ISPA
Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak I
Disusun oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta
salam kami curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing
kita dari zaman jahiliyah hingga saat ini.
Makalah yang berjudul Kasus Asuhan Keperawatan Anak dengan ISPA ini ditulis
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak I. Adapaun, penyusunan
makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam makalah ini. Kami pun berharap pembaca dapat memberikan kritik
dan sarannya kepada kami agar di kemudian hari kami bisa membuat yang lebih sepurna lagi.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang tidak bisa disebutkan
satu-persatu atas bantannya dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II : PEMBAHASAN
BAB III
A. KESIMPULAN
B. DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG
Menurut Riskedes (2013) penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih
menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting untuk diperhatikan, karena
merupakan penyakit akut yang dapat menyebabkan kematian pada balita di berbagai negara
berkembang termasuk Indonesia.
ISPA berlangsung sampai 14 hari yang dapat ditularkan melalui air ludah,darah,bersin
maupun udara pernafasan yang mengandung kuman. ISPA diawali dengan gejala seperti pilek
biasa, batuk, demam, bersin-bersin, sakit tenggorokan, sakit kepala, secret kental, nausea,
muntah dan anoreksia (Wijayaningsih,2013).
Jika telah terjadi infeksi maka anak mengalami kesulitan bernafas dan bila tidak segera
ditangani, penyakit ini bisa semakin parah menjadi pneumonia yang menyebabkan kematian (
IDAI,2015).
B RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana Anatomi fisiologi ISPA
b. Bagaimana Pengertian ISPA
c. Bagaimana Klasifikasi ISPA
d. Bagaimana Etiologi ISPA
e. Bagaimana Faktor risiko ISPA
f. Bagaimana Tanda dan gejala ISPA
g. Bagaimana Patofisiologi ISPA
h. Bagaimana Penatalaksanaan
i. Bagaimana Penatalaksanaan Penunjang
j. Bagaimana Komplikasi ISPA
k. Bagaimana Asuhan Keperawatan ISPA
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN
a. ANATOMI SISTEM PERNAFASAN
Saluran nafas adalah tabung atau pipa yang mengangkut udara antara atmosfer
dan kantong udara (alveolus). Saluran pernafasan terdiri dari (Sherwood, 2014):
1. Hidung (nasal)
Hidung adalah gerbang utama keluar masuknya udara setiap kali Anda
bernapas. Dinding dalam hidung ditumbuhi rambut-rambut halus yang
berfungsi menyaring kotoran dari udara yang Anda hirup.Selain dari hidung,
udara juga bisa masuk dan keluar dari mulut. Biasanya, bernapas lewat mulu
dilakukan ketika Anda membutuhkan udara yang lebih banyak (saat ngos-
ngosan karena berolahraga) atau saat hidung sedang mampet tersumbat karena
pilek dan flu.
2. Faring
4. Trakea
1. Paru-paru kiri terdiri atas dua lobus. Jantung berada dalam alur (takik
jantung) yang terletak di lobus bawah.
2. Paru-paru kanan memiliki tiga lobus. Itu sebabnya, paru-paru kanan
punya ukuran dan berat yang lebih besar dibandingkan dengan paru-
paru bagian kiri
a) Pleura
Pleura adalah membran (selaput) tipis berlapis ganda yang melapisi paru-paru.
Lapisan ini mengeluarkan cairan (pleural fluid) yang disebut dengan cairan
serous. Fungsinya untuk melumasi bagian dalam rongga paru agar tidak
mengiritasi paru saat mengembang dan berkontraksi saat bernapas.
b) Bronkus
Adalah cabang batang tenggorokan yang terletak setelah tenggorokan (trakea)
sebelum paru-paru. Bronkus merupakan saluran udara yang memastikan udara
masuk dengan baik dari trakeake alveolus. Selain sebagai jalur masuk dan
keluarnya udara, bronkus juga berfungsi mencegah infeksi.Hal ini dikarenakan
bronkus dilapisi oleh berbagai jenis sel, termasuk sel yang bersilia (berambut)
dan berlendir. Sel-sel inilah yang nantinya menjebak bakteri pembawa penyakit
untuk tidak masuk ke dalam paru-paru.
c) Bronkiolus
Bronkiolus adalah cabang terkecil dari bronkus yang tidak memiliki kelenjar
atau tulang rawan. Bronkiolus berfungsi menyalurkan udara dari bronkuske
alveoli. Selain itu bronkiolus juga berfungsi untuk mengontrol jumlah udara
yang masuk dan keluar saat proses bernapas berlangsung.
d) Alveolus
Bagian dari anatomi paru yang satu ini merupakan kelompok terkecil yang
disebut kantung alveolus di ujung bronkiolus. Setiap alveoli adalah rongga
berbentuk cekung yang dikelilingi oleh banyak kapiler kecil. Paru-paru
menghasilkan campuran lemak dan protein yang disebut dengan surfaktan
paru-paru. Campuran lemak dan protein ini melapisi permukaan alveoli dan
membuatnya lebih mudah untuk mengembang dan mengempis pada setiap
tarikan napas Bronkiolus berfungsi menyalurkan udara dari bronkuske alveoli.
Selain itu bronkiolus juga berfungsi untuk mengontrol jumlah udara yang
masuk dan keluar saat proses bernapas berlangsung.Setelah itu, karbondioksida
yang merupakan produk limbah dari sel-sel tubuh mengalir dari darah ke
alveoli untuk diembuskan keluar.
B. PENGERTIAN ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit akut yang menyerang satu
atau lenih dari saluran pernafasan, mulai dari saluran pernafasan atas (hidung) sampai saluran
pernafasan bawah (alveoli) beserta jaringan adneksa lainnya seperti sinus- sinus, rongga
telinga tengah dan pleura. ISPA yang mengenai jaringan paru-paru akan mengakibatkan ISPA
berat dan dapat menjadi pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit yang banyak diderita
balita sehingga dapat mengakibatkan kematian sekitar 80-90%. Penyakit saluran pernafasan
pada masa balita dan anak-anak dapat member kecacatan sampai pada masa dewasa
ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD).
Menurut Tandi (2018), ISPA dapat disebabkan oleh berbagai macam organism, namun
yang terbanyak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus merupakan
penyebab terbanyak infeksi saluran nafas akut (ISPA) seperti rhinitis, sinusitis, tonsillitis,
laryngitis. Hampir 90% dari infeksi tersebut disebabkan oleh virus dan hanya sebagian
disebabkan oleh bakteri.
C. KLASIFIKASI ISPA
ISPA pada dasarnya dibagi menjadi 2 golongan klasifikasi penyakit ISPA yaitu
pneumonia dan bukan pneumonia. Lalu pneumonia dibagi lagi menjadi pneumonia berat dan
pneumonia tidak berat.
D. ETIOLOGI ISPA
Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus, dan
riketsia. ISPA bagian atas disebabkan oleh virus, sedanglan ISPA bagian bawah dapat
disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga
menimbulkan bebrapa masalah dalam penanganannya. (Peduli kasih, 2013).
Etilogi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA
antara lain Genus streptokokus, Pneumokokus, Hemofilus, Borswtwlla dan Corynbacetrium.
Sedangkan virud penyebab ISPA antara lain golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus,
Mikoplasma, Herpesvirus dll.(Didlin,2016).
Tanda atau gejala umum yang biasa ditemukan pada anak ISPA antara lain batuk, pilek,
demam, sesak napas dan sakit tenggorokan dan ada tidaknya retraksi dinding dada.
a. Gejala dari ISPA ringan : seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan salah satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1. Batuk.
2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal
pada waktu berbicara atau menangis).
3. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37℃ atau jika dahi anak diraba.
c. Gejala dari ISPA berat :Seorang anak dinyatakan ISPA berat jika dijumpai
gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai
berikut:
Iritasi kulit pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Seliff).
Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernapasan menyebabkan kenaikan aktivitas
kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran pernapasan sehingga terjadi
pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan tersebut menimbulkan
gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang sangat menonjol adalah batuk.
Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi oleh
bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme
pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga hidung, refleksi batuk,
refleksi epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya daya tahan
tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut
akibatnya terjadi invasi di daerah-daerah saluran pernafasan atas maupun bawah.
H. PATHWAY
Multi faktor
(Bakteri, virus, mikroplasma,dll)
↓
Respon pada dinding bronkus ← Peradangan pada saluran pernapasan→ inflamasi saluran
↓ (faring/laring dan tonsil) bronkus
Bronkus menyempit ↓ ↓
↓ kuman melepaskan endotoksin peningkatan sekret
Bronkospasme ↓ ↓
↓ merangsang tubuh mengeluarkan obstruksi jalan
Pola nafas tidak efektif zat pirogen oleh leukosit napas
↓ ↓
Suhu tubuh meningkat Bersihan jalan
nafas
↓ tidak efektif
Hipertermi
I. PENATALAKSANAAN
1. PENCEGAHAN
ISPA dapat dicegah dengan berbagai cara yaitu: rajin mencuci tangan, membersihkan
permukaan umum (meja, mainan anak, gagangan pintu, dan fasilitas kamar mandi
dengan desinfektan anti-bakteri), hindarkan anak berkontak langsung dengan orang yang
terinfeksi flu atau pilek, serta jagalah kebersihan diri dan lingkungan (wulandari dan
meira,2016).
Dalam Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2017), pencegahan ISPA dapat
dilakukan dengan perlindungan balita melalui penyediaan lingkungan sehat (pemberian
ASI eksklusif, gizi seimbang, pencegahan Bb lahir rendah, pengurangan polusi udara,
dan perilaku cuci tangan pakai sabun),serta pemberian vaksinasi baik berupa batuk rejan,
campak, dan Hib.
2. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pemberian obat medis untuk penyakit ISPA diberikan berdasarkan simtomatik (sesuai
dengan gejala yang muncul), sebab antibiotic tidak efektif untuk infeksi virus. Antibiotic
efektif untuk mengobati infeksi bakteri, membunuh mikroorganismeatau menghentikan
reproduksi bakteri juga membantu system pertahanan alami tubuh untuk mengeliminasi
bakteri tersebut (Fernandez,2013) Penatalaksanaan medis lain yaitu obat kusia
(menurunkan nyeri tenggorokan), antihistamin (menurunkan rinorhe), vitamin C , dan
vaksinasi (wulandari dan meira, 2016).
3. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan diantaranya adalah :
CT Scan, pemeriksaan ini untuk melihat penebalan dinding nasal, penebalan konka,
dan penebalan mokusa yang menunjukan ISPA.
Pemeriksaan darah di laboratorium.
Pemeriksaan sputum, pemeriksaan ini untuk mengetahui organisme penyebab
penyakit.
K. KOMPLIKASI
2. RINOSINUNITIS
Rinosinusitis (RS) adalah suatu kondisi peradangan yang melibatkan hidung dan
sinus paranasal. Secara klinis RS adalah keadaan yang terjadi sebagai tanda dan gejala
adanya peradangan yang mengenai mukosa rongga hidung dan sinus paranasal dengan
terjadinya pembentukan cairan atau adanya kerusakan pada lubang dibawahnya.
3. PNEUMONIA
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai sesak napas atau napas cepat. Penyakit
ini mempunyai tingkat kematian yang tinggi. Secara klinis pada anak yang lebih tua
selalu disertai batuk dan napas cepat dan tarikan dinding kedalam. Namun bayi seringkali
tidak disertai batuk.
4. EPISTAKSIS
Epiktasis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung
atau nasofaring dan mencemaskan penderita serta para klinisi. Epiktasis bukan suatu
penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan yang mana hampir 90% dapat berhenti
sendiri.
5. KONJUNGTIVITIS
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah
penyakit mata yang paling umum didunia. Konjungtiva terpajan oleh banyak
mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu. Penyakit ini
bervariasi mulai dari hipermia ringan dengan mata berair sampai konjungtivis berat
dengan banyak secret purulen kental.
6. FARINGITIS
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, alergi, trauma, toksin, dan lain-lain. Virus dan bakteri melakukan invasi ke
faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Penyakit ini banyak menyerang anak usia
sekolah, orang dewasa dan jarang pada anak usia kurang dari 3 tahun. Penularan infeksi
melalui sekret hidung dan ludah (wulandari & meira, 2016).
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian dilakukan dengan
cara berurutan, perawat harus mengetahui data aktual apa yang diperoleh, faktor resiko
yang penting, keadaan yang potensial mengancam pasien dan lain-lain (Nursalam, 2015).
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data
dasar pasien. Pengkajian dilakukan saat pasien masuk instansi pelayanan kesehatan. Data
yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan tahap selanjutnya dalam proses
keperawatan.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d deformitas dinding dada.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan.
3. Hipertermi b/d proses penyakit.
c. Intervensi Keperawatan
- Pertahankan kepatenan
Jalan napas
- Posisikan semi fowler atau fowler
- berikan minum hangat
- lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Edukasi :
- ajarkan tehnik batuk efektif
- anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak terjadi kontraindikasi
Kolaborasi :
Pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
2. Bersihan jalan nafas Tujuan : Melatih pasien untukmembersihkan
tidak efektif b/d Setelah dilakukan tindakn laring,trakea,dan bronkiolus dari secret
sekresi yang tertahan keperawatan 3×24jam atau benda asing dijalan napas
diharapkan pola nafas
kembali efektif. Observasi :
Edukasi :
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
3. Hipertermi b/d Tujuan : Mengelola peningkatan suhu tubuh
proses penyakit. Setelah dilakukan tindakn
keperawatan 3×24jam Observasi :
diharapkan suhu tubuh berada - monitor suhu tubuh
direntang normal - monitor kadar elektrolit
Edukasi :
- anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
Pemberian cairan dan elektrolit
intravena,jika perlu
BAB III
KESIMPULAN
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit akut yang menyerang satu
atau lenih dari saluran pernafasan, mulai dari saluran pernafasan atas (hidung) sampai saluran
pernafasan bawah (alveoli) beserta jaringan adneksa lainnya seperti sinus- sinus, rongga
telinga tengah dan pleura. ISPA yang mengenai jaringan paru-paru akan mengakibatkan ISPA
berat dan dapat menjadi pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit yang banyak diderita
balita sehingga dapat mengakibatkan kematian sekitar 80-90%. Penyakit saluran pernafasan
pada masa balita dan anak-anak dapat member kecacatan sampai pada masa dewasa
ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD).
Menurut Tandi (2018), ISPA dapat disebabkan oleh berbagai macam organism, namun
yang terbanyak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus merupakan
penyebab terbanyak infeksi saluran nafas akut (ISPA) seperti rhinitis, sinusitis, tonsillitis,
laryngitis. Hampir 90% dari infeksi tersebut disebabkan oleh virus dan hanya sebagian
disebabkan oleh bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Syamsi, N., 2018. Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetauhan Ibu Balita Tentang Kejadian
Ispa Pada Balita Diwilayah Kerja Pukesmas Bontosikuyu Kabupaten Kepulauan Selayar. Jurnal
ilmiah kesehatan sandi husada,7(1),pp. 167-175.