 4 juta anak balita setiap tahun (Rudianto, 2013). Tingkat morbiditas dan
mortalitas penyakit ini cukuplah tinggi terutama pada anak-anak dan balita (Solomon
et al., 2018).

Penyakit gangguan pernafasan merupakan salah satu penyebab utama


kematian pada balita diperkirakan mencapai 16%. Pada tahun 2015 angka kematian
yang diakibatkan oleh gangguan pernafasan sebanyak 920.136 jiwa, kejadian ini
paling banyak terjadi di kawasan Asia Selatan dan Afrika (WHO, 2016) Period
prevalence lima provinsi di Indonesia dengan kasus ISPA tertinggi adalah Nusa
Tenggara Timur (41,70%), Papua (31,10%), Aceh (30,00%), Nusa Tenggara Barat
(28,30%) dan Jawa Timur (28,30%). Karakteristik penduduk dengan ISPA tertinggi di
Indonesia terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (25,80%). Penyakit ini lebih banyak
dialami pada kelompok masyarakat golongan menengah kebawah (Kemenkes RI,
2013).
4
5

3.2 Streptococcus Pneumoniae Termasuk Golongan Patogen

Selaput mukosa mulut dan faring seringkali steril waktu lahir, tetapi dapat
terkontaminasi waktu keluar melalui jalan lahir. Dalam 4-12 jam setelah lahir, S.
viridas menetap sebagai anggota flora normal yang paling utama dan tetap seperti ini
selama hidup.

Patogenesis S. pneumoniae berawal dari melekatnya kuman pada epitel faring


kemudian bereplikasi dan proses lolosnya kuman dari fagositosis oleh makrofag.
Kuman menyebabkan infeksi diberbagai area tubuh melalui berbagai akses seperti
penyebaran secara langsung, atau secara limfogen-hematogen. Kolonisasi kuman pada
individu sehat menunjukkan bahwa kuman berhasil mengadakan perlekatan dan
bereplikasi. Setelah membentuk koloni, kuman dapat menyebar secara langsung ke
saluran pernapasan.

S. pneumoniae menyebabkan penyakit melalui kemampuannya berkembang


biak dalam jaringan. Bakteri ini tidak menghasilkan toksin yang bermakna. Virulensi
organisme disebabkan oleh fungsi simpainya yang mencegah atau menghambat
penghancuran oleh fagosit. Serum yang mengandung antibodi terhadap polisakarida
tipe spesifik akan melindungi terhadap infeksi. Bila serum ini diabsorbsi dengan
polisakarida tipe spesifik, serum tersebut akan kehilangan daya pelindungnya.

3.3 Identifikasi Bakteri Streptococcus Pneumoniae


3.3.1 Metode Pemeriksaan
a. Prinsip Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram dapat digunakan sebagai petunjuk awal dari identifikasi
bakteri. Adanya perbedaan bakteri gram negatif dan bakteri gram positif adalah
pada dinding selnya. Bila dalam suatu pewarnaan gram ini ditemukan bakteri
berwarna ungu akibat pewarnaan Karbol gentian violet maka bakteri itu adalah
bakteri gram positif yang mempertahankan zat warna ungu. Dan bila ditemukan
bakteri yang berwarna merah akibat pewarnaan dari fucshin maka bakteri yang
diamati adalah bakteri gram negatif. (novel, 2010)
b. Prinsip Kultur Sputum
Sputum yang diambil dibiakkan dalam medium tertentu untuk mencari jenis
kuman. Dalam hal ini medium yang digunakan adalah media agar darah (blood
6

agar) dan diinkubasi di dalam incubator selama 24 jam pada suhu 37ºC untuk
mengidentifikasi bakteri Streptococcus pneumonia.
3.3.2 Alat, Bahan, Media, dan Reagensia
a. Alat
- Pot dahak,
- objek glass,
- lampu Bunsen,
- pipet tetes,
- ose jarum,
- incubator,
- ose cincin,
- spidol,
- tabung rekasi,
- mikroskop,
- petridish,
- BD Sensi Disc
- rak tabung,
- .
b. Bahan
Bahan yang digunakan untuk pemeriksan adalah sputum pasien pneumonia
c. Media dan Reagensia
- Blood agar,
- Kapas Alkohol 70%,
- Fuchsin,
- imersi oil,
- Karbol Gentian Violet,
- hidrogen peroksida 3%,
- Lugol,
- antibiotic optochin
- Alkohol 96%,
-
3.3.3 Prosedur Kerja
a. Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel yaitu dengan cara:
1. Kumur-kumur dengan air bersih sebelum mengeluarkan dahak
2. Tarik nafas dalam/pasien disuruh batuk dalam
3. Masukkan sputum ke dalam pot sputum yang telah disediakan
4. Tutup pot sputum dengan rapat dan diberi label identitas pasien
5. Pot yang berisi sputum selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
(Alimsardjono, 2015)

b. Penanaman Media Blood Agar


Sputum di goreskan pada media agar darah (blood agar) dengan menggunakan
ose cincin dengan cara menzig-zag ke media agar darah. Beri label pada
7

petridish, inkubasi pada inkubator selama 24 jam pada suhu 37ºC. Setelah di
inkubasi, keluarkan biakan dan amati koloni yang tumbuh pada media blood agar.
Amati biakan mulai dari bentuk, warna, dan konsistensi.

c. Pewarnaan Gram
1. Kaca objek dicuci dengan alcohol 70% dan dikeringkan di atas pembakaran
spirtus, beri label pada objek glass
2. Ose dipijarkan kemudian didinginkan, ose dicelupkan kedalam sputum dan
goreskan pada objek glass.
3. Preparat dikeringkan pada suhu kamar, kemudian setelah dikeringkan fiksasi
diatas nyala api sebanyak 3 kali dan dinginkan.
4. Kemudian preparat ditetesi zat warna karbol gentian violet. Diamkan selama
3-5 menit. Zat warna yang berlebih dicuci dengan air.
5. Tambahkan lugol (Iodium : Kalium Iodium : Akuades = 1 : 2 : 300) sebagai
zat pemantek selama 3 menit kemudian cuci dengan air.
6. Preparat dicuci dengan alcohol 96% sampai zat warna larut, kemudian dicuci
dengan air.
7. Tetesi preparat dengan zat warna pembanding fucshin selama 1 menit, lalu
cuci dengan air.
8. Preparat dikeringkan dan diatasnya diberi satu tetes imersi oil dan lihat
sediaan dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 100x. (novel,
2010) Interpretasi hasil: Bakteri gram positif : berwarna ungu
Bakteri gram negatif : berwarna merah

d. Pewarnaan Gram dari Koloni yang Tumbuh pada Media Agar Darah
1. Kaca objek dicuci dengan alcohol 70% dan dikeringkan di atas pembakaran
spirtus, beri label pada objek glass
2. Ose dipijarkan kemudian didinginkan, ambil koloni dari media blood agar
dan goreskan pada objek glass.
3. Preparat dikeringkan pada suhu kamar, kemudian setelah dikeringkan fiksasi
diatas nyala api sebanyak 3 kali dan dinginkan.
4. Kemudian preparat ditetesi zat warna karbol gentian violet. Diamkan selama
3-5 menit. Zat warna yang berlebih dicuci dengan air.
8

5. Tambahkan lugol (Iodium : Kalium Iodium : Akuades = 1 : 2 : 300) sebagai


zat pemantek selama 3 menit kemudian cuci dengan air.
6. Preparat dicuci dengan alcohol 96% sampai zat warna larut, kemudian dicuci
dengan air. 17
7. Tetesi preparat dengan zat warna pembanding fucshin selama 1 menit, lalu
cuci dengan air.
8. Preparat dikeringkan dan diatasnya diberi satu tetes imersi oil dan lihat
sediaan dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 100x.
Interpretasi hasil: Bakteri gram positif : berwarna ungu
Bakteri gram negatif : berwarna merah

e. Uji Katalase
Enzim katalase memecah hidrogen peroksida (H2O2) menjadi H2 dan O2 dan
menunjukkan adanya gelembung pada cairan. Semua streptokokus adalah negatif.
Dengan uji biokimia dapat dilakukan diferensiasi Streptococcus pneumonia dan
Streptococcus viridans dimana sebagian besar strain S.pneumonia menyebabkan
fermentasi inulin.
Cara kerja :
1. Letakkan satu tetes hidrogen peroksida (H2O2) 3% di atas objek glass yang
bersih.
2. Ambil koloni dari media bloog agar, letakkan di atas larutan hidrogen
peroksida. Homogenkan secara perlahan.
3. Amati peristiwa yang terjadi.
Interpretasi hasil ;
Positif (+) : terbentuk gelembung-gelembung udara
Negatif : tidak terbentuk gelembung-gelembung udara

f. Uji Kepekaan
Optochin Terhadap koloni yang tumbuh juga dilakukan uji kepekaan terhadap
antibiotic dengan cara dilakukan reaksi sensitifitas test dengan menggunakan disc
antibiotic yang ditanam pada media nutrient agar. Tujuannya adalah untuk dapat
18 membedakan antara bakteri Streptococcus pneumonia dan bakteri
Streptococcus viridans.
9

Cara Kerja:
1. . Siapkan satu plat nutrient agar berisi biakan Streptococcus pneumonia
2. Letakkan satu cakram filter yang telah mengandung antibiotic yang akan diuji
di tengah-tengah bagian tersebut menggunakan pinset. Catat antibiotic yang
digunakan pada setiap bagiannya.
3. Inkubasi pada suhu 37ºC selama minimum 24 jam.
4. Ukur zona hambatan dipermukaan agar.
5. 5. Bandingkan hasilnya dengan zona hambatan standar dari antibiotic yang
digunakan dan tetapkan apakah organisme tersebut sensitif atau tidak
terhadap antibiotic tersebut
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dibedakan menjadi dua, ISPA atas
dan bawah menurut Nelson (2002: 1456-1483). Infeksi saluran pernapasan adalah
infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri termasuk nasofaringitis atau common
cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinitis, nasofaringitis kronis, sinusitis. Sedangkan
infeksi saluran pernapasan bawah adalah infeksi yang telah didahului oleh infeksi
saluran atas yang disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder, yang termasuk dalam
penggolongan ini adalah bronkhitis akut, bronkhitis kronis, bronkiolitis dan
pneumonia aspirasi. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit
yang sering terjadi pada anak dan kelompok masyarakat golongan menengah kebawah
(Kemenkes RI, 2013).
Karena melekatnya kuman pada epitel faring yang kemudian bereplikasi dan
proses lolosnya kuman dari fagositosis oleh makrofag. Kuman yang mulai menyebar
melalui saluran pernapasan dan berkoloni menjadi awal penyebaran patogenesis
Streptococcus pneumoniae.
Pemeriksaan identifikasi bakteri Srteptococcus pneumoniae dilakukan dengan
metode pemeriksaan pewarnaan Gram dan Kultur Sputum.

B. Saran

Lebih baik lagi penulis dapat mempersingkat isi makalah dengan lebih singkat dan jelas.

10
DAFTAR PUSTAKA

 Tambunan, Depi. (2019). IDENTIFIKASI BAKTERI Streptococcus pneumonia


PADA PASIEN PNEUMONIA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN.
http://repo.poltekkes- medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1505/1/FILE
%20WORD%20CD.pdf. Diakses pada tanggal 28 Februari 2021.
 Vita, Anggi. (2016). BAB I PENDAHULUAN.
http://eprints.undip.ac.id/50216/2/Anggi_Vita_Shelma_Siany_22010112130078_Lap.
KTI_Bab1.pdf. Diakses pada tanggal 28 Februari 2021.
 Lumbung. (gada tahunnya). A. Definisi ISPA Infeksi Saluras Pernapasan Akut.
http://eprints.uny.ac.id/8336/3/bab%202%20%2808308141008%29.pdf. Diakses pada
tanggal 25 Februari 2021.
 LU Uswandi. (2016). Identifikasi Pola Bakteri Pada Pasien Infeksi Saluran.
http://eprints.uny.ac.id/8336/3/bab%202%20%2808308141008%29.pdf. Diakses pada
26 Februari 2021.
 AVS Siany. (2016). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Streptococcus pneumoniae.
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:nD1HENKbjVgJ:eprints.und
ip.ac.id/50216/3/Anggi_Vita_Shelma_Siany_22010112130078_Lap.KTI_Bab2.pdf+
&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id. Diakses pada tanggal 26 Februari 2021.
 Addy Saputro.BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Streptococcus pneumoniae.
http://eprints.undip.ac.id/43698/3/ADDY_SAPUTRO_G2A009188_BAB_2_KTI.pdf
. Diakses pada tanggal 02 Maret 2021

11

Anda mungkin juga menyukai