PNEUMONIA
DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH:
Kelompok 1
3. Munawwaroh (33412101053)
JURUSAN KESEHATAN
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur pemakalah panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah Asuhan
keperawatan Pneumonia. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas keperawatan Anak di Politeknik Negeri Madura. Disusunnya makalah
ini tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak dan sumber.
Pemakalah menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran iyang
bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Pemakalah berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi pemakalah khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB II PEMBAHASAN 4
1.1 Definisi 4
1.2 Anatomi Fisiologi 4
1.3 Etiologi 12
1.4 Tanda dan Gejala 12
1.5 Patofisiologi 13
1.6 Pathway 14
1.7 Manifestasi Klinis 15
1.8 Penatalaksanaan 15
1.9 Komplikasi 16
1.10 Pemeriksaan penunjang 16
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 19
3
BAB I
PEMBAHASAN
1.1 Definisi
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan parenkim
paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat. Pnemunonia dibedakan menjadi dua yaitu pneumonia kominiti dan
pneumonia nosokomial. Pneumonia komunitas adalah pneumonia yang terjadi
akibat infeksi di luar rumah sakit, sedangkan pneumonia nosokomial adalah
pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit.
Sistem Pernafasan
Dengan bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan
pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa
dengan karbon dan hidrogen dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan
sendiri proses metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil buangan
dalam bentuk karbondioksida dan air dihilangkan.
4
Pernapasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam
jaringan atau "pernapasan dalam" dan di dalam paru-paru atau "pernapasan luar"
Udara di tarik ke dalam paru-paru pada waktu menarik napas dan di dorong
keluar paru-paru pada waktu mengeluarkan napas (Pierce, 2009).
1. Anatomi
Struktur tubuh yang berperan dalam sistem pernafasan:
a Saluran pernafasan bagian atas, antara lain:
1) Hidung (Naso/Nasal)
2) Faring (Tekak)
3) Laring (Pangkal Tenggorokan)
b Saluran pernafasan bagian bawah, antara lain:
1) Trakea (Batang Tenggorokan)
2) Bronkus (Cabang Tenggorokan)
3) Paru-paru
c Struktur Pernafasan
1) Hidung (Naso/Nasal)
Hidung merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai 2 lubang (kavum nasi) dipisahkan oleh sekat
hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang
berguna menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang
masuk ke dalam lubang hidung.
Bagian-bagian hidung terdiri atas:
a) Bagian luar dinding terdiri dari kulit
b) Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan
c) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat
dinamakan karang hidung (konka nasalis) yang berjumlah
3 buah konka nasalis inferior (karang hidung bagian
bawah). konka nasalis media (karang hidung bagian
tengah), konka nasalis superior (karang hidung bagian
bawah)
5
Konka-konka ini terdiri dari tiga buah lekukan yaitu
superior, meatus medialis dan meatus inferior. Meatus-
meatus yang dilewati oleh udara pernafasan, sebelah
dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak
yang disebut koana. Dasar dari rongga hidung dibentuk
oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung
berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus-
sinus paranasalis yaitu sinus maksilons (pada rongga
rahang atas) sinus frontalis (pada rongga tulang dahi)
sinus svenaidalis pada rongga tulang baji) dan sinus
etmoidalis (pada rongga tepi).
6
d) Pembuluh kuman-kuman yang masuk bersama-sama
udara pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam
selaput lender (mukosa) atau hidung
2) Faring (Tekak)
7
3) Laring
8
Suara dihasilkan karena getaran pita yang disebabkan
udara yang melalui glotis. Berbagai otot yang terkait pada
laring mengendalikan suara, dan juga menutup lubang
atas laring sewaktu menelan (Pearce, 2009).
9
5) Bronkus (cabang teggorokan)
6) Paru-paru
10
7) Pembuluh Darah Dalam paru-paru
11
kava superior. Maka dengan demikian paru-paru
mempunyai persediaan darah ganda (Pearce. 2009).
1.3 Etilogi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri,
virus, jamur, dan protozoa. Pneumoni komunitas yang diderita oleh masyarakat luar
negeri banyak disebabkan gram positif, sedangkan pneumonia rumah sakit banyak
disebabkan gram negatif. Dari laporan beberapa kota di Indonesia ditemukan dari
pemeriksaan dahak penderita komunitas adalah bakteri gram negatif. Penyebab
paling sering pneumonia yang didapat dari masyarakat dan nosokomial: a. Yang
didapat di masyarakat: Streeptococcus pneumonia, Mycoplasma pneumonia,
Hemophilus influenza, Legionella pneumophila, chlamydia pneumonia, anaerob
oral, adenovirus, influenza tipe A dan B. b. Yang didapat di rumah sakit: basil usus
gram negative (E. coli, Klebsiella pneumonia), Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus, anaerob oral.
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan
hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat,
9 mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan
perawatan di RS. Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada
berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut : (Said M, 2015)
a Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
nafsu makan keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare,
kadangkadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner. (Said M, 2015)
b Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipnea,
nafas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis. (Said M, 2015).
12
1.5 Patofisiologi
13
1.6 Pathway
Etiologi: virus bakteri mikroba
Masuk nasofaring
Proses peradangan
14
1.7 Manifestasi Klinis
Gejala khas dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik
non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau
bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah
pasien lebih suka berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah
saat pernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup
sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara
pernafasan bronkial, pleural friction rub.
1.8 Penatalaksanaan
Pengobatan di berikan berdasarkan etiologi dan resistensi, akan tetapi karena hal itu
perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya diberikan menurut
(Riyadi 2009),:
15
e Jika sekresi lendir berlebihan dapat memberikan inhalasi dengan saling
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti
pemberian terapi nebulizer dengan flexsoid dengan ventolin. Selain
bertujuan mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan
lebar lumen bronkus.
1.9 Komplikasi
a Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan bakteriemi.
b Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal jantung, emboli
paru dan infark miokard akut.
c ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrom)
d Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosocomial
e Sepsis
f Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan
g Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis)
h Abses paru
i Efusi pleura
16
2 Kultur sputum adalah pemeriksaan dahak untuk mengetahui bakteri apa
yang terdapat pada dahak (Faucu AS, 2009).
3 Pemeriksaan analisis darah GDA (Gas darah arteri) atau BGA (Blood
Gas Analisa) memungkinkan untuk pengukuran pH darah (dan juga
keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar
bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa.
Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan
sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat
yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat
menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan,
tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian
analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus
menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-
data laboratorium lainnya. (Faucu AS, 2009)
17
4 Hematologi ; sel darah putih (SDP) untuk pneumonia bakterialis dan
ablutinin dingin dan fiksasi komplemen untuk pemeriksaan virus (Faucu
AS, 2009)
5 Torasentesis untuk mendapat spesimen cairan pleuran bila terdapat efusi
pleural dan tindakkan mengaspirasi caira pleura atau udara untuk
menghilangkan tekanan dan nyeri pada paru paru (Faucu AS, 2009)
18
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
b Ruang
c No register
Diisi dengan nomor pendaftaran pasien sesuai dengan rekam medis dari
rumah sakit atau puskesmas.
d Dx medis
Diisi dengan diagnosa medis yang ditegakkan oleh tim medis seperti
pneumonia
f Identitas klien
Diisi dengan data nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
bahasa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat dan data
suami/istri/orang tua serta penanggung jawab klien.
g Keluhan utama
19
i Riwayat penyakit dahulu
3) Pola elimenasi
Penurunan daya konstraksi kandung kemih menyebabkan rasa nyeri
atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan mempengaruhi
pola eliminasi urine.
20
Diisi dengan ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan
serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu,
orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
l Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan
Diisi dengan keadaan umum klien seperti kesadaran, berat badan,
tanda-tanda vital, suhu tubuh, nadi, frekuensi pernafasan, dan
tekanan darah
2) Analisis
Diisi dengan data keseimbangan nutrisi yang diperoleh dari jumlah
nutrisi yang masuk terhadap kebutuhan nutrisi per hari.
21
3) Abdomen
Bisanya pada penderita terdapat nyeri pada dada
4) Sistem integumen
Bisanya pada penderit terdapat oedema, turgor kulit menurun,
sianosis, pucat
m Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya peningkatan
leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pemeriksaan
urine untuk mengetahui apakah ditemukan sejumlah kecil leukosit
dan eritrosit pada urine.
2) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) adalah diagnostik untuk
apendistis akut dan pengambilan foto polos abdomen untuk dapat
memperlihatkan distensi sekum, kelainan non spesifik seperti
fekalit atau untuk mengetahui adanya komplikasi pasca
pembedahan.
n Terapi
1. Penicilin G
2. Amantadine
3. Eritromicin
4. Tirah baring
5. Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia
22
2.2 Diagnosa Keperawatan
1 Bersihan jalan napas tidak efektif b/d spasme jalan napas d/d pasien
mengeluh sesak napas, batuk dengan sputum yang berlebih, frekuensi
napas tidak normal, dan tanpak gelisah
2 Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran alveolus-kapiler d/d
pasien mengaluh sesak napas dangkal disertai cuping hidung, dan tanpak
gelisah
3 Hipetermia b/d proses penyakit d/d suhu tubuh diatas nilai normal
Observasi
Terapeutik
23
f. Buang sekret pada tempat sputum
Rasional : agar bersih
Edukasi
Kalaborasi
Kriteria Hasil :
Intervensi :
24
Pemantauan respirasi
Observasi
Terapeutik
25
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan sesak nafas menurun
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Manajemen hipertermi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kalaborasi
26
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997,
dalam Haryanto, 2007). Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
DAFTAR PUSTAKA
27
Dahlan Z. 2009. Pneumonia, dalam Sudoyo AW, dkk (editor). Buku Ajar Ilmu
Penyakit
Dalam Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Universitas Indonesia
Wilson LM. Penyakit p11:05 PMernapasan restriktif dalam Price SA, Wilson LM.
2012. Patofisiologi:
konsep klinis prosses-proses penyakit E/6 Vol.2. Jakarta:EGC. Hal:796-815
28