Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PNEUMONIA

DISUSUN OLEH:

 CHATARINA SENTOSA JEMALI (C1814201007)


 COLETA ANTONIA PUTRI JK (C1814201008)

TINGKAT II A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIK STELLA MARIS MAKASSAR

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini, kami memilih judul, ”Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Pneumonia” . Kami menyadari sepenuhnya bahwa pengetahuan dan kemampuan kami
sangat terbatas, sehingga penulisan makalah ini mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi sempurnanya penulisan makalah ini.

Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini ada
kesalahan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

A. LATAR BELAKANG...........................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN.........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................

A. DEFINISI...............................................................................................................
B. ANATOMI FISIOLOGI.......................................................................................
C. ETIOLOGI.............................................................................................................
D. KLASIFIKASI.......................................................................................................
E. PATOFISIOLOGI.................................................................................................
F. MANIFESTASI KLINIK......................................................................................
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK........................................................................
H. KOMPLIKASI.......................................................................................................
I. PENATALAKSANAAN.......................................................................................
J. DISCHARGE PLANNING...................................................................................

BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN..............................................................

A. PENGKAJIAN 11 POLA GORDON...................................................................


B. ANALISA DATA...................................................................................................
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN...........................................................................
D. INTERVENSI KEPERAWATAN.......................................................................

BAB IV PENUTUP............................................................................................................

A. KESIMPULAN......................................................................................................
B. SARAN...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau
alveoli. Terjadi pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan
proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronco nomonia.
Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru
meradang secara mendadak dan juga bisa menjadi penyebab kematian diantara semua
kelompok umur. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga
kematian bayi baru lahir disebabkan oleh Pneumonia. Lebih dari 2.000.000 anak
balita meninggal setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan bahwa
sampai dengan 1 Juta ini (vaksin dicegah) kematian yang disebabkan oleh bakteri
streptococcus pneumonia, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi dinegara-
negara berkembang. Oleh karena itu kami diberi tugas untuk membahas masalah
pneumonia ini, agar dapat memberikan manfaat untuk kita semua.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka kami dapat merumuskan masalah yang akan
dibahas yaitu:
1. Bagaimana konsep medis mengenai pneumonia?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan dan penerapan askep pada pasien
pneumonia?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Agar mahasiswa mampu mengerti konsep dasar medik dari gangguan sistem
pernapasan (Pneumonia)
2. Agar mahasiswa mampu memahami dan mampu melakukan proses keperawatan
pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan (Pneumonia)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Pneumonia merupakan proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan
terjadi pengisian rongga alveoli yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda asing.
Pneumonia bisa disebabkan oleh terapi radiasi, bahan kimia, dan aspirasi. Pneumonia radiasi
dapat menyertai radiasi untuk kanker payudara atau paru, pneumonia kimiawi terjadi setelah
menghirup kerosin atau inhalasi gas (Mutaqqin, 2008).

Pneumonia merupakan proses inflamasi parenkim paru yang terjadi pengisian rongga
alveoli dan eksudat, yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing
(Ardiansyah, 2012). Salah satu penyebab kematian pada anak usia balita karena infeksi
adalah penyakit pneumonia. Setiap tahun pneumonia membunuh sekitar 1,6 juta anak balita
(WHO, 2009).

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Selain gambaran umum di atas, Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda
klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang seperti rontgen dan pemeriksaan
laboratorium(Wilson, 2006)

B. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem pernafasan terutama berfungsi untuk pengambilan oksigen (O2). Paru


dihubungkan dengan lingkungan luarnya melalui serangkaian saluran, berturut-turut, hidung,
faring, trachea dan bronchi. Saluran-saluran itu relative kaku dan tetap terbuka,
keseluruhannya merupakan bagian konduksi dari sistem pernafasan, meskipun fungsi utama
pernafasan utama adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida, masih ada fungsi tambahan
lain, yaitu tempat menghasilkan suara, meniup balon, kopi/teh panas, tangan, alat musik dan
lain sebagainya. Tertawa, menangis, bersin, batuk homostatik (pH darah)otot-otot pernafasan
membantu kompresi abdomen (Tambayong,2001).
Saluran pernapasan bagian atas terdiri dari :

1. Hidung/Naso : Nasa
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang dipisahkan oleh
secret hidung, terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu
dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung(Evelyn, 2004).

2. Faring
Merupakan tempat persimpanan antara jalan makan, yang berbentuk seperti
pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak sampai
dengan esofagus. Letaknya didasar tengkorak dibelakang rongga hidung dan
mulut sebelah depan ruas tulang belakang(Evelyn, 2004).

3. Laring : Pangkal Tenggorokan


Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan atau penghasil
suara yang dipakai berbicara dan bernyanyi, terletak didepan bagian faring
sampai ketinggian vertebrata servikalis dan masuk kedalam trachea dan
tulang-tulang bawah yang berfungsi pada waktu kita menelan makan dan
menutup laring (Evelyn, 2004).
4. Trachea : Batang Tenggorokan
Batang tenggorokan kira-kira penjangnya 9cm, trachea tersusun atas 16- 20
lingkara tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh
jaringan fibrosa dan melengkapi lingkaran disebelah belakang trackhea
(Evelyn, 2004).

5. Bronchus : Cabang Tenggorokan


Merupakan lanjutan dari trachea ada dua buah yang terdapat pada ketinggian
vetrebrata torakolis ke IV, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama, bronchus kanan lebih pendek dan lebih besar
daripada bronchus kiri(Evelyn, 2004).

6. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung (alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel epitel dan sel
endotel. Pernafasan paru-paru (pernafasan pulmoner) merupakan pertukaran
oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru atau pernafasan
eksternal, oksigen diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung
disampaikan keseluruh tubuh. Di dalam paru-paru, karbondioksida
dikeluarkan melalui pipa bronchus berakhir pada mulut dan hidung (Evelyn,
2004).

Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernafasan) didalam tubuh terdapat


tiga tahapan yakni ventilasi, difusi dan transportasi gas (Guyton, 1997).

a. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer kedalam
alveoli atau alveoli keatmosfer, dalam proses ventiasi ini terdapat beberapa hal
yang mempengaruhi diantaranya adalah perbedaan tekanan antar atmosfer
dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah.

b. Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan CO2
kapiler dan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi, yang pertama yaitu luasnya permukaan paru-paru.
Kedua, ketebalan membrane respirasi/ permeabilitas yang terdiri dari epitel
alveoli dan intestinal keduanya.

c. Transportasi Gas
Merupakan transportasi antara O2 kapiler kejaringan tubuh dan CO2 jaringan
tubuh kapiler. Proses transportasi, O2 akan berkaitan dengan Hb membentuk
oksihemoglobin dan larutan dalam plasma. Kemudian pada transportasi CO2
akan berkaitan dengan Hb membentukkarbohemoglobin dan larut dalam
plasma, kemudian sebagian menjadi HCO3 (Hidayat, 2006).

C. ETIOLOGI

1. Mikroorganisme (Bakteri,Virus, Jamur)


Streptococcus penumonia (sp) adalah peyebab utama menigitis, pneumonia
dan bacteremia pada bayi dan anak, Streptococcus penumonia (sp ) merupakan
peyebab utama kematian yang dapat dicegah dengan imunisasi pada anak dibawah
lima tahun . (Purniti Putu Siadi;Dkk.2011)

2. Jenis Kelamin (laki – laki)


Jenis kelamin laki-laki lebih rentan terkena penyakit ISPA yang berujuk ke
pneumonia. Hal ini disebabkan perbedaan anatomi saluran pernafasan pada anak laki-
laki dan perempuan,laki -laki lebih kecil dibadingkan dengan anak perempuan, hal ini
dapat menigkatkan frekuensi penyakit saluran nafas. Berdasarkan factor genetic
perempuam memiliki kromosom XX sedangkan laki laki XY, dengan lebih sedikitnya
kromosom X laki-laki memiliki sistem kekebalam tubuh yamg lebih rentna daripada
perempuan .Karena dalam kromosom X ada peran MicroRNA yang memiliki fungsi
penting dalam kekebalan dan kanker. (Sumiyati.2015)

3. Umur
Pneumonia pada anak balita sering disebabkan virus pernafasan dan
puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun. Kejadian ISPA pada bayi dan balita
umumnya merupakan kejadian infeksi pertama serta sebelum terbetuknya secara
optimal proses kekebalan secara alamiah. Selain itu imunitas anak belum baik dan
lumen saluran nafasya masih sempit. Oleh karena itu kejadian ISPA pada bayi dan
anak balita akan lebih tinggi jika dibadingkan dengan orang dewasa. (Nurul Indah
Sari ;Dkk.2017)

4. Faktor nutrisi
a) Bayi tidak menerima ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa pemberian makanan tambahan
seperti pisang, pepaya, bubur, biscuit, serta tambahan makanan cair lainnya.
Pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi agar dapat mencegah pneumoia
pada anak. Air susu ibu mengandung protein, lemak, gula dan kalsium dengan
kadar yang tepat, air susu ibu juga mengadung zat zat yang disebut antibodi yang
dapat melindungi bayi dari serangan peyakit selama ibu menyusuinya dan
beberapa waktu sesudah itu. Bayi yang senantiasa mengkonsumsi air susu ibu
jarang mengalami salesma dan infeksi saluran pernafasan bagian atas pada tahun
pertama kelahiran, jika dibandingkan dengan bayi yang tidak mengkonsumsinya.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi pun berlangsung dengan baik berkat air
susu ibu atau ASI. (Choyron Via Al Ghafii;dkk.2015)
b) Malnutrisi
Malnutrisi yang disebabkan oleh kekurangan energi protein akan disertai
dengan kekurangan vitamin A (betakaroten), vitamin E (alfatokoferol), vitamin B,
vitamin C (asam askorbat), folat , zink, zat besi, tembaga dan selenium. Vitamin
A,E dan C merupakan antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas yang
tidak stabil. Antioksidan dapat menghalangi terjadinya tekanan oksidatif dan
kerusakan jaringan, serta mencegah peningkatan produksi pro-inflamatori sitokin.
Antioksidan juga dapat memperbaiki jaringan/sel yang telah dirusak oleh radikal
bebas, kekuragan antioksidan juga dapat menyebabkan supresi imun yang
mempegaruhi mediasi sel T dan respon imun adaptif. Kekurangan vitamin B6
dapat menurunkan pembentukan antibodi. Kerusakan asam folat dapat
menyebabkan gangguan metabolisme DNA sehingga terjadi perubahan dalam
morfologi sel sel yang cepat membelah, seperti sel darah merah, sel darah putih,
serta epitel sel lambung dan usus. (Nurnajiah Mia ; dkk.2016)
Pasien dengan malnutrisi mengalami masalah pada sistem imunitas,
khususnya IgA. Malnutrisi menyebabkan terjadinya penurunan level IgA, IgA
pada sistem imun berfungsi untuk melindungi saluran nafas atas dari infeksi
organisme patogenik. Oleh karena itu, penurunan level IgA mengakibatkan
penurunan sistem imun saluran pernafasan sehingga akan memperparah derajat
infeksi sistem saluran nafas. (Artawa.2016)

5. Status Imunisasi Yang Tidak Lengkap


Bayi dengan imunisasi lengkap bila menderita ISPA dapat diharapkan
perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi berat. Cara yang terbukti paling
efektif saat ini adalah dengan pemberian imunisasi campak dan DPT . (Adawiyah
Rosbiatul;Dkk.2016)

6. Faktor Ekonomi (Kemiskinan)


Factor kemiskian menjadi pangkal ketidakmampuan seseorang untuk
berpendidikan lebih tinggi,mendapatkan lingkungan rumah lebih baik, akses
pengetahuan yang lebih baik berbagai factor tersebut justru semakin meningkatkan
resiko penyakit. Biaya pengobatan yang mahal menyebabkan keluarga tersebut
menjadi lebih miskin. Kemiskinan merupakan pangkal penyebab resiko pneumonia
balita pada level rumah tangga yang lebih besar. Balita bergizi baik dan buruk jika
berada dalam rumah tangga miskin , beresiko lebih besar untuk menderita pneumonia.
Proporsi tersebut akan bertambah besar pada balita dengan pendidikan ibu rendah,
pengetahuan pneumoia rendah dan kondisi lingkungan buruk. Factor tersebut
merupakan dampak kemiskinan. (Machmud Rizanda.2009)

7. Faktor Lingkungan
a) Luas ventilasi, Rumah yang sehat merupakan tempat tinggal yang memenuhi
syarat kesehatan, salah satunya adalah ventilasi yang baik sebab ventilasi
berperan dalam menjaga keseimbangan kadar oksigen dan sekaligus
mengendalikan kadar CO2 dalam ruangan, selain itu ventilasi berperan dalam
menjaga kelembapan udara dalam ruangan (Mahalastri Ni Nyoman
Dayu.2014)
Tidak ada atau tidak biasa membuka jendela akan membuat bahan pencemar
berada dalam ruangan lebih lama akan menambah resiko pajanan terhadap
bahan pencemar didalam ruangan. (Anwar Athena;Dkk.2014)
b) Berdasarkan tipe tempat tinggal, rumah dengan lantai yang terbuat dari tanah,
dinding bukan tembok , atap rumah tidak berplafon/langit-langit menyebabkan
ruang rumah menjadi panas, berdebu dan menjadi lebih lembab. Suhu yang
panas meningkatkan penguapan didalam ruangan sehingga tidak hanya
kelembapan yang meningkat tetapi juga kandungan pencemar yang berasal
dari bahan bangunan rumah. Kelembaban yang tinggi (>80) , yang berarti
kandungan uap air diudara cukup tinggi, merupakan kondisi yang baik untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri (pneumococcus) sehingga
bakteri dapat tumbuh dengan cepat. (Anwar Athena;Dkk.2014)
c) Perokok aktif didalam rumah, adanya perokok aktif dalam rumah dapat
meningkatkan pajanan asap rokok kepada anggota keluarga. Konsumsi rokok
didalam rumah merupakan factor resiko gangguan pernafasan pada anak
balita, apabila anak balita sudah tercemar asap pembakaran dari keluarga maka
daya tahan tubuh akan melemah. . (Anwar Athena;Dkk.2014)

D. KLASIFIKASI

a) Pneumonia Lobaris
Biasanya gejala penyakit secara mendadak, tapi kadang didahului oleh infeksi traktus
respiratorius bagian atas. Pneumonia ini terjadididaerah lobus paru. Gejala awal
hampir sama dengan pneumonia lain, hanya pada pemeriksaan fisik kelainan khas
tampak setelah 1-2 hari.

b) Pneumonia Lobularis (Bronchopneumoni)


Biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari.
Suhu tubuh 390-400 C dan kadang disertai kejang demam yang tinggi. Membuat
sangat gelisah, dyspnea, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping
hidung, sera sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.
Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari
mula-mula kering kemudian menjadi produktif.

c) Pneumonia Interstisial (Bronchiolus)


Pneumonia yang terjadi pada jaringan interstisial. Pada jaringan ini ditemukan
infiltrate sel radang, juga dapat ditemukan edema dan akumulasi mucus serta eksudat
karena adanya edema dan eksudat maka dapat terjadi obstruksi parsial atau total pada
bronchiolus.
E. PATOFISIOLOGI

Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia melalui
udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga
membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas,
anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar
masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang menimbulkan
manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanyapartial
oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru
menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan penurunan rasio ventilasi
perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi
hipoksemia.

Empat tahap respon yang khas pada pneumonia menurut pendapat Prince dan Wilson
(2005) meliputi :

a) Kongesti (4 sampai 12 jam pertama) Eksudat serosa masuk kedalam alveoli melalui
pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.
b) Hepatitis merah (48 jam berikutnya) Paru-paru tampak merah dan bergranula
(hepatisasi seperti hepar) karena sel-sel darah merah, fibrin dan leukosit
polimorfonuklear mengisi alveoli.
c) Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari) Paru-paru tampak kelabu karena leukosit dan
fibrin mengalami konsolidasi didalam alveoli yang terserang.
d) Resolusi (7 sampai 11 hari) Eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag
sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.

F. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Wong (2008) tanda dan gejala dari Pneumonia adalah :

1. Demam
Suhu mencapai 39,50-40,50C bila terjadi proses inflamasi.
2. Penyumbatan pada jalan nafas
3. Batuk dan nyeri pada dada
4. Perubahan sistem pernafasan
Sistem pernafasan yang mengalami infeksi untuk memaninfestasikan pernafasan yang
cepat dapat juga disertai dengan cairan (ninorea), kental bernanah, tergantung dari
tipe dan tempat inflamasi.
5. Bunyi nafas
Sesak, merintih, stridor, wheezing, crackles, tanpa bunyi.
6. Tenggorakan luka
Komplikasi dari inflamasi tingkat tinggi.
7. Anoreksia
Menyerang yang terinfeksi akut.
8. Muntah
Mudah muntah jika sakit, hal ini menunjukan ada serangan infeksibiasanya tidak lama
tetapi tetap terjadi selama sakit.
9. Diare
Biasanya ringan kemudian berat, sering menyertai infeksi pernafasan dan dapat
menyebabkan dehidrasi.
10. Nyeri perut
Spasme otot mungkin disebabkan karena faktor muntah, takut, gelisah dan
ketegangan.

Tanda dan gejala aspirasi benda asing kedalam saluran respratori yang timbul dapat
dibagi berdasarkan urutan dari perjalanan gejala. Berdasarkan perjalanan dan urutannya,
gejala yang timbul dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

1. Gejala awal
Gejala awal yang timbul berupa tersedak, serangan batuk keras dan tiba-tiba
sesak nafas, rasa tidak enak didada, mata berair, rasa perih ditenggorokan dan
dikerongkongan.
2. Periode laten atau tanpa gejala
Setelah gejala awal dilalui ikut periode bebas gejala yang disebut masa laten.
3. Gejala susulan atau lanjutan.
Gejala susulan tidak spesifik, sebagai perubahan fisiologi atau patologis yang
ditimbulkan benda asing.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Menurut Mutaqin (2008), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukanpada orang


dengan masalah pneumonia adalah:
1. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan hitung jenis
bergeser ke kiri.
b. Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan
keadaan hipoksemia (karena ventilation perfusion mismatch). Kadar PaCO2
dapat rendah, normal atau meningkat tergantung kelainannya. Dapat terjadi
asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal nafas.
c. Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat
membantu pada kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap penanganan
awal.
2. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,bronchial); dapat
juga menyatakan abses.
a. Pada foto dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh
lapangan paru. Luasnya kelainan pada gambaran radiologis biasanya
sebanding dengan derajat klinis penyakitnya, kecuali pada infeksi
mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih berat daripada keadaan
klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai :
1) Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobari
2) Penebalan pleura pada pleuritis
3) Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, efusi pleura,
pneumomediastinum, pneumotoraks, abses, pneumatokel
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
4. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosisorganisme khusus.
5. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luasberat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
6. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
7. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
8. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
H. KOMPLIKASI

Menurut Mutaqin (2008), komplikasi yang dapat terjadi pada anakdengan pneumonia
adalah:
1. Pleuritis
2. Atelektasis
3. Empiema
4. Abses paru
5. Edema pulmonary
6. Infeksi super pericarditis
7. Meningitis
8. Arthritis

I. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2008) antaralain:


1. Terapi
a. Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental danberlebihan.
b. Terapi dada Postural Drainage
Fisioterapi dada berperan dalam mempercepat resolusi pneumoneniapasti;
pasien harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafasdalam untuk
memaksimalkan kemampuan ventilator.
Merupakan metode untuk membersihkan paru-paru dengan mengubah posisi
klien dengan menggunakan gravitasi untuk membantu menguras lendir ke
bagian atas paru-paru agar bisa dikeluarkan lebih mudah. Clapping dan
Vibrase akan membantu melonggarkan lendir dan membuatnya menjadi
kendur. Gerakkan ini dapat membantu mukosa dari kantung udara ke saluran
napas atas sehingga bisa dikeluarkan dengan melalui cara dibatukkan melalui
batuk efektif atau disedot melalui metode suction.
c. Terapi Oksigen menggunakan Nasal Canul
Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg.Terapi ini digunakan untuk
mempertahankan saturasi oksigen pada pasien. Selain itu juga untuk
membantu pasien yang kesulitan bernapas dengan ditandai adanya pernapasan
menggunakan cuping hidung.
d. Hidrasi
Hidrasi: Pemantauan asupan dan keluaran; cairan tambahan
untukmempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi.Tingkat pernapasan
pada pasien pneumonia meningkat karena terjadinya peningkatan beban kerja
yang dipicu oleh pernapasan dan demam. Oleh karena itu, pasien dapat
dehidrasi sehingga dibutuhkan hidrasi cairan untuk memenuhi kebutuhan
cairan pasien.
e. Terapi Antibiotik
Obat-obatan ini digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
bakteri atau virus yang masuk ke saluran napas klien dan mencegah terjadinya
komplikasi. Terapi antibiotik ini harus sesuai dengan resep dokter.
2. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan jika masalah
sekunder seperti empiema terjadi

J. DISCHARGE PLANNING

Mengajarkan kepada orang tua tentang discharge planning yang penting untuk
membantu perawatan optimal setelah pulang dari rumah sakit.
1. Mencegah terjadinya hal yang sama dengan vaksinasi. Vaksin influenza
dianjurkan untuk anak usia 6 bulan dan lebih tua. Vaksin konjugasi pneumokokus
(PCV13) direkomendasikan untuk semua anak di bawah 59 bulan. Vaksin
polisakarida 23-valent (PPV23) direkomendasikan untuk anak-anak berusia 24
bulan atau lebih yang berisiko tinggi terkena penyakit pneumonia.
2. Memberi pengertian langsung kepada suami dan bapak mertua untuk tidak
merokok di ruangan yang sama dengan si bayi. Karena salah satu faktor penyebab
pneumonia adalah masuknya asap rokok secara langsung ke paru-paru.
3. Ajarkan pada orang tua tentang pemberian obat, seperti dosis, rute dan waktu yang
cocok. Jika dokter anak meresepkan antibiotik, berikan pada anak pada waktu
yang benar setiap hari dan untuk seluruh durasi yang sudah ditentukan. Jangan
menghentikan antibiotik setelah beberapa hari bahkan jika anak merasa lebih baik.
Antibiotik harus dihabiskan.
4. Berikan gizi seimbang dan cukup sesuai usia anak.
5. Menjaga anak tetap terhidrasi dengan baik untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
6. Ventilasi dan kelembaban udara harus terjaga dengan baik agar anak dapat
bernafas dengan lebih baik.
7. Tutup mulut saat batuk karena penyebaran pneumonia banyak berasal dari
percikan batuk atau bersin.
8. Jika anak memperlihatkan gejala kesulitan bernafas (kenaikan dada yang cepat,
perut bergerak masuk dan keluar dengan cepat, mengisap atau di bawah tulang
rusuk dengan pernapasan cuping hidung), segera bawa ke ruang gawat darurat
untuk dievaluasi kembali.

Menjelaskan peran perawat anak pada asuhan keperawatan pada kasus tersebut
terkait dengan pengobatan dan pendidikan kesehatan pada keluarga.
1. Edukator : memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga terutama pada ibu untuk
mengetahui lebih baik dalam mengenali gangguan pernafasan pada anak agar
penanganan dapat dilakukan lebih dini. Serta pada ayah dan ayah mertua untuk lebih
memperhatihan kondisi lingkungan jika saat ingin merokok untuk menghindari bayi
ikut terkena hirupan asap rokok.
2. Care giver : memperhatikan serta memberikan apa yang menjadi kebutuhan pasien,
memberikan pelayanan sederhana memperhatikan keadaan bayi dan hingga kompleks
penanganan lebih lanjut.
3. Kolaborator : melakukan kolaborasi terhadap tenaga kesehatan fisioterapis untuk
penanganan lebih lanjut pada anak.
4. Konselor : memberikan solusi pada pasien untuk mengahadapi kesulitan dalam
menangani keadaan situasi rumah yang ada perokok aktif serta untuk discharge
terhadap Ibu untuk memperhatiakan sirkulasi udara dirumah.
BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK N DENGAN PNEUMONIA


Nama Mahasiswa :
1. Chatarina sentosa jemali ( C1814201007)
2. Coleta Antonia Putri JK ( C1814201008)
Tanggal Pengkajian : 4 Maret 2014

A. PENGKAJIAN
I. Identitas
a. Identitas Klien
 Nama Klien : An. N
 Umur : 4 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Pendidikan :-
 Agama : Kristen protestan
 Suku : Maluku
 Bahasa sehari-hari : Ambon, Indonesia
 Gol. Darah :
 Alamat : Jl. Dr. Malaihollo, Benteng-Ambon
b. Identitas penanggung jawab
 Nama Klien : Ny.R
 Umur : 43 Tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pendidikan : sma
 Agama : Kristen protestan
 Suku : Maluku
 Hub dengan klien : Ibu klien
 Pekerjaan : IRT
 Alamat : Jl. Dr. Malaihollo, Benteng-Ambon
c. Tanggal Pengkajian : Rabu, 1 juli 2020
d. Diagnosa medis : Hipertermi dan sesak nafas
II. Riwayat kesehatan
1. Keluahan utama
Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami demam dan sesak nafas
2. Riwayat kesehatan saat ini
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sudah mengalami demam dan
sesak nafas sejak sehari yang lalu, namun belum sempat di bawah ke
rumah sakit di karenakan RSUD yang tutup akibat pandemi. Ibu pasien
juga mengatakan bahwa sesak nafas yaang dialami hanya terjadi pada
malam hari ketika pasien tidur

3. Riwayat kesehatan lalu


a. Penyakit yang pernah dialami
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien pernah menderita demam dan
sesak nafas yang sama pada umur 2 tahun
b. Riwayat kelahiran
An. N dilahirkan di Rumah Sakit swasta secara spontan. Dengan BB :
2,6 gr. TB: 45 cm
c. Riwayat Kecelakaan
An. N tidak pernah mengalami kecelakaan ringan ataupun berat
d. Faktor lingkungan:
Ibu pasien mengatakan perumahannya di dalam kompleks dan agak
jauh dari jalan raya
e. Riwayat imunisasi
Ibu pasien mengtakan An. N sudah jarang imunisasi sejak umur 2
tahun

4. Riwayat kesehatan keluarga


a. Kebiasaan hidup tidak sehat:
Ibu pasien mengatakan bapak pasien adalah seorang perokok berat
b. Penyakit menular:
Ibu pasien mengatakan bahwa tidak memiliki riwayat penyakit
menular di dalam keluarga
c. Penyakit menurun:
Ibu pasien mengatakan bahwa di dalam keluarga nya tidak ada riwayat
penyakit menular

