PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan peradangan parenkim paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme bakteri, virus, jamur, dan parasit yang menyebabkan
nyeri saat bernafas dan keterbatasan intake oksigen. Pneumonia juga dapat
disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu atau
radiasi dan dapat disebarkan dengan berbagai cara antara lain saat batuk dan
bersin (Djojodibroto, 2014).
Penderita pneumonia di dunia di perkirakan ada 5,5 juta kasus, sebagian
besar estimasi jumlah kasus berada di wilayah Asia Tenggara (20%), Afrika
(10%) dan Eropa (34%. Di Asia Tenggara terdapat 3 negara yang menderita
kasus pneumonia yaitu Philipina (5,2%), Indonesia (3,8%), dan Malaysia
(1,2%). Indonesia berada pada posisi kedua dengan negara yang memiliki
kasus pneumonia (WHO, 2018)
Di Indonesia, kejadian pneumonia pada semua jenjang usia mengalami
peningkatan yaitu dari 1,6% di tahun 2013, meningkat menjadi 2,0% di tahun
2018. Jawa Barat menduduki peringkat pertama dengan jumlah kasus
pneumonia terbanyak (2,6%) (Riskesdas, 2018).
Sistem imun normal yang terganggu oleh organisme yang meliputi
bakteri, virus, benda asing, jamur, mycoplasma pneumonia. Stapilokokus
yang mengakibatkan thrombus disebabkan oleh toksin dan cougulase yang
berinteraksi dengan faktor plasma dan menghasilkan bahan aktif yang
mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin ,sehingga pada permukaan lapisan
pleura yang tertutup tebal eksudat thrombus vena pulmonalis,yang
menyebabkan nekrosis hemoragik di alveoli yang terisi oleh eksudat dari
hasil inflamasi, udara tidak dapat masuk karena alveoli diisi oleh sputum
(Nuratif et al, 2016).
Apabila produksi sputum semakin meningkat, kebersihan jalan napas
akan terganggu dan menghambat pemenuhan suplai oksigen ke otak dan sel-
sel diseluruh tubuh, Jika dibiarkan dalam waktu yang lama akan
menyebabkan hipoksemia lalu berkembang menjadi hipoksia berat dan
penurunan kesadaran serta kematian sehingga terjadilah masalah keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Purnama, 2016)
Komplikasi pneumonia meliputi hipoksemia, gagal respiratorik,
efusipleura, empyema, abses paru, dan bacteremia, disertai penyebaran
infeksi ke bagian tubuh lain yang menyebabkan meningitis, endocarditis, dan
pericarditis. Dampak dari pneumonia apabila tidak diberikan asuhan
keperawatan yang sesuai antara lain demam menetap atau kekambuhan
mungkin akan terjadi, super infeksi, efusi pleura atau pneumonia yang
disebabkan oleh organisme tidak lazim seperti pneumocystis carinni (Zainul
and Manik, 2015).
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan keadaan dimana
individu tidak mampu mengeluarkan sekret dari saluran nafas untuk
mempertahankan kepatenan jalan nafas. Masalah bersihan jalan nafas ini jika
tidak ditangani secara cepat maka bisa menimbulkan masalah yang lebih
berat saperti pasien akan mengalami sesak yang hebat bahkan bisa
menimbulkan kematian (NANDA Internasional, 2015).
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas jika tidak dilakukan penanganan
dengan tepat dan benar akan menimbulkan beberapa dampak antara lain:
adanya perubahan struktur paru normal, perluasan infeksi lokal untuk
mengenai pleura (pleuritis), kerusakan yang berlebihan pada parenkim paru,
abses paru, empiema atau efusi pleura. Hal ini harus segera ditangani dengan
cara memberi penatalaksanaan yang efektif dalam membantu pengeluaran
sputum (Lemone, 2015).
Masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat di
cegah dengan penatalaksanaan perawat dalam memberi asuhan keperawatan
secara menyeluruh mulai dari pengkajian masalah, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi, implementasi serta evaluasi asuhan
keperawatan pada pasien pneumonia dengan memperbaiki ketidakefektifan
bersihan jalan napas. Keluhan diatas dapat di tangani dengan keperawatan
dan kolaborasi dengan cara farmakologi dan non farmakologi seperti
memberikan latihan nafas dan memperbaiki pola nafas, serta memberikan
jalan nafas yang tersumbat oleh sekret atau dahak. (Nanda, 2012).
Dengan memberikan dorongan untuk sering batuk dan mengeluarkan
sekresi, ajarkan latihan nafas dalam, berikan posisi semi fowler, melakukan
terapi fisik dada untuk mengencerkan sekresi dan meningkatkan pengeluaran
sekresi sehingga kesembuhan pasien pneumonia dapat diukur dengan
berkurangnya batuk, sesak nafas, dan lancarnya pengeluaran sekresi.
Penerapkan evidence based atau beberapa hasil penelitian terbaru tanpa
memberikan efek samping bagi tubuh akan dibahas dalam Karya Ilmiah
Akhir Ners dan diharapkan bisa di implementasiakan kepada pasien dengan
harapan penyembuhan akan cepat lebih optimal pada penderita pneumonia.
(Arifin dan Ratnawati, 2015).
Berdasarkan permasalahan pada kasus di atas penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus pada pasien dengan masalah Pneumonia yang
dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah Akhir Ners dengan judul “Gambaran
Asuhan Keperawatan Manajemen Jalan Napas pada Pasien Pneumonia Di
Ruang Kemuning RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu Tahun 2020”
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Gambaran Asuhan Keperawatan Manajemen Jalan Napas pada
Pasien Pneumonia Di Ruang Kemuning RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu
Tahun 2020?
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI FISIOLOGI
B. KOSEP PNEUMONIA
1. Definisi Pneumonia
Pneumonia merupakan peradangan parenkim paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme bakteri, virus, jamur, dan parasit yang
menyebabkan nyeri saat bernafas dan keterbatasan intake oksigen.
Pneumonia juga dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena
paparan fisik seperti suhu atau radiasi dan dapat disebarkan dengan
berbagai cara antara lain saat batuk dan bersin (Djojodibroto, 2014).
2. Etiologi Pneumonia
Menutut Padila (2013) etiologi pneumonia:
a. Bakteri
Organisme gram positif seperti: Streptococcus pneumonia, S.
aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negative seperti
Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa
b. Virus
Penyebab utama pneumonia virus ini yaitu Cytomegalovirus
c. Jamur
Jamur hitoplasma yang menyebar melalui udara yang mengandung
spora dan ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya pada pasien yang mengalami immunosupresi. Penyebaran
infeksi melalui droplet dan disebabkan oleh streptococcus
pneumonia, melalui selang infus yaitu stapilococcus aureus dan
pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa dan enterobacter. Dan bisa
terjadi karena kekebalan tubuh dan juga mempunyai riwayat
penyakit kronis.
Jurnal &
Metode
No Penulis & Judul Tahun Sample Pasien Hasil Penelitian
Penelitian
Terbit
1 Angga M. Raharjo, Jurnal Sampel Desain penelitian Sebanyak 30 subjek PPOK stabil dibagi dua
Suradi, Jatu Respirologi sebanyak 30 menggunakan menjadi kelompok perlakuan dan kontrol.
Aphridasari Indonesia subjek PPOK quasi- Kelompok perlakuan menunjukan peningkatan
“Pengaruh Latihan Volume 39 stabil dibagi dua experimental: pre- KI (1,78±0,30 liter) dan 6MWT (420,00±35,49
Harmonika Pada No.1 menjadi test-post-test with meter), penurunan skor mMRC (1,00 ± 0,458)
Kapasitas Inspirasi p-ISSN kelompok control group, serta skor SGRQ (33,87 ± 6,05) sesudah latihan
Gejala Sesak Napas, 0853-7704 perlakuan dan pengambilan dan terdapat perbedaan bermakna dibandingkan
Kapasitas Latihan dan e-ISSN control sampel secara kontrol (p<0,005). Latihan harmonika dapat
Kualitas Hidup 2620-3162 purposive meningkatan KI, menurunkan gejala sesak
Penderita PPOK sampling napas, meningkatkan kapasitas latihan dan
Tahun 2019 meningkatkan kualitas hidup penderita PPOK
stabil. Latihan harmonika menunjukan manfaat
dan dapat diaplikasikan sebagai program
rehabilitasi paru pada penderita PPOK stabil
2 Diah Ayu Agustin, JPPNI Subjek penelian Desain penel itian Hasil penelitian didapatkan bahwa Pemberian
Nani nurheni, Vol.02/No01 pada penelitian quasi- madu berpengaruh terhadap penurunan
“Pengaruh madu / April-Juli ini adalah balita experimental: pre- frekuensi batuk, frekuensi napas, dan ronkhi
terhadap frekuensi 2017 berjumlah 34 test-post-test, non- balita pneumonia
batuk dan nafas sampel equivalent control
ronkhi pada balita Tahun 2017 group
pneumonia
3 Safrin Arifin. Jurnal Pada Metode penelitian Hasil Latihan pernapasan dengan teknik ACBT
Prosiding penulusuran study literatur (active cycle of breathing technique) terbukti
“penggunaan active ISBN: 978- didapatkan 19 dapat mengurangi sesak secara signifikan dilihat
cycle of breathing 602-51407- artikel yang dari penurunan brog scale. Latihan ini juga
technique pada kasus 1-6 memenuhi dapat digunakan pada saat terjadi serangan
bronkiektasis et causa kriteria inklusi sesak. Sehingga dapat meringankan sesak yang
post tuberkulosis paru Tahun 2019 dialami oleh pasien Selain itu, latihan ACBT
rs paru dr. M juga berpengaruh terhadap retensi sputum.
