Dosen Pengampu:
Ns. Diah Tika Anggraeni, S,Kep,. M.
Disusun Oleh:
1. Adinda Ara Difa (1910701024)
2. Nabila Damayanti (1910701025)
3. Amelia Kavita Febriani (1910701026)
4. Zahaira Permata Dewi (1910701027)
A. KONSEP DASAR
1. Anatomi Fisiologi
a) Anatomi
a. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang
pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat
hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna
untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang
hidung.
b. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di
belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana,
ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini
bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang
laring dan ke belakang lubang esofagus).
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan
bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring
sampai ketinggian vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di
bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang
tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang- 9
1
tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan
menutupi laring.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring
yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang
rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam
diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,
hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di
belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea,
ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V,
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set
yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah
tampuk paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari
pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus
kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12
cincin mempunyai 2 cabang.Bronkus bercabang-cabang, cabang yang
lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat
cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau
gelembung hawa atau alveoli.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini
terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran
udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
2
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah
(paru-paru kiri dan kanan) Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan,
terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus
media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru
kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-
tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen.
b) Fisiologi
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi ketika
konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat
pernapasan terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam
pernapasan, sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2
lebih banyak. Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandunng
oksigen dari seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan, mengambil
karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi
pernapasan eksterna. 16 b. Pernapasan sel Transpor gas paru-paru dan
jaringan Selisih tekanan parsial antara O2 dan CO2 menekankan bahwa
kunci dari pergerakangas O2 mengalir dari alveoli masuk ke dalam
jaringan melalui darah, sedangkan CO2 mengalir dari jaringan ke
alveoli melalui pembuluh darah.Akan tetapi jumlah kedua gas yang
ditranspor ke jaringan dan dari jaringan secara keseluruhan tidak cukup
bila O2 tidak larut dalam darah dan bergabung dengan protein
membawa O2 (hemoglobin). Demikian juga CO2 yang larut masuk ke
dalam serangkaian reaksi kimia reversibel (rangkaian perubahan udara)
yang mengubah menjadi senyawa lain. Adanya hemoglobin menaikkan
kapasitas pengangkutan O2 dalam darah sampai 70 kali dan reaksi CO2
menaikkan kadar CO2 dalam darah mnjadi 17 kali. Pengangkutan
3
oksigen ke jaringan Sistem pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri dari
paru-paru dan sistem kardiovaskuler. Oksigen masuk ke jaringan
bergantung pada jumlahnya yang masuk ke dalam paru-paru, pertukaran
gas yang cukup pada paru-paru, aliran darah ke jaringan dan kapasitas
pengangkutan O2 dalam darah.Aliran darah bergantung pada derajat
konsentrasi dalam jaringan dan curah jantung. Jumlah O2 dalam darah
ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, hemoglobin, dan afinitas (daya
tarik) hemoglobi.
2. Pengertian
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan parenkim
paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat.
Pnemunonia dibedakan menjadi dua yaitu pneumonia kominiti dan
pneumonia nosokomial. Pneumonia komunitas adalah pneumonia yang
terjadi akibat infeksi di luar rumah sakit, sedangkan pneumonia nosokomial
adalah pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam atau lebih setelah dirawat
di rumah sakit.
Pneumonia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, klasifikasi paling
sering ialah menggunakan klasifikasi berdasarkan tempat didapatkannya
pneumonia (pneumonia komunitas dan pneumonia nosokomial), tetapi
pneumonia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan area paru yang terinfeksi
(lobar pneumonia, multilobar pneumonia, bronchial pneumonia, dan
(intertisial pneumonia) atau agen kausatif. Pneumonia juga sering
diklasifikasikan berdasarkan kondisi yang mendasari pasien, seperti
pneumonia rekurens (pneumonia yang terjadi berulang kali, berdasarkan
4
penyakit paru kronik), pneumonia aspirasi (alkoholik, usia tua), dan
pneumonia pada gangguan imun (pneumonia pada pasien tranplantasi organ,
onkologi, dan AIDS).
3. Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri,
virus, jamur, dan protozoa. Pneumoni komunitas yang diderita oleh
masyarakat luar negeri banyak disebabkan gram positif, sedangkan
pneumonia rumah sakit banyak disebabkan gram negatif. Dari laporan
beberapa kota di Indonesia ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita
komunitas adalah bakteri gram negatif. Penyebab paling sering pneumonia
yang didapat dari masyarakat dan nosokomial:
a. Yang didapat di masyarakat: Streeptococcus pneumonia, Mycoplasma
pneumonia, Hemophilus influenza, Legionella pneumophila, chlamydia
pneumonia, anaerob oral, adenovirus, influenza tipe A dan B.10
b. Yang didapat di rumah sakit: basil usus gram negative (E. coli, Klebsiella
pneumonia), Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, anaerob oral.
4. Patofisiologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bias menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang
dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun
kekebalan tubuhnya, adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri
pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokkan yang sehat. Pada
saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan
malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru. Kerusakan jaringan paru banyak disebabkan oleh reaksi
imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin
yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara
5
langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis
menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok. Jika
terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru, ataupun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru (tiga di paru kanan, dan dua di
paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredarah darah. Pneumonia adalah
bagian dari penyakit infeksi pneumokukus invasive yang merupakan
sekelompok penyakit karena bakteri strepcococcus pneumoniae. Kuman
pneumokokus dapat menyerang paru selaput otak, atau masuk ke pembuluh
darah hingga mampu menginfiltrasi organ lainnya. Infeksi pneumokokus
invasi bias berdampak pada kecacatan permanen berupa ketulian, gangguan
mental, kemunduran intelegensi, kelumpuhan, dan gangguan saraf, hingga
kematian
6
Pathway
5. Manifestasi Klinik
Gejala khas dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk
(baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir,
purulan, atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala
umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada yang sakit dengan
7
lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau
penarikan dinding dada bagian bawah saat bernafas, takipneu, kenaikan atau
penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan
konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan bronkial,
pleural friction rub.
6. Komplikasi
Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa menimbulkan
komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok pasien risiko
tinggi, mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti bakteremia (sepsis),
abses paru, efusi pleura, dan kesulitan bernapas. Bakteremia dapat terjadi
pada pasien jika bakteri yang menginfeksi paru masuk ke dalam aliran darah
dan menyebarkan infeksi ke organ lain, yang berpotensi menyebabkan
kegagalan organ. Pada 10% pneumonia pneumokokkus dengan bakteremia
dijumpai terdapat komplikasi ektrapulmoner berupa meningitis, arthritis,
endokarditis, perikarditis, peritonitis, dan empiema.3,15. Pneumonia juga
dapat menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura atau biasa disebut
dengan efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia umumnya bersifat
eksudatif. Pada klinis sekitar 5% kasus efusi pleura yang disebabkan oleh
P.pneumoniae dengan jumlah cairan yang sedikit dan sifatnya sesaat (efusi
parapneumonik). Efusi pleura eksudatif yang mengandung mikroorganisme
dalam jumlah banyak beserta dengan nanah disebut empiema. Jika sudah
terjadi empiema maka cairan perlu di drainage menggunakan chest tube atau
dengan pembedahan.
7. Penatalaksanaan Medis
Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah memberikan
antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi pneumonia. Pemberian
8
antibitotik bertujuan untuk memberikan terapi kausal terhadap kuman
penyebab infeksi, akan tetapi sebelum antibiotika definitif diberikan
antibiotik empiris dan terapi suportif perlu diberikan untuk menjaga kondisi
pasien.
Terapi antibiotika empiris menggambarkan tebakan terbaik berdasarkan
pada klasifikasi pneumonia dan kemungkinan organisme, karena hasil
mikrobiologis umumnya tidak tersedia selama 12-72 jam. Maka dari itu
membedakan jenis pneumonia (CAP atau HAP) dan tingkat keparahan
berdasarkan kondisi klinis pasien dan faktor predisposisi sangatlah penting,
karena akan menentukan pilihan antibiotika empirik yang akan diberikan
kepada pasien.
Tindakan suportif meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO2 > 8 kPa
(SaO2 > 92%) dan resusitasi cairan intravena untuk memastikan stabilitas
hemodinamik. Bantuan ventilasi: ventilasi non invasif (misalnya tekanan
jalan napas positif kontinu (continous positive airway pressure), atau
ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada gagal napas. Bila demam atau
nyeri pleuritik dapat diberikan antipiretik analgesik serta dapat diberikan
mukolitik atau ekspektoran untuk mengurangi dahak.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,
diagnosa medis, nomor registrasi.
b. Keluhan utama Biasanya pasien Pneumonia mengeluh sesak nafas,
pusing, lemah, tidak nafsu makan
9
c. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya pasien pneumonia mengeluhkan
sesak nafas, pusing, lemah dan tidak nafsu makan
d. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya ada riwayat hipertensi 5 tahun yang
lalu
e. Riwayat kesehatan keluarga Biasanya ditemukan ada anggota keluarga
yang mempunyai riwayat hipertensi dengan tekanan darah 150/97
mmHg.
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
keluarga sering mengganggap seperti batuk biasa, dan
menggangap benar benar sakit apabila sudah mengalami sesak
nafas
2) Pola nutrisi dan metabolisme
sering muncul anoreksia (akibat respon sistematik melalui control
syaraf pusat), mual muntah karena terjadi peningkatan rangsangan
gaster dari dampak peningkatan toksik mikroorganisme
3) Pola eliminasi
Pada pola eliminasi penderita mengalami penurunan produksi urin
akibat perpindahan cairan karena demam
4) Pola tidur dan istirahat
Data yang muncul adalah pasien kesulitan tidur karena sesak napas.
Penampilan lemah, sering menguap, dan tidak bisa tidur di malam
hari karena tidak kenyamanan tersebut.
5) Pola aktifitas dan latihan
Aktivitas menurun dan terjadi kelemahan fisik.
6) Pola kognitif presepsi
10
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan
biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigenasi
pada otak.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Dampak gambaran keluarga terhadap pasien, karena pasien diam.
8) Pola peran hubungan
Pasien terlihat malas jika diajak bicara dengan keluarga, pasien
lebih banyak diam.
11
dan dangkal. Napas cuping hidung dan sesak berat. Batuk produktif
disertai dengan peningkatan produksi sekret yang berlebih.
Perkusi: klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi,
didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi: didapatkan bunyi napas melemah dan adanya suara
napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit.
Peting bagi perawat untukmendokumentasi hasil auskultasi di
daerah mana didapatkan adanya ronkhi.
3. Sistem neurologi: klien dengan pneumonia yang berat sering
terjadi penurunan kesadaran, Pada pengkajian objektif wajah klien
tampak meringis, menangis, merintih (Muttaqin, 2008).
12
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah fase dalam proses keperawatan yang melibatkan
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang mengacu dari hasil
pengkajian dan diagnosis keperawatan (Berman, Snyder dan Frandsen, 2016
dalam Deborah Siregar, dkk. 2021).
Perencanaan keperawatan juga diartikan sebagai suatu rangkaian
kegiatan dalam menentukan langkah-langkah pemecahan masalah serta
perumusan tujuan berdasarkan diagnosis keperawatan yang ditegakkan
(Dinarti dan Mulyati, 2017 dalam Deborah Siregar, dkk. 2021).
Juga meliputi perancangan intervensi keperawatan yang diperlukan
untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan masalah kesehatan
pasien (Berman, Snyder dan Frandsen, 2016 dalam Deborah Siregar, dkk.
2021).
Intervensi keperawatan pada pasien pneumonia berdasarkan dari NIC
NOC. 201 adalah :
13
3. Pasien dapat 5. Berikan air hangat
melakukan batuk sesai toleransi
efektif untuk jantung
mengeluarkan sekret
14
hasil dan factor presipitasi
1. Mampu mengontrol
2. Observasi reaksi
nyeri (penyebab,
nonverbal dari
menggunakan Teknik
ketidaknyamanan
nonformakologi
untuk mengurangi 3. Gunakan Teknik
nyeri ) komunikasi terapeutik
2. Melaporkan bahwa untuk mengetahui
nyeri berkurang pengalaman nyeri pasien
dengan menggunakan
4. Ajarkan pasien untuk
manajemen nyeri
Teknik relaksasi nafas
3. Mampu mengenali
dalam
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi 5. Anjurkan untuk
dan tanda nyeri) memperbanyak istirahat
4. Mengatakan rasa
6. Kolaborasi dalam
nyaman setelah nyeri
pemberian obat
berkurang
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Dinarti dan Mulyanti. 2017).
15
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan
yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Penilaian adalah tahap
yang menentukan apakah tujuan tercapai (Dinarti dan Mulyanti. 2017).
16
DAFTAR PUSTAKA
Christina Angela, dll. (2019). Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Rosyid, Marhana dan Hasan. (2020). Bunga Rampai Kedokteran Respirasi. Surabaya:
Airlangga University Press.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia edisi
: 1 cetakan : III. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
LAPORAN KASUS
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
PNEUMONIA
Dosen Pengampu:
Ns. Diah Tika Anggraeni, S,Kep,. M.
Disusun Oleh:
1. Adinda Ara Difa (1910701024)
2. Nabila Damayanti (1910701025)
3. Amelia Kavita Febriani (1910701026)
4. Zahaira Permata Dewi (1910701027)
TINJAUAN KASUS
Seorang pasien perempuan berusia 49 tahun dirawat di ruang paru dengan keluhan
sesak nafas, pusing, lemah, dan tidak nafsu makan. Keluarga mengatakan pasien
memiliki Riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan TD : 150/97 mmHg, Suhu: 36,5C, frekuensi nafas: 28 kali/menit,
frekuensi nadi: 108x/menit, TB: 155 kg, BB; 42 kg. Hasil pemeriksaan gas darah
arteri didapatkan pH 7,21; pCO2 49,8; pO2 67,3; HCO3 25,2; BE -1,1. Retraksi
intercostae terlihat, pernafasan cuping hidung ada, auskultasi bunyi nafas ronkhi di
kedua lapang paru kanan dan kiri bagian bawah. Pasien didiagnosa pneumonia.
Pasien terpasang oksigen simple mask 8 liter/menit, infus RL/8 jam. Pasien
mengatakan tidur malam tidak nyenyak, batuk dan sesak nafas, tidur malam hanya 3
jam. Pasien mengatakan masih dapat kekamar mandi tetapi dibantu oleh keluarga.
Pasien mengatakan cemas karena jika meninggal tidak ada yang merawat suami dan
anak-anaknya.
A. Pengkajian
Presipitasi :
Predisposisi:
- dikatakan pasien susah tidur nyenyak, batuk dan sesak nafas tidur hanya 3 jam
B. Diagnosa Keperawatan
Data Fokus
Analisa Data
- TD : 150/97 mmHg
- Suhu: 36,5C
- frekuensi nafas: 28
kali/menit,
- frekuensi nadi:
108x/menit,
- Retraksi intercostae
terlihat, pernafasan
cuping hidung ada,
auskultasi bunyi nafas
ronkhi di kedua lapang
paru kanan dan kiri
bagian bawah.
Data Objektif
TTV :
- TD : 150/97 mmHg
- Suhu: 36,5C
- frekuensi nafas: 28
kali/menit,
- frekuensi nadi:
108x/menit,
- TB: 155 kg, BB; 42 kg.
Diagnosa Prioritas
Masalah keperawatan
(NANDA.2018-2020)
C. Intervensi Keperawatan
Dipertahankan pada
skala 2 (berat)
ditingkatkan ke
skala 5 (normal)
dipertahankan pada
skala 2 (cukup berat)
ditingkatkan ke skala
5 (tidak ada)
NOC
Tingkat Kecemasa
(1211)
Hal 648
D. Implementasi Keperawatan
- Memposisikan pasien
pada perfusi ventilasi
yang optimal (misalnya
posisi paru dibawah,
tengkurap [semifowler]
) dengan tepat
Hasil : pasien diberi
posisi yang optimal
pada saat perfusi
ventilasi
- Menginstruksikan
pasien dan/atau
keluarga pada tindakan
– tindakan sesuai
prosedur untuk
merawat asidosis
respiratorik
Hasil : pasien dan
keluarga pasien
melakukan tindakan
sesuai prosedur untuk
merawat asidosis
respiratorik
Jumat, 04 Jun 2021 Memotivasi pasien untuk Kelompok 2
bernafas pelan, dalam, berputar
15.00 WIB dan batuk
- Mengauskultasi suara
nafas, catat area yang
ventilasinya menurun atau
tidak ada dan adanya suara
tambahan
- Memonitor status
pernafasan dan oksigenasi
sebagaimana mestinya
Monitoring Pernafasan
- Mencatat pergerakan
dada, catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot bantu
nafas, dan retraksi pada otot
supraclaviculus dan interkosta
- Mengidentifikasi pada
saat terjadi perubahan tingkat
kecemasan
Hasil : tidak ada perubahan
tingkat kecemasan
- Menginstrusikan klien
untuk menggunakan Teknik
relaksasi
Hasil : klien menggunakan
teknik relaksasi apabila merasa
cemas
E. Evaluasi Keperawatan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
O : frekuensi nafas
21x/menit
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
O : Frekuensi nafas
21x/menit
Frekuensi nadi
100x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan