Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

Juni 2017

EPIDIDIMO-ORKITIS

OLEH:

dr. Eka Parama Adhi.K

PEMBIMBING:

dr. Made Gunawan

dr. Ni Made Ariani

PENANGGUNG JAWAB PASIEN:

dr. Sang Nyoman Suriana, Sp.B

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS

PROGRAM DOKTER INTERSHIP RS ARI CANTI

PERIODE SEPTEMBER 2016 - SEPTEMBER 2017

UBUD - GIANYAR

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Penulisan laporan

kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat menyelesaikan program dokter

internship di RS Ari Canti periode September 2016 - September 2017. Saya

menyadari bahwa tanpa bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit untuk

menyelesaikan laporan kasus ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya

mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Made Gunawan, S.Ked dan dr. Ni Made Ariani, S.Ked, selaku pembimbing

internship RS Ari Canti;

2. Pihak RS Ari Canti yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh

data yang saya perlukan; dan

3. Orang tua, keluarga, dan sahabat yang telah memberikan bantuan dukungan

moral dan material dalam menyelesaikan laporan kasus ini.

Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan pihak yang telah membantu. Semoga laporan kasus ini membawa manfaat

bagi pengembangan ilmu.

Ubud, Juni 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 2

BAB III. LAPORAN KASUS ........................................................................ 13

BAB IV. ANALISA KASUS ......................................................................... 19

BAB V. KESIMPULAN ............................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Istilah akut skrotum digunakan pada semua penyakit dengan gejala-gejala

skrotal, seperti; nyeri, bengkak, dan kemerahan, yang terjadi secara tiba-tiba atau

onset cepat. Gejala tersebut dapat muncul sebagai gejala tunggal atau kombinasi.

Dilihat dari perspektif klinis, penting untuk menyimpulkan pasien mana yang

memerlukan tindakan bedah cito seperti torsio testis.(1)

Epididimo-orkitis sering dijumpai pada seting rawat jalan, dan merupakan

penyebab paling sering nyeri dan bengkak skrotum. Pria dewasa dengan epididimo-

orkitis biasanya menunjukkan gejala berupa nyeri skrotum dengan onset gradual

disertai gejala LUTS dan demam. Gejala-gejala ini yang membedakan dengan torsio

testis.(1, 2)

Anamnesis yang baik akan sangat menentukan diagnosis dan membantu kita

dalam menentukan kemungkinan patogenesis epididimo-orkitis. Faktor risiko,

seperti usia dan aktivitas seksual, gejala LUTS dan instrumentasi seperti penggunaan

kateter urin atau sistoskopi, riwayat penyakit seperti parotitis mumps, dapat diperoleh

melalui anamnesis dan akan membantu dalam menentukan terapi empirik yang dapat

diberikan pada pasien.(3)

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi & Epidemiologi

Epididimitis, inflamasi pada epididimis, disebabkan oleh proses infeksi

maupun non-infeksi, yang menyebabkan keluhan berupa nyeri dan bengkak pada

skrotum. Penyakit ini merupakan penyebab tersering peradangan intraskrotal.

Gejala epididimitis akut biasanya berkurang atau hilang dalam < 6 minggu,

sedangkan epididimitis kronik memberikan gejala hingga ≥ 3 bulan. Orkitis,

inflamasi pada testis, lebih jarang terjadi dibandingkan epididimitis. Kasus

orkitis tunggal sangat jarang terjadi, umumnya disebabkan infeksi virus mumps

pada usia prepubertal (≤ 13 tahun). Infeksi epididimis umumnya menyebar ke

testis ipsilateral, dimana tercatat 58% pasien terdiagnosa epididimitis juga

mengalami orkitis. Sulitnya diferensiasi proses inflamasi pada epididimis dan /

atau testis menyebabkan penggunaan istilah epididimo-orkitis untuk

menjelaskan kombinasi proses inflamasi pada kedua organ tersebut.(2,4-6)

Secara umum, epididimo-orkitis akut merupakan kasus yang jarang terjadi.

Penelitian prospektif yang dilakukan di Kanada pada tahun 2004 menunjukkan

bahwa hanya 0,9% total pasien pria yang mengunjungi poli urologi menderita

epididimis, temuan ini jauh lebih jarang dibandingkan kasus prostatitis atau

sistitis interstisial. Terdapat hampir 600.000 kasus epididimitis tiap tahunnya di

Amerika Serikat. Epididimo-orkitis akut umumnya terjadi unilateral, kanan

maupun kiri memiliki risiko yang sama. Inflamasi bilateral sangat jarang terjadi.

2
Puncak insidensi epididimitis terjadi pada pria muda, yang aktif secara seksual,

antara usia 18-39 tahun.(2,4,6)

2.2. Etiologi & Faktor Risiko

Epididimo-orkitis umumnya berkaitan dengan infeksi menular seksual,

infeksi saluran kemih, atau infeksi sistemik. Orkitis berbeda dengan infeksi

kelenjar seks pria, utamanya menyebar melalui pembuluh darah dan biasanya

disebabkan oleh virus. Orkitis bakterial biasanya terjadi karena penyebaran

infeksi epididimitis yang menyebabkan epididimo-orkitis.(4-6)

2.2.1. Infeksi menular seksual

Pada pria dewasa, usia 14-35 tahun, epididimitis akut umumnya

berkaitan dengan infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Chlamydia

trachomatis atau Neisseria gonorrhoeae. Organisme enterik gram negatif

dapat ditemukan pada pria yang melakukan hubungan seksual secara

anal.(2,4,6,7)

2.2.2. Infeksi lain

Pada usia < 14 tahun atau > 35 tahun, epididimitis biasanya disebabkan

infeksi patogen umum infeksi saluran kemih seperti Escherichia coli. Virus

mumps, paramyxovirus, merupakan penyebab orkitis, namun epididimitis

dapat pula berkembang sebagai komplikasinya. Hingga 40% pria

postpubertal dengan mumps dapat mengalami orkitis uni atau bilateral yang

dapat menyebabkan atrofi testis akibat inflamasi, walaupun risiko

sterilitasnya rendah. Orkitis akibat virus mumps terjadi sebagai bagian dari

epidemi, dan sering terjadi pada daerah yang kurang terjangkau program

3
vaksinasi. Infeksi lain seperti tuberkulosis, umumnya bersamaan dengan TB

ginjal.(4,6,7)

2.2.3. Non infeksi

Epididimitis akut sangat jarang terjadi pada anak-anak, dan ketika terjadi,

biasanya berkaitan dengan kelainan saluran kemih, termasuk refluks

vesikoureteral. Penggunaan amiodaron dilaporkan menyebabkan epididimitis

yang membaik dengan penghentian terapi. Penyakit behcet, berkaitan dengan

inflamasi yang lebih berat, terjadi pada 12-19% pria dengan penyakit behcet.

Faktor urologik, termasuk obstruksi saluran kemih bagian bawah akibat BPH,

ca prostat, striktur uretra, serta prosedur invasif prostat seperti biopsi, reseksi

transuretral, prostatektomi radikal atau laser, juga dilaporkan berkaitan

dengan epididimitis pada pasien usia tua.(4,7)

2.3. Anatomi Organ Terkait

Testis merupakan organ gonad laki-laki yang memproduksi sperma dan

hormon reproduksi (testosterone). Testis berada didalam skrotum dan digantung

oleh spermatic cord. Testis sebelah kiri cenderung lebih rendah. Permukaan

testis dilapisi oleh lapisan visceral tunika vaginalis kecuali bagian testis yang

menempel dengan epididimis dan spermatic cord. Testis mempunyai lapisan

luar berupa tunika albuginea yang merupakan jaringan fibrosa. Tunika albuginea

akan menebal membentuk mediastinum testis dan akan memanjang membentuk

septa. Septa membatasi lobula yang berada didalam testis. Testis dibagi menjadi

200 - 300 lobula, yang masing-masing lobula tersebut berisi 1 - 3 tubulus

seminiferus. Setiap tubula mempunyai panjang sekitar 62 cm yang menggulung

dan tersusun secara padat di dalam testis. Bagian posterior tubula terhubung

4
dengan pleksus yang masuk ke dalam rete testis yang kemudian akan penetrasi

kedalam tunika albuginea di bagian atas testis. Setelah itu menuju bagian kaput

epididimis yang dibentuk oleh duktus eferen. Duktus eferen berfusi untuk

membentuk satu tuba yang membentuk korpus dan kauda epididimis. Epididimis

merupakan struktur perpanjangan dari bagian posterior testis. Duktus eferen

yang berasal dari testis memindahkan sperma menuju epdidimis. Epididimis

dibentuk oleh duktus epididimis yang kecil dan melilit secara padat. Saluran

tersebut akan menjadi lebih kecil ketika melalui bagian atas epididimis (kaput).

2.4. Patofisiologi

Epididimitis merupakan penyebab paling sering inflamasi intraskrotum, dan

penyebaran patogen penyebabnya biasanya terjadi secara retrograde / ascending.

Sebuah penelitian tahun 1979 menunjukkan bahwa bakteri merupakan patogen

yang paling sering menyebabkan penyakit ini. Berbagai penelitian menyebutkan

bahwa jenis bakteri penyebabnya bervariasi sesuai usia dan faktor risiko.(1,2,4)

Berbeda dengan epididimitis, orkitis tunggal biasanya jarang terjadi, dan

disebabkan infeksi virus mumps yang menyebar secara hematogenik. Orkitis

pyogenik biasanya disebabkan penyebaran proses inflamasi pada

epididimis.(1,2,4)

2.5. Diagnosis

Epididimo-orkitis adalah diagnosis klinis yang ditegakkan berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik. Hasil anamnesis, berupa gejala genitourinaria

dan risiko IMS (termasuk hubungan seks melalui anus), bersama hasil

pemeriksaan fisik dan penunjang awal akan mengarahkan pada kemungkinan

etiologi dan pilihan antibiotik empiris.(7)

5
Gambar 2.1. Algoritme pasien dengan keluhan akut skrotum.

2.5.1. Anamnesis & Pemeriksaan Fisik

Ketika mengevaluasi pasien dengan nyeri dan pembengkakan testis dan

skrotum akut, kecurigaan torsio testis tidak dapat disingkirkan. Faktanya

torsio testis sering disalah-diagnosiskan sebagai epididimitis. Setiap pasien

dengan gejala skrotum akut dan pasien dengan kemungkinan diagnosa torsio

testis yang belum bisa disingkirkan, seharusnya mendapatkan rujukan segera

ke urologis untuk kemungkinan bedah.(2)

Dari semua kondisi patologis yang terjadi pada epididimis, epididimitis

merupakan penyebab paling sering menyebabkan bengkak dan nyeri skrotum

pada pria dewasa. Selama fase akut, epididimis membesar secara nyata dan

tergantung pada perluasan proses inflamasinya, pembengkakan dapat terjadi

6
menyeluruh atau terfokus pada bagian kaudal. Pada pemeriksaan fisik, testis

dan epididimis biasanya tidak dapat dibedakan dengan palpasi. Namun

demikian pemisahan harus tetap dilakukan menggunakan USG atau MRI.(1)

Pasien dengan epididimitis biasanya mengeluhakn nyeri yang berangsur,

terlokalisir pada testis posterior dan biasanya menyebar ke perut bawah.

Pasien sering mengalami nyeri pada satu sisi epididimis yang menyebar ke

testis ipsilateralnya. Gejala infeksi saluran kemih bawah, seperti sering BAK,

tidak mampu menahan BAK, hematuria, atau nyeri berkemih, dapat pula

terjadi.(2)

Orkitis akibat virus ditandai dengan nyeri dan pembengkakan skrotum

yang hebat dan tiba-tiba dan biasanya hanya satu sisi. Gejala tidak khas dapat

terjadi berupa pembengkakan bilateral, epididimitis yang berdiri sendiri, atau

tanpa gejala sistemik. Nyeri dan bengkak pada testis biasanya terjadi 4 - 10

hari setelah onset parotitis, walaupun dapat terjadi tanpa didahului

keterlibatan parotis.(2,5,7)

Refleks kremaster, diperiksa dengan mengusap kulit paha atas bagian

medial, harus selalu dievaluasi. Refleks normal (kontraksi otot kremaster

ipsilateral yang menyebabkan elevasi testis) akan timbul pada pasien dengan

epididimitis dan / atau orkitis, namun tidak pada torsio testis. Prehn sign

(berkurangnya nyeri dengan elevasi testis) dapat muncul pada pasien dengan

epididimitis walaupun hal ini bukan temuan yang dapat dipercaya. Nyeri

tidak berkurang dengan elavasi testis pada pasien dengan torsio testis. Tanda

lain yang dapat ditemukan yaitu discharge uretra, hidrokel, eritema +/- edema

skrotum, dan pireksia.(2,7)

7
2.5.2. Pemeriksaan Penunjang

Walaupun skrotum adalah struktur superfisial, anamnesis dan

pemeriksaan fisiknya sering gagal memberikan diagnosis spesifik karena

temuan tersebut dapat serupa pada banyak kondisi.(1)

Penunjang awal seharusnya mencakup diagnosis uretritis, menggunakan

apusan uretra dengan pewarnaan gram atau methylen blue, yang

menunjukkan > 5 leukosit polimorfonuklear (PMN) per lapang pandang besar

(LPB) (1000x), atau pewarnaan gram sedimen sampel urin pancar awal

dengan > 10 PMN per LPB (1000x). Urine dipstik - berguna hanya sebagai

tambahan untuk urin pancar tengah. Tes dipstik negatif pada pria sebaiknya

tidak mengekslusi diagnosis ISK. Ditemukannya nitrit dan leukosit-esterase

menunjukkan ISK pada pria dengan gejala saluran kemih bawah.(2,7,8)

Pemeriksaan laboratorium harus mencakup apusan uretra untuk kultur N.

gonorrhoeae, urin pancar awal (FPU) / swab urethra untuk uji amplifikasi

asam nukleat (NAAT) untuk N. gonorrhoeae dan C. Trachomatis, spesimen

urin pancar tengah untuk mikroskopi dan kultur, C-Reactive Protein (CRP)

dan laju endap darah (ESR) dapat membantu diagnosis epididimitis jika

meningkat, namun rujukan operasi atau pengobatan antibiotik tidak boleh

ditunda menunggu hasil tes-tes ini.(2,7,8)

USG digunakan sebagai penunjang pemeriksaan fisik, mengonfirmasi

diagnosa kerja dan menyediakan informasi tambahan yang relevan.(9) Pada

pasien suspek epididimo-orkitis, USG mengekslusi diagnosis torsio testis,

penilaian organ skrotalis (jika terdapat kesulitan palpasi epididimis terpisah

8
dari organ intraskrotal lainnya), serta memonitor komplikasi seperti infark

atau abses, yang mungkin memerlukan intervensi bedah.(1)

Gambar 2.2. Testis dan epididimis normal. Pola echo yang homogen dan

terlihat pemisahan yang baik antara testis dan caput epididimis (panah

lengkung) serta cauda epididimis (panah).

Pada pemeriksaan USG, epididimo-orkitis ditandai pembesaran

epididimis, penebalan (edema) kulit skrotum, dan penurunan echogenesitas

testis yang homogen (umumnya pada pole atas atau dapat pula pada

keseluruhan organ), dengan sensitivitas 91-100%. Peningkatan aliran darah,

yang berkaitan dengan inflamasi, dapat dengan mudah terlihat menggunakan

CCDS. Hal ini merupakan kunci perbedaan inflamasi dan torsio testis

(berkurangnya echo aliran darah yang signifikan). Pada orkitis yang berat,

testis akan terlihat hipoechoic dan echotexture-nya akan terlihat lebih

heterogen, serta akan terlihat pembentukan abses dini.(1,2,9)

9
Gambar 2.3. Epididimitis. Pembengkakan dan inhomogenitas epididimis (A).

CCDS (B) menunjukkan peningkatan aliran darah pada epididimis yang mengalami

inflamasi.

Gambar 2.4. Torsio testis. USG Power Dopples (A) menunjukkan berkurangnya

aliran darah dan inhomogenitas pada testis dan epididimis; peningkatan aliran darah

terjadi pada jaringan peritestikuler. Aliran darah normal pada testis normal (B).

2.6. Tatalaksana

Terapi empirik diberikan terlebih dahulu berdasarkan kemungkinan patogen

penyebab infeksi sementara menunggu hasil kultur. Pada kemungkinan infeksi

gonokokus atau klamidia (pasien usia 14-35 tahun), dapat diberikan seftriaksom

250 mg/IM dosis tunggal, dan doksisiklin 2 x 100 mg/oral selama 10 hari.

Azitromisin 1g/oral dosis tunggal dapat digunakan untuk menggantikan

doksisiklin. (2,8)

Pada kemungkinan infeksi organisme enterik (pasien usia < 14 tahun atau >

35 tahun), atau pada pasien yang alergi terhadap sefalosporin atau tertrasiklin,

10
dapat diberikan ofloksasin 2 x 300 mg/oral selama 10 hari, atau levofloksasin 1

x 500mg/oral selama 10 hari. Pasien dengan HIV harus mendapatkan terapi

sebagaimana pasien imunokompeten.(2)

Sebagai tambahan antibiotik, analgetik, elevasi skrotum, kompres dingin

dan istirahat dapat membantu peroses penyembuhan epididymitis.(2)

Epididimitis dan orkitis biasanya dapat diobati sebagai pasien rawat jalan

dengan follow-up ketat. Rawat inap disarankan apabila terdapat nyeri yang tidak

berkurang dengan analgetik oral, muntah (karena ketidak-mampuan konsumsi

antibiotic oral), kecurigaan abses, atau adanya tanda-tanda sepsis.(2)

Follow-up disarankan setelah 3 - 7 hari setelah pemeriksaan awal dan bila

terdapat massa testis. Anak-anak prepubertas dengan epididimitis sebaiknya

dirujuk ke ahli urologi karena kemungkinan adanya abnormalitas saluran kemih.

Pria > 50 tahun seharusnya dievaluasi adanya obestruksi uretra akibat hipertrofi

prostat.(2,7)

2.7. Diagnosis Banding

Diagnosis banding utama epididimo-orkitis adalah torsio testis. Keadaan ini

memerlukan tindakan bedah segera. Jika anak-anak atau dewasa muda dating

dengan keluhan nyeri dan bengkak pada testis tiba-tiba, maka harus didiagnosa

awal sebagai torsio testis sampai dibuktikan sebagai penyakit lain. Torsio testis

biasanya terjadi pada pasien usia < 20 tahun (namun dapat terjadi pada semua

usia), nyerinya tiba-tiba (dalam hitungan jam), nyeri sangat hebat, dan

pemeriksaan penunjang awal tidak menunjukkan adanya ISK. Pasien harus

dirujuk untuk detorsio testis dalam waktu < 6 jam.(7)

11
Tabel 2.1. Diagnosis banding akut skrotum.

2.8. Komplikasi & Prognosis

Kasus ringan umumnya dapat teratasi dalam 4 - 5 hari. Kasus yang lebih

berat dapat bertahan hingga 3 - 4 minggu. Pada hampir setengah kasus, testis

yang terlibat mengalami atrofi. Sebelumnya, sterilitas dilaporkan terjadi pada

25% pasien dengan keterlibatan testis bilateral. Penelitian lebih baru

menunjukkan bahwa orkitis akibat mumps jarang meenyebabkan infertilitas.

Komplikasi orkitis bakterial termasuk infark testis, abses, dan pyokel. Tindakan

bedah diperlukan pada kasus-kasus ini.(5)

12
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien

Nama : Tn. W

Usia : 33 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Br. Pinjul, Kenderan

No. RM : 20.12.34

Waktu Pemeriksaan : 5 Mei 2017, 09.54 WITA

3.2. Anamnesis

Keluhan Utama : Nyeri dan bengkak pada pelir kiri.

Anamnesis terpimpin :

Dialami sejak 4 hari sebelum pemeriksaan, nyeri dirasakan perlahan dan

semakin memberat. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 1 minggu sebelum

pemeriksaan, nyeri kepala, mual, dan muntah 1x. Nyeri saat buang air kecil,

sering buang air kecil, dan tidak dapat menahan buang air kecil disangkal. Buang

air kecil bercampur nanah dan bercak darah disangkal. Riwayat berganti-ganti

pasangan seksual disangkal. Merupakan keluhan yang pertama kali dialami,

sudah berobat ke dokter, dan mendapatkan terapi antibiotik (cefixime 2x1) dan

antinyeri (dexketoprofen 3x1).

Pasien mengeluhkan nyeri dan bengkak pada kelenjar ludah ± 1 minggu

sebelum pemeriksaan dan mendapatkan antibiotik (amoxicillin 3x1) dan

penurun panas (paracetamol 3x1) selama 5 hari. Pasien tidak menderita penyakit

13
sistemik. Riwayat keluhan penyakit yang sama dalam keluarga dan riwayat

penyakit sistemik dalam keluarga disangkal.

3.3. Pemeriksaan Fisik

3.3.1. Keadaan Umum

Sakit ringan / gizi cukup / compos mentis

3.3.2. Tanda Vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 37,7 oC

Nyeri : NPRS 4

3.3.3. Status Generalis

1. Kepala leher

Umum : Normocephali, wajah simetris.

Rambut : Hitam lurus, tanda defisiensi (-)

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-), RP +/+.

Bibir : Sianosis (-).

Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid kesan normal, JVP R+0 cmH2O.

2. Thoraks

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan.

Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-).

a. Pulmo

Perkusi : Sonor kiri = kanan, batas paru-hepar ICS 6 kanan.

Auskultasi : BP: vesikuler, BT: ronchi -/-, wheezing -/-.

14
b. Cor

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.

Palpasi : Thrill (-).

Perkusi : Batas kiri jantung: linea aksillaris anterior sinistra.

Auskultasi : BJ: S I/II murni, reguler.

3. Abdomen

Inspeksi : Datar, ikut gerak nafas, darm steifung & darm contour (-).

Auskultasi : Peristaltik kesan normal.

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa tumor (-), hepar & lien ttb

Perkusi : Timpani, pekak hepar (+).

4. Anogenital (Skrotum sinistra)

Inspeksi : Edema (+), eritema (+), discharge oue (-), elevasi patologis

(-), transluminasi (-).

Palpasi : Testis & epididimis: edema (+), nyeri tekan (+), sensasi bag

of worm (-), lilitan funikulus spermatikus (-), refleks

kremaster (+), Prehn sign (+).

5. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT <2 detik.

3.4. Diagnosa Kerja

Epididimo-orkitis sinistra

3.5. Diagnosa Banding

Torsio testis

15
3.6. Rencana Kerja

3.6.1. Pemeriksaan Penunjang

1. Darah rutin
Hasil
Parameter Satuan Rujukan
4/5/2017 5/5/2017
WBC 11,2 15,1 109/L 4,1 - 11,0
Gran % 64,7 77,4 % 40 - 74
Gran 7,2 11,7 109/L 1,2 - 8,0
Lym % 24,8 17,2 % 13 - 40
Lym 2,8 2,6 109/L 1,0 - 4,0
HB 14,3 13,4 g/dL 13,5 - 17,5
HCT 41,5 38,5 % 41 - 53
PLT 278 220 109/L 150,0 - 440,0

2. Urin lengkap (4/5/2017)

Parameter Hasil Satuan Rujukan


Urinalisa
pH 6,0 - 4,8 - 7,5
BJ 1,015 - 1,003 – 1,030
Warna Kuning - Kuning
Glukosa Negatif - Negatif
Urobilinogen Normal - Normal
Protein Negatif - Negatif
Bilirubin Negatif - Negatif
Keton Negatif - Negatif
Nitrit Negatif - Negatif
Leukosit Negatif - Negatif
Blood Trace - Negatif
Sedimen
Epitel Gepeng: 0-3 /LPK 0 - 15
Leukosit 0-2 /LPB 0-4

16
Eritrosit 1-2 /LPB 0-1
Cast Negatif /LPK Negatif
Lain-lain Bakteri: Negatif /LPK Negatif

3.6.2. Terapi

1. Non-farmakologi & edukasi

a. Bed rest

b. Kompres & elevasi skrotum

 Konsul dokter spesialis bedah;

2. Farmakologi

a. Levofloxacin (Levocin) 500mg/12 jam/IV

b. Dexketoprofen trometamol (Ketesse) 50mg/8 jam/IV

3.7. Prognosis

Quoad Vitam : bonam

Quoad Functionam : dubia ad malam

Quoad Sanationam : dubia ad bonam

3.8. Follow Up

Tanggal Catatan Perkembangan

S : Benjolan pada testis

O : Keadaan umum baik

Testis: udem (+), nyeri (+), eritem (+)


05/05/2017
A : Orchitis

P : Levosin 2x1

Ketese 3x1

17
S : Keluhan (-)

O : Keadaan umum baik

Testis: nyeri (↓)


06/05/2017
A : Orchitis

P : Levosin 2x1

Ketese 3x1

S : Keluhan (-)

O : Keadaan umum baik

Testis: nyeri (↓)

A : Orchitis
07/05/2017
P : Boleh pulang

Levosin 2x1

Ketese 3x1

Kontrol poli bedah (09/05/2017)

18
BAB IV

ANALISA KASUS

4.1. Subyektif

Nyeri dan bengkak pada satu sisi buah pelir yang tidak terjadi secara tiba-

tiba, mengarahkan pada diagnosis epididimo-orkitis dengan diagnosa banding

torsio testis. Beberapa referensi menyebutkan bahwa, gejala demam dan riwayat

infeksi parotis yang sebelumnya dialami pasien dapat berkaitan dengan kondisi

saat ini. Pada pasien dewasa, demam dan menggigil dapat terjadi pada 25%

pasien dengan kecurigaan epididimo-orkitis. Orkitis, yang terjadi akibat

penyebaran infeksi virus mumps (parotitis), umumnya menimbulkan gejala

umum infeksi virus, seperti malaise, myalgia, demam dan menggigil, mual serta

nyeri kepala. Gejala-gejala tersebut terjadi antara 4-7 hari setelah munculnya

gejala parotitis.

Pasien yang aktif secara seksual, dapat mengeluhkan gejala lain yang dapat

digunakan sebagai petunjuk organisme patogen penyebab infeksi, seperti gejala

saluran kemih bawah; disuria, frekuensi dan urgensi, dan / atau adanya discharge

uretra.

4.2. Obyektif

Pada infeksi ascending, edema dan nyeri umumnya berawal dari bagian

kaudal epididimis dan menyebar hingga keseluruh epididimis dan testis

ipsilateral. Pada kasus yang lebih jarang, infeksi terisolasi pada testis (tanpa

disertai nyeri pada epididimis), biasanya ditemukan pada fase awal orkitis akibat

infeksi virus mumps yang menyebar secara hematogenik. Namun demikian,

19
keterlibatan epididimis pada kasus orkitis tercatat terjadi pada 20-40% kasus.

Diferensiasi epididimis dan testis pada palpasi skrotum sulit dilakukan karena

pasien mengeluhkan nyeri pada seluruh skrotumnya.

Epididimo-orkitis bilateral sangat jarang terjadi (5-10% pasien). Pasien

merasakan nyeri pada skrotum kiri yang berkurang dengan elevasi skrotum.

Tanda lain yang dapat ditemukan pada pasien orkitis atau epididimo-orkitis berat

adalah hidrokel, yang tidak ditemukan pada pasien ini.

4.3. Assessment

Diagnosis epididimo-orkitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik, serta ditunjang pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan

darah rutin, ditemukan tanda-tanda infeksi akut suspek bakterial (WBC: 15,1 x

103/cc, GRAN: 77,4%, LYM: 17,2%). Pada pemeriksaan urin rutin tidak

ditemukan leukosit dan bakteri menunjukkan infeksi tidak terjadi secara

ascending.

Prehn sign yang positif, serta refleks kremaster yang normal pada

pemeriksaan fisik dapat menyingkirkan diagnosa banding torsio testis.

4.4. Planning

Pemeriksaan awal yang penting dilakukan adalah pemeriksaan urin rutin

untuk mengetahui tanda-tanda infeksi saluran kemih bawah. Darah rutin

diperiksa untuk mengetahui tanda-tanda infeksi dan guna mengetahui

kemungkinan organisme penyebab infeksi. Disamping itu, untuk menyingkirkan

diagnosa banding torsio testis serta untuk melakukan diferensiasi testis dan

epididimis, dapat dilakukan pemeriksaan USG doppler. Pemeriksaan lain yang

20
dapat dilakukan adalah kultur swab uretra untuk mengetahui organisme spesifik

dan untuk menguji kepekaan terhadap antibiotik.

Merujuk pada hasil pemeriksaan darah rutin, terapi empirik berupa

antibiotik dapat diberikan sementara menunggu hasil kultur dan uji kepekaan

antibiotik. Pada pasien diberikan levofloxacin yang merupakan antibiotik

spektrum luas golongan fluoroquinolon yang lebih efektif pada bakteri gram

positif, namun kurang efektif pada bakteri gram negatif dibandingkan golongan

fluoroquinolon generasi sebelumnya, seperti ciprofloxacin.

Tabel 4.1. Rekomendasi klinis pasien dengan akut skrotum.

21
BAB V

KESIMPULAN

Walaupun merupakan kasus yang jarang terjadi, gejala skrotum akut harus

mendapatkan perhatian mengingat gejala ini dapat ditimbulkan oleh pasien dengan

torsio testis yang merupakan kegawat-daruratan bidang urologi. Anamnesis dan

pemeriksaan fisik yang baik akan dapat membedakan inflamasi intraskrotal akibat

torsio atau infeksi. Diagnosis epididimo-orkitis akut sebaikanya ditegakkan setelah

menyingkirkan diagnosis banding torsio testis. Terapi empiris dapat diberikan pada

pasien dengan kecurigaan epididimo-orkitis akibat bakterial, sesuai dengan hasil

anamnesis yang mengarahkan pada faktor risiko tertentu.

Pada pasien diberikan antibiotik golongan quinolon merujuk kepada hasil

anamnesis, hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium yang menunjukkan

kemungkinan epididimo-orkitis akibat infeksi organisme enterik. Setelah pemberian

antibiotik intravena selama dua hari, pasien menunjukkan perbaikan keluhan dan

keadaan umum. Tidak terdapat tanda-tanda komplikasi penyakit sehingga pasien

diijinkan untuk melanjutkan pengobatan sebagai pasien rawat jalan.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Kubik-Huch RA, Hamm B. Radiologic-Pathologic Correlations of the Male

Genital Tract. In: Gourtsoyiannis NC, Ros PR, editors. Radiologic-Pathologic

Correlations from Head to Toe. Berlin: Springer; 2005.

2. Trojian TH, Lishnak TS, Heiman D. Epididymitis and Orchitis: An Overview.

AmFamPhysician. 2009;79(7):583-7.

3. Stewart A, Ubee SS, Davies H. Epididymo-orchitis. BMJ. 2011;13:342.

4. Chi S, Fekete T. Epididymo-orchitis. In: Schlossberg D, editor. Clinical

Infectious Disease. 2 ed. Cambridge: Cambridge University Press; 2015.

5. McGowan CC, Krieger J. Prostatitis, Epididymitis, and Orchitis. In: Bennett

JE, Dolin R, Blaser MJ, editors. Principles and Practice of Infectious Diseases.

1. 8 ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2015.

6. Banyra O, Shulyak A. Acute epididymo-orchitis: staging and treatment.

CentEuropeanJUrol. 2012;65(3):139-43.

7. Street EJ, Portman MD, Kopa Z, et al. 2016 European guideline on the

management of epididymo-orchitis. International Union against Sexually

Transmitted Infections, 2016.

8. Grabe M, Bjerklund-Johansen T.E, Botto H, et al. Guidelines On Urological

Infections. European Association of Urology. 2010.

9. Diagnostic Imaging Pathways - Scrotal Pain (Acute).

http://www.imagingpathways.health.wa.gov.au/index.php/imaging-

pathways/urological/acute-scrotal-pain#pathway-home. Diakses pada 11 Mei

2017.

23

Anda mungkin juga menyukai