Anda di halaman 1dari 33

INFEKSI SALURAN KEMIH

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 4
1. IDA BAGUS ANOM P.
2. BAYU WIRIYAWAN.
3. GITA PURWANDINI
4. AUFA HUSNULSAM.
5. KHAFIFATUR RAHMI
6. M. NASIRIANTO

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PEROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S.I
MATARAM
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang mana atas
berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya, kami selaku penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas infeksi saluran kemih, di tahun ajaran 2017 dengan
judul “Infeksi saluran kemih”.
Kami mengucapkan terimakasih semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna baik dari segi penyajian maupun materi. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak sangat kami perlukan, demi kesempurnaan makalah
ini.

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah ..........................................................................................................
1.3. Tujuan Umum.................................................................................................................
1.4. Tujuan Kasus ..................................................................................................................
BAB II KONSEP INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
2.1. Definisi ISK ....................................................................................................................
2.2. Epdemologi ISK .............................................................................................................
2.3. Klasifikasi ISK ...............................................................................................................
2.4. Etelogi ISK .....................................................................................................................
2.5. Factor Resiko ISK ..........................................................................................................
2.6. Manifestasi Klinis ISK ...................................................................................................
2.7. Patofisiologi ISK ............................................................................................................
2.8. Pathway ISK ...................................................................................................................
2.9. Komplikasi ISK ..............................................................................................................
2.10. Piñata laksana ISK..........................................................................................................
2.11. Pemeriksaan Dignostik ISK ...........................................................................................
2.12. Pencegahan ISK..............................................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH
3.1. Pengkajian ......................................................................................................................
3.2. Pemeriksaan ...................................................................................................................
3.3. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................
3.4. Analisis Data ..................................................................................................................
3.5. Diaknosa Keperawatan ..................................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan.....................................................................................................................
4.2. Saran ..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan saluran
kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Untuk
menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri di dalam urin.
Suatu infeksi dapat dikatakan jika terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml urin,
namun jika hanya terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin, hal itu menunjukkan
bahwa adanya kontaminasi bakteri. Bakteriuria bermakna yang disertai gejala pada
saluran kemih disebut bakteriuria bergejala. Sedangkan yang tanpa gejala disebut
bakteriuria tanpa gejala (Hariyono, Rudi. 2012).
Infeksi saluran kemih sering terjdi pada wanita. Salah satu penyebabnya
adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah
melewati jalur ke kandung kemih. Faktor lain yang berperan adalah kecenderungan
untuk menahan urin serta iritasi kulit lubang uretra sewaktu berhubungan kelamin.
Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang menempel
dilubang uretra sewaktu berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih.
Wanita hamil mengalami relaksasi semua otot polos yang dipengaruhi oleh
progesterone, termasuk kandung kemih dan ureter, sehingga mereka cenderung
menahan urin dibagian tersebut. Uterus pada kehamilan dapat pula menghambat
aliran urin pada keadaan-keadaan tertentu (Hariyono, Rudi. 2012).
Faktor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada wanita adalah
pembentukan selaput mukus yang dependen estrogen di kandung kemih. Mukus ini
mempunyai fungsi sebagai antimikroba. Pada menopause, kadar estrogen menurun
dan sistem perlindungan ini lenyap sehingga pada wanita yang sudah mengalami
menopause rentan terkena infeksi saluran kemih. Proteksi terhadap infeksi saluran
kemih pada wanita dan pria, terbentuk oleh sifat alami urin yang asam dan berfungsi
sebagai antibakteri (Hariyono, Rudi. 2012)
Infeksi saluran kemih pada pria jarang terjadi, pada pria dengan usia yang
sudah lanjut, penyebab yang paling sering adalah prostatitis atau hyperplasia prostat.
Prostat adalah sebuah kelenjar seukuran kenari yang terletak tepat di bawah saluran
keluar kandug kemih. Hiperplasia prostat dapat menyebabkan obstruksi aliran yang
merupakan predisposisi untuk timbulnya infeksi dalam keadaan normal, sekresi
prostat memiliki efek protektif antibakteri (Hariyono, Rudi. 2012)
Pengidap diabetes juga berisiko mengalami infeksi saluran kemih berulang
karena tingginya kadar glukosa dalam urin, fungsi imun yamg menurun, dan
peningkatan frekuensi kandung kemih neurogenik. Individu yang mengalami cedera
korda spinalis atau menggunakan kateter urin untuk berkemih juga mengalami
peningkatan risiko infeksi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Infeksi Saluran Kemih ?
2. Bagaimana Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih?
3. Apa Saja Etiologi Infeksi Saluran Kemih?
4. Apa Saja Manifestasi Infeksi Saluran Kemih?
5. Bagaimana Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih?
6. Bagaimana Patwhay Infeksi Saluran Kemih?
7. Apa Saja Komplikasi Infeksi Saluran Kemih?
8. Apa Saja Penatalaksnaan Infeksi Saluran Kemih?
9. Apa Saja Pemeriksaan Diagnostic Infeksi Saluran Kemih?
10. Apa Saja Pencegahan Infeksi Saluran Kemih?
11. Bagaimana AsKep Infeksi Saluran Kemih?
1.3 Tujuan Umum
Menjelaskan, dan menerapkan AsKep dengan kasus System Perkemihan
dengan memperhatikan Aspek Legal Etis pada Konsep Penyakit Infeksi Saluran
Kemih.
1.4 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan dan Memahami Pengertian dari Infeksi Saluran Kemih.
2. Menjelaskan dan Memahami Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih.
3. Menjelaskan dan Memahami Etiologi Infeksi Saluran Kemih.
4. Menjelaskan dan Memahami Manifestasi Infeksi Saluran Kemih.
5. Menjelaskan dan Memahami Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih.
6. Menjelaskan dan Memahami WOC Infeksi Saluran Kemih.
7. Menjelaskan dan Memahami Komplikasi Infeksi Saluran Kemih.
8. Menjelaskan dan Memahami Penatalaksnaan Infeksi Saluran Kemih.
9. Menjelaskan dan Memahami Pemeriksaan Diagnostic Infeksi Saluran Kemih.
10. Menjelaskan dan Memahami Pencegahan Infeksi Saluran Kemih.
11. Menjelaskan dan Memahami AsKep Infeksi Saluran Kemih.
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