5. Genogram

Keterangan:

: laki-laki : menikah

: perempuan : tinggal 1 rumah

: klien

6. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


a. Pertumbuhan
BB sebelum sakit : 10,8 kg
BB selama sakit : 10,6 kg
LILA :14 cm
b. Perkembangan
 Sensorik:
Anak bisa melihat, mendengar dan meraba dengan baik
 Motorik:
Anak dapat melakukan gerakan tubuh secara aktif

 Kognitif : tidak terkaji


 Komunikasi/berbahasa:
Anak dapat berbicara dengan lancar
 Emosi-sosial:
Anak aktif bersosialisasi dan sedikit cengeng
 Kemandirian:
Anak sudah bisa minum di gelas sendiri dan mandi sendiri

III. RIWAYAT POLA FUNGSIONAL


1. Pola managemen dan persepsi kesehatan
Ibu pasien mengatakan bahwa apabila ada keluarga yang sakit maka
keluarga akan langsung membawa ke pelayanan kesehatan di RS, namun
berhubungan dengan kondisi pandemi saat ini sehingga keluarga takut
untuk membawa pasien ke RS.
2. Pola nutrisi/metabolik
Sebelum sakit :
keluarga mengatakan anak makan 3 x sehari dengan porsi sayur, tempe,
tahu, telur dll dan tidak ada gangguan pada pola nutrisi/metabolik

Selama sakit:
Ibu pasien mengatakan pasien mengalami penurunan berat badan selama
sakit
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan tidak ada gangguan pada pola eliminasi urin pasien
dan pasien tidak memakai pempers

Selama sakit :
Pasien tidak menggunakan pempers, jika ingin BAK selalu
membangunkan ibunya
4. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidur 6-8 jam /hari dan tidak
mengalami gangguan tidur

Selama sakit :
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien selalu terbangun dan menangis pada
malam hari karena sesak nafas.

5. Pola aktivitas latihan


Sebelum sakit :
Keluarga mengatakan bahwa pasien selalu bermain dan aktif bersosialisasi
di dalam dan diluar rumah dengan teman sebayanya

Selama sakit:
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien hanya bermain di dalam rumah

6. Pola persepsi kognitif


Ibu pasien mengatakan kemampuan sensorik (panca indera) pasien
berfungsi dengan baik.

7. Pola hubungan peran


Keluarga selalu memperhatikan pasien di rumah dan saat pasien bermain
di luar rumah

8. Pola seksual-reproduksi

Klien masih balita, sehingga pola seksual belum berjalan sebagaimana


mestinya. Reproduksi juga belum berjalan sebagaimana mestinya.

9. Pola koping-toleransi stres


Anak tampak cemas, tidak rileks,
10. Pola nilai kepercayaan
Keluarga selalu mengajarkan anak nilai-nilai agama kristen protestan pada
anak, ibu selalu menganjurkan anak untuk selau berdoa.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : lemas
Tinggi badan : 76 cm
BB : 10,6
TTV:
Nadi : 107 x/menit
Suhu: 38,2o C
RR: 37 x/menit
2. Sistem neurobehavior
Pada anak :
a. Kesadaran : compos mentis
b. Pengkajian perkembangan anak :
Anak saat ini memenuhi perkembangan anak pre sekolah
c. Ada riwayat kejang atau tidak:
Keluarga mengatakan anak tidak pernah mengalami kejang
d. Fungsi saraf
 Olfaktorius : Normal
 Oftikus: Tidak terkaji
 Okulomotorius: anak bisa mengangkat kelopak mata, kontriksi
pupil baik
 Troklearis: anak bisa menggerakan mata kebawah dan keatas
 Trigeminus : reflek kornea dan mengedip baik
 Abdusen: gerakan mata baik
 Fasialis: anak dapat mengekspresikan wajah
 Koklearis: Tidak terkaji
 Glosofaringeus: Tidak terkaji
 Vagus: Tidak terkaji
 Asoserius: pergerakan kepala dan bahu lemah
 Hipoglosus : Tidak terkaji
e. Fungsi motorik
a. Sikap : , anak cemas, gelisah, tampak tidak rileks
b. Ukuran tubuh : bulat BB: 10,6 kg
c. Kemampuan berjalan : anak kurang beraktifitas karena badannya
terasa lemas
f. Pemeriksaan refleks
 Refleks tendon bisep : +2/+2
 Reflek tenson trisep : +2/+2
 Reflek tendon patela : +2/+2
 Reflek tendon archiles : +2/+2
 Reflek patologis : +2/+2
3. Sistem penginderaan
1. Pemeriksaan mata
 Pemeriksaan visus/ketajaman penglihatan : Tidak terkaji
 Lapang pandang : Tidak terkaji
 Gerakan mata : gerakan mata baik, dilihat saat dites dengan
pensil, gerakan mata keatas, kebawah, kesamping kiri kanan
baik.
 Pemeriksaan fisik mata: tidak ada edema, tidak ada hematom,
lesi, luka, masaa pada daerah mata
 Kelenjar lakrimal : konjungtiva tidak anemis
 Sklera ikterik
 Pupil: reaksi terhadap cahaya(miosis), simetris kanan dan kiri
2. Pemeriksaan hidung
 Infeksi hidung : simetris, bentuk bulat, tidak ada luka, tidak ada
masa, tidak ada pembesaran polip, lubang hidung kurang
bersih, tidak ada cairan yang keluar dari hidung
 Palpasi: tidak ada perubahan anatomis dari bentuk hidung,
tidak ada nyeri tekan