goenawan cisarua Dikarenakan pasien sudah mampu batuk efektif,
bogor” maka pasien juga menjadi mudah untuk
mengeluarkan sputum dari jalan napasnya.
4 Munawwrah Jurnal Sampel dalam Metode yang Analisis menunjukkan selama 3 hari pemberian
“Intervensi Inovasi Universitas studi kasus ini digunakan adalah intervensi terjadi peningkatan nilai saturasi
Posisi Lateral Kiri Muhamadiya berfokus pada observasi pre dan oksigen dari 93% menjadi 99%. Menunjukkan
Elevasi Kepala 30̊ h Kalimantan satu orang bayi post intervensi peningkatan saturasi oksigen. Hal ini dapat
Terhadap Saturasi Timur yang menjalani dilihat dari penurunan kadar oksigen yang
Oksigen di Ruang perawatan di diberikan serta peningkatan kesadaran klien
Pediatric Care Unit Tahun 2019 PICU dengan
RSUD Abdul Wahab diagnosa medis
Sjahranie Samarinda pneumonia
5 Muhammad Arif, Jurnal Jumlah sampel Desain penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan
Mariza Elvira Pembanguna masing-masing menggunakan bermakna fungsi ventilasi oksigenasi paru
“Pengaruh Tekhnik n Negeri kelompok quasy eksperiment setelah melakukan teknik pernapasan Buteyko
Pernafasan Buteyko Volume 3 berjumlah 15 nonequivalent selama 6 minggu (p= 0.00, α= 0.05).
Terhadap Fungsi Nomor 1 responden asma pre-post Rekomendasi peneliti adalah sebaiknya untuk
Ventilasi Oksigen bronchial meningkatkan fungsi ventilasi oksigenasi paru
control group,
Paru” Tahun 2018 dilakukan intervensi teknik pernapasan Buteyko
pengambilan
pada pasien asma bronkial.
sampel dengan
teknik consecutive
sampling
6 Nugroho Priyo, Anida Jurnal Dalam Penelitian ini Hasil uji observasi dengan melakukan terapai
Nur Ashifa, Ari Aji Keperawatan penelitian ini merupakan sinar matahari dengan cara berjemur
Kristiawan. GSH Vol 5 peneliti penelitian menunjukan pada Responden 1 Sebelum pasien
mengambil 3 kualitatif dengan diberikan terapi sinar matahari pasien masih
sampel yaitu pendekatan case mengalami sesak nafas. Dan setelah diberikan
“Pengaruh Sinar Tahun 2016 pasien yang study research terapi sinar matahari pasien mengatakan sesak
Matahari Untuk mengalami (studi kasus). nafas berkurang dan pasien tampak lebih
Meningkatkan PPOK nyaman dan rileks disertai pengeluaran secret.
Efektifitas Bersihan Pada Responden 2 Sebelum pasien diberikan
Jalan Nafas Pada terapi sinar matahari pasien hanya bernafas
Pasien PP0K Di dangkal dan berujung mengalami sesak nafas
Puskesmas Selogiri” dan batuk. Dan setelah diberikan terapi sinar
matahari pasien mengatakan sesak nafas
berkurang dan tampak nyaman serta rileks
setelah adanya pengeluaran secret.
7 Wisma Sandhy Putra Fakultas Jumlah sampel Metode penelitian Hasil penelitian dianalisa menggunakan uji
“Pengaruh Chest ilmu 20 responden menggunakan paired t-test diketahui bahwa nilai p-value sesak
Therapy Terhadap kesehatan, laki-laki yang quasi eksperiment nafas, sangkar thorak (Axila, ICS 4, dan
Sesak Nafas dan Universitas memenuhi dengan desain processus xypoideus) sebesar 0.000 < 0.05
Ekspansi Thorak Muhammadi kriteia inklusi penelitian one sehingga dapat disimpulkan bahwa chest
Pasien dengan yah grup pre test – therapy mempunyai pengaruh terhadap sesak
Pneumonia di RSUD Surakarta post test nafas dan ekspansi thorak pasien dengan
dr. Darsono Pacitan pneumonia. Pemberian chest therapy dapat
Tahun 2019 berpengaruh terhadap penurunan sesak nafas
dan peningkatan ekspansi thorak.
8 Titin Hidayatin Jurnal Teknik Metode penelitian Hasil penelitian menunjukkan uji statistik
Keperawatan pengambilan menggunakan dengan menggunakan uji Cochran didapatkan
“Pengaruh Pemberian Surya Vol 11 data adalah menggunakan bahwa nilai P value < α yang artinya ada
Fisioterapi Dada Dan concecutive quasy perbedaan yang artinya ada perbedaan yang
Pursed Lips Breathing Tahun 2019 sampling experimental bermakna antara bersihan jalan nafas antara
(Tiupan Lidah) dengan jumlah dengan rancangan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
Terhadap Bersihan sampel yang non randomized fisioterapi dada dan PLB (pursed lips
Jalan Nafas Pada Anak akan diambil without control breathing ) pada anak balita dengan pneumonia
Balita Dengan sebanyak 30 group pretest- di RSUD Kabupaten Indramayu. Dari hasil
Pneumonia” responden posttest penelitian didapatkan bahwa pada intervensi
pertama belum terjadi perubahan terhadap
bersihan jalan napas, tetapi pada intervensi
berikutnya terjadi perubahan terhadap bersihan
jalan napas dan perubahan yang sangat
signifikan terjadi pada intervensi kedua (sore
hari) hari kedua yaitu semua responden (10
balita) mengalami perubahan terhadap bersihan
jalan napas
9 Rusna Tahir , Health Sampel dalam Jenis penelitian ini Hasil penelitian menunjukan bahwa fisioterapi
Dhea Sry Ayu, Information : studi kasus ini adalah deskiftif dada dan batuk efektif dapat digunakan sebagai
Siti Muhsinah Jurnal berfokus pada dengan intervensi mengeluarkan sekret pasien
Penelitian satu orang pendekatan ditunjukkan pada hari pertama sampai hari
“Fisioterapi Dada Dan Volume 11 pasien yang observasional terakhir pemberian tindakan fisioterapi dada dan
Batuk Efektif Sebagai menjalani melalui studi batuk efektif. Kemampuan mengeluarkan sekret
Penatalaksanaan Tahun 2019 perawatan di kasus berkaitan dengan kemampuan pasien melakukan
Ketidakefektifan RSUD Kota batuk efektif. Batuk yang efektif dapat
Bersihan Jalan Nafas Kendari dengan mendorong sekret yang menumpuk pada jalan
Pada Pasien TB Paru diagnosa medis nafas untuk keluar. Setelah dilakukan latihan
Di RSUD Kota TB paru dan fisioterapi dada dan batuk efektif selama 3 hari
Kendari” diagnosa maka didapatkan hasil bahwa pasien mampu
keperawatan mengeluarkan sekret karena bisa melakukan
ketidakefektifan batuk dengan efektif.
bersihan jalan dengan kriteria hasil kepatenan jalan napas yang
napas dengan ditandai dengan frekuensi napas normal, irama
kriteria yaitu napas teratur, tidak ada suara napas tambahan,
pasien dengan pasien mampu mengeluarkan sputum
diagnosa medis
TB paru
10 Luthfia Fadillah Jurnal Sampel dalam Metode yang Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapat
“Penatalaksanaan Fisioterapi studi kasus ini digunakan adalah hasil penilaian sesak napas T1 : 5 menjadi T6 :
Fisioterapi Pada Kasus Universitas berfokus pada observasi pre dan 3, ekspansi torak bagian axilla T1 : 1,5 menjadi
Pneumonia dengan Muhamadiya satu orang post intervensi T6 : 2,5, ekspansi torak bagian intercostalis T1 :
Modalitas Nebulizer, h Surakarta pasien yang 1,5 menjadi T6 : 2,5, ekspansi torak bagian
Infra Red (IR), menjalani xyphoideus T1 : 1,5 menjadi T6: 2,5, nyeri pada
Postural Drainage, Tahun 2018 perawatan di nyeri diam T1 : 2 menjadi T6 : 0,7, nyeri tekan
dan Thoracic BBKPM T1 : 4 menjadi T6 : 2, nyeri saat napas dalam T1
Expansion Exercise Surakarta : 6 menjadi T6 : 3. Nebulizer dapat mengurangi
(TEE) di BBKPM dengan diagnosa dilatasi bronkus dalam kondisi pneumonia, Infra
Surakarta medis Red (IR) dapat mengurangi nyeri dada akibat
pneumonia spasme otot bantu pernapasan dalam kondisi
diagnosa pneumonia, Postural Drainage dapat
keperawatan mengeluarkan dahak dalam kondisi pnemonia
ketidakefektifan dan Thoracic Expansion Exercise (TEE) dapat
bersihan jalan meningkatkan ekspansi torak dalam kondisi
napas pneumonia.
