Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA AN.

M DENGAN ISPA DI DESA


TELUKJAYA KARAWANG

DISUSUN OLEH :
FHIKKA AULIA
NPM. 20.156.03.11.045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1 & NERS)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
BEKASI
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Asuhan Keperawatan Anak Pada An.A dengan Ispa Di Desa Teukjaya
Karawang sebagai Tugas dari stase Keperawatan Anak.
Asuhan Keperawatan Anak ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Asuhan Keperawatan
Anak ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan Asuhan Keperawatan Anak ini.
Dan harapan penulis semoga Asuhan Keperawatan Anak ini mampu memenuhi persyaratan
untuk tugas Stase Keperawatan Anak . Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi Asuhan Keperawatan Anak agar menjadi lebih baik lagi. Penulis yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan Asuhan Keperawatan Anak
ini.

Bekasi, 05 April 2021


Penyusun

( Fhikka Aulia )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga
alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah
dan pleura (Irianto, 2015). Menurut WHO (2007), ISPA menjadi salah satu penyebab
utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang
meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan
bawah. Kelompok yang paling berisiko adalah balita, anak-anak, dan orang lanjut usia,
terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah.
ISPA merupakan penyakit yang banyak terjadi di negara berkembang serta salah satu
penyebab kunjungan pasien ke Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%). Kasus
ISPA terbanyak terjadi di India 43 juta kasus, China 21 kasus, Pakistan 10 juta kasus dan
Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta kasus. Semua kasus ISPA yang
terjadi di masyarakat, 7-13% merupakan kasus berat dan memerlukan perawatan rumah
sakit (Dirjen PP & PL, 2012).
Kasus ISPA di Indonesia pada tiga tahun terakhir menempati urutan pertama penyebab
kematian bayi yaitu sebesar 24,46% (2013), 29,47% (2014) dan 63,45% (2015). Selain itu,
penyakit ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit
(Kemenkes RI, 2015). Terdapat lima Provinsi dengan ISPA tertinggi yaitu Nusa Tenggara
Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa
Timur (28,3%). Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi berdasarkan umur
terjadi pada kelompok umur 1- 4 tahun (25,8%). Penyakit ini lebih banyak dialami pada
kelompok penduduk kondisi ekonomi menengah ke bawah
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Karakteristik Penderita ISPA pada Anak di Desa Telukjaya Karawang.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Karakteristik Penderita ISPA pada Anak di Desa Telukjaya
Karawang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita ISPA anak berdasarkan
kelompok usia, jenis kelamin, dan Asal.
b. Untuk mengetahui ISPA pada anak berdasarkan tanda dan gejalanya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi pada saluran
pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh kuman mikro organisme (bakteri
dan virus) kedalam organ saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari.
(Rosmaliah, 2008)
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh karena
adanya infeksi pada hidung dan tenggorokan. Infeksi Saluran Penafasan Akut ( ISPA )
merupakan pedoman istilah Acute Respiratori Infektion ( ARI ), (Rosmaliah, 2008).
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi
dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Inf'ections (ARI). lstilah ISPA
meliputi tiga unsur yakni : Infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai
berikut :
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara
anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah
(termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan
ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang
dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Berdasarkan anatomis, ISPA dibagi dua yaitu Infeksi Saluran Pernafasan bagian atas dan
bawah. Termasuk kelompok Infeksi Saluran Pemfasan bagian atas yaitu : ranitis,
faringitis, tonsilitis, laringo-trakeo bronkitis atau Croup". Termasuk dalam kelompok
Infeksi Saluran Pernafasan bagian bawah yaitu: bronkitis, bronkopneumonia dan
pneumonia. Pneumonia merupakan bagian yang amat penting karena merupakan salah
satu jenis yang paling banyak ditemukan diantara kelompok Infeksi Saluran Pernafasan
bagian bawah
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan
1. Anatomi Sistem Pernapasan

a. Saluran pernafasan bagian atas


1) Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi
secara terus menerus oleh sel - sel goblet yang melapisi permukaan
mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan
silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru- paru.
2) Faring
Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke
laring. Faring dibagi menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan
laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran
pada traktus respiratoriun dan digestif (Arief Mansjoer, 2000)
3) Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan
trakhea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya
lokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi
benda asing dan memudahkan batuk. (Arief Mansjoer, 2000)
b. Saluran pernafasan bagian bawah
1) Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda
yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana takea bercabang
menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina
memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan
batuk yang kuat jika dirangsang.
2) Bronkus
Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus
kanan lebih pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang
arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit,
merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus
lobaris kemudian bronchus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus
dilapisi oleh sel - sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut pendek
yang disebut silia, yang berfirngsi untuk mengeluarkan lendir dan
benda asing menjauhi paru menuju laring. Bronkiolus membentuk
percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai
kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kernudian menjadi
bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan
udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas. (Arief Mansjoer,
2000)
3) Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel
alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding
alveolar. Sel alveolar tipe II sel - sel yang aktif secara metabolik,
mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam
dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah
makrofag yang merupakan sel - sel fagositosis yang besar yang
memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan
penting.
2. Fisiologi Sistem Pernafasan
Pernapasan mencakup 2 proses yaitu :
a. Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen ( O2) dan pengeluaran
carbondioksida (CO2) secara keseluruhan.
b. Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan
sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel).
Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses yaitu
:
1) Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.
2) Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam
kapiler paru.
3) Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan
tubuh.
(Elizabeth Convin, 2001)
C. Etiologi
Etiologi Infeksi saluran Pernafasan Akut (ISPA) terdiri dari 300 jenis bakteri, virus
dan riketsia. Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) antara adalah
genus streptococcus, pneumococous, hemopilusbordetella dan korine bakterium. Virus.
Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) antara lain adalah micro virus,
adenovirus, corona virus, picorna virus, micoplasma herves virus dan lain – lain.
Penyebab terjadinya ISPA adalah virus, bakteri, jamur dan benda asing lainnya.
Kebanyakan adalah virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (Pernafasan).
Diagnosis yang termasuk dalam keadaan ini adalah rhinitis, sinusitis,faringitis, tosilitis dan
laryngitis.
Sebagian besar ISPA disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau
sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering ISPA bakterialis adalah bakteri positif-
gram, Streptococcus Pneumonia yang menyebabkan pneumonia streptococcus. Bakteri
stapilococcus aureus dan streptococcus beta-hemolitikus grup A juga sering menyebabkan
ISPA, demikian juga pseudomonas aeruginosa. ISPA lainya disebabkan oleh virus,
misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu ISPA yang relatif sering dijumpai,
desebabkan oleh suatu mikroorganisme yang berdasarkan beberapa aspeknya, berada
diantara bakteri dan virus. Individu yang mengidap acquired immunodeficiency syndrome
( AIDS) sering mengalami ISPA yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu
pneumocystis carinii. Individu yang terpajang ke aerosol dari yang lama tergenang
misalnya unit pendingin ruangan ( AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap
pneumonia legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau
air akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia aspirasi. Bagi individu tersebut, bahan
yang teraspirasi itu sendiri yang biasanya menyebabkan ISPA bukan mikroorganisme,
dengan mencetuskan suatu reaksi peradangan.
D. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ispa di mulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat
pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus kearah faring atau
dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka
virus tersebut merusak lapisan lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan.
(kending dan chernick,1983)
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.
Akibat infeksi virus tersebut terjai kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan
mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga
memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti
streptococcus pneumonia,haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa
yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah
banyak dan dapat meyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga
menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini di permudah dngan adanya factor-
faktor seperti kedinginan dan malnutrsi.
Virus yang menyerang saluran pernafasan atas dapat menyebar ke tempat-tempat
yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa
menyebar ke saluran nafas bawah.
Dampak infeksi bakteri sekunderpun dapat menyerang bisa menyerang saluran nafas
bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya di temukan dalam saluran
pernafasan atas,sesudah terjadinya infeksi virus dapat menginfeksi paru-paru sehingga
menyebabkan pneumonia bakteri.
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering .kerusakan
stuktur saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktivitas kelenjar mukus yang terdapat
pada dinding saluran nafas,sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi
normal.rangasangan cairan yang berlebihan dapat menimbulkan gejalah batuk.
ISPA dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di
tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran biasa juga melalui darah dari luka di
tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang
masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan
batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga
gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk memgeluarkan mucus (lender) tersebut keluar.
Tentu itu semua tergantung besar kecinya ukuran sang penyebab tersebut (Elizabeth
Convin, 2001)
E. Manifestasi Klinis
Penyebab terjadinya ISPA adalah virus, bakteri, jamur dan benda asing lainnya.
Kebanyakan adalah virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (Pernafasan).
Diagnosis yang termasuk dalam keadaan ini adalah rhinitis, sinusitis,faringitis, tosilitis dan
laryngitis.
Secara umum dapat dibagi menjadi : Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas
berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, maliase, nafsu makan kurang, keluhan
gastrointestinal. Gejala umum infeksi saluran pernafasan bawah berupa batuk, takepnea,
ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak nafas, air hunger, merintih, dan sianosis.
Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit
dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Tanda ISPA retraksi (penarikan dinding dada
bagian bawah kedalam saat bernapas bersama dengan peningkatan prekuensi napas),
perkusi pekat, remitus melemah, suara napas melemah, dan ronchi.
Tanda efusi pleura atau emfiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi,
perkusi pekak, fremitus melemah, suara nafas melemah, suara nafas tubuler tepat diatas
cairan, frimtion rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah
dan berubah menjadi nyeri tumpul ), kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa
inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi
mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). Pada neonatus dan bayi kecil
tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak
perkusi (Behrman, dkk 2000).
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural ( misalnya. Lobar, bronchial) dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus), infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial), atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering
virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada.
3. JDL
Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada . infeksi
virus, kondisi tekanan imun.
4. LED Meningkat
5. Fungsi paru, hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan napas meningkat dan
komplain menurun.
6. Elektrolit Na dan Cl mungkin rendah
7. Bilirubin meningkat
8. Aspirasi/biopsy jaringan paru
Alat diagnosa termasuk sinar-x dan pemeriksaan sputum. Perawatan tergantung dari
penyebab pneumonia, ISPA disebabkan bakteri dirawat dengan antibiotik.
(Behrman, dkk 2000).
9. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen dada, Pembiakan dahak, ,Hitung jenis darah Gas darah arteri.

G. Penatalaksanaan
Terapi dan tindakan keperawatan
Infeksi saluran pernapasan akut dapat dilakukan berdasarkan kategori berat, sedang, dan
ringannya penyakit. Antibiotika diberikan pada keadaan yang berat dan sedang, untuk
keadaan ringan pengobatan sering bersifat simptomatis, yang terpenting diperhatikan
adalah pola pernapasan pasien yang menderita ISPA (Brounwold& Isselbacher, 1998).
a. Pengobatan
Terapi yang diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian antibiotic walaupun
kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan sendirinya
tanpa pemberian obat-obatan terapeutik, pemberian antibiotik dapat mempercepat
penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat obatan
symptomatic, selain itu dengan pemberian antibiotik dapat mencegah terjadinya
infeksi lanjutan dari bakterial, pemberian, pemilihan antibiotik pada penyakit ini
harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi kuman/baterial di
kemudian hari. Namun pada penyakit ISPA yg sudah berlanjut dengan gejala
dahak dan ingus yg sudah menjadi hijau, pemberian antibiotik merupakan
keharusan karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri yang
terlibat.
1) Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.
2) Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik
diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan
intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam
waktu 2 minggu.
b. Pemeriksaan Sputum
1) Oksigen 1-2 L/menit.
2) IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : l, + KCI l0 mEq/500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan. kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3) Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
4) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis utuk memperbaiki transport mukosilier.
5) Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrlit.
6) Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN ANAK
I. Identitas Pasien dan Orang Tua
Nama Anak : An.M Usia Ayah/ Ibu : 40/37 Tahun
Usia : 3 Tahun Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan Suku Bangsa : Indonesia
Anak ke : 3 dari 3 bersaudara Alamat : Karawang
Tanggal Masuk : 07 April 2021 Pendidikan Ayah / Ibu: SMA
Diagnosa Medik :ISPA Pekerjaan Ayah / Ibu : SMA
II. Keluhan Utama
Nenek klien mengatakan cucunya sering batuk pilek sejak hamper 4 bulan yang lalu sampe
sekarang. Dan kadang-kadang cucu nya demam
III. Keadaan Sakit Saat ini
Nenek klien mengatakan cucunya sering batuk pilek sejak hamper 4 bulan yang lalu sampe
sekarang. Dan kadang-kadang cucu nya demam.
IV. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1. Prenatal : Nenek klien mengatakan selama hamil ibu hanya control sebanyak 3
kali dan tidak diimunisasi TT, dan selama hamil ibu mengeluh pusing serta mual-mual.
2. Intranatal : Nenek klien mengatakan melahirkan normal di Bidan terdekat, lama
persalinan ibu mengatakan lupa tapi dia ingat bahwa persalinannya tidak terlalu lama
dengan persalinan normal.
3. Postnatal : Nenek klien mengatakan keadaan bayinya normal dengan berat
2500gr dan panjang 42cm.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit masa kanak-kanak : Nenek klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit
sebelumnya.
2. Pernah dirawat di RS : Nenek klien mengatakan tidak pernah dirawat di RS
sebelumnya.
3. Obat-obatan yang digunakan : Nenek klien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi
obat-obatan sebelumnya.
4. Tindakan (operasi) :Nenek klien mengatakan tidak pernah ada riwayat
operasi sebelumnya.
5. Alergi : Nenek klien mengatakan tidak klien tidak memiliki
riwayat alergi.
6. Kecelakaan : Nenek klien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat
kecelakaan.
V. Riwayat Keluarga (disertai Genogram)
1. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan
: Klien
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Meninggal (Laki)
: Meninggal (Pr)
: tinggal serumah
VI. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh : Nenek klien mengatakan yang mengasuh adalah
saya sebagai neneknya
2. Hubungan dengan anggota keluarga : Nenek klien mengatakan hubungan baik dengan
orangtua
3. Hubungan dengan teman sebaya : Nenek klien mengatakan klien berhubungan
baik dengan teman-temannya
4. Pembawaan secara umum : Nenek klien mengatakan tidak ada pembawaan
secara umum.
5. Lingkungan rumah : Nenek klien mengatakan lingkungan rumah
nyaman
VII. Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi : Pola nutrisi klien baik, klien makan 3 x dalam sehari.
2. Tidur : Nenek klien mengatakan klien sering batuk-batuk tengah malem dan
menangis sehingga tidurnya terganggu..
3. Eliminasi : Pola eliminai klien baik, klien BAB 1x dalam sehari dan BAK 8 x
dalam sehari
4. Instirahat tidur : Pola istirahat tidur kien terganggu, klien sering terbangun menangis
dimalam hari karena batuk-batuk.
5. Aktivitas : Pola aktivitas klien baik, klien sering bermain dengan teman
sebayanya.
VIII. Pemeriksaan Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Pertumbuhan Fisik : Nenek klien mengatakan pertumbuhan fisik klien baik.
2. Perkembangan Motorik Kasar : Perkembangan motoric kasar normal berkisar 75-100
%.
3. Perkembangan Motorik Halus : Perkembangan motoric halus normal berkisar 75-100
%.
4. Tidur : Nenek klien mengatakan klien sering terbangun dan
susah tidur dimalam hari.

5. Perkembangan Bahasa : Klien berbahasa Indonesia sehari-hari dan


perkembangannya normal 75-100%
6. Perkembangan Sosial : Nenek klien mengatakan klien dapat bersosialisasi
dengan baik.
7. Perkembangan Kognitif : Nenek klien mengatakan klien dapat belajar dengan
baik.
IX. Tinjauan Sistem
1. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
a. Keadaan Umum : Sakit sedang
b. TB dan BB : 118cm 18kg
c. Lingkar Kepala : 45
d. Lingkar Lengan : 21
e. Suhu : 37oC
f. Nadi : 80x/menit
g. Pernafasan : 22x/menit
h. Tekanan Darah :-
2. Pengkajian Kardiovaskuler
a. Nadi : 80x/menit
b. Denyut Apeks-frekuensi, irama dan kualitas :-
c. Nadi Perifer (ada / tdak ada); jika ada, frekuensi, irama, kualitas dan perbedaan
antara ekstremitas : -
3. Pemeriksaan Toraks dan Hasil Auskultasi
a. Lingkar dada (toraks) : 8cm
b. Adanya deformitas : Tidak ada
c. Bunyi jantung : BJ1 BJ2 Normal

4. Tampilan Umum
a. Tingkat aktifitas : Nenek klien mengatakan tingkat
aktivitas baik.
b. Perilaku ; apatis, gelisah, ketakutan : Nenek klien mengatakan klien merasa
lemas ketika batuk-batuk.
c. Jari tangan (clubbing finger) : Normal
5. Kulit
a. Warna : Kuning
b. Elastisitas : Turgor kulit normal
c. Suhu : 36oC
6. Edema
a. Periorbital : Tidak ada
b. Ekstremmitas : Normal
7. Pengkajian Respiratori
a. Bernapas
(1) Frekuensi pernafasan, keadaan dan kesimetrisan : 22x/menit Normal
(2) Pola nafas ; apnea, takipnea : Normal
(3) Retraksi : Tidak ada
(4) Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
(5) Posisi yang nyaman : Tiduran
b. Hasil Auskultasi Toraks
(1) Bunyi nafas : Vesikuler
(2) Fase ekspirasi dan inspirasi memanjang: Tidak ada
c. Hasil Pemeriksaan Toraks
(1) Lingkar dada : 8cm
(2) Bentuk dada : Simetris

8. Pengkajian Neurologik
a. Tingkat kesadaran : Composmentis
b. Pemeriksaan kepala
 Bentuk kepala : Normocephal
 Fontael : Normal
 Lingkar kepala (dibawah 2 tahun) :-
9. Reaksi Pupil
a. Ukuran :2-4mm
b. Reaksi terhadap cahaya :-
10. Aktivitas Kejang
a. Jenis : Tidak ada
b. Lamanya : Tidak ada
11. Fungsi Sensoris
Reaksi terhadap nyeri: (+)
12. Refleks
a. Refleks tendo dan superficial : Normal
b. Refleks patologis : Normal
13. Kemampuan intelektual (tergantung tingkat perkembangan)
a. Perkembangan menulis dan menggambar : Baik
b. Kemampuan membaca : Baik
14. Pengkajian Gastrointestinal
a. Hidrasi : Tidak ada
b. Tugor kulit : Elastis
c. Membran Mukosa : Kering
d. Asupan dan haluaran: Tidak ada
15. Abdomen
a. Nyeri : Tidak ada
b. Kekakuan : Tidak ada
c. Bising usus : Tidak ada
d. Muntah ; jumlah, frekuensi dan karakteristiknya: Tidak ada
e. Feses ; jumlah, frekuensi dan karakteristiknya: BAB 1x dalam sehari
f. Kram : Tidak ada
16. Pengakajian Renal
Fungsi Ginjal
a. Nyeri tekan pinggang atau suprapubik : Tidak ada
b. Disuria : Tidak ada
c. Pola berkemih : Tidak ada
d. Adanya acites : Tidak ada
e. Adanya edema scrotum, periorbital, tungkai bawah : Tidak ada
17. Karakteristik urine dan urinasi
a. Urine tampak bening atau keruh : Bening
b. Warna : Kuning jernih
c. Bau ; ammonia, aseton : Amonia
d. Berat jenis : Cair
e. Menangis setelah berkemih: Tidak ada
18. Genitalia
a. Iritasi : Tidak ada
b. Secret : Tidak ada
19. Pengkajian Muskuloskletal
Fungsi Motorik Kasar
a. Ukuran otot ; adanya atropi atau hipertropi otot : Tidak ada
b. Tonus otot ; spatisitas, rentang gerak terbatas : Tidak ada
c. Kekuatan : Tidak ada
d. Gerakan abnormal : Tidak ada
20. Fungsi Motorik Halus
a. Manipulasi mainan : Tidak ada
b. Menggambar : Baik
21. Kontrol Postur
a. Mempertahankan posisi tegak : Normal
b. Bergoyang-goyang : Normal
22. Persendian
a. Rentang gerak : Tidak ada
b. Kontraktur : Tidak ada
c. Adanya edema dan nyeri : Tidak ada
d. Tonjolan abnormal : Tidak ada
23. Tulang Belakang
Lengkung tulang belakang ; scoliosis, kifosis : Tidak ada
24. Pengkajian Hematologik
Kulit
a. Warna : Kuning kunyit
b. Adanya ptekie, memar : Tidak ada
c. Perdarahan dari membrane mukosa atau dari luka suntikan atau fungsi vena : Tidak
ada

25. Abdomen
a. Pembesaran hati : Tidak ada
b. Pembesaran limpa : Tidak ada
26. Pengkajian Endokrin
Status Hidrasi
a. Poliuria : Tidak ada
b. Polifagia : Tidak ada
c. Polidipsi : Tidak ada
d. Kulit kering : Tidak ada
27. Tampilan Umum
a. Alam perasaan : Normal
b. Iritabilitas : Tidak ada
c. Sakit kepala : Tidak ada
d. Gemetar : Tidak ada

Nama Obat Dosis Indikasi Kontradiksi Efek Samping


Vicks Formula Batuk
3x1 - -
Pim-Tra-Kol Demam
28. Obat-Obatan Saat Ini

Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Nilai Saat Ini Interpretasi

- - - -
29. Pemeriksaan Laboratorium
30. Pemeriksaan diagnostic
-
X. Ringkasan Riwayat Keperawatan
Nama Pasien : An.M
Dx Medis : ISPA
Keluhan Utama : Mengeluh sering batuk pilek sejak hamper 4 bulan yang lalu.
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, Hipertemia, dan
Gangguan Pola Tidur
Tindakan Yang Pernah dilakukan : Pemberian Vicks formula dan Pim-Tra-Kol
XI. Analisa Data
Data Masalah Penyebab
Subjektif :
1. Nenek klien mengatakan
cucunya sering batuk pilek
sejak hamper 4 bulan. Ketidakmampuan
Ketidakefektifan Bersihan
Objektif : Keluarga Dalam
Jalan Napas
1. Klien sering batuk-batuk Mengenal Masalah
dimalam hari
2. Klien menagis kalau terus-
terusan batuk.
Subjektif :
1. Nenek klien mengatakan
kadang-kadang cucu nya
demam.
Objektif :
1. Keadaan Umum :Sakit
sedang Hipertermi Proses Infeksi
2. TB dan BB : 115cm 18kg
3. Suhu : 37.oC
4. Nadi : 80x/menit
5. Pernafasan : 22x/menit
Subjektif :
1. Keluarga klien juga
mengatakan bahwa klien
tidak bisa tidur di malam
hari.
Gangguan Pola Tidur Hambatan Lingkungan
Objektif :
1. Klien tampak pucat
2. Klien tampak lemas
3. Suhu : 37.oC
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : An.AM Nama Mahasiswa : Fhikka Aulia
Diagnosa : ISPA NPM : 20.156.03.11.045
No Batasan Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Karakteristik

1. DS : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi :


1. Nenek klien Napas 3 x 24 jam diharapkan proses keluar masuknya 1. Monitor pola napas (frekuensi,
mengatakan udara ke paru-paru serta pertukaran karbon kedalaman dan usaha napas)
cucunya sering dioksida dan oksigen di alveoli dapat teratasi 2. Monitor bunyi napas tambahan
batuk pilek dengan KH : (Mis. Gurgling, mengi,
sejak hamper 4 1. Tingjat pernafasan normal wheezing, ronchi)
bulan. 2. Irama pernapasan normal 3. Identifikasi kemampuan batuk
DO : 3. Kedalaman inspirasi normal Mandiri :
1. Klien sering 1. Posisikan pasien untuk
batuk-batuk memaksimalkan ventilasi (fowler
dimalam hari / semi fowler)
2. Klien menagis 2. Auskultasi suara napas, catat
kalau terus- area yang ventilasi nya menurun
terusan batuk. atau tidak ada dan adanya suara
tambahan
3. Buang sekret dengan memotivasi
pasien untuk melakukan batuk
efektif
4. Jelaskan tujuan, manfaat dan
prosedur batuk efektif
5. Anjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selama >5 detik,
ditahan selama 3 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan
bibir dibulatkan selama 7 detik
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan dokter terkait
pemberian nebulizer sesuai
kebutuhan pasien
2. DS : Hipertermi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Mandiri :
3x24jam diharapkan keseimbangan antara
1. Nenek klien 1. Pantau suhu dan tanda-tanda
produksi panas, mendapatkan panas dan
mengatakan vital lainnya
kehilangan panas tidak terganggu dengan KH:
kadang-kadang 2. Anjurkan pasien untuk
cucu nya 1. Suhu tubuh dapat menurun dengan mengenakan baju yang tipis
demam. rentang 36,6ºC- 37,2ºC 3. Berikan kompres hangat
2. Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh 4. Ciptakan ruangan yang sejuk dan
DO :
normal nyaman

1. Keadaan Umum 3. Kulit pasien tidak teraba hangat lagi Monitoring :

:Sakit sedang
1. Monitor warna kulit pasien
2. TB dan BB :
2. Dorong konsumsi cairan 2L/hari
115cm 18kg
Kolaborasi :
3. Suhu : 37oC
4. Nadi: 80x/menit 1. Kolaborasi dengan dokter dalam
5. Pernafasan: pemberian obat antipiretik
22x/menit

3. DS : Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Terapi Relaksasi :
1. Keluarga klien 3x24 jam diharapkan keparahan kelelahan
juga secara umum dapat terlaporkan dengan
Mandiri :
mengatakan melakukan.
bahwa klien 1. Gambarkan rasionalisme dan
Tingkat Kelelahan
tidak bisa tidur manfaat realaksasi serta jenis
di malam hari. 1. Kelelahan dapat teratasi relaksasi yang tersedia
2. Tidak terjadi kelesuhan 2. Berikan deskripsi detail terkait

DO : 3. Tidak terjadi kehilangan selera makan intervensi relaksasi yang dipilih


4. Tidak terjadi gangguan kosentrasi 3. Ciptakan lingkungan yang
1. Klien tampak
pucat 5. Tidak terjadi sakit kepala tenang dan tanpa distraksi
2. Klien tampak adanya lampu yang redup dan
lemas
3. Suhu : 37.9oC suhulingkungan yang nyaman
Monitoring :

1. Dorong klien untuk mengambil


posisi yang nyaman, memakai
pakaian yang longgar dan mata
tertutup
2. Meminta klien untuk rileks dan
merasakan sesansi yang terjadi
Edukasi :

1. Tujunkan dan pratikkan teknik


relaksasi pada klien
2. Berikan waktu yang tidak
terganggu karena mungkin saja
klien tertidur
3. Evaluasi dan dokumentasi respon
terhadap terapi relaksasi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama pasien : An.M Nama Mahasiswa : Fhikka Aulia
Diagnosa : ISPA NPM : 20.156.03.11.045
Tanggal : 11 April 2021 Implementasi Hari : Ke-1

No Diagnosa Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi Paraf

1. Ketidakefektifan Bersihan 07.30 1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman S:


Jalan Napas dan usaha napas) 1. Nenek klien mengerti bagaimana cara
2. Memonitor bunyi napas tambahan (Mis. melakukan batuk efektif kepapda klien
Gurgling, mengi, wheezing, ronchi) 2. Nenek klien mengatakan mengerti
3. Mengidentifikasi kemampuan batuk tujuan dilakukan batuk efektif
4. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan O:
ventilasi (fowler / semi fowler) 1. Klien tampak memperhatikan
5. Mengauskultasi suara napas, catat area yang 2. Klien masih sering batuk-batuk
ventilasi nya menurun atau tidak ada dan
adanya suara tambahan A : Masalah belum teratasi
6. Membuang sekret dengan memotivasi pasien
P : Lanjutkan intervensi
untuk melakukan batuk efektif
7. Menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur
batuk efektif
R : Nenek klien mengerti dengan apa yang
dijelaskan perawat.
8. Menganjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama >5 detik, ditahan selama 3 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
dibulatkan selama 7 detik
R : Klien dapat mengikuti printah
9. Berkolaborasi dengan dokter terkait pemberian
nebulizer sesuai kebutuhan pasien
2. Hipertermia 10.00 1. Memantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya S:
2. Menganjurkan pasien untuk mengenakan baju
1. Nenek klien mengatakan, klien telah
yang tipis
mengenakan pakaian yang tipis.
R : Nenek klien mengatakan klien sudah
2. Nenek klien mengatakan telah
mengenakan pakaian yang tipis dan meyerap
memberikan kompres hangat kepada
keringat
klien.
3. Memberikan kompres hangat
O:
R : Nenek klien mengatakan sudah
mengkompresnya dengan menggunakan air 1. Keadaan umum: Baik
hangat 2. Kesadaran : Composmentis
4. Menciptakan ruangan yang sejuk dan nyaman 3. Suhu : 37oC
R : Nenek klien mengatakan klien merasakan A : Masalah belum teratasi
ruangan terasa sejuk dan nyaman.
5. Memonitor warna kulit pasien P : Lanjutkan intervensi

6. Mendorong konsumsi cairan 2L/hari


R : Nenek klien mengatakan klien minum
sebanyak 8 gelas per hari
7. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat antipiretik
3. Gangguan Pola Tidur 11.30 1. Mengkaji keadaan umum klien S:
2. Memantau kenyamanan psikologis tidur klien
1. Nenek klien bersedia mengikuti dalam
R : Klien tampak lemas, gelisah
perencanaan perawatan klien
3. Memantau penyebab psikologis tidur 2. Klien mengatakan senang melakukan
4. Memonitor pola tidur klien terapi relaksasi mendengarkan music.
R : Tidur malam klien selama 4-5 jam 3. Nenek klien menggatakan klien masih
5. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat suka terbangun pada malam hari
R : Pasien mengerti apa yang dijelaskan oleh O:
perawat
1. Keadaan umum: Baik
6. Melibatkan orang terdekat dalam perencanaan,
2. Kesadaran : Composmentis
penyediaan dan evaluasi perawatan.
3. Klien tampak Kooperatif dalam
7. Melakukan terapi nonfarmakologi : Terapi
melakukan terapi relaksasi
relaksasi mendengarkan music
mendengarkan music.
R : Klien Kooperatif mengikuti terapi relaksasi
A : Masalah belum teratasi
mendengarkan music.

P : Lanjutkan intervensi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama pasien : An.M Nama Mahasiswa : Fhikka Aulia
Diagnosa : ISPA NPM : 20.156.03.11.045
Tanggal : 12 April 2021 Implementasi Hari : Ke-2

No Diagnosa Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi Paraf

1. Ketidakefektifan Bersihan 07.30 1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman S:


Jalan Napas dan usaha napas) 1. Nenek klien mengerti bagaimana cara
2. Memonitor bunyi napas tambahan (Mis. melakukan batuk efektif kepapda klien
Gurgling, mengi, wheezing, ronchi) 2. Nenek klien mengatakan mengerti
3. Mengidentifikasi kemampuan batuk tujuan dilakukan batuk efektif
4. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan 3. Klien dapat melakukan batuk efektif
ventilasi (fowler / semi fowler) O:
5. Mengauskultasi suara napas, catat area yang 1. Klien tampak memperhatikan
ventilasi nya menurun atau tidak ada dan 2. Klien masih sering batuk pilek
adanya suara tambahan A : Masalah belum teratasi
6. Membuang sekret dengan memotivasi pasien
P: Lanjutkan intervensi
untuk melakukan batuk efektif
7. Menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur
batuk efektif
R : Nenek klien mengerti dengan apa yang
dijelaskan perawat.
8. Menganjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama >5 detik, ditahan selama 3 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
dibulatkan selama 7 detik
R : Klien dapat mengikuti printah
9. Berkolaborasi dengan dokter terkait pemberian
nebulizer sesuai kebutuhan pasien

2. Hipertermia 10.00 1. Memantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya S:


2. Menganjurkan pasien untuk mengenakan baju
1. Nenek klien mengatakan, klien telah
yang tipis
mengenakan pakaian yang tipis.
R : Nenek klien mengatakan klien sudah
2. Nenek klien mengatakan telah
mengenakan pakaian yang tipis dan meyerap
memberikan kompres hangat kepada
keringat
klien.
3. Memberikan kompres hangat
O:
R : Nenek klien mengatakan sudah
mengkompresnya dengan menggunakan air 1. Keadaan umum: Baik
hangat 2. Kesadaran : Composmentis
4. Menciptakan ruangan yang sejuk dan nyaman 3. Suhu : 36,7oC
R : Nenek klien mengatakan klien merasakan A : Masalah belum teratasi
ruangan terasa sejuk dan nyaman.
5. Memonitor warna kulit pasien P : Lanjutkan intervensi

6. Mendorong konsumsi cairan 2L/hari


R : Nenek klien mengatakan klien minum
sebanyak 8 gelas per hari
7. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat antipiretik
3. Gangguan Pola Tidur 11.30 1. Mengkaji keadaan umum klien S:
2. Memantau kenyamanan psikologis tidur klien
1. Nenek klien menggatakan klien masih
R : Klien tampak lemas, gelisah terbangun pada malam hari
3. Memantau penyebab psikologis tidur O:
4. Memonitor pola tidur klien
1. Klien tampak Kooperatif dalam
R : Tidur malam klien selama 4-5 jam
melakukan terapi relaksasi
5. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
mendengarkan music.
R : Pasien mengerti apa yang dijelaskan oleh
perawat
A : Masalah belum teratasi
6. Melibatkan orang terdekat dalam perencanaan,
penyediaan dan evaluasi perawatan. P : Lanjutkan intervensi
7. Melakukan terapi nonfarmakologi : Terapi
relaksasi mendengarkan music
R : Klien Kooperatif mengikuti terapi relaksasi
mendengarkan music.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama pasien : An.M Nama Mahasiswa : Fhikka Aulia
Diagnosa : ISPA NPM : 20.156.03.11.045
Tanggal : 13 Maret 2021 Implementasi Hari : Ke-3

No Diagnosa Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi Paraf

1. Ketidakefektifan Bersihan 07.30 1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman S:


Jalan Napas dan usaha napas) 1. Nenek klien mengerti bagaimana cara
2. Memonitor bunyi napas tambahan (Mis. melakukan batuk efektif kepapda klien
Gurgling, mengi, wheezing, ronchi) 2. Nenek klien mengatakan mengerti
3. Mengidentifikasi kemampuan batuk tujuan dilakukan batuk efektif
4. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan 3. Klien dapat melakukan batuk efektif
ventilasi (fowler / semi fowler) O:
5. Mengauskultasi suara napas, catat area yang 1. Klien tampak memperhatikan
ventilasi nya menurun atau tidak ada dan 2. Klien masih sering batuk pilek
adanya suara tambahan A : Masalah belum teratasi
6. Membuang sekret dengan memotivasi pasien
P: Lanjutkan intervensi
untuk melakukan batuk efektif
7. Menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur
batuk efektif
R : Nenek klien mengerti dengan apa yang
dijelaskan perawat.
8. Menganjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama >5 detik, ditahan selama 3 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
dibulatkan selama 7 detik
R : Klien dapat mengikuti printah
9. Berkolaborasi dengan dokter terkait pemberian
nebulizer sesuai kebutuhan pasien

2. Hipertermia 10.00 1. Memantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya S:


2. Menganjurkan pasien untuk mengenakan baju
1. Nenek klien mengatakan telah
yang tipis
memberikan kompres hangat kepada
R : Nenek klien mengatakan klien sudah
klien.
mengenakan pakaian yang tipis dan meyerap
O:
keringat
3. Memberikan kompres hangat 1. Keadaan umum: Baik
R : Nenek klien mengatakan sudah 2. Kesadaran : Composmentis
mengkompresnya dengan menggunakan air 3. Suhu : 36,6oC
hangat A : Masalah BelumTeratasi
4. Menciptakan ruangan yang sejuk dan nyaman
R : Nenek klien mengatakan klien merasakan P : Intervensi dilanjutkan

ruangan terasa sejuk dan nyaman.


5. Memonitor warna kulit pasien
6. Mendorong konsumsi cairan 2L/hari
R : Nenek klien mengatakan klien minum
sebanyak 8 gelas per hari
7. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat antipiretik
2. Gangguan Pola Tidur 10.00 1. Mengkaji keadaan umum klien S:
2. Memantau kenyamanan psikologis tidur klien
1. Keluarga klien menggatakan sudah
R : Klien tampak lemas, gelisah tidak terbangun pada malam hari lagi.
3. Memantau penyebab psikologis tidur O:
4. Memonitor pola tidur klien
1. Klien senang melakukan terapi
R : Tidur malam klien selama 4-5 jam
relaksasi mendengarkan music.
5. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
R : Pasien mengerti apa yang dijelaskan oleh
A : Masalah Teratasi
perawat
6. Melibatkan orang terdekat dalam perencanaan, P : Intervensi Dihentikan
penyediaan dan evaluasi perawatan.
7. Melakukan terapi nonfarmakologi : Terapi
relaksasi mendengarkan music
R : Klien Kooperatif mengikuti terapi relaksasi
mendengarkan music.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi pada saluran
pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh kuman mikro organisme (bakteri
dan virus) kedalam organ saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari.
Berdasarkan anatomis, ISPA dibagi dua yaitu Infeksi Saluran Pernafasan bagian atas dan
bawah. Termasuk kelompok Infeksi Saluran Pemfasan bagian atas yaitu : ranitis, faringitis,
tonsilitis, laringo-trakeo bronkitis atau Croup". Termasuk dalam kelompok Infeksi Saluran
Pernafasan bagian bawah yaitu: bronkitis, bronkopneumonia dan pneumonia. Pneumonia
merupakan bagian yang amat penting karena merupakan salah satu jenis yang paling banyak
ditemukan diantara kelompok Infeksi Saluran Pernafasan bagian bawah.
B. Saran
Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ispa adalah karena pneumonia, maka di
harapkan penyakit saluran pernafasan penanganannya dapat di prioritaskan. Di samping itu
penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu di tingkatkan dan di laksanakan
secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah
di laksanakan sekarang ini, di harapkan lebih di tingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alsagaff & Mukty. (2010). Dasar – dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University Press.
2. Friedman, Marilyn M. (1998). keperawatan keluarga. Edisi 3. EGC. Jakarta.
3. Kozier, B dkk. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Volume 1. Edisi 7. Jakarta:
EGC
4. Ns. Tantut Susanto, M.Kep.Sp.Kep.Kom. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga:
Aplikasi pada praktik asuhan keperawatan keluarga. Jakarta: TIM
5. Pedoman Interim WHO. (2007). Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemic dan pandemic di fasilitas pelayanan
kesehatan. Jenewa : WHO.
6. Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Jakarta : Graha Ilmu.
7. Susanto. (2012). Aplikasi Teori Praktik Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info
Media.
8. Widoyono. (2011). Penyakit Tropis. Jakarta : Erlangga
Lampiran 1
Pengkajian DDST (Denver Developmental Screening Tests)
Hasil Interprestasi Dan Kesimpulan DDST (Denver Developmental Screening Tests)
1. Advanced : Anak mampu melaksanakan tugas pada hal-hal disebelah kanan garis umur,
perkembangan normal.
2. Normal : Anak tidak gagal tidak menolak pada hal-hal disebalah kanan garis umur
3. Kesimpulan : Dari hasil pengkajian Denver Developmental Screening Tests dapat
disimpulkan bahwa An.M dari tingkat perkembangannya normal yaitu 75-90%

Anda mungkin juga menyukai