Juni 2017
EPIDIDIMO-ORKITIS
OLEH:
PEMBIMBING:
UBUD - GIANYAR
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Penulisan laporan
kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat menyelesaikan program dokter
menyadari bahwa tanpa bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit untuk
menyelesaikan laporan kasus ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya
1. dr. Made Gunawan, S.Ked dan dr. Ni Made Ariani, S.Ked, selaku pembimbing
2. Pihak RS Ari Canti yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh
3. Orang tua, keluarga, dan sahabat yang telah memberikan bantuan dukungan
Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan pihak yang telah membantu. Semoga laporan kasus ini membawa manfaat
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
skrotal, seperti; nyeri, bengkak, dan kemerahan, yang terjadi secara tiba-tiba atau
onset cepat. Gejala tersebut dapat muncul sebagai gejala tunggal atau kombinasi.
Dilihat dari perspektif klinis, penting untuk menyimpulkan pasien mana yang
penyebab paling sering nyeri dan bengkak skrotum. Pria dewasa dengan epididimo-
orkitis biasanya menunjukkan gejala berupa nyeri skrotum dengan onset gradual
disertai gejala LUTS dan demam. Gejala-gejala ini yang membedakan dengan torsio
testis.(1, 2)
Anamnesis yang baik akan sangat menentukan diagnosis dan membantu kita
seperti usia dan aktivitas seksual, gejala LUTS dan instrumentasi seperti penggunaan
kateter urin atau sistoskopi, riwayat penyakit seperti parotitis mumps, dapat diperoleh
melalui anamnesis dan akan membantu dalam menentukan terapi empirik yang dapat
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
maupun non-infeksi, yang menyebabkan keluhan berupa nyeri dan bengkak pada
Gejala epididimitis akut biasanya berkurang atau hilang dalam < 6 minggu,
orkitis tunggal sangat jarang terjadi, umumnya disebabkan infeksi virus mumps
bahwa hanya 0,9% total pasien pria yang mengunjungi poli urologi menderita
epididimis, temuan ini jauh lebih jarang dibandingkan kasus prostatitis atau
maupun kiri memiliki risiko yang sama. Inflamasi bilateral sangat jarang terjadi.
2
Puncak insidensi epididimitis terjadi pada pria muda, yang aktif secara seksual,
infeksi saluran kemih, atau infeksi sistemik. Orkitis berbeda dengan infeksi
kelenjar seks pria, utamanya menyebar melalui pembuluh darah dan biasanya
anal.(2,4,6,7)
Pada usia < 14 tahun atau > 35 tahun, epididimitis biasanya disebabkan
infeksi patogen umum infeksi saluran kemih seperti Escherichia coli. Virus
postpubertal dengan mumps dapat mengalami orkitis uni atau bilateral yang
sterilitasnya rendah. Orkitis akibat virus mumps terjadi sebagai bagian dari
epidemi, dan sering terjadi pada daerah yang kurang terjangkau program
3
vaksinasi. Infeksi lain seperti tuberkulosis, umumnya bersamaan dengan TB
ginjal.(4,6,7)
Epididimitis akut sangat jarang terjadi pada anak-anak, dan ketika terjadi,
inflamasi yang lebih berat, terjadi pada 12-19% pria dengan penyakit behcet.
Faktor urologik, termasuk obstruksi saluran kemih bagian bawah akibat BPH,
ca prostat, striktur uretra, serta prosedur invasif prostat seperti biopsi, reseksi
oleh spermatic cord. Testis sebelah kiri cenderung lebih rendah. Permukaan
testis dilapisi oleh lapisan visceral tunika vaginalis kecuali bagian testis yang
luar berupa tunika albuginea yang merupakan jaringan fibrosa. Tunika albuginea
septa. Septa membatasi lobula yang berada didalam testis. Testis dibagi menjadi
dan tersusun secara padat di dalam testis. Bagian posterior tubula terhubung
4
dengan pleksus yang masuk ke dalam rete testis yang kemudian akan penetrasi
kedalam tunika albuginea di bagian atas testis. Setelah itu menuju bagian kaput
epididimis yang dibentuk oleh duktus eferen. Duktus eferen berfusi untuk
membentuk satu tuba yang membentuk korpus dan kauda epididimis. Epididimis
dibentuk oleh duktus epididimis yang kecil dan melilit secara padat. Saluran
tersebut akan menjadi lebih kecil ketika melalui bagian atas epididimis (kaput).
2.4. Patofisiologi
bahwa jenis bakteri penyebabnya bervariasi sesuai usia dan faktor risiko.(1,2,4)
epididimis.(1,2,4)
2.5. Diagnosis
dan risiko IMS (termasuk hubungan seks melalui anus), bersama hasil
5
Gambar 2.1. Algoritme pasien dengan keluhan akut skrotum.
dengan gejala skrotum akut dan pasien dengan kemungkinan diagnosa torsio
pada pria dewasa. Selama fase akut, epididimis membesar secara nyata dan
6
menyeluruh atau terfokus pada bagian kaudal. Pada pemeriksaan fisik, testis
Pasien sering mengalami nyeri pada satu sisi epididimis yang menyebar ke
testis ipsilateralnya. Gejala infeksi saluran kemih bawah, seperti sering BAK,
tidak mampu menahan BAK, hematuria, atau nyeri berkemih, dapat pula
terjadi.(2)
yang hebat dan tiba-tiba dan biasanya hanya satu sisi. Gejala tidak khas dapat
tanpa gejala sistemik. Nyeri dan bengkak pada testis biasanya terjadi 4 - 10
keterlibatan parotis.(2,5,7)
ipsilateral yang menyebabkan elevasi testis) akan timbul pada pasien dengan
epididimitis dan / atau orkitis, namun tidak pada torsio testis. Prehn sign
(berkurangnya nyeri dengan elevasi testis) dapat muncul pada pasien dengan
epididimitis walaupun hal ini bukan temuan yang dapat dipercaya. Nyeri
tidak berkurang dengan elavasi testis pada pasien dengan torsio testis. Tanda
lain yang dapat ditemukan yaitu discharge uretra, hidrokel, eritema +/- edema
7
2.5.2. Pemeriksaan Penunjang
(LPB) (1000x), atau pewarnaan gram sedimen sampel urin pancar awal
dengan > 10 PMN per LPB (1000x). Urine dipstik - berguna hanya sebagai
tambahan untuk urin pancar tengah. Tes dipstik negatif pada pria sebaiknya
gonorrhoeae, urin pancar awal (FPU) / swab urethra untuk uji amplifikasi
urin pancar tengah untuk mikroskopi dan kultur, C-Reactive Protein (CRP)
dan laju endap darah (ESR) dapat membantu diagnosis epididimitis jika
8
dari organ intraskrotal lainnya), serta memonitor komplikasi seperti infark
Gambar 2.2. Testis dan epididimis normal. Pola echo yang homogen dan
terlihat pemisahan yang baik antara testis dan caput epididimis (panah
testis yang homogen (umumnya pada pole atas atau dapat pula pada
CCDS. Hal ini merupakan kunci perbedaan inflamasi dan torsio testis
(berkurangnya echo aliran darah yang signifikan). Pada orkitis yang berat,
9
Gambar 2.3. Epididimitis. Pembengkakan dan inhomogenitas epididimis (A).
CCDS (B) menunjukkan peningkatan aliran darah pada epididimis yang mengalami
inflamasi.
Gambar 2.4. Torsio testis. USG Power Dopples (A) menunjukkan berkurangnya
aliran darah dan inhomogenitas pada testis dan epididimis; peningkatan aliran darah
terjadi pada jaringan peritestikuler. Aliran darah normal pada testis normal (B).
2.6. Tatalaksana
gonokokus atau klamidia (pasien usia 14-35 tahun), dapat diberikan seftriaksom
250 mg/IM dosis tunggal, dan doksisiklin 2 x 100 mg/oral selama 10 hari.
doksisiklin. (2,8)
Pada kemungkinan infeksi organisme enterik (pasien usia < 14 tahun atau >
35 tahun), atau pada pasien yang alergi terhadap sefalosporin atau tertrasiklin,
10
dapat diberikan ofloksasin 2 x 300 mg/oral selama 10 hari, atau levofloksasin 1
Epididimitis dan orkitis biasanya dapat diobati sebagai pasien rawat jalan
dengan follow-up ketat. Rawat inap disarankan apabila terdapat nyeri yang tidak
Pria > 50 tahun seharusnya dievaluasi adanya obestruksi uretra akibat hipertrofi
prostat.(2,7)
memerlukan tindakan bedah segera. Jika anak-anak atau dewasa muda dating
dengan keluhan nyeri dan bengkak pada testis tiba-tiba, maka harus didiagnosa
awal sebagai torsio testis sampai dibuktikan sebagai penyakit lain. Torsio testis
biasanya terjadi pada pasien usia < 20 tahun (namun dapat terjadi pada semua
usia), nyerinya tiba-tiba (dalam hitungan jam), nyeri sangat hebat, dan
11
Tabel 2.1. Diagnosis banding akut skrotum.
Kasus ringan umumnya dapat teratasi dalam 4 - 5 hari. Kasus yang lebih
berat dapat bertahan hingga 3 - 4 minggu. Pada hampir setengah kasus, testis
Komplikasi orkitis bakterial termasuk infark testis, abses, dan pyokel. Tindakan
12
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. W
Usia : 33 tahun
No. RM : 20.12.34
3.2. Anamnesis
Anamnesis terpimpin :
pemeriksaan, nyeri kepala, mual, dan muntah 1x. Nyeri saat buang air kecil,
sering buang air kecil, dan tidak dapat menahan buang air kecil disangkal. Buang
air kecil bercampur nanah dan bercak darah disangkal. Riwayat berganti-ganti
sudah berobat ke dokter, dan mendapatkan terapi antibiotik (cefixime 2x1) dan
penurun panas (paracetamol 3x1) selama 5 hari. Pasien tidak menderita penyakit
13
sistemik. Riwayat keluhan penyakit yang sama dalam keluarga dan riwayat
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37,7 oC
Nyeri : NPRS 4
1. Kepala leher
Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid kesan normal, JVP R+0 cmH2O.
2. Thoraks
a. Pulmo
14
b. Cor
3. Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak nafas, darm steifung & darm contour (-).
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa tumor (-), hepar & lien ttb
Inspeksi : Edema (+), eritema (+), discharge oue (-), elevasi patologis
Palpasi : Testis & epididimis: edema (+), nyeri tekan (+), sensasi bag
5. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT <2 detik.
Epididimo-orkitis sinistra
Torsio testis
15
3.6. Rencana Kerja
1. Darah rutin
Hasil
Parameter Satuan Rujukan
4/5/2017 5/5/2017
WBC 11,2 15,1 109/L 4,1 - 11,0
Gran % 64,7 77,4 % 40 - 74
Gran 7,2 11,7 109/L 1,2 - 8,0
Lym % 24,8 17,2 % 13 - 40
Lym 2,8 2,6 109/L 1,0 - 4,0
HB 14,3 13,4 g/dL 13,5 - 17,5
HCT 41,5 38,5 % 41 - 53
PLT 278 220 109/L 150,0 - 440,0
16
Eritrosit 1-2 /LPB 0-1
Cast Negatif /LPK Negatif
Lain-lain Bakteri: Negatif /LPK Negatif
3.6.2. Terapi
a. Bed rest
2. Farmakologi
3.7. Prognosis
3.8. Follow Up
P : Levosin 2x1
Ketese 3x1
17
S : Keluhan (-)
P : Levosin 2x1
Ketese 3x1
S : Keluhan (-)
A : Orchitis
07/05/2017
P : Boleh pulang
Levosin 2x1
Ketese 3x1
18
BAB IV
ANALISA KASUS
4.1. Subyektif
Nyeri dan bengkak pada satu sisi buah pelir yang tidak terjadi secara tiba-
torsio testis. Beberapa referensi menyebutkan bahwa, gejala demam dan riwayat
infeksi parotis yang sebelumnya dialami pasien dapat berkaitan dengan kondisi
saat ini. Pada pasien dewasa, demam dan menggigil dapat terjadi pada 25%
umum infeksi virus, seperti malaise, myalgia, demam dan menggigil, mual serta
nyeri kepala. Gejala-gejala tersebut terjadi antara 4-7 hari setelah munculnya
gejala parotitis.
Pasien yang aktif secara seksual, dapat mengeluhkan gejala lain yang dapat
saluran kemih bawah; disuria, frekuensi dan urgensi, dan / atau adanya discharge
uretra.
4.2. Obyektif
Pada infeksi ascending, edema dan nyeri umumnya berawal dari bagian
ipsilateral. Pada kasus yang lebih jarang, infeksi terisolasi pada testis (tanpa
disertai nyeri pada epididimis), biasanya ditemukan pada fase awal orkitis akibat
19
keterlibatan epididimis pada kasus orkitis tercatat terjadi pada 20-40% kasus.
Diferensiasi epididimis dan testis pada palpasi skrotum sulit dilakukan karena
merasakan nyeri pada skrotum kiri yang berkurang dengan elevasi skrotum.
Tanda lain yang dapat ditemukan pada pasien orkitis atau epididimo-orkitis berat
4.3. Assessment
darah rutin, ditemukan tanda-tanda infeksi akut suspek bakterial (WBC: 15,1 x
103/cc, GRAN: 77,4%, LYM: 17,2%). Pada pemeriksaan urin rutin tidak
ascending.
Prehn sign yang positif, serta refleks kremaster yang normal pada
4.4. Planning
diagnosa banding torsio testis serta untuk melakukan diferensiasi testis dan
20
dapat dilakukan adalah kultur swab uretra untuk mengetahui organisme spesifik
antibiotik dapat diberikan sementara menunggu hasil kultur dan uji kepekaan
spektrum luas golongan fluoroquinolon yang lebih efektif pada bakteri gram
positif, namun kurang efektif pada bakteri gram negatif dibandingkan golongan
21
BAB V
KESIMPULAN
Walaupun merupakan kasus yang jarang terjadi, gejala skrotum akut harus
mendapatkan perhatian mengingat gejala ini dapat ditimbulkan oleh pasien dengan
pemeriksaan fisik yang baik akan dapat membedakan inflamasi intraskrotal akibat
menyingkirkan diagnosis banding torsio testis. Terapi empiris dapat diberikan pada
antibiotik intravena selama dua hari, pasien menunjukkan perbaikan keluhan dan
22
DAFTAR PUSTAKA
AmFamPhysician. 2009;79(7):583-7.
JE, Dolin R, Blaser MJ, editors. Principles and Practice of Infectious Diseases.
CentEuropeanJUrol. 2012;65(3):139-43.
7. Street EJ, Portman MD, Kopa Z, et al. 2016 European guideline on the
http://www.imagingpathways.health.wa.gov.au/index.php/imaging-
2017.
23