OLEH :
ANANDA PRASTUTI SUTRISNO
1611313004
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan apa yang diberikan pada anak
penderita pneumonia.
1.3 Manfaat
Dapat mengetahui asuhan keperawatan apa yang diberikan pada anak
penderita pneumonia.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.2 Definisi
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru,merupakan penyakit yang
sering terjadi pada bayi dan masa kanak-kanak awal (Wong, 2008).
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru.
Pneumonia disebabkan oleh satu atau lebih agens berikut : virus, bakteri
(mikoplasma), fungi, parasit, atau aspirasi zat asing (Betz & Sowden,
2009).
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan
bawah akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas
disebabkan aden infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi),
dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsolidasi (Nurarif & Kusuma, 2013).
Berdasarkan pengertian dari beberpa ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan
bawah akut atau inflamasi pada parenkim paru dengan gejala batuk dan
disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti
virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa
radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi.
2.1.5 Klasifikasi
Berdasarkan hasil penilitan oleh Depkes Direktorat Jendral P2PL
(2009), pneumonia pada anak terbagi menjadi dua, antara lain :
Kelompok Umur Klasifikasi Tanda Penyerta selain
batuk atau sukar
bernapas
2 bulan - <5 tahun Pneumonia Berat Tarikan dinding dada
bagian bawah ke
dalam (Chest
indrawing)
2.1.6 Patofisiologi
Pneumonia adalah hasil dari proliferasi patogen mikrobial di alveolar
dan respons tubuh terhadap patogen tersebut. Banyak cara
mikroorganisme memasuki saluran pernapasan bawah. Salah satunya
adalah melalui aspirasi orofaring. Aspirasi dapat terjadi pada kaum
geriatri saat tidur atau pada pasien dengan penurunan kesadaran. Melalui
droplet yang teraspirasi banyak patogen masuk. Pneumonia sangat
jarang tersebar secara hematogen. Faktor mekanis host seperti rambut
nares, turbinasi dan arsitektur trakeobronkial yang bercabang cabang
mencegah mikroorganisme dengan mudah memasuki saluran
pernapasan. Faktor lain yang berperan adalah refleks batuk dan refleks
tersedak yang mencegah aspirasi. Flora normal juga mencegah adhesi
mikroorganisme di orofaring. Saat mikroorganisme akhirnya berhasil
masuk ke alveolus, tubuh masih memiliki makrofag alveolar.
Pneumonia akan muncul saat kemampuan makrofag membunuh
mikroorganisme lebih rendah dari kemampuan mikroorganisme
bertahan hidup. Makrofag lalu akan menginisiasi repons inflamasi host.
Pada saat ini lah manifestasi klinis pneumonia akan muncul. Respons
inflamasi tubuh akan memicu penglepasan mediator inflamasi seperti IL
(interleukin) 1 dan TNF ( Tumor Necrosis Factor) yang akan
menghasilkan demam. Neutrofil akan bermigrasi ke paru paru dan
menyebabkan leukositosis perifer sehingga meningkatkaan sekresi
purulen. Mediator inflamasi dan neutrofil akan menyebabkan kebocoran
kapiler alveolar lokal. Bahkan eritrosit dapat keluar akibat kebocoran ini
dan menyebabkan hemoptisis. Kebocoran kapiler ini menyebabkan
penampakan infiltrat pada hasil radiografi dan rales pada auskultasi serta
hipoxemia akibat terisinya alveolar.
Pada keadaan tertentu bakteri patogen dapat menganggu
vasokonstriksi hipoksik yang biasanya muncul pada alveoli yang terisi
cairan hal ini akan menyebabkan hipoksemia berat. Jika proses ini
memberat dan menyebabkan perubahan mekanisme paru dan volume
paru dan shunting aliran darah sehingga berujung pada kematian.
2.1.9 Komplikasi
Menurut (Misnadiarly, 2008) komplikasi pada pneumonia yaitu :
1. Abses paru
2. Edusi pleural
3. Empisema
4. Gagal napas
5. Perikarditis
6. Meningitis
7. Atelektasis
8. Hipotensi
9. Delirium
10. Asidosis metabolic
11. Dehidrasi
2.1.10 Prognosis
Gejala pneumonia sukar dikenali oleh orang awam maupun tenaga
kesehatan yang tidak terlatih (Ditjen PP&PL, 2009). Anak dalam
keadaan malnutrisi energi dan protein, dan yang datang terlambat untuk
mendapatkan pertolongan menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.
Tingginya mortalitas dipengaruhi oleh lamanya sakit yang dialami
sebelum penderita dirawat, umur penderita, pengobatan yang memadai
serta adanya penyakit lain atau penyulit lain yang memperberat penyakit
seperti asma bronkial, gangguan defisiensi imun, anomali kongenital
dan sindrom aspirasi. Dengan terapi antibiotik yang tepat yang diberikan
awal pada perjalanan penyakit, angka mortalitas dan morbiditas pada
bayi dan anak sekarang berkurang (Sectish, 2008; Ozdemir, 2010)
Anwar, Athena dan Ika Dharmayanti. 2014. Pneumonia pada Anak Balita di
Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 8(8):359-360.
http://jurnalkesmas.ui.ac.id/kesmas/article/view/405/402 . Diakses pada 6
November 2018, 01.21 WIB.
Efni, Yulia dkk. 2016. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Pneumonia pada Balita di Kelurahan Air Tawar Barat Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas 5(2):365-366.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/523/428 . Diakses pada 6
November 2018, 01.24 WIB.
Kemenkes RI/ Pneumonia Balita, Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 3.
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN%20PNEUMO
NIA.pdf . Diakses pada 6 November 2018, 01.12 WIB.
Mahalasri, Ni Nyoman. 2014. Hubungan antara Pencemaran Udara dalam Ruang
dengan Kejadian Pneumonia Balita. Jurnal Berkala Epiemologi 2(3):392-3
https://e-journal.unair.ac.id/JBE/article/viewFile/1305/1064 . Diakses pada 6
November 2018, 01.30 WIB.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pneumonia Pada Anak, Orang.
Dewasa, Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Popular.
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10
editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta : EGC.
Price, S.A & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi. (Edisi 6). Jakarta: EGC