3. Pemeriksaan telinga
 Infeksi telinga luar: bentuk simetris kanan dan kiri, kurang
bersih
 Infeksi telinga dalam : kurang bersih, tidak ada lesi, massa,
tidak ada serumen
 Palpasi daun telinga : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
 Pemeriksaan rine: Tidak terkaji
4. Sistem pernafasan
 Pernafasan : frekuensi 37x/menit, reguler, pengembangan dada
sama kanan dan kiri
 Taktil premitus: paru kanan sama dengan paru kiri
 Perkusi sonor
 Auskultasi gurgling
5. Sistem kardiovaskuler
a. Denyut nadi / pulsasi
Radialis 107x/menit
6. Sistem pencernaan
Data obyektif
a. BB sekarang : 10,6 kg
b. TB: 76 cm
c. LILA: 14 cm
d. Mulut kurang bersih
e. Tidak terdapat karies gigi pada anak
f. Adanya sekret pada daerah mulut
g. Pemeriksaaan abdomen
Inspeksi : bentuk bulat, tidak ada luka
Auskultasi : bising usus 12x/ menit
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

7. Sistem perkemihan
TIDAK DI KAJI
8. Sistem reproduksi
Pada laki - laki
 Tidak ada kelainan pada penis
 Penis bersih
 Anak berumur 4 tahun dan belum mengalami pubertas
9. Sistem integumen
Tidak ada lesi atau luka atau massa
10. Sistem endokrin
a. Pertumbuhan dan perkembangan
BB sebelum sakit : 10,8 kg
BB selama sait :10,6 kg
LILA : 14 cm
b. Pekembangan
 Rentang gerak berkurang
 Komunikasi berkurang dikarenakan kondisi anak lemas
 Anak cemas, gelisah, tampak tidak rileks
c. Ekspresi wajah cemas
d. Leher simetris
e. Tidak ada hiperpigmentasi pada kulit
f. Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid
11. Sistem imun
a. Tidak ada riwayat alergi makanan atau obat
b. Tidak ada riwayat infeksi kronis
c. Imunisasi lengkap
12. Sistem hematologi
a. Tidak ada riwayat transfusi darah
b. Konjungtiva tidak anemis
c. Pucat pada kulit dan kuku

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d mukus berlebihan
2. Ketidakefektifan pola nafas b/d keletihan otot pernapasan
3. Hipertemi b/d penyakit
4. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA NOC NIC


O KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
jalan nafas b/d mukus tindakan 1. Monitor status
berlebihan keperawatan pernafasan
selama 3x24 jam 2. Posisikan pasien untuk
diharapkan memaksimalkan ventilasi
ketidakefektifan 3. Lakukan penyedotan
bersihan jalan melalui endotrakea atau
dapat teratasi nasotrakea, sebagaimana
dengan kriteria mestinya
hasil : 4. Gunakan teknik yang
Status menyenangkan untuk
pernafasan : memotivasi bernafas
kepatenan jalan dalam kepada anak-anak
nafas (misal; meniup
1. Frekuensi gelembung, meniup
pernafasan kincir, peluit, harmonica,
dipertahankan balon)
pada skala (2) 5. Kolaborasi pemberian
ditingkatkan ke bronkodilator dan
skala (4) antibiotik, sebagaimana
2. Irama mestinya dengan dokter
penafasan
dipertahankan
pada skala (2)
ditingkatkan ke
skala (4)
3. Kemampuan
untuk
mengeluarkan
secret
dipertahankan
pada skala (2)
ditingkatkan ke
skala (4)
4. Kedalaman
inspirasi
dipertahankan
pada skala (2)
ditingkatkan ke
skala (4)
2. Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan Monitor pernafasan
b/d keletihan otot pernapasan tindakan 1. Monitor kecepatan,
keperawatan irama, kedalaman dan
selama 3x24 jam kesulitan bernafas
diharapkan 2. Monitor pola nafas
ketidakefektifan (misalnya., bradipneu,
pola nafas dapat takipneu, hiperventilasi)
teratasi dengan 3. Catat pergerakan dada,
kriteria hasil : catat ketidaksimetrisan,
Status pernafasan penggunaan otot-otot
1. Frekuensi bantu nafas, dan retraksi
pernafasan pada otot supraclaviculas
dipertahankan dan interkosta
pada skala (2) 4. Auskultasi suara nafas,
ditingkatkan ke catat area dimana terjadi
skala (4) penurunan atau tidak
2. Suara adanya ventilasi dan
auskultasi nafas keberadaan suara nafas
dipertahankan tambahan
pada skala (2) 5. Ajarkan keluarga
ditingkatkan ke terkait dengan perawatan
skala (4) mulut
3. Kepatenan jalan 6. Kolaborasi pemberian
nafas bronkodilatorsebagaimana
dipertahankan mestinya dengan dokter
pada skala (2)
ditingkatkan ke
skala (4)

3. Hipertemi b/d penyakit Setelah dilakukan Perawatan demam


tindakan 1. Monitor wana kulit dan
keperawatan suhu
selama 3x24 jam 2. Pantau suhu tubuh dan
diharapkan TTV lainnya
hipertemidapat 3. Tutup pasien dengan
teratasi dengan selimut atau pakaian
kriteria hasil : ringan, tergantung fase
Termoregulasi demam (yaitu :
1. Tingkat memberikan selimut
pernafasan hangat untuk fase dingin;
dipertahankan menyediakan pakaianan
pada skala (2) atau linen tempat tidur
ditingkatkan ke ringan untuk demam)
skala (4) 4. Fasilitasi istirahat,
2. Merasa terapkan pembatasan
merinding saat aktivitas : jika diperlukan
dingin 5. Dorong konsumsi caian
dipertahankan 6. Ajarkan kepada pasien
pada skala (2) dan keluarga mengenai
ditingkatkan ke cara mencuci tangan
skala (4) 7. Kolaborasi dengan
3. Berkeringat dokter untuk pemberian
saat panas obat atau cairan IV
dipertahankan (misalnya., antipiretik,
pada skala (2) agen antibiotik) dan
ditingkatkan ke pemberian oksigen
skala (4)
4. Perubahan
warna kulit
dipertahankan
pada skala (2)
ditingkatkan ke
skala (4)
5. Dehidrasi
dipertahankan
pada skala (2)
ditingkatkan ke
skala (4)
4. Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan Manajemen Energi
ketidakseimbangan antara tindakan 1. Monitor intake/asupan
suplai dan kebutuhan oksigen keperawatan nutrisi untuk mengetahui
selama 3x24 jam sumber energy yang
diharapkan adekuat
intoleransi 2. Kaji status fisiologis
aktivitasdapat pasien yang menyebabkan
teratasi dengan kelelahan sesuai dengan
kriteria hasil : konteks usia dan
Energi psikomotor perkembangan
1. Menunjukkan 3. Ajarkan pasien
nafsu makan yang mengenai pengelolaan
normal kegiatan dan teknik
dipertahankan manajemen waktu untuk
pada skala (2) mencegah kelelahan
ditingkatkan ke 4. Ajarkan pasien atau
skala (4) keluarga untuk
2. Menunjukkan menghubungi tenaga
konsentrasi kesehatan jika tanda dan
dipertahankan gejala kelelahan tidak
pada skala (2) berkurang
ditingkatkan ke 5. konsulkan dengan ahli
skala (4) gizi mengenai cara
3. Menunjukkan meningkatkan asupan
tingkat energy energy dari makanan
yang stabil
dipertahankan
pada skala (2)
ditingkatkan ke
skala (4)
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang
disebabkan oleh bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing.
Insiden pneumonia berbeda untuk daerah yang satu dengan daerah yang lain. Dan
dipengaruhi oleh musim, insiden meningkat pada usia lebih 4tahun. Dan menurun
dengan meningkatnya umur. Faktor resiko yang meningkatkan insiden yaitu umur
2bulan, gisi kurang, BBLR, tidak mendapat hasil yang memadai, polusi udara,
kepadatan tempat tinggal, imunisasi kurang lengkap, membentuk anak dan defisiensi
vitamin A, dosis pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortabilitas dapat
diturunkan kurang dari 1% bila pasien disertai dengan mall nutrisi, energi, protein,
(MEP) dan terlambat berobat, kasus yang tidak diobati maka angka mortalitasnya
masih tinggi. Maka kita sebagai perawat yang profesional dalam melakukan proses
keperawatan harus memperhatikan hal-hal tersebut. Agar implementasi yang kita
berikan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan tepat pada sasaran.

B. SARAN
Diharapkan sebagai mahasiswa keperawatan mampu untuk menerapkan
asuhan keperawatan yang terbaik untuk pasiennya.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif .2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan, Salemba Medika, Jakarta.

Agil, Maulidia, Rizka., Kusumawardana, Iin., Soraya, D. (12AD).


Penatalaksanaan Pneumonia pada Bayi dan Anak. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/39862-ID-pneumonia-pada-anak-balita-
di-indonesia.pdf

Adawiyah Rosbiatul;Artha Budi Susila Duarsa. 2016. Factor Yang


Berpengaruh Terhadap Kejadian Pneumonia Pada Balita Dipuskesmas Susunan
Kota Bandar Lampung Tahun 2012. Jakarta.Jurnal Kedokteran Yarsi Vol 24 No 1

Anwar Athena; Ika Dharmayanti.2014.Pneumonia Pada Anak Balita Di


Indonesia.Jakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasioal Vol 8 No 8

Choyron Via Al Ghafii ;Bejo Raharjo; Kusuma Estu Werdani .2015.


Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Denga Kejadian Pneumonia Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pedan Klaten .Surakarta.Universitas Muhammadiyah
Surakarta

Nurul Indah Sari ;Ardianti.2017.Hubungan Umur Dan Jenis Kelamin


Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita Di
Puskesmas Tembilahan Hulu .Banjarmasin. An-Nadda Jurnal Kesehatan Masyarakat

Artawa;Putu Siadi Purniti; I G Lanang Sidiartha. 2016. Hubungan Antara


Status Nutrisi Dengan Derajat Keparahan Pneumonia Pada Pasien Anak Di RSUP
Sanglah.Denpasar.Sari Pediatric Vol 17,No 6

Machmud Rizanda.2009.Pengaruh Kemiskinan Keluarga Pada Kejadian


Pneumonia Balita Di Indonesia.Jakarta.Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasioal Vol
4,No 1

Mahalastri Ni Nyoman Dayu.2014.Hubungan Antara Pencemaran Udara


Dalam Ruangan Dengan Kejadian Pneumonia Balita. Surabaya. Jurnal Berkala
Epidemiologi Vol 2 No 3

Anda mungkin juga menyukai