Anda di halaman 1dari 20

Keperawatan Medikal Bedah

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS PNEUMONIA DI RUANG


PERAWATAN INTERNA LT 4 RSUD SYEKH YUSUF GOWA

OLEH :
Desy, S.Kep
NIM : 70900122014

PERSEPTOR INSTITUSI PERSEPTOR LAHAN

( ) ( )

KEPERAWATAN DASAR PROFESI


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XX
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan Pendahuluan
dengan Kasus Pneumonia di RSUD Syekh Yusuf Gowa” ini. Adapun tujuan dari penulisan dari
tulisan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah Profesi
Ners. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang kasus pneumonia
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan
semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan tulisan ini.

Gowa, September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................4
A. Defenisi.................................................................................................................................4
B. Etiologi.................................................................................................................................4
C. Klasifikasi.............................................................................................................................5
4) Patofisiologi..........................................................................................................................6
5) Manifestasi klinis..................................................................................................................8
6) Penatalaksanaan....................................................................................................................9
7) Pemeriksaan penunjang........................................................................................................9
8) Komplikasi..........................................................................................................................10
PENYIMPANGAN KDM.............................................................................................................11
BAB II...........................................................................................................................................12
TINJAUAN KEPERAWATAN....................................................................................................12
A. Pengkajian...........................................................................................................................12
B. Diagnosis Keperawatan......................................................................................................13
C. Intervensi............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................20

3
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi
Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru paru yang biasanya
disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur. Pneumonia adalah infeksi yang
menyebabkan paru paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli
dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang (Utama,
2018).

B. Etiologi
1. Pneumonia oleh bakteri
Pneumonia oleh bakteri. "S.pneumoniae” adalah jenis bakteri penyebab
pneumonia pada anak-anak di semua umur berdasarkan komunitas penyakit pneumonia.
Sedangkan M. pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae adalah penyebab utama
pneumonia pada anak di atas umur 5 tahun." Begitu pertahanan tubuh menurun oleh
sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan
kerusakan. Seluruh jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke
seluruh tubuh melalui aliran darah. Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa
saja, mulai dari bayi sampai usia lanjut. Pada pencandu alkohol, pasien pasca operasi,
orang-orang dengan penyakit gangguan pernapasan, dan penurunan kekebalan tubuh
adalah golongan yang paling berisiko. Anak-anak juga termasuk kelompok yang rentan
terinnfeksi penyakit ini karena daya tahan tubuh yang masih lemah (Utama, 2018).
2. Pneumonia oleh virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Sebagian
besar virus-virus ini menyerang saluran pernapasan bagian atas (terutama pada anak).

4
Namun, sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan dapat disembuhkan dalam
waktu singkat. Bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influensa, gangguan ini masuk
ke dalam tingkatan berat dan kadang menyebabkan kematian. Virus yang menginfeksi
paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan
(Utama, 2018).
3. Pneumonia oleh Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada
manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri walaupun
memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan
dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia. Tetapi paling sering pada
anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan pada orang yang
tidak menjalani pengobatan. Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda fisiknya bila
dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Oleh karena itu, pneumonia yang
diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut Atypical
Pneumonia „,pneumonia yang tidak tipikal". Pneumonia mikoplasma mulai diidentifikasi
saat perang dunia II. Pneumonia jenis lainnya (Utama, 2018).
4. Pneumonia jenis lainnya
Pneumonia lain yang jarang ditemukan, yakni disebabkan oleh masuknya
makanan, cairan, gas, debu maupun jamur. Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP)
yang diduga disebabkan oleh jamur, adalah salah satu contoh dari pneumonia jenis
lainnya. PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS.
PCP dapat diobati pada banyak kasus. Namun, bisa saja penyakit ini muncul lagi
beberapa bulan kemudian. Rickettsia (golongan antara virus dan bakteri yang
menyebabkan demam Rocky Mountain, demam Q, tipus, dan psittacosis) juga
mengganggu fungsi paru (Utama, 2018).

C. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemilogi serta letak anatomi
(Nursalam, 2016) dalam (Wahyudi, 2020) sebagai berikut:

1. Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi

5
1) Pneumonia Komunitas (PK) adalah pneumonia infeksius pada seseorang yang tidak
menjalani rawat inap di rumah sakit.
2) Pneumonia Nosokomial (PN) adalah pneumonia yang diperoleh selama perawatan di
rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain atau prosedur.
3) Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung, baik
ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada paru bukan merupakan
infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena bahan teraspirasi mungkin mengandung
bakteri aerobic atau penyebab lain dari pneumonia.
4) Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia yang terjadi pada
penderita yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.
2. Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak anatomi
1) Pneumonia lobaris Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari
satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia
bilateral atau “ganda”.
2) Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) Bronkopneumonia terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.
3) Pneumonia interstisial Proses implamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar
(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.

4) Patofisiologi
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh
mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi. Meskipun lebih dari seratus jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari mereka yang
bertanggung jawab pada sebagian besar kasus. Penyebab paling sering pneumonia adalah
virus dan bakteri. Penyebab yang jarang menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan
parasit.

1. Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus masuk
ke dalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan hidung
setelah masuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering menunjukan
kematian sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau melalui suatu tipe penghancur
6
sel yang disebut apoptosis. Ketika sistem imun (DL leukosit meningkat) merespon
terhadap infeksi virus.dapat terjadi kerusakan paru.Sel darah putih,sebagian besar
limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli.
Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan
oksigen ke dalam aliran darah (terjadi pertukaran gas). Sebagai tambahan dari proses
kerusakan paru, banyak virus merusak organ lain dan kemudian menyebabkan fungsi
organ terganggu. Virus juga dapat membuat tubuh lain rentan terhadap infeksi bakteri,
untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan komplikasi dari pneumonia
yang disebabkan oleh virus. Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus
influensa, virus syccytial respiratory (RSV), adenovirus dan metapneumovirus. Virus
herpes simpleks jarang menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang
dengan masalah pada sistem imun juga beresiko terhadap pneumonia yang disebabkan
oleh cytomegalovirus (CMV) (Utama, 2018)..
2. Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara
dihirup, tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah ketika ada
infeksi pada bagian lain dari tubuh. Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran
pernapasan atas seperti hidung, mulut dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju
alveoli. Setelah memasuki alveoli, bakteri mungkin menginvasi ruangan diantara sel dan
diantara alveoli melalui rongga penghubung. Invasi ini memacu sistem imun untuk
mengirim neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel darah putih, menuju paru.
Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang berlawanan dan mereka juga
melepaskan cytokin, menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun. Hal ini
menyebabkan demam, menggigil dan mual umumnya pada pneumoni yang disebabkan
bakteri dan jamur. Neutrophil, bakteri dan cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi
alveoli dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang
terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal
seperti septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian
tubuh. seperti otak, ginjal dan jantung. Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara
paru-paru dan dinding dada(cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan

7
empyema. Penyebab paling umum dari pneumoni yang disebabkan bakteri adalah
Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri atipikal (Utama, 2018).
Penggunaan istilah "Gram positif" dan "Gram negatif' merujuk pada warna
bakteri (ungu atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan
pewarnaan Gram.Istilah "atipikal" digunakan karena bakteri atipikal umumnya
mempengaruhi orang yang lebih sehat, menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan
berespon pada antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain. Tipe dari bakteri gram
positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari banyak orang sehat.
Streptococcus pneumoniae, sering disebut pneumococcus" adalah bakteri penyebab
paling umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus. Gram positif
penting lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus. Bakteri Gram
negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif. Beberapa dari
bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk Haemophilus influenzae,
Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan Moraxella
catarrhalis. Bakteri ini sering hidup pada perut atau intestinal dan mungkin memasuki
paru-paru jika muntahan terhirup. Bakteri atipikal yang menyebabkan pneumonia
termasuk Chlamydophila pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae dan Legionella
pneumophila (Utama, 2018).

5) Manifestasi klinis
Gambaran klinis pneumonia ditunjukkan dengan adanya pelebaran cuping hidung,
ronki, dan retraksi dinding dada atau sering disebut tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam (chest indrawing). Penyakit yang sering terjadi pada anak-anak ini ditandai dengan
ciri-ciri adanya demam, batuk disertai nafas cepat (takipnea) atau nafas cepat. Gejala dan
tanda pneumonia tergantung kuman penyebab, usia, status imunologis, dan beratnya
penyakit. Gejala dan tanda dibedakan menjadi gejala umum infeksi (non spesifik), gejala
pulmonal, pleural, dan ekstrapulmonal. Gejala-gejala tersebut meliputi:

1) Demam
2) Menggigil
3) Sefalgia
4) Gelisah
5) Muntah, kembung, diare (terjadi pada pasien dengan gangguan gastrointestinal)
8
Wheezing (pneumonia mikoplasma)
6) Otitis media, konjungtivitis, sinusitis (pneumonia oleh streptococcus pneumonia atau
Haemophillus influenza) (Utama, 2018)..

6) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2008) dalam (Ludji, 2019)
antara lain:
1. Manajemen Umum
a. Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan berlebihan.
b. Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg.
c. Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonenia pasti; pasien harus
didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk memaksimalkan
kemampuan ventilator.
d. Hidrasi: Pemantauan asupan dan keluaran; cairan tambahan untuk mempertahankan
hidrasi dan mencairkan sekresi.
2. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan jika masalah
sekunder seperti empiema terjadi.
3. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya: Penicillin G untuk infeksi
pneumonia staphylococcus, amantadine, rimantadine untuk infeksi pneumonia virus.
Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.

7) Pemeriksaan penunjang
Menurut Mutaqin (2008) dalam (Ludji, 2019),pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan pada orang dengan masalah pneumonia adalah:

1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga


menyatakan abses.
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.

9
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luas berat penyakit
dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

8) Komplikasi
Komplikasi Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa menimbulkan
komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok pasien risiko tinggi,
mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti bakteremia (sepsis), abses paru, efusi
pleura, dan kesulitan bernapas. Bakteremia dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang
menginfeksi paru masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ lain, yang
berpotensi menyebabkan kegagalan organ. Pada 10% pneumonia dengan bakteremia
dijumpai terdapat komplikasi ektrapulmoner berupa meningitis, arthritis, endokarditis,
perikarditis, peritonitis, dan empiema. Pneumonia juga dapat menyebabkan akumulasi cairan
pada rongga pleura atau biasa disebut dengan efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia
umumnya bersifat eksudatif. Efusi pleura eksudatif yang mengandung mikroorganisme
dalam jumlah banyak beserta dengan nanah disebut empiema. Jika sudah terjadi empiema
maka cairan perlu di drainage menggunakan chest tube atau dengan pembedahan (Wahyudi,
2020).

10
PENYIMPANGAN KDM

(Wahyudi, 2020)

11
BAB II
TINJAUAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara subjektif
(data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan data objektif
(data hasil pengukuran atau observasi). Menurut Nurarif (2015), pengkajian yang harus
dilakukan adalah :

a. Indentitas: Nama, usia, jenis kelamin,


b. Riwayat sakit dan kesehatan
1) Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak napas.
2) Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi
selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus purulen
kekuning-kuningan, kehijauhiajuan, kecokelatan atau kemerahan, dan serring kali
berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil
(onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada pleuritits, sesak
napas, peningkatan frekuensi pernapasan, dan nyeri kepala.
3) Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit seperti
ISPA, TBC paru, trauma. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
faktor predisposisi.
4) Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumoni seperti Ca paru, asma,
TB paru dan lain sebagainya.
5) Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap beberapa oba,
makanan, udara, debu.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas
2) Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa somnolen
3) Tanda-tand vital: - TD: biasanya normal - Nadi: takikardi - RR: takipneu, dipsneu,
napas dangkal - Suhu: hipertermi
4) Kepala: tidak ada kelainan Mata: konjungtiva nisa anemis

12
5) Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung Paru: - Inspeksi: pengembangan
paru berat dan tidak simetris, ada penggunaan otot bantu napas - Palpasi: adanya
nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah yang terkena. - Perkusi: pekak
bila ada cairan, normalnya timpani - Auskultasi: bisa terdengar ronchi.
6) Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
7) Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan

B. Diagnosis Keperawatan
1. Pola Napas Tidak Efektif
a. Defenisi:
Insipirasi dan tau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi yang adekuat
b. Penyebab
1) Hambatan upaya napas (mis nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
2) Deformias dinding dada
3) Defomritas tulangd ada
4) Posisi tubuh yang mneghambat ekpirasi paru
5) Efek egen nonfarmakologis
6) Kecemasan
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Dyspnea
Objektif
Penggunaan oto bantu pernapasan, fase ekpirasi memanjang, pola napas abnormal
(takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,)
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
Ortopnea
Objektif
Pernapasan cuping hidung, diameter thoraks anterior posterior meningkat, tekanan
ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah (Tim Pokja
SDKI, 2017)
2. Bersihan jalan napas tidak efektif
a. Defenisi:
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten.
b. Penyebab
1) Spasme jalan napas
2) Hipersekresi jalan napas

13
3) Disfungsi neuromuskuler
4) Benda asing dalam jalan napas
5) Adanya jalan napas buatan
6) Hyperplasia dinding jalanan napas
7) Proses infeksi
8) Efek agen farmakologis (mis. Anastesi)
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
-
Objektif
Batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi,wheezing dan
ronkhi kering
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
Dyspnea, sulit bicara,ortopnea
Objektif
Gelisah, sianosis, bunyi napas menurun , frekuensi napas berubah, pola napas
berubah (Tim Pokja SDKI, 2017).
3. Gangguan pertukaran gas
a. Defenisi:
Kelebihan atau kekurangan oksigen dana tau eliminasi karbondioksida pada
membran alveolus-kapiler
b. Penyebab
1) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2) Perubahan membran alveolus kapiler
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Dyspnea
Objektif
PCO2 meningkat atau menurun, PO2 menurun, takikardia, diaphoresis,pH arteri
meningkat/ menurun, bunyi napas tambahan
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
Dyspnea, sulit bicara,ortopnea
Objektif
Gelisah, sianosis, bunyi napas menurun , frekuensi napas berubah, pola napas
berubah (Tim Pokja SDKI, 2017).
4. Nyeri akut

14
a. Defenisi: Pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadakan atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
b. Penyebab
1) Agen pencedera fisionlis (Mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
Mengeluh nyeri
Objektif
Tampak meringis,Bersikap protektif , Gelisah, Frekuensi nadi meningkat, Sulit tidur
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersediah)
Objektif
Tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses
berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diafosis

C. Intervensi
1. Pola napas tidak efktif

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan Pola


napas membaik dengan
Kriteria Hasil: Dispnea menurunPenggunaan otot bantu napas menurun,Pemanjangan
fase ekspirasi menurun, Frekuensi napas membaik, kedalaman napas membaik
Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Manajemen Jalan Napas
Observasi Penurunan bunyi napas dapat
Monitor pola napas (frekuensi, menunjukkan atelectasis, ronkhi
kedalaman, usaha napas) mengi menunjukkan akumulasi secret,
ketidakmampuan membersihkan
jalan napas menimbulkan penggunaan
otot bantu dan peningkatan kerja napas
Monitor bunyi napas tambahan (mis. Mengetahui ada tidaknya suara napas
Gurgling, mengi, ronkhi kering) tambahan yang menghalangi jalan napas
Monitor sputum (jumlah, warna, Untuk mengetahui seberapa parah

15
aroma) kondisi pasien

Teraupetik
Pertahankan kepatenan jalan napas Untuk mempertahankan dan memelihara
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw- kepatenan jalan napas
thrust jika curiga trauma cervical)
Posisikan semi-Fowler atau Fowler Untuk memudahkan pasien dalam
bernapas
Berikan minum hangat Untuk mengencerkan secret dan
memudahkan dalam bernapas
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu Membantu membersihkan dan
mengelurkan sekret serta melonggarkan
jalan napas
Lakukan penghisapan lendir kurang Mengurangi sesak, melonggarkan jalan
dari 15 detik napas dan mengencerkan sekret
Lakukan hiperoksigenasi sebelum Menghindari hipoksemi akibat suction
penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat Membebaskan sumbatan dari benda
dengan forsepMcGill padat

Berikan oksigen, jika perlu Untuk mencegah kegagalan napas


Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000 Untuk mengganti cairan tubuh
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
Ajarkan teknik batuk efektif Batuk efektif dapat mengelurakan dahak
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, Pemberian obat bronkodilator untuk
ekspektoran, mukolitik, jika perlu melebarkan jalan napas, ekspektoran
obat untuk merangsang pengeluaran
sputum, mukolitik membuat hancur
formasi sputum atau tidak lagi bersifat
kental

2. Bersihan jalan napas tidak efektif


a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan
Bersihan jalan napas meningkat dengan
b. Kriteria Hasil: Batuk efektif meningkat, Sputum berlebih menurun, Mengi,
wheezing dan/atau ronkhi kering menurun
c. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Pemantauan Respirasi
Observasi Penurunan bunyi napas dapat
Monitor frekuensi, irama, menunjukkan atelectasis, ronkhi mengi

16
kedalaman, dan upaya nafas menunjukkan akumulasi secret,
ketidakmampuan untuk membersihkan
jalan napas menimbulkan penggunaan
otot bantu pernapasan dan peningkatan
kerja napas
Monitor pola nafas (seperti Untuk mengetahui perkembangan status
bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kesehatan pasien
Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
ataksik)
Monitor kemampuan batuk efektif Batuk efektif dapat mengeluarkan dahak
(bila ada)
Monitor adanya produksi sputum Untuk memastikan adanya sputum di
saluran napas dan mengetahui seberapa
parah kondisi pasien
Monitor adanya sumbatan jalan Mengetahui adanya suara napas
nafas tambahan dan keefektifan jalan napas

Palpasi kesimetrisan ekspansi paru Mengetahui kesimetrisan ekspansi paru


Auskultasi bunyi nafas Mengetahui adanya suara napas
tambahan
Monitor saturasi oksigen Mengetahui adanya perubahan nilai SpO2
Monitor nilai AGD Untuk mengukur jumlah oksigen dan
karbondioksida dalam darah dan
menentukan tingkat keasaman atau pH
darah
Monitor hasil X-ray toraks Mengetahui keadaan paru pasien
Teraupetik
Atur interval pemantauan respirasi Mengetahui keadaaan napas pasien
sesuai kondisi pasien apakah teratur atau tidak
Dokumentasi hasil pemantauan Sebagai sarana untuk melakukan evaluasi
terhadap tindakan yang telah dilakukan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur Memberikan pemahaman mengenai
pemantauan manfaat tindakan yang dilakukan
Informasikan hasil pemantauan, jika Untuk menginformasikan hasil tindakan
perlu yang telah dilakukan

3. Gangguan pertukaran gas


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan
Pertukaran gas meningkat dengan
Kriteria Hasil: Dispnea menurun, bunyi napas tambahan menurun, Takikardia menurun,
PCO2 membaik, PO2 membaik dan pH arteri membaik

17
Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Terapi Oksigen
Observasi
Monitor kecepatan aliran oksigen Untuk melihat ada tidaknya aliran
oksigen yang masuk
Monitor posisi alat terapi oksigen Untuk mengetahui apakah alat yang
digunakan pasien sudah tepat
Monitor aliran oksigen secara periodic Memaksimalkan kebutuhan oksigen
dan pastikan fraksi yang diberikan yang dibutuhkan pasien
cukup
Monitor kemampuan melepaskan Melihat kemandirian pasien dalam
oksigen saat makan pemasangan oksigen
Monitor tanda-tanda hipoventilasi Untuk mengetahui terjadinya
gangguan hipoventilasi
Monitor tanda dan gejala toksikasi Untuk mengetahui kelainan toksikasi
oksigen dan atelectasis oksigen dan atelektasis
Monitor tingkat kecemasan akibat terapi Untuk mengetahui tingkat kecemasan
oksigen saat terapi oksigen
Monitor integritas mukosa hidung Untuk mengetahui adanya kelainan
akibat pemasangan oksigen akibat pemasangan oksigen
Teraupetik
Bersihkan sekret pada mulut, hidung Mencegah obstruksi respirasi
dan trachea, jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan napas Pasien dapat bernapas dengan mudah
Berikan oksigen tambahan, jika perlu Memaksimalkan bernapas dan
menurunkan kerja napas
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara Untuk memudahkan menggunakan
menggunakan oksigen di rumah oksigen perawatan di rumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen Untuk menentukan berapa dosis
oksigen yang diberikan
Kolaborasi penggunaan oksigen saat Untuk memenuhi kebutuhan oksigen
aktivitas dan/atau tidur pasien

4. Nyeri akut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan
tingkat nyeri menurun.
Kriteria Hasil: Pasien mampu menuntaskan aktivitas, Pasien mampu menuntaskan
aktivitas, Keluhan nyeri menurun, Meringis menurun, Sikap protektif menurun, Kesulitan
tidur menurun, Menarik diri menurun, Berfokus pada diri sendiri menurun,

18
Intervensi Keperawatan dan Rasional Intervensi : Manajemen Nyeri (Tim Pokja SIKI,
2018)
Manajemen Nyeri Rasional
Manajemen Nyeri Obeservasi
1. Untuk mengetahui lokasi,
Observasi karakteristik, durasi, frekuensi,
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, intensitas nyeri yang
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dirasakan oleh klien
2. Identifikasi respon nyeri nonverbal 2. Mengetahui membantu mengetahui
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan respon nyeri atau skala nyeri yang
dirasakan oleh klien
memperingan nyeri
3. Untuk mengurangi faktor penyebab
4. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas nyeri yang dirasakan klien
tidur 4. Untuk mengetahui kualitas tidur pada
5. Monitor efek samping penggunaan klien
analgetik 5. Untuk mengetahui apakah ada alergi
Terapeutik obat atau tidak pada klien
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk 1. Untuk mengalihkan dan menurunkan
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, rasa nyeri yang dialami oleh klien
hypnosis akupresure, terapi music, 2. Untuk membantu klien agar dapat
istirahat dengan baik
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
Edukasi
teknik imajinasi terbimbing kompres 1. Membantu keluarga secara mandiri
hangat/dingin, terapi bermain) dalam strategi meredakan nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa 2. Membantu keluarga meredakan nyeri
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, dengan tehnik nonfarmakolgi (mis.
kebisingan) terapi murottal)
Edukasi Kolaborasi
1. Untuk membantu mengurangi rasa nyeri
1. Jelaskan kepada keluarga strategi yang dirasakan oleh klien
meredakan nyeri
2. Ajarkan teknik nonfarmakolgis untuk
mengurangi rasa nyeri kepada keluarga
Kalaborasi

1. Kalaborasi memberikan antibiotik, jika perlu

19
DAFTAR PUSTAKA

Ludji, Y. A. D. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pneumonia di Ruang Kenanga
RSUD Prof Dr W Z Johannes Kupang [Politeknik Kesehatan Kupang].
http://repository.poltekeskupang.ac.id/549/1/KTI %28 ASKEP PNEUMONIA PADA An.
R. F%29 2019.pdf

Tim Pokja SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator
Diagnostik. DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Komunitas Indonesia: Defenisi dan
Tindakan Keperawatan. DPP PPNI.

Utama, S. Y. A. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi (1st ed.). CV Budi
Utama.
https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Ajar_Keperawatan_Medikal_Bedah_Sist/
2SJaDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=definisi+pneumonia&pg=PA47&printsec=frontcoverv

Wahyudi, K. (2020). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Pneumonia
yang di Rawat di Rumah Sakit. Politeknik Kesehatan Kementeria Kesehatan DIII
Keperawatan Samarinda.

20

Anda mungkin juga menyukai