D. ASUHAN KEPERAWATAN MANAJEMEN JALAN NAPAS PADA
PASIEN PNEUMONIA
2. Pengkajian
Menurut Hidayat (2012) Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses
keperawatan, yang harus memperhatikan data dasar dari pasien untuk
mendapatkan informasi yang diharapkan. Pengkajian komprehensif
mencangkup seluruh aspek kerangka pengkajian keperawatan seperti 11 pola
kesehatan fungsional Gordon dan pengkajian fokus mencangkup pemeriksaan
fisik. Pengkajian pasien dengan pneumonia yaitu ;
a. Identitas
Meliputi nama, nomor RM, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, asuransi kesehatan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor registrasi, serta diagnose medis
b. Keluhan utama
Klien dengan pneumonia adalah sesak napas, batuk, dan peningkatan suhu
tubuh atau demam
c. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Apabila klien
mengatakan batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama,
dan lama keluhan batuk muncul. Keluhan batuk biasanya timbul
mendadak dan tidak berkurang setelah minum obat. Pada awalnya keluhan
batuk nonproduktif, lama kelamaan menjadi batuk produktif dengan
mukus purulent kekuningan, kehijauan, kecoklatan, atau kemerahan dan
sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam
tinggi dan menggigl serta sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan,
dan lemas.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit diarahkn pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah
mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan gejala seperti
luka tenggorokan, kongesti nasal, bersin, dan demam ringan
e. Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga pada sistem pernapasan adalah hal
yang mendukung keluhan penderita, perlu dicari riwayat keluarga yang
dapat memberikan presdiposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak
napas, batuk dalam jangka waktu lama, sputum berlebih dari generasi
terdahulu
f. Riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional
1. Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
Keluarga sering menganggap seperti batuk biasa, dan menganggap
benar-benar sakit apabila sudah mengalami sesak napas.
2. Pola metabolik nutrisi
Sering muncul anoreksia (akibat respon sistematik melalui control
saraf pusat), mual muntah karena terjadi peningkatan rangsangan
gaster dari dampak peningkatan toksik mikroorganisme.
3. Pola eliminasi
Penderita mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan
cairan karena demam.
4. Pola tidur-istirahat
Data yang muncul adalah pasien kesulitan tidur karena sesak napas.
Penampilan lemah, sering menguap, dan tidak bisa tidur di malam hari
karena tidak kenyamanan tersebut.
5. Pola aktivitas-latihan
Aktivitas menurun dan terjadi kelemahan fisik.
6. Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan
biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigenasi pada
otak.
7. Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran keluarga terhadap pasien, karena pasien diam.
8. Pola peran hubungan
Pasien terlihat malas jika diajak bicara dengan keluarga, pasien lebih
banyak diam.
9. Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah pasien
selalu diam dan mudah marah.
10. Pola nilai-kepercayaan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk
mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.
e. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum umum klien dengan pneumonia dapat dilakukan
dengan menilai keadaan fisik bagian tubuh. Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital pada klien dengan pneumonia biasanya mengalami
peningkatan suhu tubuh yaitu lebih dari 40 C, frekuensi napas
meningkat.
2. Pola pernafasan
Inspeksi: bentuk dada dan gerak pernapasan. Pada klien dengan
pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat
dan dangkal. Napas cuping hidung dan sesak berat. Batuk
produktif disertai dengan peningkatan produksi sekret yang
berlebih.
Perkusi: klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi,
didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
Palpasi : fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit
Auskultasi: didapatkan bunyi napas melemah dan adanya suara
napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Peting bagi
perawat untuk mendokumentasi hasil auskultasi di daerah mana
didapatkan adanya ronkhi. Pernapasan bronchial, egotomi,
bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura.
3. Sistem neurologi klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi
penurunan kesadaran, Pada pengkajian objektif wajah klien tampak
meringis, menangis, merintih
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia
terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentangan respon
dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas. Diagnosa
keperawatan biasanya berisi dua bagian yaitu deskription atau pengubah,
fokus diagnosis, atau konsep kunci dari diagnosis (Hermand dkk, 2015).
Diagnosa keperawatan pada pasien Pneumonia dengan gangguan sistem
pernapasaan yaitu :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan peningkatan produksi
sekret.
4. Intervensi Keperawatan
Dalam mengatasi diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas
maka perawat mengacu pada tujuan dan kriteria hasil dari (Nursing Outcome
Clasification/NOC) yaitu status pernapasan dan intervensi keperawatan yang
mengacu pada (Nursing Intervention Clasification/NIC) yaitu manajemen
jalan napas. Selain itu perawat juga melakukan 10 intervensi tambahan
berdasarkan evidence base yang telah penulis baca dari beberapa sumber
ilmiah yang sudah dilakukan penelitian.
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tindakan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan, membantu
atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan arahan
perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien dan mengevaluasi
kerja anggota staf dan mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang
relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari klien. Implementasi
meluangkan rencana asuhan ke dalam tindakan. Setelah rencana di
kembangkan, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas klien, perawat melakukan
intervensi keperawatan spesifik, yang mencakup tindakan perawat dan
tindakan (Potter & Perry, 2015).
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Tahap
akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan tujuan dengan
melihat perkembangan klien. Evaluasi klien gout artritis dilakukan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya pada tujuan (Potter &
Perry, 2015)
BAB III
METODELOGI PENULISAN
C. Definisi Operasional
1) Asuhan keperawatan medical bedah menurut penulis adalah suatu proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
2) Manajemen jalan nafas adalah tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
sumbatan jalan nafas baik secara parsial dan total.
3) Pneumonia adalah peradangan pada alveoli paru yang disebabkan
mikroorganisme dengan dignosa medis yang telah di tetapkan oleh
dokter.
4) Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan seseorang
untuk membersihkan secret atau sputum dijalan napas secara mandiri.
E. Pengumpulan Data
1. Anamnesa yaitu data di dapatkan melalui wawancara dengan hasil
anamnesis yang berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang – dahulu keluarga, riwayat psikologi. Sumber data
bisa dari klien, keluarga, dan perawat lainnya.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum,
pemeriksaan ADL (Activity Daily Living), pemeriksaan Fungsi
kardiovaskular, fungsi respiratory, fungsi gastrointestinal, fungsi
integumen, serebral, tingkat kesadaran, pada sistem tubuh pasien.
3. Studi dokumentasi dan instrument dilakukan menggunakan study
literature yaitu peneliti melakukan akses pencarian menggunakan google
Scholar dan situs web perpustakaan nasional yang dapat mengunduh
jurnal dan data yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian
yang diunduh secara gratis tanpa berbayar. Teknik ini bertujuan untuk
mengungkapkan berbagai teori-teori yang relavan dengan permasalahan
yang dihadapi atau teliti sebagai bahan rujukan.
F. Penyajian Data
Penyajian data pada studi kasus disajikan secara tekstual dengan data-
data proses asuhan keperawatan yang kemudian disajikan secara terstruktur
atau narasi, disertai dengan ungkapan verbal dan cuplikan. Dalam penelitian
ini, penulis meneliti dua responden pneumonia dengan masalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Bab ini menjelaskan tentang studi kasus manajemen jalan napas melalui
pendekatan asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny. A dan Tn. B dengan 3
hari rawat di ruang Kemuning RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, kesadaran pasien
composmentis dan bersedia menjadi responden. Pelaksanaan asuhan keperawatan
yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Pengkajian ini
dilakukan dengan metode auto anamnesa (wawancara dengan klien terdekat
langsung), dan allo anamnesa (wawancara dengan keluarga atau orang terdekat),
tenaga kesehatan lain (perawat ruangan), pengamatan, observasi, pemeriksaan
fisik, menelaah catatan medis dan catatan keperawatan.
Keluhan Utama Ny. A diantar oleh keluarga ke RSUD Dr. M. Yunus Tn. B diantar oleh keluarga ke RSUD Dr. M. Yunus
MRS Bengkulu pada tanggal 25 November 2019 pukul Bengkulu pada tanggal 11 November 2019 pukul 10.00
14.30 WIB dengan keluhan sesak nafas memberat WIB dengan keluhan sakit kepala dan batuk berdahak
dan batuk ±2 SMRS. ±3 minggu.
Keluhan Sekarang Saat dilakukan pengkajian pada hari Selasa tanggal Saat dilakukan pengkajian pada hari Selasa tanggal 12
26 November 2019 pukul 14.00 WIB di ruang November 2019 pukul 09.00 WIB di ruang Kemuning
Kemuning RSUD dr M.Yunus Bengkulu, keluarga RSUD dr M.Yunus Bengkulu, pasien mengatakan
dan pasien mengatakan masih sesak, lemas, batuk dan masih batuk berdahak dan kadang berdarah sedikit.
dahak susah dikeluarkan. Keadaan umum pasien Keadaan umum pasien baik, GCS 15 (E4V5M6),
sedang, GCS 14 (E3V5M6), kesadaran composmentis, kesadaran composmentis, tekanan darah 90/60 mmHg,
tekanan darah 140/80 mmHg, frekuensi nadi 92 x/m, frekuensi nadi 86 x/m, frekuensi nafas 26 x/m, suhu
frekuensi nafas 28 x/m, suhu tubuh 36 ̊C dan SpO2 tubuh 36,3 ̊C dan SpO2 98%
99%
Riwayat Kesehatan Pasien mengatakan pernah dirawat ±2 minggu lalu di Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit
Dahulu RSUD.Dr.M.Yunus Bengkulu dengan diagnosis hipertensi dan jantung, memiliki riwayat operasi bibir
penyakit jantung. Pasien mengatakan memiliki riwayat sumbing di RSUD Cipto pada tahun 1970, memiliki
diabetes mellitus. Pasien tidak memiliki riwayat riwayat merokok ±40 tahun lalu namun sekarang sudah
operasi, merokok, narkoba, alcohol dan alergi obat berhenti, tidak memiliki riwayat narkoba, alcohol dan
ataupun makanan. alergi obat ataupun makanan.
Riwayat Kesehatan Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada anggota Pasien dan keluarga mengatakan orang tua pasien
Keluarga keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang sama mempunyai riwayat penyakit hipertensi
Riwayat Orang terdekat dengan pasien saat ini adalah anaknya, Orang terdekat dengan pasien saat ini adalah anaknya,
Psikososial dan pola komunikasi dalam keluarga terbuka, pembuat pola komunikasi dalam keluarga terbuka, pembuat
Spiritual keputusan dilakukan oleh anaknya, pasien tidak aktif keputusan dilakukan oleh anaknya, pasien aktif dalam
dalam kegiatan kemasyarakatan karena factor usia kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong.
yang sudah tua. Keluarga cemas dan tidak bisa Keluarga sedih dan tidak bisa melakukan aktivitas
melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya karena sehari-hari seperti biasanya karena kondisi pasien,
kondisi pasien, pasien mengatakan ingin cepat sembuh pasien mengatakan mengapa penyakitnya tidak
dan pulang ke rumah, tidak ada system nilai kunjung sembuh, pasien berharap cepat sehat dan
kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan, pulang kerumah, tidak ada system nilai kepercayaan
pasien menjalankan ibadah sesui keyakinan namun yang bertentangan dengan kesehatan, pasien
sedikit terganggu. menjalankan ibadah sesui keyakinan.
Pola Kebutuhan Pasien mengatakan di rumah mempunyai keluhan Pasien mengatakan di rumah mempunyai keluhan
Oksigenasi batuk ±2 hari, sesak nafas namun masih terkontrol, batuk berdahak ±3 minggu, tidak ada kesulitan
tidak ada produksi sputum, tidak ada nyeri dada dan bernapas, ada produksi sputum namun susah keluar,
keluhan pemenuhan oksigenasi sedikit terganggu. Saat tidak ada nyeri dada dan keluhan pemenuhan
di rumah sakit, pasien mengatakan batuk berdahak, oksigenasi sedikit terganggu. Saat di rumah sakit,
terdapat produksi sputum serta kesulitan dalam pasien mengatakan batuk berdahak kadang terdapat
mengeluarkannya. Keluhan pemenuhan kebutuhan sedikit bercak darah, terdapat produksi sputum, serta
oksigenasi terganggu karena mengalami kesulitan kesulitan dalam mengeluarkannya. Keluhan
bernapas, saat bernapas pasien mengatakan terasa pemenuhan kebutuhan oksigenasi sedikit terganggu
berat, sempit dan sesak serta tidak ada keluhan nyeri karena mengalami dyspnea dan tidak ada keluhan nyeri
dada. dada.
4. Pemeriksaan Fisik
Table 4.4 Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan Pasien Pneumonia di Ruang Kemuning RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Karakteristik Ny. A Tn. B
Pemeriksaan Fisik Pada saat pengkajian inspeksi pernapasan tampak Pada saat pengkajian inspeksi pernapasan tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan, adanya pernapasan penggunaan otot bantu pernapasan, tidak tampak
cuping hidung, bentuk dada normo chest, tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk dada normo chest,
retraksi dinding dada, irama pernapasan cepat, fase tidak ada retraksi dinding dada, irama pernapasan cepat
ekspirasi lebih panjang dari pada inspirasi dengan jenis dan dangkal, tidak ada sianosis, frekuensi napas 26 x/m
pernafasan kusmaul, tidak ada sianosis, frekuensi dan SpO2 98%. Saat dipalpasi ekspansi dada simetris
napas 28 x/m dan SpO2 99%. Saat dipalpasi ekspansi dan terdapat peningkatan taktil fremitus. Terdengar
dada simetris dan terdapat peningkatan taktil fremitus. suara sonor pada semua lapang paru saat diperkusi.
Terdengar suara sonor pada semua lapang paru saat Saat di auskultasi terdengar suara ronchi basah pada
diperkusi. Saat di auskultasi terdengar suara ronchi lapang paru dextra dan sinistra. Terdapat penggunaan
basah pada lapang paru dextra. Terdapat penggunaan alat bantu napas O2 nasal kanul dengan aliran 4
alat bantu napas O2 nasal kanul dengan aliran 5 liter/menit.
liter/menit.
5. Pemeriksaan Penunjang
Table 4.5 Pemeriksaan Penunjang Pasien Pneumonia di Ruang Kemuning
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
6. Penatalaksanaan Kolaborasi
Table 4.6 Penatalaksanaan Pasien Pneumonia di Ruang Kemuning RSUD Dr.
M. Yunus Bengkulu
Ny. A Tn. B
Obat Dosis Obat Dosis
Ampicilin 3x1 mg Ampicilin 3x1 gr
Hidrocortison 1x1 gr Hidrocortison 1x1 gr
Combiven 3x1 Combiven 3x1
Clopidogrel 1x75 mg OBH Sirup 3x1 cth
Furosemid 1x1 ISDN 3x1kap
Spironolactone 1x25 mg Atorvastatin 1x40 mg
Ramipril 1x2,5 mg Ramipril 1x2,5 mg
Candesartan 1x8 mg
Laxadine 3x1
Glyceryl Guaiacolate 3x1
(GG)
B. Diagnosa Keperawatan
Table 4.7 Diagnosa Keperawatan Pasien Pneumonia di Ruang Kemuning RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu
Ny. A Tn. B
Ketidakefektifan bersihan jalan napas Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan peningkatan berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret produksi sekret
DS DS
1. Pasien mengeluh sesak sejak ±2 hari 1. Pasien mengatakan mengeluh
yang lalu batuk berdahak susah dikeluarkan
2. Pasien mengeluh lemas dan batuk sejak ±3 minggu yang lalu
berdahak susah dikeluarkan 2. Pasien mengatakan masih
3. Pasien mengatakan mengalami merasakan sesak napas (dyspnea)
kesulitan bernapas 3. Pasien mengatakan pemenuhan
4. Pasien mengatakan saat bernapas kebutuhan oksigenasi sedikit
terasa berat dan sempit terganggu
DO DO
1. RR 28 x/m 1. RR 26 x/m
2. Tampak penggunaan otot bantu 2. Terdapat peningkatan taktil
sternokleidomastoideus fremitus
3. Adanya pernapasan cuping hidung 3. Kadang tampak sedikit bercak
4. Irama pernapasan cepat darah saat batuk
5. Fase ekspirasi lebih panjang dari 4. Irama pernapasan cepat dan
pada inspirasi dengan jenis dangkal
pernafasan kusmaul 5. Suara napas ronchi basah pada
6. Terdapat peningkatan taktil lapang paru dextra dan sinistra
fremitus. 6. Terdapat penggunaan alat bantu
7. suara napas ronchi basah pada napas O2 nasal kanul dengan
lapang paru dextra. aliran 4 liter/menit.
8. Terdapat penggunaan alat bantu
napas O2 nasal kanul dengan aliran
5 liter/menit.
C. Rencana Keperawatan
Table 4.8 Perencanaan Keperawatan Pasien Pneumonia di Ruang Kemuning RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu