DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 4
1. IDA BAGUS ANOM P.
2. BAYU WIRIYAWAN.
3. GITA PURWANDINI
4. AUFA HUSNULSAM.
5. KHAFIFATUR RAHMI
6. M. NASIRIANTO
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang mana atas
berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya, kami selaku penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas infeksi saluran kemih, di tahun ajaran 2017 dengan
judul “Infeksi saluran kemih”.
Kami mengucapkan terimakasih semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna baik dari segi penyajian maupun materi. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak sangat kami perlukan, demi kesempurnaan makalah
ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
3.1 Pengkajian
Epidemiologi infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu dari infeksi
bakteri yang umum terjadi dan telah mengenai sekitar 150 juta orang di seluruh
dunia. Shigemi Kamitsuru. (2015)
Di Amerika Serikat, lebih dari 7 juta orang dengan ISK berkunjung ke
dokter setiap tahunnya. Sekitar 15% dari komunitas yang diresepkan antibiotik
adalah penderita ISK. Shigemi Kamitsuru.( 2015)
Di Singapura, 4% dari wanita usia muda mengalami ISK dan angka kejadian
meningkat sampai 7% hingga usia 50 tahun. Data statistik dari Kementerian
Kesehatan Singapura, total 4.144 pasien ISK dirawat di rumah sakit swasta dan
pemerintah di Singapura selama 1 tahun, dengan rata-rata lama hari rawat sekitar 2-
4,8 hari. Shigemi Kamitsuru. (2015)
3.1.1 Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Wanita
Tingkat kejadian ISK lebih tinggi pada wanita dibanding pria usia
dewasa pada wanita post menopause, kejadian ISK terbilang tinggi
diakibatkan prolapse uterus atau kandung kemih yang akan menyebabkan
pengosongan kandung kemih tidak komplit, penyebab lain ialah kehilangan
estrogen yang menyebabkan perubahan flora vagina (hilangnya Lactobacilli)
sehingga memudahkan kolonisasi bakteri aerob gram negatif seperti coli.
Sebanyak 50-80% dari total populasi wanita secara umum pernah
mengalami ISK setidaknya satu kali semasa hidupnya. Sekitar 20-30% dari
wanita yang sudah pernah terkena ISK akan mengalam ISK berulang.
Marlene. (2016)
3.1.2 Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Neonatus
Pada neonatus, ISK lebih sering terjadi pada bayi laki – laki
dikarenakan kecenderungan mengalami anomali kongenital pada saluran
kemih lebih tinggi dibanding bayi perempuan, dan juga dikaitkan dengan
bagian dari sindrom sepsis gram negatif. ISK pada neonatas yang disertai
dengan adanya anomali kongenital saluran kemih dapat menyebabkan skar
pada ginjal yang nantinya dapat menimbulkan komplikasi pada usia dewasa
sepeerti hipertensi, proteinuria, kerusakan ginjal, dan bahkan gagal ginjal
yang sampai memerlukan terapi dialisis. Marlene. (2016)
3.1.3 Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Usia Tua
Pada usia tua (>50 tahun), kejadian hipertrofi prostat meningkat pada
pria sehingga prevalensi ISK pada pria hampir sama tingginya dengan
wanita. (1,3,6,9)
1. Identitas Pasien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Suku
Bangsa, Pekerjaan, Pendidikan, Status Perkawinan, Alamat, Tanggal
Masuk Rumah Sakit.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama:
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi
keluhan pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah
keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra
sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit
tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK
bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual,
muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.
b. RKS
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi
keluhan pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah
keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra
sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit
tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK
bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual,
muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.
c. RKD
Pada pengkajian biasanya ditemukan kemungkinan penyebab
infeksi saluran kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi
sudah di alami klien. Biasanya klien dengan ISK pada waktu dulu
pernah mengalami penyankit infeksi saluran kemih sebelumnya atau
penyakit ginjal polikistik atau batu saluran kemih, atau memiliki
riwayat penyakit DM dan pemakaian obat analgetik atau estrogen,
atau pernah di rawat di rumah sakit dengan dipasangkan kateter.
d. RKK
Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat
meperburuk keadaan klien akibat adanya gen yang membawa
penyakit turunan seperti DM, hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit
turunan karena penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi
reproduksi, higiene seseorang dan gaya hidup seseorang, namun jika
ada penyakit turunan di curigai dapat memperburuk atau
memperparah keadan klien.
3.2 Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : kesadaran menurun
2. Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : 100/70 mmHg
b. Nadi : 68 x/m
c. Pernapasan : 16
d. Suhu : 36,7
3. Pemeriksaan fisik head to toe
No. Bagian Tubuh Pemeriksaan Fisik
1. Rambut keadaan kepala klien ISK biasanya baik (tergantung
klien): distibusi rambut merata, warna rambut
normal (hitam), rambut tidak bercabang, rambut
bersih. pada saat di palpasi keadaan rambut klien
ISK biasanya lembut, tidak berminyak, rambut
halus.
2. Mata keadaan mata penderita ISK biasanya normal. Mata
simetris, tidak udema di sekita mata, sklera tidak
ikterik, konjugtiva anemis, pandangan tidak kabur.
3. Hidung normal. Simetris tidak ada pembengkakan ,tidak ada
secret, hidung bersih
4. Telinga Normal. telinga simetris kiri dan kanan, bentuk daun
teling normal, tidak terdapat serumenm,keberihan
telinga baik.
6. Mulut mukosa bibir kering, keadaan dalam mulut
bersih(lidah,gigi,gusi).
7. Leher biasanya pada klien ISK Normal
I : leher simetris, tidak ada penonjolan JVP,
terlihat pulsasi
Pa : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada pembesaran nodus limfa
7. Thoraks I : dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dada
Paru sama, pernapasan cepat dan dangkal, tidak
ada penonjolan rusuk.
Pa : Normal.tulang rusuk lengkap, tidak ada nyeri
tekan dan nyeri lepas serta edema atau
massa.tractil fremitus positif kiri dan kanan.
Pe : suara dullness pada daerah payudara, dan
suara resonan pada intercosta.
Au : Normal.tidak terdengar suara tambah pada
pernapasan (ronchi,whezing)
Jantung Biasanya klien dengan ISK Normal. Yaitu Tidak
ada terjadi ganguan pada jantung klien (kecuali
klien memilki riwayat sakit jantung).teraba pulsasi
pada daerah jantung klien pada intercosta 2 dan
pada intercosta 3-5 tidak teraba, pada garis mid
klavikula teraba vibrasi lembut ketukan jantung.
suara jantung S1 dan s2 terdengar dan seimbang
pada intercosta ke 3 dan pada intercosta ke 5 bunyi
s1 lebih dominan dari pada s2.
8. Abdomen I : nyeri abdomen bagian bawah,di tandai
dengan perut rata
Pa : ada nyeri tekan pada abdomen bagian bawah
akibat penekanan oleh infeksi
Pe : bunyi yang di hasilkan timpani
Au : bising usus terdengar
9. Ekstermitas Kekuatan eks. atas dan eks. bawah baik, dapat
melakukan pergerakan sesuai perintah, tidak ada
nyeri tekan atau lepas pada ekstermitas, tidak ada
bunyi krepitus pasa ekstermitas
Intevensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih
Tujuan : Nyeri hilang dengan spasme terkontrol
KH : Nyeri menghilang ditandai dengan klien melaporkan tidak nyeri waktu
berkemih, tidak nyeri pada daerah suprapubik
Intervensi :
a. Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran
setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Rasional : Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari
hasil yang diharapkan
b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri
Rasional : Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
c. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
d. Berikan perawatan perineal
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi uretra
e. Jika dipasang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari.
Rasional : Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih
dan naik ke saluran perkemihan.
f. Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
Rasional : Relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri
g. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk mengontrol nyeri
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan sering berkemih, urgensi dan
hesitancy
Tujuan : Pola eliminasi urine membaik
KH : Pola eliminasi urine membaik ditandai dengan klien melaporkan
berkurangnya frekuensi (sering berkemih) urgensi dan hesistensi.
Intervensi :
a. Kaji pola eliminasi klien
Rasional : sebagai dasar dalammenentukan intervensi selanjutnya
b. Dorong pasien untuk minum sebanyak mungkin dan mengurangi minum pada
sore hari
Rasional : Untuk mendukung aliran darah renal dan untuk membilas bakteri
dari traktus urinarius. Cairan yang dapat mengiritasi kandung
kemih (misalnya: kopi, teh, kola, alcohol) dihindari. Agar tidak
terlalu sering bangun berkemih pada malam hari
c. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-3 jam dan bila tiba- tiba dirasakan.
Rasional : Karena hal ini secara signifikan menurunkan jumlah bakteri dalam
urin, mengurangi status urin dan mencegah kekambuhan infeksi
d. Siapkan / dorongan dilakukan perawatan perineal setiap hari.
Rasional : Mengurangi resiko kontaminasi / peningkatan infeksi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan nokturia
Tujuan : Pola tidur membaik
KH : Pola tidur membaik ditandai dengan klien melaporkan dapat tidur,
klien nampak segar
Intervensi :
a. Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi
Rasional : Mengkaji dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
b. Berikan tempat tidur yang nyaman
Rasional : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/
psikologis.
c. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur misalnya, mandi hangat dan
masase, segelas susu hangat
Rasional : Meningkatkan efek relaksasi. Catatan susu mempunyai kualitas
sopofik, menigkatkan sintesis serotonin, neutransmitter yang
membantu pasien dan tidur lebih lama.
d. Kurangi kebisingan dan lampu
Rasional : Memberikan situasi kondusif untuk tidur.
e. Instruksikan tindakan relaksasi
Rasional : Membantu mengiduksi tidur
f. Kolaborasi pemberian obat
1) Analgetik
Rasional : Untuk mengontrol nyeri
2) Sedatif
Rasional : Untuk membantu klien tidur
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi iflamasi
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
KH : Suhu tubuh kembali normal ditandai dengan klien melaporkan tidak
demam, tidak terba panas, TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji adanya keluhan atau tanda-tanda perubahan peningkatan suhu tubuh
Rasional : Peningkatan sh tbh akan meunjukkan berbagai grejala sprt mt
merah dan badan terasa hanat
b. Observasi TTV terutama suhu tubuh sesuai indikasi
Rasional : Untuk menentukan int.selanjutnya
c. Kompres air hangat pada dahi dan kedua aksilla
Rasional : Merangsang hipothalamus ke pusat pengaturan suhu
d. Kolaborasi pemberian obat-obatan antipiretik
Rasional : Mengontrol demam
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
KH : Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan berat badan,
menunjukkan peningkatan selera makan, klien menghabiskan porsi
makanan yang diberikan.
Intervensi :
a. Kaji intake makanan klien
Rasional : Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
b. Dorong tirah baring/atau pembatasan aktivitas
Rasional : Mempertahankan simpanan energi yang cukup
c. Berikan kebersihan oral
Rasional : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan
d. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan,
dengan situasi tidak terburu-buru, temani
Rasional : Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan lebih
kondusif untuk makan
e. kolaborasi pemberian obat-obatan antiemetik
Rasional : Menghilangkan gejala mual muntah
6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan evaporasi dan
muntah
Tujuan : Cairan tubuh tetap seimbang
KH : Mempertahankan volume cairan yang adekuat dibuktikan oleh
membran mukosa lembab, turgor kulit bagus, keseimbangan intake
dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah.
Intervensi :
a. Awasi masukan dan haluaran cairan. Perkirakan kehilangan cairan melalui
keringat
Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, merupakan
pedoman untuk penggantian cairan
b. Anjurkan unruk mempertahankan intake peroral
Rasional : mengganti cairan yang hilang
c. Observasi penurunan turgor kulit
Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi
d. Kolaborasi
1) Berikan cairan parenteral jika diperlukan
Rasional : Membantu masukan cairan peroral
2) Berikan obat antiemetik
Rasional : Mengontrol mual dan muntah
3) Berikan obat antipeuretik
Rasional : Mengontrol panas
7. Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif, kurang pengetahuan
tentang penyakitnya
Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang
KH : Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang
dapat diatasi.
Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang
telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
Rasional : Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam
perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat
mengurangi ansietas.
b. Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
Rasional : Membuat hubungan terapeutik. Membantu orang terdekat dalam
mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres
c. Beri informasi yang akurat dan nyata tentang apa tindakan yang dilakukan
Rasional : Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa
control dan membantu menurunkan ansietas
d. Berikan lingkungan tenang dan istirahat
Rasional : Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan relaksasi,
membantu menurunkan ansietas
e. Dorong pasien/ orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian
Rasional : Tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres
berkurang, memungkinkan energi untuk ditujukan pada
penyembuhan
f. Beri dorongan spiritual
Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME
g. Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan
Rasional : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas
h. Kolaborasi pemberian obat sedatif
Rasional : Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan
istirahat
8. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Tujuan : Pengetahuan meningkat
KH : Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik,
rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi :
a. Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di ketahui
tentang penyakitnya.
Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidak tahuan pasien tentang
penyakitnya.
b. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan dating
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pilihan beradasarkan informasi.
c. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan,
gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan
sesudah pemeriksaan.
Rasional : Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan
membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan
terapetik.
d. Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak
kurang lebih delapan gelas per hari.
Rasional : Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit
mereda. Cairan menolong membilas ginjal.
e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan
masalah tentang rencana pengobatan.
Rasional : Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan
dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik
Evaluasi
1. Nyeri menghilang ditandai dengan klien melaporkan tidak nyeri waktu berkemih,
tidak nyeri pada daerah suprapubik
2. Pola eliminasi urine membaik ditandai dengan klien melaporkan berkurangnya
frekuensi (sering berkemih) urgensi dan hesistensi.
3. Pola tidur membaik ditandai dengan klien melaporkan dapat tidur, klien nampak
segar
4. Suhu tubuh kembali normal ditandai dengan klien melaporkan tidak demam, tidak
terba panas, TTV dalam batas normal
5. Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan berat badan, menunjukkan
peningkatan selera makan, klien menghabiskan porsi makanan yang diberikan.
6. Mempertahankan volume cairan yang adekuat dibuktikan oleh membran mukosa
lembab, turgor kulit bagus, keseimbangan intake dan haluaran dengan urine normal
dalam konsentrasi jumlah.
7. Ansietas berkurang atau hilang ditandai dengan tampak rileks dan melaporkan
ansietas berkurang pada tingkat yang dapat diatasi
8. Pengetahuan meningkat ditandai dengan menyatakan mengerti tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infeksi saluran kemih secara umum dapat disebabkan oleh E.coli atau
penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab
infeksi saluran kemih pertama pada sekitar 90% wanita muda. Gejala dan tanda-
tandanya antara lain : sering kencing, disuria, hematuria dan piuria. Adanya keluhan
nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas.
Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih selain E.coli melalui
infeksi nosokomial Klebsiella, Proteus, Providencia, Citrobacter, P. aeruginosa,
Acineto
bacter, Enterococcus faecalis dan Stafilokokus saprophyticus.
4.2 Saran
Dengan penjelasan mengenai Konsep Infeksi Saluran Kemih (ISK) serta
ASKEPnya diharapkan kepada pembaca untuk dapat memahami tentang Konsep
Infeksi Saluran Kemih (ISK) serta ASKEPnya tersebut, sehingga pembaca dapat
memperluas pengetahuan serta dapat memahami apa saja yang berkaitan dengan hal
tersebut, serta bagi mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuannya mengenai
Konsep Infeksi Saluran Kemih (ISK) serta ASKEPnya tersebut, dan diharapkan
dapat menegakkan asuhan keperawatan yang professional dan bersungguh-sungguh
menjadi perawat yang professional nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Hurst, Marlene. 2016. Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC