Anda di halaman 1dari 23

Departemen Keperawatan Anak

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.M

DENGAN DIAGNOSIS ISPA/UPPER RESPIRATORY TRACT INFECTION DI

RUANGAN ALKASUSAR RSUD HAJI MAKASSAR

OLEH :
Nurhidayanti, S.Kep
NIM : 70900122028

PRESEPTOR INSTITUSI PRESEPTOR LAHAN

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN

XXI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022

Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.w.t, karena dengan rahmat, karunia, serta

taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan asuhan

keperawatan dengan kasus Leukemia Limfoblastik Akut ini dengan baik meskipun banyak

kekurangan didalamnya.

Penulis sangat berharap laporan pendahuluan ini dapat berguna dalam rangka

menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai masalah medis dengan Leukemia

Limfoblastik Akut. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran

dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan yang telah penulis buat di masa yang akan

datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga laporan pendahuluan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya. Sekiranya laporan pendahuluan yang telah disusun ini dapat berguna bagi

penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila

terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran

yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin


BAB I
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab
utama kematian pada balita didunia. Penyakit ini paling banyak terjadi di negara-
negara berkembang di dunia. Populasi penduduk yang terus bertambah dan tidak
terkendali mengakibatkan kepadatan penduduk di suatu wilayah yang tidak tertata
baik dari segi aspek sosial, budaya dan kesehatan (Adesanya & Chiao, 2017).
Kondisi ini akan bertambah buruk dengan status sosial ekonomi keluarga yang
rendah atau berada dibawah garis kemiskinan karena tidak dapat memenuhi asupan
gizi yang baik dan sehat untuk balita ditambah dengan kondisi fisik rumah yang tidak
layak tinggal.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan
organ saluran pernafasan. Infeksi saluran pernapasan dibagi menjadi dua jenis yaitu :
infeksi saluran pernapasan bagian atas (upper respiratory tract infection/URTI)
adalah infeksi yang menyerang saluran pernapasan bagian atas yang disebabkan oleh
bakteri atau virus, URTI merupakan infeksi yang terjadi pada rongga hidung, sinus
dan tenggorokan. Sedangkan, infeksi saluran pernafasan bagian bawah (lower
respiratory tract infection) terjadi pada jalan napas dan paru-paru. Infeksi ini
disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host, apabila
ketahanan tubuh (immunologi) menurun. Penyakit ISPA ini paling banyak di
temukan pada anak di bawah lima tahun karena pada kelompok usia ini adalah
kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap
berbagai penyakit. Beberapa penyakit ISPA antara lain adalah influenza, sinusitis,
laryngitis, faringitis, tonsilitis, epiglottitis dan pneumoni

Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin


B. Anatomi Fisiologi

Gambar Anatomi Sistem Pernafasan

Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring, dan
epiglotis, yang berfungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang
dihirup.
1. Hidung
Bagian ini terdiri atas nares anterior (saluran di dalam lubang hidung) yang
memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu kasar yang bermuara ke rongga
hidung. Bagian hidung lain adalah rongga hidung yang dilapisi oleh selaput
lendir yang mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali dari sini.
Pada saat udara masuk melalui hidung, udara akan disaring oleh bulu-bulu yang
ada di dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan serta
dilembabkan.
2. Faring
Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak
sampai dengan esofagus yang terletak di belakang naso faring (di belakang
hidung), di belakang mulut (orofaring), dan di belakang laring (laringo faring).
3. Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian
tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, yang terdiri atas dua
lamina yang bersambung di garis tengah.
4. Epiglotis
Merupakan katup tulang rawan yang berfungsi membantu menutup laring
ketika orang sedang menelan

Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin


Saluran Pernapasan Bagian Bawah Saluran pernapasan bagian bawah terdiri
atas trakhea, tandan bronkhus, segmen bronkhus, dan bronkhiolus, yang berfungsi
mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan.

5. Trakhea
Trakhea atau disebut sebagai batang tenggorok yang memiliki panjang
kurang lebih 9 cm dimulai dari laring sampai kira-kira setinggi vertebra
thorakalis kelima. Trakhea tersebut tersusun atas enam belas sampai dua puluh
lingkaran tidak lengkap yang berupa cincin. Trakhea ini dilapisi oleh selaput
lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau
benda asing.
6. Bronkhus
Bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakhea yang terdiri atas dua
percabangan yaitu kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar dari
pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah; sedangkan
bronkhus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dalam lobus atas dan
bawah. Kemudian saluran setelah bronkhus adalah bagian percabangan yang
disebut sebagai bronkhiolus.
7. Paru
Merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Letak paru itu sendiri di
dalam rongga thoraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru
terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura yaitu pleura parietalis dan
pleura viseralis, kemudian juga dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan
surfaktan.
Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian (paru kanan dan
paru kiri) dan bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ jantung beserta
pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks.
Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori, dan memiliki fungsi
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida

Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin


C. Etiologi
Beberapa faktor penyebab ISPA antara lain :
1. Faktor lingkungan. Antara lain sirkulasi udara, polusi (asap rokok, asap dapur,
kendaraan) dan kebersihan lingkungan
2. Bacteria : Streptococcus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella dan
korinebacterium
3. Virus : mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma,
herpervirus
4. Jamur : Hitoplasma capsulatum, Cryptococcus neuroformans, blastomyces
dermatitides
Aspirasi : Makanan, kerosene (minyak tanah, bensin), cairan amnion, benda
asing
5. Faktor yang yang mempengaruhi timbulnya ISPA antara lain; rendahnya asupan
antioksidan, status gizi kurang dan buruknya sanitasi lingkungan
D. Klasifikasi
Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas,
saluran pernafasan bagian bawah (termasuk paru-paru) dan organ aksesoris saluran
pernafasan. Berdasarkan batasan tersebut jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan (respiratory tract). Program pemberantasan penyakit (P2) ISPA dalam 2
golongan yaitu :
1. ISPA Non-Pneumonia
Merupakan penyakit yang banyak dikenal masyarakat dengan istilah batuk
dan pilek (common cold).
2. ISPA Pneumonia
Pengertian pneumonia sendiri merupakan proses infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi kuman bakteri, yang
ditandai oleh gejala klinik batuk, disertai adanya nafas cepat ataupun tarikan
dinding dada bagian bawah.
Berdasarkan kelompok umur program-programpemberantasan ISPA (P2
ISPA) mengklasifikasikan ISPA(Cahyaningrum, 2012) sebagai berikut :
a. Kelompok umur kurang dari 2 bulan, diklasifikasikan atas :

Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin


1) Pneumonia berat Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya
penarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam dan
adanya nafas cepat, frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih.
2) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa) Bila tidak ditemukan tanda tarikan
yang kuat dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat,
frekuensi kurang dari 60 menit.
b. Kelompok umur 2 bulan - <5 tahun diklasifikasikan atas :
1) Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya tarikan dinding dada
dan bagian bawah ke dalam.
2) Pneumonia
Tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam, adanya nafas cepat,
frekuensi nafas 50 kali atau lebih pada umur 2 - <12 bulan dan 40 kali
permenit atau lebih atau lebih pada umur 12 bulan - <5 tahun
3) Bukan pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada
nafas cepat, frekuensi kurang dari 50 kali per menit pada anak umur 2 -
<12 bulan dan kurang dari 40 kali permenit 12 bulan - <5 tahun
E. Patofisiologi

Pernafasan/respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang


mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskann udara yang banyak
mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Penghisapan udara disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.

Oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas dimana
oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam
kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus
membran, di ambil oleh sel darah merah di bawa ke jantung dan dari jantung di
pompakan ke seluruh tubuh dan dii paru-paru karbondioksida merupakan hasil
buangan menembus membran alveoli dan kapiler darah di keluarkan melalui pipa
bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung

Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin


F. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala ISPA (infeksi Saluran Pernapasan Akut) antara lain :
1. Nyeri tenggorokan
2. Batuk dengan dahak kuning/putih kental
3. Rinitis
4. Nyeri retrosternal
5. Konjungtiva anemis
6. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise
7. Mialgia
8. Nyeri kepala
9. Anoreksia
10. Mual dan muntah
11. Insomnia
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit ini yaitu asma. Komplikasi lain
yang dapat timbul yaitu :
1. Otitis media
2. Croup
3. Gagal nafas
4. Sindrom kematian bayi mendadak dan kerusakan paru residu
5. Infeksi pada paru
6. Infeksi pada selaput otak
7. Penurunan kesadaran
8. Gagal napas
H. Penatalaksanaan
1. Upaya pencegahan
Menurut Wijayaningsih tahun 2013, hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain :
a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik diantaranya dengan
cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi
b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh
terhadap penyakit baik
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih
d. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA

Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin


2. Upaya perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
a. Meningkakan istirahat minimal 8 jam per hari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung
e. Bila demam gunakan pakaian yang cukup tipis dan tidak terlalu ketat
f. Bila anak terserang ISPA tetap berikan makanan dan ASI
3. Penatalaksaan medis
pemberian antibiotik sesuai jenis kuman penyebab
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada ISPA antara lain :
1. Pemeriksaan kultur atau biakan kuman (swab) : hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai jenis kuman
2. Pemeriksaan hidung darah (deferential count) : laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia
3. Pemeriksaan foto torak jika diperlukan

Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin


J. Path way

Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas klien berisikan nama, TTL, agama, usia, jenis kelamin dan lain
sebagainya yang terkait dengan identitas pribadi klien
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang, biasanya klien mengalami demam mendadak,
sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun,
batuk,pilek dan sakit tenggorokan
b. Riwayat penyakit dahului, basanya klien sebelumnya sudah pernah
mengalami penyakit ini
c. Riwayat penyakit keluarga, menurut anggota keluarga ada juga yang
pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut
d. Riwayat sosial, klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang
berdebu dan padat penduduknya.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum : Bagaimana keadaan klien apakah letih, lemah atau sakit
berat
b. Tanda vital : Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien
c. Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala,
apakah ada kelainan atau lesi pada kepala
d. Wajah : Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak
e. Mata : Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera
ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam
penglihatan
f. Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada
hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan
dalam penciuman
g. Mulut : Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah
kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan
dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara
h. Leher : Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan
distensi vena jugularis

Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin


i. Thoraks : Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan,
apakah ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan :

1) Inspeksi
→ Membran mukosa- faring tamppak kemerahan
→ Tonsil tampak kemerahan dan edema
→ Tampak batuk tidak produktif
→ Tidak ada jaringan parut dan leher
→ Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan
cuping hidung
2) Palpasi
→ Adanya demam
→ Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis
→ Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3) Perkusi
→ Suara paru normal (resonance)

4) Auskultasi
→ Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.

j. Abdomen : Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah


terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan
pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
k. Genitalia Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna
rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada
kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia
minora tertutup oleh labia mayora
l. Integumen : Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/
tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas
m. Ekstremitas atas : Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri
otot serta kelainan bentuk

Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin


B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang
tertahan d.d sputumberlebihan
2. Hipertermia b.d proses penyakit d.d takipnea
3. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologi d.d pola nafas berubah
4. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d membran mukosa kering
5. Risiko defisit nutrisi d.d ketidakmampuan menelan makanan
6. Intoleransi aktivitas b.d ketidakmampuan antara suplai
dan kebutuhanoksigen d.d merasa lemah

Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin


Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin
C. Intervensi, Tujuan dan Rasional
No
Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan Latihan batuk efektif Latihan batuk efektif
efektif selama 3x24 jam, maka Observasi : Observasi :
diharapkan bersihan jalan 1. Identifikasi kemampuan batuk 1. Untuk mengidentifikasi
napas meningkat 2. Monitor adanya retensi sputum kemampuan batuk
3. Monitor tanda dan gejala infeksi 2. Untuk memonitor adanya
saluran napas retensi sputum
4. Monitor input dan output cairan 3. Untuk memonitor tanda dan
(mis. Jumlah dan karakteristik) gejala infeksi saluran napas
Terapeutik : 4. Untuk memonitor input dan
1. Atur posisi semi-fowler atau output cairan (mis. Jumlah dan
fowler karakteristik)
2. Pasang perlak dan bengkok di Terapeutik :
pangkuan pasien 1. Agar penyesusaian posisi klien
3. Buang secret pada tempat sputum pernapasan terkontrol dengan
Edukasi : baik
1. Jelaskan tujuan dan prosedur 2. Penatalaksaan batuk efektif
batuk efektif 3. Untuk mencegah infeksius atau
2. Anjurkan tarik napas dalam terkontaminasi
melalui hidung selama 4 detik, Edukasi :
ditahan selama 2 detik, kemudian 1. Agar klien mengetahui teknik
keluarkan dari mulut dengan bibir batuk efektif
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik 2. Prosedur teknik batuk efektif
3. Anjurkan mengulangi Tarik napas 3. Prosedur teknik batuk efektif
dalam hingga 3 kali 4. Prosedur teknik batuk efektif
4. Anjurkan batuk dengan kuat Kolaborasi :
langsung setelah tarik napas dalam 1. Untuk membantu pencairan
yang ke-3 secret pada klien
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu

Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin


2 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia Manajemen hipertermia
selama 3x24 jam, maka Observasi : Observasi :
diharapkan termoregulasi 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengidentifikasi
membaik hipertermia(dehidrasi, terpapar penyebab hipertermia(dehidrasi,
lingkungan panas, penggunaan terpapar lingkungan panas,
inkubator) penggunaan inkubator)
2. Monitor suhu tubuh 2. Untuk memonitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit 3. Untuk memonitor kadar
4. Monitor keluaran urin elektrolit
5. Monitor komplikasi terhadap 4. Untuk memonitor keluaran
hipertermia urin
Terapeutik : 5. Untuk memonitor komplikasi
1. Sediakan lingkungan yang dingin terhadap hipertermia
2. Longgarkan atau lepaskan Terapeutik :
pakaian 1. Untuk mencegah suhu klien
3. Basahi dan kipasi permukaan tetap baik
tubuh 2. Agar suhu klien terjaga
4. Berikan cairan oral 3.Untuk mengoptimalkan suhu
5. Ganti linen setiap hari atau lebih tubuh
sering jika mengalami hiperhisrosis 4. Untuk menurunkan demam
(keringat berlebih) 5. Agar kebutuha dasar
6. Lakukan pendinginan eksternal kebersihan klien tercukupi
(mis. Selimut hipotermia atau 6. Penatalaksanaan kompres
kompres dingin pada dahi, leher, 7. Hindari pemberian antipiretik
dada, abdomen, aksila atau aspirin
7. Hindari pemberian antipiretik 8. Berikan oksigen, jika perlu
atau aspirin Edukasi :
8. Berikan oksigen, jika perlu 1. Anjurkan tirah baring
Edukasi : Kolaborasi :
1. Anjurkan tirah baring 1. Kolaborasi pemberian cairan
Kolaborasi : dan elektrolit intravena, jika
1. Kolaborasi pemberian cairan dan perlu
elektrolit intravena, jika perlu

Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin


3. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi Manajemen energi
selama 3x24 jam, maka Observasi : Observasi :
diharapkan toleransi 1. Identifikasi gangguan fungsi 1. Untuk mengidentifikasi
aktifitas meningkat tubuh yang mengakibatkan gangguan fungsi tubuh yang
kelelahan mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan 2. Untuk memonitor kelelahan
emosional fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur 3. Untuk memonitor pola dan jam
4. Monitor lokasi dan tidur
ketidaknyamanan selama melakukan 4. Untuk memonitor lokasi dan
aktifitas ketidaknyamanan selama
Terapeutik : melakukan aktifitas
1. Sediakan lingkungan nyaman dan Terapeutik :
rendah stimulus (mis. Cahaya, suara, 1. Agar klien nyaman dengan
kunjungan) lingkungan sekitar ruangan
2. Lakukan latihan rentang gerak 2. Untuk membantu gerakan otot
pasif dan/atau aktif ekstermitas klien
3. Berikan aktifitas distraksi yang 3. Agar membantu klien tenang
menenangkan 4. Untuk mempermudah klien
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat melakukan mobilisasi baik
tidur, jika tidak dapat berpindah atau berpindah maupun berjalan
berjalan Edukasi :
Edukasi : 1. Untuk membantu klien
1. Anjurkan tirah baring mengoptimalkan pola istirahat
2. Anjurkan melakukan aktifitas dengan teratur
secara bertahap 2. Agar aktifitas sehari-hari
3. Anjurkan menghubungi perawat bertahap
jika tanda dan gejala kelelahan tidak 3. Agar klien terjaga
berkurang 4. Agar terwujudnya strategi
4. Ajarkan strategi koping untuk koping dengan baik antar
mengurangi kelelahan keluarga maupun perawat pada
Kolaborasi : klien
1. Kolaborasi dengan ahli gizi Kolaborasi :
tentang cara meningkatkan asupan 1. Untuk menambah energi
Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin
makanan sebagai sumber kekuatan klien
4. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri Manajemen nyeri
selama 3x24 jam, maka Observasi : Observasi :
diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengidentifikasi lokasi,
menurun durasi, frekuensi, kualitas, intensitas karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengidentifikasi skala
3. Identifikasi respons nyeri non nyeri
verbal 3. Untuk mengidentifikasi
4. Identifikasi faktor yang respons nyeri non verbal
memperberat dan memperingan 4. Untuk mengidentifikasi faktor
nyeri yang memperberat dan
5. Identifikasi pengetahuan dan memperingan nyeri
keyakinan tentang nyeri 5. Untuk mengidentifikasi
6. Identifikasi pengaruh budaya pengetahuan dan keyakinan
terhadap respon nyeri tentang nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada 6. Untuk mengidentifikasi
kualitas hidup pengaruh budaya terhadap respon
8. Monitor keberhasilan terapi nyeri
komplementer yang sudah diberikan 7. Untuk mengidentifikasi
9. Monitor efek samping pengaruh nyeri pada kualitas
penggunaan analgetik hidup
Terapeutik : 8. Untuk memonitor keberhasilan
1. Berikan teknik nonfarmakologis terapi komplementer yang sudah
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. diberikan
TENS, hypnosis, kompres 9. Untuk memonitor efek
hangat/dingin, terapi bermain) samping penggunaan analgetik
2. Kontrol lingkungan yang Terapeutik :
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu 1. Untuk mengurangi rasa nyeri
ruangan, pencahayaan, kebisingan) pada klien diluar obat-obatan
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 2. Agar klien merasa nyaman dan
4. Pertimbangkan jenis dan sumber tenang
nyeri dalam pemilihan strategi 3. Untuk mengatur pola istirahat
meredakan nyeri dan tidur
Edukasi : 4. Agar menyesuaikan dengan
Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin
1. Jelaskan penyebab, periode dan kondisi nyeri klien
pemicu nyeri Edukasi :
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 1. Agar klien mengetahui
3. Anjurkan memonitor nyeri secara penyebab, periode dan pemicu
mandiri nyeri
4. Anjurkan menggunakan analgetik 2. Agar klien mengatahui strategi
secara tepat meredakan nyeri
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis 3. Agar klien mampu memonitor
untuk mengurangi rasa nyeri nyeri secara mandiri
Kolaborasi : 4. Agar analgetik yang diberikan
1. Kolaborasi pemberian analgetik, sesuai
jika perlu 5. Agar klien mengetahui cara
menurunkan nyeri diluar dari
obat-tan dan mudah dilakukan
secara mandiri dirumah maupun
menjalankan hospitalisasi di
RS/PKM
Kolaborasi :
1. Untuk menurunkan nyeri pada
klien
5. Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemia Manajemen hipovolemia
selama 3x24 jam, maka Observasi : Observasi :
diharapkan 1. Periksa tanda dan gejala 1. Untuk memeriksa tanda dan
hipovolemia (mis. Frekuensi nadi gejala hipovolemia
meningkat, nadi teraba lemah, TD 2. Untuk memonitor output dan
menurun, tekanan nadi menyempit, intake cairan
turgor kulit menurun, membran Terapeutik :
mukosa kering, volume urin 1. Agar mengatahui kebutuhan
menurun, hematokrit meningkat, cairan klien
haus, lemah) 2. Agar dapat menyeimbangkan
2. Monitor output dan intake cairan cairan dalam tubuh klien
hipertermia 3.Untuk membantu proses
Terapeutik : kesembuhan klien
1. Hitung kebutuhan cairan Edukasi :
2. Berikan posisi modified 1. Agar kebutuhan cairan klien
Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin
trendelenburg terpenuhi
3. Berikan asupan cairan oral 2. Untuk mencegah komplikasi
penyakit lebih lanjut
Edukasi : Kolaborasi :
1. Anjurkan memperbanyak asupan 1. Untuk memenuhi kadar
cairan oral elektrolit cairan dalam tubuh
2. Anjurkan menghindari perubahan klien
posisi mendadak 2. Untuk memenuhi gizi klien
Kolaborasi : dan kadar elektrolit cairan
1. Kolaborasi pemberian cairan IV dalam tubuh klien
isotonis (mis. NaCl, RL) 3. Untuk meningkatkan kadar
2. Kolaborasi pemberian cairan IV cairan koloid pada klien
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, 4. Untuk menambah produk
NaCl 0,4%) darah dalam tubuh klien
3. Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. Albumin,
Plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk
darah
6. Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi : Pencegahan infeksi :
selama 3x24 jam, maka Observasi : Observasi :
diharapkan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk mengidentifikasi status
2. Identifikasi alergi dan intoleransi nutrisi klien
makanan 2. Untuk mengidentifikasi alergi
3. Identifikasi makanan yang dan intoleransi makanan
disukai 3. Untuk mengidentifikasi
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan makanan yang disukai
jenis nutrien 4. Untuk mengidentifikasi
5. Monitor asupan makanan kebutuhan kalori dan jenis
6. Monitor berat badan nutrien
7. Monitor hasil pemeriksaan 5. Untuk memonitor asupan
laboratorium makanan
Terapeutik : 6. Untuk memonitor berat badan
1. Fasilitasi menentukan pedoman 7. Untuk memonitor hasil
diet (mis. Piramida makanan) pemeriksaan laboratorium
Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin
2. Sajikan makanan secara menarik Terapeutik :
dan suhu yang sesuai 1. Agar pedoman diet klien
3. Berikan makanan tinggi kalori sesuai dengan kebutuhan
dan tinggi protein berdasarkan piramida
4. Berikan makanan tinggi serat makanan
untuk mencegah konstipasi 2. Agar klien giat untuk makan
5. Berikan suplemen makanan, jika 3. Untuk memenuhi kadar tinggi
perlu kalori dan tinggi protein klien
Edukasi : 4. Agar klien tidak konstipasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika 5. Sebagai medikasi untuk
mampu menambah nafsu makan klien
2. Ajarkan diet yang diprogramkan Edukasi :
Kolaborasi : 1. Agar makanan yang masuk
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mudah untuk dicerna
menentukan jumlah kalori dan jenis 2. Agar memenuhi diet klien
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu sesuai program
Kolaborasi :
1. Agar gizi klien terpenuhi
dengan baik

Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin


DAFTAR PUSTAKA

Amalia restu ramadhanti. (2021). Asuhan Keperawatan An.D Dengan Infeksi Saliran Pernapasan Akut
(ISPA) Di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Poltekes Kemenkes Yogyakarta
Yuyun priwahyuni, Christin vita gloria, Agus alamsyah, Ikhtiyaruddin, Iqlima afif azizah, Erisca feroza.
(2020). Cegah Penyakit ISPA Di Puskesmas Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru. Jurnal
Pengabdian Untukmu Negeri : Volume 4 nomor 1
Ratih dwilestari puji utami, Nur rahmawti, Martina eka cahyaningtyas. (2020). Hubungan Antara
Pengetahuan Orang Tua Tentang PHBS Dengan Perilaku Pencegahan ISPA. Jurnal Ilmiah
Keperawatan : volume 8 nomor 2
Wiwi mardiah, Ati S Mediawati, Dyah setyorini. (2017). Pencegahan Penularan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut Dan Perawatannya Pada Balita DiRumah Di Kabupaten Pangandaran. Jurnal
Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat : ISSN : 1410-5675
Ernawati, Eny dwimawati, Siti khodijah parinduri. (2022). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian ISPA Pada Anak Usia DiBawah Lima Tahun Di Puskesmas Lebakwangi Kecamatan
Cigudeg Kabupaten Bogor. Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, ISSN : 2654-8127, volume
5 nomor 5
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan

Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin


Ners XXI Keperawatan FKIK UIN Alauddin

Anda mungkin juga menyukai