1.1 Definisi ISK


ISK adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme dedalam
saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri,
virus, mikroorganisme lain. (Nanda Nic- Noc, 2012).
ISK adalah invasi mikroorganisme pada salah satu atau beberapa bagian
saluran kemih (Digiulio, Mary ., dkk. 2014).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih (Hurst, Marlene.
2016).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih (Roxsana Devi Tumanggor. 2013).
1.2 Epidemiologi ISK
Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak
laki-laki. Kejadian infeksi saluran kemih pada bayi baru lahir dengan berat lahir
rendah mencapai 10-100 kali lebih besar disbanding bayi dengan berat lahir normal
(0,1-1%). Sebelum usia 1 tahun, infeksi saluran kemih lebih banyak terjadi pada
anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar infeksi saluran kemih terjadi
pada anak perempuan. Misalnya pada anak usia pra sekolah di mana infeksi saluran
kemih pada perempuan mencapai 0,8%, sementara pada laki-laki hanya 0,2% dan
rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian infeksi saluran kemih
pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada anak laki-laki. Pada anak
laki-laki yang disunat, risiko infeksi saluran kemih menurun hingga menjadi 1/5-
1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat. Pada usia 2 bulan – 2 tahun, 5% anak
dengan infeksi saluran kemih mengalami demam tanpa sumber infeksi dari riwayat
dan pemeriksaan fisik. Sebagian besar infeksi saluran kemih dengan gejala tunggal
demam ini terjadi pada anak perempuan. Hariyono,( Rudi. 2012)
1.3 Klasifikasi ISK
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis infeksi
kandung kemih dapat diklasifikasikan:
Berdasarkan letak peradangan yaitu :
1. Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urin
dari uretra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi fekal,
pemakaian kateter atau sistoskop.
2. Uretra (uretritis)
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan
sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria
gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non gonoreal adalah
uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya
disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum.
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri pada
ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal.
Infeksi saluran kemih pada usia lanjut dibedakan menjadi :
1. Infeksi Saluran Kemih Uncomplicated (Simple)
Infeksi saluran kemih sederhana yang terjadi pada penderita dengan
saluran kencing baik, anatomik maupun fungsional normal. Infeksi saluran
kemih ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi
hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. Infeksi Saluran Kemih Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab
sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. Infeksi saluran kemih ini
terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih menetap
dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal : gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.
c. Gangguan daya tahan tubuh.
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus yang
memproduksi urease.
1.4 Etiologi ISK
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
1.5 Faktor Resiko ISK
Faktor risiko infeksi saluran kemih (ISK) di antaranya usia, gizi buruk,
kebersihan diri, dan pada anak laki-laki belum sirkumsisi. Parameter analisis urin
adalah leukosituria, leukosit esterase, dan uji nitrit dapat digunakan untuk
kecurigaan ISK. Tujuan. Mengetahui faktor risiko kecurigaan ISK pada anak laki-
laki usia sekolah dasar(SD). Metode. Penelitian potong lintang, dilaksanakan bulan
Mei 2016 di SDN 4 Sejahtera Bandung. Subjek memenuhi kriteria inklusi (tidak
minum antibiotik selama 2 hari terakhir dan tidak ada kelainan genitalia eksternal)
dilakukan pencatatan data meliputi usia, status gizi, higiene, dan status sirkumsisi,
dilanjutkan pemeriksaan leukosit, leukosit esterase, serta uji nitrit urin. Analisis
statistik dilakukan2 tahap, pertama dengan uji bivariat yang kemaknaannya pada
p<0,25 dilanjutkan uji multivariat. Kemaknaan uji ditetapkan pada nilai p<0,05.
Hasil. Diperoleh 120 subjek dengan kecurigaan ISK 7 (5,8%) anak. Pada uji
bivariat, usia, dan status sirkumsisi dihubungkan dengan kecurigaan ISK
mempunyai nilai p=0,940 dan p=0,340. Status gizi dan higiene mempunyai nilai
p=0,176 dan p=0,029 sehingga dilanjutkan dengan uji regresi logistik menghasilkan
nilai p=0,045 dan p=0,049. Kesimpulan. Status gizi dan higiene merupakan faktor
risiko kecurigaan ISK pada anak laki-laki SD. Sari Pediatri 2016;18(2):137-41
Kata kunci: faktor risiko, kecurigaan ISK, anak laki-laki. Hariyono, Rudi.(2012)
1.6 Manifestbasi Klinis ISK
Umumnya 10 % penderita infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh
bakteri yang mungkin dapat tidak menimbulkan gejala sehingga penderita tidak
menyadari adanya infeksi. Pada keadaan yang menimbulkan tanda dan gejala
biasanya :
1. Dysuria (rasa terbakar pada saat berkemih).
2. Frekuensi pengeluaran urine yang sedikit-sedikit dan sering.
3. Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih/pengosongan kandung kemih
yang tidak tuntas.
4. Nyeri suprapubik dan menyebar menjadi nyeri pinggang dan dapat terjadi low
back pain.
5. Spasme kandung kemih.
6. Warna urine yang keruh.
7. Hematuri pada keadaan lanjut.
8. Gangguan saluran intestinal : mual, muntah dan anoreksia.
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):
1. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
2. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
3. Hematuria
4. Nyeri punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)
1. Demam
2. Menggigil
3. Nyeri panggul dan pinggang
4. Nyeri ketika berkemih
5. Malaise
6. Pusing
7. Mual dan muntah
1.7 Patofisiologi ISK
Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh
mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang
mencapai kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan pseudomonas,
enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S. Saprofit. Secara normal
mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila terjadi infeksi
pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul
demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal
dan vesika urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk
melalui urethra secara asenden. Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan
karena hubungan sex yang terlalu berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada
wanita muda, dimana jarak antara vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat
membawa kuman ke vesika urinaria melalui sperma, sperma dapat membuat pH
vagina menjadi meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman yang masuk pada
vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih maka
mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria. Marlene. (2016)
Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan
sistoscopy merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat
membuka uretra kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan dengan
alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang lama dapat menyebabkan
mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika urinaria dan menyebar
ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang kurang, menyebabkan urine sedikit
keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk membawa sisa metabolisme
adalah 1400 – 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri yang ada pada
vesika urinaria tidak dapat di bawa keluar. (Marlene. 2016)
Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine
mengandung glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan
Angiopati (kelainan pembuluh darah) di ginjal sehingga air kemih mengandung
glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi lebih mudah berkembang. .
(M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal 218).
Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme
ke seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan
infeksi sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan
suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine statis ini memungkinkan terjadinya
Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan urine ke pelvis ginjal. . (M.
Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal 218).
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung
kemih karena adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus dimana
dapat memelihara integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada
urine dapat cepat kembali, karena mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat
selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke dalam proses
fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine, dimana secara normal
mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir urethra).
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan
berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila
saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar
sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung
kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi hematuri terutama
pada keadaan trauma urethra. (M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal 218).
1.8 Pathway
1.9 Komplikasi ISK
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena
adanya proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu
menyebabkan :
1. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau
tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara
akut dan kronik.
1.10 Penatalaksanaan ISK
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221),
pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan
cepat, membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi
berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka kematian.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan :
1. Perawatan dapat berupa :
a. Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi.
b. Perubahan pola hidup diantaranya :
1) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
2) Pakaian dalam dari bahan katun
3) Menghindari kopi, alkohol
2. Obat-obatan
a. Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
1) Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
2) Antibiotik jangka panjang (baik dengan obat yang sama atau di
ganti) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu
3) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum
tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan
lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.
b. Analgetik dan Anti spasmodic
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita
c. Obat golongan Venozopyridine: Pyridium.
Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih
1.11 Pemeriksaan Diagnostik ISK
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan
diagnosa atau pengobatan antara lain adalah :
1. Laboratorium
a. Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH
meningkat.
b. Urine kultur :
1) Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih
misalnya : streptococcus, E. Coli, dll
2) Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
c. Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
2. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram (BNO – IVP)
a. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal,
panggul.
b. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
3. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung
kemih.
1.12 Pencegahan ISK
1. Minum air putih yang banyak 2 – 2,5 liter per hari.
2. Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi kandung
kemih.
3. Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :
a. menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat
4. Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu
biasakan mengosongkan kandung kemih.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

3.1 Pengkajian
Epidemiologi infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu dari infeksi
bakteri yang umum terjadi dan telah mengenai sekitar 150 juta orang di seluruh
dunia. Shigemi Kamitsuru. (2015)
Di Amerika Serikat, lebih dari 7 juta orang dengan ISK berkunjung ke
dokter setiap tahunnya. Sekitar 15% dari komunitas yang diresepkan antibiotik
adalah penderita ISK. Shigemi Kamitsuru.( 2015)
Di Singapura, 4% dari wanita usia muda mengalami ISK dan angka kejadian
meningkat sampai 7% hingga usia 50 tahun. Data statistik dari Kementerian
Kesehatan Singapura, total 4.144 pasien ISK dirawat di rumah sakit swasta dan
pemerintah di Singapura selama 1 tahun, dengan rata-rata lama hari rawat sekitar 2-
4,8 hari. Shigemi Kamitsuru. (2015)
3.1.1 Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Wanita
Tingkat kejadian ISK lebih tinggi pada wanita dibanding pria usia
dewasa pada wanita post menopause, kejadian ISK terbilang tinggi
diakibatkan prolapse uterus atau kandung kemih yang akan menyebabkan
pengosongan kandung kemih tidak komplit, penyebab lain ialah kehilangan
estrogen yang menyebabkan perubahan flora vagina (hilangnya Lactobacilli)
sehingga memudahkan kolonisasi bakteri aerob gram negatif seperti coli.
Sebanyak 50-80% dari total populasi wanita secara umum pernah
mengalami ISK setidaknya satu kali semasa hidupnya. Sekitar 20-30% dari
wanita yang sudah pernah terkena ISK akan mengalam ISK berulang.
Marlene. (2016)
3.1.2 Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Neonatus
Pada neonatus, ISK lebih sering terjadi pada bayi laki – laki
dikarenakan kecenderungan mengalami anomali kongenital pada saluran
kemih lebih tinggi dibanding bayi perempuan, dan juga dikaitkan dengan
bagian dari sindrom sepsis gram negatif. ISK pada neonatas yang disertai
dengan adanya anomali kongenital saluran kemih dapat menyebabkan skar
pada ginjal yang nantinya dapat menimbulkan komplikasi pada usia dewasa
sepeerti hipertensi, proteinuria, kerusakan ginjal, dan bahkan gagal ginjal
yang sampai memerlukan terapi dialisis. Marlene. (2016)
3.1.3 Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Usia Tua
Pada usia tua (>50 tahun), kejadian hipertrofi prostat meningkat pada
pria sehingga prevalensi ISK pada pria hampir sama tingginya dengan
wanita. (1,3,6,9)
1. Identitas Pasien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Suku
Bangsa, Pekerjaan, Pendidikan, Status Perkawinan, Alamat, Tanggal
Masuk Rumah Sakit.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama:
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi
keluhan pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah
keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra
sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit
tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK
bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual,
muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.
b. RKS
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi
keluhan pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah
keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra
sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit
tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK
bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual,
muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.
c. RKD
Pada pengkajian biasanya ditemukan kemungkinan penyebab
infeksi saluran kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi
sudah di alami klien. Biasanya klien dengan ISK pada waktu dulu
pernah mengalami penyankit infeksi saluran kemih sebelumnya atau
penyakit ginjal polikistik atau batu saluran kemih, atau memiliki
riwayat penyakit DM dan pemakaian obat analgetik atau estrogen,
atau pernah di rawat di rumah sakit dengan dipasangkan kateter.
d. RKK
Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat
meperburuk keadaan klien akibat adanya gen yang membawa
penyakit turunan seperti DM, hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit
turunan karena penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi
reproduksi, higiene seseorang dan gaya hidup seseorang, namun jika
ada penyakit turunan di curigai dapat memperburuk atau
memperparah keadan klien.
3.2 Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : kesadaran menurun
2. Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : 100/70 mmHg
b. Nadi : 68 x/m
c. Pernapasan : 16
d. Suhu : 36,7
3. Pemeriksaan fisik head to toe
No. Bagian Tubuh Pemeriksaan Fisik
1. Rambut keadaan kepala klien ISK biasanya baik (tergantung
klien): distibusi rambut merata, warna rambut
normal (hitam), rambut tidak bercabang, rambut
bersih. pada saat di palpasi keadaan rambut klien
ISK biasanya lembut, tidak berminyak, rambut
halus.
2. Mata keadaan mata penderita ISK biasanya normal. Mata
simetris, tidak udema di sekita mata, sklera tidak
ikterik, konjugtiva anemis, pandangan tidak kabur.
3. Hidung normal. Simetris tidak ada pembengkakan ,tidak ada
secret, hidung bersih
4. Telinga Normal. telinga simetris kiri dan kanan, bentuk daun
teling normal, tidak terdapat serumenm,keberihan
telinga baik.
6. Mulut mukosa bibir kering, keadaan dalam mulut
bersih(lidah,gigi,gusi).
7. Leher biasanya pada klien ISK Normal
I : leher simetris, tidak ada penonjolan JVP,
terlihat pulsasi
Pa : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada pembesaran nodus limfa
7. Thoraks I : dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dada
Paru sama, pernapasan cepat dan dangkal, tidak
ada penonjolan rusuk.
Pa : Normal.tulang rusuk lengkap, tidak ada nyeri
tekan dan nyeri lepas serta edema atau
massa.tractil fremitus positif kiri dan kanan.
Pe : suara dullness pada daerah payudara, dan
suara resonan pada intercosta.
Au : Normal.tidak terdengar suara tambah pada
pernapasan (ronchi,whezing)
Jantung Biasanya klien dengan ISK Normal. Yaitu Tidak
ada terjadi ganguan pada jantung klien (kecuali
klien memilki riwayat sakit jantung).teraba pulsasi
pada daerah jantung klien pada intercosta 2 dan
pada intercosta 3-5 tidak teraba, pada garis mid
klavikula teraba vibrasi lembut ketukan jantung.
suara jantung S1 dan s2 terdengar dan seimbang
pada intercosta ke 3 dan pada intercosta ke 5 bunyi
s1 lebih dominan dari pada s2.
8. Abdomen I : nyeri abdomen bagian bawah,di tandai
dengan perut rata
Pa : ada nyeri tekan pada abdomen bagian bawah
akibat penekanan oleh infeksi
Pe : bunyi yang di hasilkan timpani
Au : bising usus terdengar
9. Ekstermitas Kekuatan eks. atas dan eks. bawah baik, dapat
melakukan pergerakan sesuai perintah, tidak ada
nyeri tekan atau lepas pada ekstermitas, tidak ada
bunyi krepitus pasa ekstermitas

3.3 Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik


Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan
diagnosa atau pengobatan antara lain adalah:
1. Laboratorium
a. Analisa urine: terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH
meningkat.
b. Urine kultur:
1) Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih
misalnya : streptococcus, E. Coli, dll
2) Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
c. Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
2. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram (BNO – IVP)
a. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal,
panggul.
b. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
c. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung
kemih.
RIWAYAT BIOPSIKO SOSIAL
A. Pada pasien masalah nyeri
1. Klien mengatakan rasa tidak enak saat berkemih pada punggung bawah
Biasanya Klien mengeluhkan nyeri terasa sejak 3hari lalu dan
Biasanya Klien tampak meringis, dan terdapat nyeri tekan dan lepas pada
daerah sekitar kandung kemih
B. Pada pasien masalah gangguan eliminasi
1. Klien mengatakan sering BAK dimalam hari Klien mengatakan saat BAK
terasa sakit dan BAK sedikit dan Klien tanpak kurang memperhatikan
kebersihan organ bawah dan tanpak menahan kencing.
C. Pada pasien masalah gangguan eliminasi
1. Klien mengatakan demam saat sulit berkemih Dan mengatakan badan terasa
panas, mengatakan sakit kepala dan menggigil dan tanpak pucat
3.4 Analisis Data
No. Data Masalah Etiologi
1. DS: Nyeri Inflamasi dan peningkatan
1. Biasanya Klien aktivitas penykit
mengatakan rasa sakit saat
pipis(berkemih)
2. Biasanya Klien
mengatakan rasa tidak enak
saat berkemih pada
punggung bawah
3. Biasanya Klien
mengeluhkan nyeri terasa
sejak 3hari lalu
DO:
1. Wajah meringis
2. Biasanya Dari pemeriksaan
No. Data Masalah Etiologi
urinalisis akan terdapat
leukouria positif dan
terdapat 5 eritrosit pada
lapang pandang besar(LPB)
sedimen air kemih.
3. Biasanya Klien tampak
memenggang daerah supra
pubik
4. Biasanya Klien tampak
meringis, dan terdapat
nyeri tekan dan lepas pada
daerah sekitar kandung
kemih klien
2. DS: Gangguan Nyeri saat BAK dan kurang
1. Klien mengatakan sering eliminasi menjaga kebersihan organ bawah
BAK dimalam hari
2. Klien mengatakan saat
BAK terasa sakit dan BAK
sedikit
- DO:
1. Klien tanpak kurang
memperhatikan kebersihan
organ bawah
2. Klien tanpak menahan
kencing
3. Klien tanpak mengalami
nokturia
3 DS: Hipertermi Peningkatan metabolisme akibat
1. Klien mengatakan demam bakteri berkembang pada kandung
saat sulit berkemih kemih
2. Klien mengatakan badan
terasa panas
3. Klien mengatakan sakit
kepala dan menggigil
- DO:
1. Klien tanpak pucat
2. Konjungtiva klien tanpak
pucat
3. T: 39°c

3.5 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri
2. Gangguan eliminasi
3. Hipertermi
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kiteria
No. Intervensi Aktivitas (NIC)
Keperawatan Hasil (NOC)
1. Nyeri berhubungan Tujuan : Setelah Manajemen nyeri:
dengan Inflamasi dan dilakukan tindakan 1. penilaian nyeri secara
peningkatan aktivitas keperawatan selama komprehensif dimulai dari
penyakit. 24 jam diharapkan lokasi, karakteristik, durasi,
nyerinya teratasi frekuensi, intensitas dan
Kiteria hasil : penyebab.
1. Skala nyeri 0-5. 2. Kurangi faktor presipitasi
2. Wajah klien tidak nyeri(faktor infeksi)
meringis. 3. Pilih dan lakukan penanganan
3. Klien tidak nyeri (farmakologi, non
memegang daerah farmakologi dan inter
nyeri. personal).
Pemberian analgesic:
1. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
2. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
3. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek
samping)
2. Gangguan Eliminasi Tujuan: setelah di 1. Monitor keadaan bladder setiap
lakukan tindakan 2 jam
perawatan selama 24 2. Hindari faktor pencetus
jam klien mampu inkontinensia urine seperti
BAK dengan normal cemas
Kiteria hasil : 4. Kolaborasi dengan Dokter
1. Klien dapat dalam pengobatan dan
mengontrol kateterisasi
pengeluaran urine 5. Jelaskan tentang pengobatan,
setiap 4 jam Kateter, penyebab, dan
2. Tidak ada tanda- tindakan lain
tanda retensi dan
inkontinensia
urine
3. Klien berkemih
dalam keadaan
rileks
3. Hipertermi Tujuan: Setelah di Fever treatment
lakukan tindakan 1. Monitor suhu sesering
keperawatan selama mungkin
24 jam diharapkan 2. Monitor tekanan darah, nadi
klien T kembali dan RR
Diagnosa Tujuan dan Kiteria
No. Intervensi Aktivitas (NIC)
Keperawatan Hasil (NOC)
normal 3. Monitor intake dan output
4. Kompres pasien pada lipat
Kiteria hasil : paha dan aksila
a. Suhu tubuh dalam 5. Berikan pengobatan untuk
rentang normal mencegah terjadinya menggigil
b. Nadi dan RR 6. Tingkatkan sirkulasi udara
dalam rentang Temperature regulation
normal 1. Monitor suhu minimal tiap 2
c. Tidak ada jam
perubahan warna 2. Rencanakan monitoring suhu
kulit dan tidak secara kontinyu
ada pusing, 3. Monitor TD, nadi, dan RR
merasa nyaman 4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi

Intevensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih
Tujuan : Nyeri hilang dengan spasme terkontrol
KH : Nyeri menghilang ditandai dengan klien melaporkan tidak nyeri waktu
berkemih, tidak nyeri pada daerah suprapubik
Intervensi :
a. Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran
setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Rasional : Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari
hasil yang diharapkan
b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri
Rasional : Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
c. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
d. Berikan perawatan perineal
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi uretra
e. Jika dipasang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari.
Rasional : Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih
dan naik ke saluran perkemihan.
f. Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
Rasional : Relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri
g. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk mengontrol nyeri
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan sering berkemih, urgensi dan
hesitancy
Tujuan : Pola eliminasi urine membaik
KH : Pola eliminasi urine membaik ditandai dengan klien melaporkan
berkurangnya frekuensi (sering berkemih) urgensi dan hesistensi.
Intervensi :
a. Kaji pola eliminasi klien
Rasional : sebagai dasar dalammenentukan intervensi selanjutnya
b. Dorong pasien untuk minum sebanyak mungkin dan mengurangi minum pada
sore hari
Rasional : Untuk mendukung aliran darah renal dan untuk membilas bakteri
dari traktus urinarius. Cairan yang dapat mengiritasi kandung
kemih (misalnya: kopi, teh, kola, alcohol) dihindari. Agar tidak
terlalu sering bangun berkemih pada malam hari
c. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-3 jam dan bila tiba- tiba dirasakan.
Rasional : Karena hal ini secara signifikan menurunkan jumlah bakteri dalam
urin, mengurangi status urin dan mencegah kekambuhan infeksi
d. Siapkan / dorongan dilakukan perawatan perineal setiap hari.
Rasional : Mengurangi resiko kontaminasi / peningkatan infeksi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan nokturia
Tujuan : Pola tidur membaik
KH : Pola tidur membaik ditandai dengan klien melaporkan dapat tidur,
klien nampak segar
Intervensi :
a. Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi
Rasional : Mengkaji dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
b. Berikan tempat tidur yang nyaman
Rasional : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/
psikologis.
c. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur misalnya, mandi hangat dan
masase, segelas susu hangat
Rasional : Meningkatkan efek relaksasi. Catatan susu mempunyai kualitas
sopofik, menigkatkan sintesis serotonin, neutransmitter yang
membantu pasien dan tidur lebih lama.
d. Kurangi kebisingan dan lampu
Rasional : Memberikan situasi kondusif untuk tidur.
e. Instruksikan tindakan relaksasi
Rasional : Membantu mengiduksi tidur
f. Kolaborasi pemberian obat
1) Analgetik
Rasional : Untuk mengontrol nyeri
2) Sedatif
Rasional : Untuk membantu klien tidur
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi iflamasi
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
KH : Suhu tubuh kembali normal ditandai dengan klien melaporkan tidak
demam, tidak terba panas, TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji adanya keluhan atau tanda-tanda perubahan peningkatan suhu tubuh
Rasional : Peningkatan sh tbh akan meunjukkan berbagai grejala sprt mt
merah dan badan terasa hanat
b. Observasi TTV terutama suhu tubuh sesuai indikasi
Rasional : Untuk menentukan int.selanjutnya
c. Kompres air hangat pada dahi dan kedua aksilla
Rasional : Merangsang hipothalamus ke pusat pengaturan suhu
d. Kolaborasi pemberian obat-obatan antipiretik
Rasional : Mengontrol demam
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
KH : Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan berat badan,
menunjukkan peningkatan selera makan, klien menghabiskan porsi
makanan yang diberikan.
Intervensi :
a. Kaji intake makanan klien
Rasional : Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
b. Dorong tirah baring/atau pembatasan aktivitas
Rasional : Mempertahankan simpanan energi yang cukup
c. Berikan kebersihan oral
Rasional : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan
d. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan,
dengan situasi tidak terburu-buru, temani
Rasional : Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan lebih
kondusif untuk makan
e. kolaborasi pemberian obat-obatan antiemetik
Rasional : Menghilangkan gejala mual muntah
6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan evaporasi dan
muntah
Tujuan : Cairan tubuh tetap seimbang
KH : Mempertahankan volume cairan yang adekuat dibuktikan oleh
membran mukosa lembab, turgor kulit bagus, keseimbangan intake
dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah.
Intervensi :
a. Awasi masukan dan haluaran cairan. Perkirakan kehilangan cairan melalui
keringat
Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, merupakan
pedoman untuk penggantian cairan
b. Anjurkan unruk mempertahankan intake peroral
Rasional : mengganti cairan yang hilang
c. Observasi penurunan turgor kulit
Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi
d. Kolaborasi
1) Berikan cairan parenteral jika diperlukan
Rasional : Membantu masukan cairan peroral
2) Berikan obat antiemetik
Rasional : Mengontrol mual dan muntah
3) Berikan obat antipeuretik
Rasional : Mengontrol panas
7. Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif, kurang pengetahuan
tentang penyakitnya
Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang
KH : Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang
dapat diatasi.
Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang
telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
Rasional : Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam
perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat
mengurangi ansietas.
b. Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
Rasional : Membuat hubungan terapeutik. Membantu orang terdekat dalam
mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres
c. Beri informasi yang akurat dan nyata tentang apa tindakan yang dilakukan
Rasional : Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa
control dan membantu menurunkan ansietas
d. Berikan lingkungan tenang dan istirahat
Rasional : Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan relaksasi,
membantu menurunkan ansietas
e. Dorong pasien/ orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian
Rasional : Tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres
berkurang, memungkinkan energi untuk ditujukan pada
penyembuhan
f. Beri dorongan spiritual
Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME
g. Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan
Rasional : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas
h. Kolaborasi pemberian obat sedatif
Rasional : Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan
istirahat
8. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Tujuan : Pengetahuan meningkat
KH : Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik,
rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi :
a. Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di ketahui
tentang penyakitnya.
Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidak tahuan pasien tentang
penyakitnya.
b. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan dating
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pilihan beradasarkan informasi.
c. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan,
gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan
sesudah pemeriksaan.
Rasional : Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan
membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan
terapetik.
d. Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak
kurang lebih delapan gelas per hari.
Rasional : Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit
mereda. Cairan menolong membilas ginjal.
e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan
masalah tentang rencana pengobatan.
Rasional : Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan
dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik

Evaluasi

1. Nyeri menghilang ditandai dengan klien melaporkan tidak nyeri waktu berkemih,
tidak nyeri pada daerah suprapubik
2. Pola eliminasi urine membaik ditandai dengan klien melaporkan berkurangnya
frekuensi (sering berkemih) urgensi dan hesistensi.
3. Pola tidur membaik ditandai dengan klien melaporkan dapat tidur, klien nampak
segar
4. Suhu tubuh kembali normal ditandai dengan klien melaporkan tidak demam, tidak
terba panas, TTV dalam batas normal
5. Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan berat badan, menunjukkan
peningkatan selera makan, klien menghabiskan porsi makanan yang diberikan.
6. Mempertahankan volume cairan yang adekuat dibuktikan oleh membran mukosa
lembab, turgor kulit bagus, keseimbangan intake dan haluaran dengan urine normal
dalam konsentrasi jumlah.
7. Ansietas berkurang atau hilang ditandai dengan tampak rileks dan melaporkan
ansietas berkurang pada tingkat yang dapat diatasi
8. Pengetahuan meningkat ditandai dengan menyatakan mengerti tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Infeksi saluran kemih secara umum dapat disebabkan oleh E.coli atau
penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab
infeksi saluran kemih pertama pada sekitar 90% wanita muda. Gejala dan tanda-
tandanya antara lain : sering kencing, disuria, hematuria dan piuria. Adanya keluhan
nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas.
Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih selain E.coli melalui
infeksi nosokomial Klebsiella, Proteus, Providencia, Citrobacter, P. aeruginosa,
Acineto
bacter, Enterococcus faecalis dan Stafilokokus saprophyticus.
4.2 Saran
Dengan penjelasan mengenai Konsep Infeksi Saluran Kemih (ISK) serta
ASKEPnya diharapkan kepada pembaca untuk dapat memahami tentang Konsep
Infeksi Saluran Kemih (ISK) serta ASKEPnya tersebut, sehingga pembaca dapat
memperluas pengetahuan serta dapat memahami apa saja yang berkaitan dengan hal
tersebut, serta bagi mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuannya mengenai
Konsep Infeksi Saluran Kemih (ISK) serta ASKEPnya tersebut, dan diharapkan
dapat menegakkan asuhan keperawatan yang professional dan bersungguh-sungguh
menjadi perawat yang professional nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Hariyono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perkemihan. Yogyakrta:


KDT

Digiulio, Mary ., dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: KDT

Hurst, Marlene. 2016. Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Herdman, T Heather,. Shigemi Kamitsuru. 2015. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: ECG

Nurjannah, Intansari,. Roxsana Devi Tumanggor. 2013. Nursing Interventions


Classification. Yogyakarta: Mocco Media1

Nurjannah, Intansari,. Roxsana Devi Tumanggor. 2013. Nursing Outcomes


Classification. Yogyakarta: Mocco Media

DepkesRi, (2014). Wasdapa Infeksi Saluran Kemih.http://www.depkes.go.id/index.php?


wasada+infeksi+saluran+kemih&act/. Diakses tanggal 200ktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai