Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran “pengantar ilmu penyakit”
Disusun Oleh :
Kelas : XI. A
Email : zamzam.kunia@yahoo.com
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 4
C. Tujuan................................................................................................................. 4
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian ISK.................................................................................................... 5
B. Penyebab ISK..................................................................................................... 5
C. Tanda dan gejala ISK.......................................................................................... 6
D. Patofisiologi ISK................................................................................................ 6
E. Klasifikasi ISK.................................................................................................... 7
F. Pemeriksaan Diagnostik Penyakit ISK................................................................ 8
G. Penatalaksanaan Penyakit ISK......................................................................... 12
KASUS ISK.......................................................................................................... 14
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran kencing atau ISK merupakan masalah kesehatan yang cukup serius
bagi jutaan orang di setiap tahun.Infeksi Saluran Kemih merupakan penyakit infeksi nomor 2
yang paling banyak menyerang manusia di muka bumi.Umumnya penyakit ini menyerang
kaum wanita tapi sering juga ditemukan laki-laki yang menderita Infeksi Saluran Kemih
(Milagros. 2012).
Sakit sewaktu buang air kecil merupakan keluhan yang sesekali terjadi dalam hidup
kita.Sebagian besar tidak berbahaya karena hanya disebabkan menahan kencing atau minum
air terlalu sedikit, sehingga kencing berwarna pekat dan merangsang.Namun, bila sakit terjadi
karena infeksi oleh kuman, maka harus diobati karena dapat menimbulkan komplikasi seperti
pendarahan.Selain itu, infeksi juga dapat menjalar ke ginjal atau organ lainnya (Valentina L.
2008).
Infeksi saluran kemih atau ISK merupakan masalah kesehatan yang cukup serius bagi
jutaan orang di setiap tahun.Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan penyakit infeksi nomor
2 yang paling banyak menyerang manusia di muka bumi.Umumnya penyakit ini menyerang
kaum wanita tapi sering juga ditemukan laki-laki yang menderita Infeksi Saluran Kemih
(ISK) (Valentina L. 2008).
Infeksi kandung kemih terjadi ketika ada bakteri atau Mikroorganisme lainnya,
melekat pada pembukaan uretra dan berkembang biak. Uretra adalah saluran yang
menghubungkan kandung kemih ke saluran luar pembuangan air seni.Dan karena pria
memiliki uretra lebih panjang daripada wanita, bakteri dan mikroorganisme lainnya lebih
sulit menjangkau kandung kemih dan menyebabkan Infeksi Kandung Kemih (Valentina L.
2008).
Infeksi ini umumnya memang terjadi pada wanita.Namun bukan berarti pria tidak
pernah terjadi gejala penyakit ini.Hal ini dikarenakan, berdasarkan fakta infeksi saluran
kemih terjadi pada pria.Gejala awal Infeksi Saluran Kemih adalah urin yang dikeluarkan
tampak lebih keruh dan berbau, ingin selalu buang air kecil namun hanya sedikit urin yang
keluar dan menyebabkan rasa terbakar atau sakit pada saluran urin saat buang air kecil
(Valentina L. 2008).
Gejala infeksi saluran kemih akut dan gejala infeksi saluran kemih kronis memiliki
persamaan pada proses timbul yang lambat dan radang yang ringan. Pada umumnya gejala
infeksi saluran kemih kronis akan terjadi dalam kurun waktu jangka panjang dan juga akan
terjadi penanahan berulang kali pada urine atau eritrosit. Pada pasien-pasien ini umumnya
memiliki catatan riwayat infeksi saluran kemih akut, batu ginjal serta pertumbuhan yang
abnormal atau faktor lainnya. Oleh karena itu,harus dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut
(Depkes RI, 2014).
Infeksi saluran kemih juga merupakan salah satu penyakit akut terbesar dari anak-
anak atau remaja dan kira-kira berpengaruh pada 6,5% perempuan dan 3,3% laki-laki pada
satu tahun pertama kehidupannya. Serta biasanya terjadi refluks vesika urinari yang mana
memperlihatkan 30% sampai 40% dari anak - anak dengan infeksi saluran kemih yang dapat
menjelaskan resiko untuk infeksi berulang dan pembentukan jaringan parut pada ginjal
(Depkes RI, 2014).
Prevalensi bakteriuria asimptomatik lebih sering ditemukan pada penderita infeksi
saluran kemih.Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1% meningkat menjadi 5%
selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimptomatik meningkat mencapai
30% baik laki-laki ataupun perempuan bila disertai faktor predisposisi seperti litiasis,
obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papiler, Diabetes mellitus paska
transplantasi ginjal, nefropati analgesik, sickle cell desease, hubungan seksual, kateterisasi,
dan lain (Depkes RI, 2014).
Kondisi penyakit infeksi, salah satunya Infeksi Saluran Kemih, menyebabkan
seseorang bergantung kepada keluarganya.Waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk merawat
sesorang dengan penyakit infeksi tidak lah sedikit sehingga menimbulkan masalah ekonomi
pada keluarga.Keluarga menjadi merasa bersalah, frustasi, cemas dan depresi terhadap
penyakit yang diderita oleh anggota keluarganya. Bagi anggota keluarga yang lain, waktu
kebersamaan dengan anggota keluarga akan berkurang sehingga mengakibatkan masalah
defisit interaksi pada setiap anggota keluarga (Depkes RI, 2014).
Infeksi saluran kemih di masyarakat makin meningkat seiring meningkatnya usia.
Berdasarkan survey dirumah sakit Amerika Serikat kematian yang timbul dari Infeksi Saluran
Kemih diperkirakan lebih dari 13000 ( 2,3 % angka kematian). Pada usia muda kurang dari
40 tahun mempunyai prevalensi 3,2% sedangkan diatas 65 tahun angka infeksi saluran kemih
sebesar 20%. (Depkes RI, 2014).
Menurut WHO dalam Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi yang kedua
tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus
dilaporkan per tahun. Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita dari pada laki-
laki.Indonesia merupakan negara berpenduduk ke empat terbesar dunia setelah Cina, India
dan Amerika Serikat.Sementara itu Penduduk Indonesia yang menderita Infeksi Saluran
Kemih diperkirakan sebanyak 222 juta jiwa.(Depkes RI, 2014).
Infeksi saluran kemih di Indonesia dan prevalensinya masih cukup tinggi, Menurut
perkiraan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, jumlah penderita ISK di Indonesia
adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahun nya atau sekitar 180.000 kasus baru
pertahun (Depkes RI, 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi ISK?
2. Apa etiologi atau penyebab ISK?
3. Apa saja manifestasi klinis ISK?
4. Bagaimana jalannya penyakit atau patofisiologi ISK
5. Apa saja klasifikasi ISK?
6. Bagaimana cara pemeriksaan atau tes diagnostik pada pasien ISK?
7. Bagaimana cara penatalaksanaan pada pasien ISK?
8. Bagaimana cara pendokumentasian pada pasien ISK?
C. Tujuan
1. Mahasiswi dapat mengetahui definisi ISK
2. Mahasiswi dapat mengetahui etiologi ISK
3. Mahasiswi dapat mengetahui manifestasi ISK
4. Mahasiswi dapat mengetahui jalannya penyakit atau etiologi ISK
5. Mahasiswi dapat mengetahui klasifikasi ISK
6. Mahasiswi dapat mengetahui cara pemeriksaan atau tes diagnostik pada pasien ISK
7. Mahasiswi dapat mengetahui cara penatalaksanaan pada pasien ISK
8. Mahasiswi dapat mengetahui cara pendokumentasian pada pasien ISK
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetian ISK
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih (Marlene. 2016).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran
kemih (Depkes RI, 2014).
Infeksi saluran kemih dapat mengenai laki-laki maupun perempuan dari semua umur.Akan
tetapi secara jenis kelamin ternyata wanita lebih sering terinfeksi dari pada pria dengan angka
populasi umur, kurang lebih 5-15 %.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu di saluran perkemihan yang disebabkan oleh
bakteri terutama Echerichia coli; risiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti
refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen
uretral baru, septikemia (Mary. 2014).
Infeksi traktus urianarius pada pria merupakan akibat menyebarnya infeksi yang
berasal dari uretra seperti juga wanita.Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak
antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi
pria dari infeksi traktus urinarius.Akibatnya, ISK pada pria jaraang terjadi. Namun, ketika
gangguan ini terjadi, kali ini menunjukan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus
urianrius (Rudi. 2012)
1. Secara asending:
a. masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain faktor anatomi dimana wanita
memiliki uretra yang lebih pendek dari pada laki-laki sehingga insiden terjadinya isk lebih
tinggi, faktor tekanan urin saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus
urinarius (pemeriksaan sitoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
2. Secara hematogen:
Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran
infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal yang memengaruhi struktur dan fungsi ginjal
sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya bendungan total urin yang
mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dll.
G. Pentalaksanaan
Menurut Marlene. 2016
1. Pencegahan
a. Hindari dehidrasi : ajurkan asupan harian (recommended daily allowance,RDA) cairan pada
dewasa aktif sekitar 30 ml/kg/hari.
b. Hindari konstipasi (perbanyak asupan cairan,serat diet, dan olah raga rekreasional)
c. Tangani retensi urien, inkontinensia urien atau obstruksi pada saluran keluar kandung kemih.
d. Pertimbangan perbaikan sistokel pada wanita pascamenopause penderita pengosongan
kandung kemih tanpa sempurna dan ISK kambuhan.
e. Ajari wanita mengenai higienis yang baik setelah ke toilet dan berkemih setelah senggama.
f. Tangani infeksi sejak dini, terutama pada pasien dengan penurunan fungsi imun atau pasien
dengan retensi urien, atau disfungsi berkemih.
g. Lepas kateter yang yang terpasang dan tangani pasien yang mengalami disfungsi berkemih
dengan program penatalaksanaan alternatif seperti pelatihan kandung kemih, farmakoterapi
untuk inkontinensia urien, kateterisasi intermiten dan/ atau berkemih terjadwal.
2. Infeksi saluran kemih akut
a. Penatalaksanaan empiris cukup memadai untuk infeksi yang pertama pada wanita muda yang
tidak sehat ; mulai penatalaksanaan empiris sebelum diperoleh hasil kultur dan sensitivitas
untuk infeksi saluran kemih febris atau komplikata
b. Antipiretika dan rawat inap dengan cairan intravena diperlukan bila pielonefritis disertai
dengan mual dan muntah yang bermakna atau urosepsis.
c. Pilih antibiotika sesuai laporan kultur dan sensitivitas ( bila anda indikasi), frekuensi
pemberian , risiko vaginitis, biaya yang ditanggung pasien, dan risiko peningkatan resistensi
bakteri ( tabel 14-1).
d. Tekankan kepatuhan pada pemberian antibiotik ; tangani infeksi non komplikata selama 3
hari, infeksi komplikasi selama 7 hari, dan ISK febris selama 14 hari.
e. Penanganan suplemen antibiotika dengan analgesik sistem Perkemihan (pyridium tersedia
sebagai obat yang dijual bebas) atau obat kombinasi, seperti Urised.
f. Mulai penanganan profilaksis menggunakan krem antijamur pada wanita dengan riwayat
vaginitis saat mendapatkan terapi antibiotika, kecuali bila diberikan nitrofurantoin.
g. Dorong asupan cairan yang memadai; hindari iritan kandung kemi
Riwayat Penyakit
Diagnosa medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah di
lakukan, mulai dari pasien MRS (UGD/Poli), sampai diambil kasus kelolaan .
Catatan Penanganan Kasus (Dimulai saat pasien di rawat di ruang rawat sampai pengambilan
kasus kelolaan)
Pemberian Infus RL 21 tetes/ menit
Ceftriaxone 1x1 vial/IV Ranitidin 2x1 ampul/IV
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian Pola Gordon (bandingkan kondisi saat klien di rumah/sebelum masuk RS
dan saat klien dirawat di RS).
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/perawatan
Klien dapat berorientasi dengan baik terhadap perawat dan dokter. Klien juga berupaya cepat
pulih dan selama dirumah sakit klien ditunggui isteri klien.
(Cephalocaudal)
Keluhan yang dirasakan:
Klien mengalami demam, pusing, dan nyeri di daerah saluran kencing saat BAK maupun
tidak.
TD: 130/90 mmHg P: 25x/menit N: 75x/menit S: 38oC
BB/TB : 63 kg/165cm
Kepala :
Keadaan kepala bersih, bentuk kepala simetris, distribusi rambut merata, rambut hitam, tidak
ada lesi atau massa.
Leher :
Leher terlihat simetris, leher tampak bersih, tidak ada tanda kemerahan, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid, tidak terdapat distensi vena jugularis.
Thorak/ jantung / paru
I : Simetris, pola pernafasan eupnea (normal).
P:-
P:-
A : bunyi jantung S1 – S2 tunggal regular.
Abdomen
I : Simetris, tidak terdapat benjolan.
P:-
P : Tidak terdapat nyeri tekan.
A:-
Perkemihan
I : -
A:-
P : Terdapat nyeri tekan di perineum (selangkangan) dan saluran kencing skala nyeri 3 dari 0-
5/sedang.
P:-
Inguinal : -
Ekstremitas (termasuk keadaan kulit, kekuatan)
Tampak simetris, akral dingin, tidak terdapat massa.
Skala Otot :
Keterangan :
5 : Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan penahanan penuh.
4 ; Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit penahanan.
3 : Gerakan normal menentang gravitasi.
2 : Gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan sokongan.
1 : Tidak ada gerakan, teraba kontraksi otot.
0:Paralisistotal.
PENGELOMPOKAN DATA SENJANG
NO Data subjektif Data objektif
1 Klien mengeluh nyeri pada daerah selangkangan -Klien tampak meringis.
dan nyeri saat BAK. -Skala Nyeri 3 dari 0-5/sedang.
-Blood Presure: 130/90 mmHg
-Respirasi: 25x/menit
P: Infeksi pada saluran kemih
Q: Seperti tetusuk tusuk
R: saluran kemih
S: 3-4
T: Saat BAK
2 - -Mengigil
-Kulit teraba hangat
-Pernafasan: 25x/menit
2) Tehnik
relaksasi
tarik nafas
dalam dapt
mengurangi rasa
nyeri
2 Hipertermia b.d Setelah di
lakukana. Perawatan demam
( 3470)
penyakit di tandai tindakan keperawatan
1) Pantau suhu dan
dengan: selama 1x24 jam di tanda tanda vital
lainya 1) Perubahan
Ds: - harapkan suhu tubuh tanda tanda
Do vutal terutama
-Mengigil kembali normal (36,5- suhu dan nadi
-Kulit Teraba Hangat merupakan
37,5˚C) dengan criteria
-Pernafasan: salah satu
25x/Menit hasil: indikasi
peningkatan
Tanda-tanda vital
nyeri yang di
(0802)
alami klien
Suhu tubuh (5)
2) peningkatan
Tingkat Pernafasan (5)
suhu tubuh
Termogulasi (0800)
mengakibatkan
hipetermia (5)
penguapan
Penurunan suhu kulit
tubuh
(5)
meningkat
sehingga perlu
diimbangi
dengan asupan
2) Dorong konsumsi cairan yang
cairan banyak
3) Menurunkan
suhu tubuh
4) Perubahan
pada warna dan
suhu kulit
merupakan
indikasi demam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih atau ISK adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih Infeksi saluran kencing
merupakan masalah kesehatan yang cukup serius bagi jutaan orang di setiap tahun. Infeksi
Saluran Kemih merupakan penyakit infeksi nomor 2 yang paling banyak menyerang manusia
di muka bumi.Umumnya penyakit ini menyerang kaum wanita tapi sering juga ditemukan
laki-laki yang menderita Infeksi Saluran Kemih.
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi ketika suatu organisme penginfeksi, biasanya
suatu bakteri gram negatif seperti E.coli, masuk ke saluran kencing.Radang area lokal terjadi,
diikuti dengan infeksi ketika organisme bereproduksi.Bakteri radang muncul di kulit area
genital dan memasuki saluran perkemihan melalui pembukaan uretra.Ada dua jalur utama
terjadi isk, yaitu ansending dan hematogen.Dalam penyakit ISK ini terdapat beberapa
klasifikasi yaitu Infeksi Saluran Kemih Bawah dan Infeksi Saluran Kemih Atas.Pemeriksaan
diagnostik penyakit ISK ada beberapa macam pemeriksaan seperti, tes kultur dan sensitivitas,
cystoscopy, studi sinar x ginjal, ureter, kandung kemih (KUB), prostate spesific antigen
(PSA) test, pengumpulan urin 24 jam, urinalysis, urine flow studies, voiding cystogram.
B. Saran
Untuk perawat atau teman sejawat agar dapat memprioritaskan masalah sesuai
kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut, dan rencana tindakan dapat
dilakukan dengan baik. Untuk perawat agar dapat mendokumentasikan semua data pada klien
baik subjektif maupun obyektif dengan benar sehingga dapat membuat evaluasi dengan baik.
Untuk menunjang pendokumentasian pihak rumah sakit harus menyediakan lembaran renpra
untuk perawat ruangan.
Dan saran untuk penderita penyakit ISK agar lebih menjaga kebersihan alat genital
supaya tidak terjadi atau menderita penyakit yang sama, dan juga seperti memperhatikan
kelembaban daerah kelamin ketika cebok atau membersihkan alat kelamin harus benar-benar
bersih dan dikeringkan dengan handuk.
Daftar Pustaka
Brashers, Valentina L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi. Jakarta : ECG
Hariyono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perkemihan. Yogyakrta: KDT
Digiulio, Mary ., dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta: KDT
Hurst, Marlene. 2016. Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Herdman, T Heather,. Shigemi Kamitsuru. 2015. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: ECG
Nurjannah, Intansari,. Roxsana Devi Tumanggor. 2013. Nursing Interventions Classification.
Yogyakarta: Mocco Media
Nurjannah, Intansari,. Roxsana Devi Tumanggor. 2013. Nursing Outcomes Classification.
Yogyakarta: Mocco Media
Depkes Ri, (2014).Wasdapa Infeksi SaluranKemih.http://www.depkes.go.id/index.php?
wasada+infeksi+saluran+kemih&act/. Diakses tanggal 200ktober 2016.