Anda di halaman 1dari 12

2.

ORCHITIS
2.1 Definisi
Orchitis adalah suatu inflamasi satu atau kedua testis (kongesti
testikular) ditandai dengan pembengkakan dan nyeri, biasanya disebabkan
oleh faktor-faktor piogenik, virus, spiroseta, parasit, traumatis, kimia atau
faktor yang tidak diketahu (Smeltzer, 2001). Orkitis berbeda dari infeksi
traktus genitalia lain dalam dua hal, yaitu: jalur utama infeksi adalah
hematogen dan virus adalah organisme penyebab orkitis yang paling sering
(Price, 2006).
Orchitis adalah peradangan testis yang jika bersama dengan
epididimitis menjadi epididimoorkitis dan merupakan komplikasi yang serius
dari epididimitis. Yung et al. melaporkan bahwa di antara kasus gondok,
gondok sebelumnya campak rubella (MMR) vaksinasi perlindungan yang
cukup ditawarkan terhadap orchitis, meningitis, dan rawat inap (Yung et al.
2012).

2.2 Epidemiologi
 Kejadian diperkirakan 1 diantara 1.000 laki-laki
 Dalam orchitis gondong, 4 dari 5 kasus terjadi pada laki-laki
prepubertal (lebih muda dari 10 tahun).
 Dalam orchitis bakteri, sebagian besar kasus berhubungan dengan
epididimitis (epididymo-orchitis), dan mereka terjadi pada laki-laki

1
yang aktif secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria lebih
tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH).
 Di Amerika Serikat sekitar 20% dari pasien prepubertal dengan
gondong berkembang orchitis. Kondisi ini jarang terjadi pada laki-
laki postpubertal dengan gondong.

2.3 Etiologi
Virus adalah penyebab orkitis paling sering. Orkitis parotiditis adalah
infeksi virus yang sering terlihat , walaupun imunisasi untuk mencegah
parotiditis pada masa anak-anak telah menurunkan insidens. Dua puluh
hingga tiga puluh persen kasus parotiditis pada orang dewasa terjadi
bersamaan dengan orkitis terjadi bilateral pada 15 % pria dengan orkitis
paroditis (Price, 2006).
Virus lain yang dapat menyebabkan orkitis dan memberikan
gambaran klinis yang sama adalah Coxsakie B, mononukleosis. Orkitis
bakteri piogenik disebabkan oleh bakteri (Brucellosis ,Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa) dan infeksi parasit
(malaria, filariasis, skistosomasis, amebiasis) atau kadang-kadang infeksi
riketsia yang ditularkan dari epididymis (Price, 2006).
Etiologi orchitis akut
1. Viral: gondok orchitis paling umum. Coxsackievirus A, varisela
dan echoviral infeksi langka.
2. Bakteri dan infeksi piogenik: E. coli, Klebsiella, Pseudomonas,
Staphylococcus dan spesies Streptococcus tidak biasa.
3. Granulomatous: sifilis, TBC, kusta, Actinomyces spp. dan
penyakit jamur jarang terjadi (Knott, Laurence. 2014).

2.4 Faktor prediposisi


Infeksi diklasifikasikan sebagai orkitis viral , orkitis bacterial piogenik,
atau orkitis granulomatosa (Price, 2006).

 Orkitis viral

2
Virus merupakan penyebab tersering pada orkitis. Orkitis
parotiditis adalah infeksi virus yang paling sering terlihat. Virus lain yang
dapat menyebabkan orkitis dan gambaran klinis yang sama adalah virus
coxsakie , varisella , dan mononucleosis.
Virus Mumps merupakan virus ribonucleic acid (RNA) rantai
tunggal yang termasuk dalam genus paramyxovirus, dan merupakan
salah satu virus parainfluenza dengan manusia sebagai satu-satunya
inang. Virus mumps mudah menular melalui droplet, kontak langsung,
air liur, dan urin.
 Orkitis bakterial piogenik
Disebabkan oleh bakteri Brucellosis ,Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa. Terinfeksi kuman Brucella
dapat mengalami abortus, retensi plasenta, orchitis dan epididimitis
serta dapat mengekskresikan kuman ke dalam uterus. Penularan
penyakit ke manusia terjadi melalui konsumsi susu dan produk susu
yang tidak dipasteurisasi atau melalui membrana mukosa dan kulit yang
luka, Berat ringan penyakit tergantung strain Brucella yang menginfeksi.
 Orkitis granulomatosa
Dapat disebabkan oleh sifilis ,penyakit mikobakterial , penyakit
jamur , dan mycobacterium tuberculosis. Disebabkan sifilis pada stadium
IV yang merupakan guma di organ ini sering terdapat di testis ,tetapi
setelah penemuan antibiotik ,sifilis sangat jarang di temukan
Tuberculosis genital yang menyebar dengan hematogen biasanya
dimulai secara unilateral pada bagian bawah epididimis. Infeksi dapat
menyebar melalui funikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran
selanjutnya melibatkan epididimis dan testis, kandung kemih , dan ginjal
(Price, 2006).

2.5 Patofisiologi

3
 Orkitis viral infection
Infeksi ini ditularkan melalui kontak langsung, droplet , atau
terkontaminasi fomites dan memasuki host melalui udara. Penyebaran
melalui darah adalah utama rute infeksi testis terisolasi Ini menyebar
dengan cepat dan rentan ,orang yang tinggal di dekat proximity.
Kemudian di akhir masa inkubasi menyebabkan penyebaran virus ke
organ, sehingga infeksi sistemik ditandai dengan parotitis klasik atau
manifestasi klinis organ lain..Meskipun kelenjar parotis adalah yang
paling umum organ yang terkena, parotitis bukan langkah utama atau
diperlukan untuk infeksi gondok. Sistem saraf pusat, saluran kemih, dan
organ genital juga bisa menjadi awalnya efek terjadinya orkitis (Price,
2006).
 Orkitis bakterial piogenik
Disebabkan oleh bakteri Brucellosis ,Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.dan infeksi parasitik ( malaria ,
filariasis , skistomisis , amebiasis ) atau kadang – kadang infeksi riketsia
yang di tularkan dari epididimis. Penyakit sistemik seperti difteri , demam
tifoid , demam paratifoid , dan demam scarlet ditularkan melalui aliran
darah (Price, 2006).
 Orkitis granulomatosa
Menyebar dengan hematogen biasanya dimulai secara unilateral
pada bagian bawah epididimis. Infeksi dapat menyebar melalui funikulus
spermatikus menuju testis. Penyebaran selanjutnya melibatkan
epididimis dan testis, kandung kemih , dan ginjal (Price, 2006).

2.6 Manifestasi Klinis


Menurut Price, 2005 tanda dan gejala orchitis berkisar dari
ketidaknyamanan ringan pada testikular dan edema hingga nyeri testicular
yang parah dan terbentuknya edema dalam waktu sekitar 4 hingga 6 hari
setelah awitan penyakit dengan demam tinggi, mual, dan muntah.
Gejala yang dirasakan meliputi nyeri pada testis hingga ke pangkal
paha, pembengkakan dan kemerahan pada testis, menggigil, dan demam

4
yang dapat bilateral atau unilateral, mual, muntah, nyeri saat buang air kecil
dan nyeri saat hubungan seksual, darah pada semen. Keadaan ini dapat
berakibat steril atau impotensi. Terapi terhadap inflamasi ini dengan
istirahat di tempat tidur, kompres panas atau hangat, dan antibiotik (bila
perlu).

2.7 Diagnosis
 Anamnesa
- Demam tinggi
- Tackikardy
- Mual dan muntah
- Myalgia
- Sakit kepala
- Penderita merasakan tidak nyaman duduk
- Kadang penderita mengeluh sakit gondongan sebelumnya
- Ketidaknyamanan ringan pada testiskular
- Edema hingga nyeri di daerah testiskular
- Terbentuk edema dalam waktu sekitar 4 hingga 6 hari (Price,
2006).
- Gejala infeksi saluran kemih bagian bawah, biasanya juga di
dapatkan gejala infeksi saluran kemih bagian bawah seperti
frekuensi, urgensi, hematuria, dan dysuria (Trojian, Thomas H.
dkk. 2009).
 Pemeriksaan fisik :
- Pembesaran testis dan skrotum.
- Skrotum eritematus
- Terasa hangat
- Konsistensi testis yang mengalami pembengkakan kenyal seperti
karet dan mungkin terdapat hubungan dengan kulit depan yang
akhirnya membentuk fistel kulit (Wim de, Jong, 1997)
- Terkadang disertai pembengkakan KGB inguinal
- Pembesaran epididimis yang terkait dengan epididymoorchitis

5
 Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan urin kultur
- Urethral smear (tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoe)
- Pemeriksaan darah CBC (complete blood count)
- USG Dopller, untuk mengetahui kondisi testis, menentukan
diagnosa dan mendeteksi adanya abses pada skrotum
- Testicular scan
- Pemeriksaan kimia darah
- Sistoskopi, pielografi intravena, dan sistografi dapat dilakukan
jika dicurigai adanya patologi pada kandung kemih (Price, 2006).
2.8 Diagnosis Banding
Kondisi Subyektif Obyektif USG
Epididimitis Nyeri, kadang Epididmis lokal teraba lunak Pembesaran
Menyebar sampai dan bengkak juga terjadi dan penebalan
abdomen bawah pada testis, reflek kremaster epididimis.
normal, nyeri berkurang
saat dilakukan Prehn’s sign
Orkitis Nyeri tiba-tiba Bengkak pada testis, reflek Testikular masa
pada testis. kremaster normal. dan bengkak,
Torsio testis Nyeri bersifat Testis teraba melintang, Gambaran tetis
akut, biasanya Reflek kremaster normal.
nyeri hebat mengalami abnormalitas,
phren’s sign masih terasa
nyeri.

 Epididymitis
Merupakan infeksi asendens saluran kemih. Infeksi dimulai dari
kauda epididimis dan biasanya meluas ke korpus dan hulu epididimis.
Kemudian dapat menjadi orchitis melalui peradangan kontralateral
(Wim de, Jong, 1997).
Gambaran klinis berupa gejala tanda lokal serta gejala sistemik
infeksi akut. Epididimis membengkak, sangat nyeri yang mungkin
beralih kedaerah perut atau daerah ginjal , disertai demam tinggi.
Tanda infeksi saluran kemih atau prostatitis merupakan pegangan kuat
untuk menegakkan diagnosis epididymitis.

6
Pada pemeriksaan ditemukan epididimis bengkak dipermukaan
dorsal testis nyeri. Setelah beberapa hari epididimis dan testis tidak
dapat dibedakan. Kulit skrotum ikut menjadi proses radang menjadi
panas , merah , bengkak karena oedema dan infiltrate. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan tanda-tanda radang sistemik
,kelainan kemih , dan endapan urin ,sedangkan biakan urin akan
memastikan bakteri kausalnya (Wim de, Jong, 1997).
 Torsio testis
Torsio testis terjadi pada anak dengan dengan inersi tunika
vaginalis tinggi di funikulus spermatikus sehingga funikulus dengan
tests terpuntir di dalam tunika vaginalis , akibat puntiran tangkai , terjadi
gangguan perdarahan testis mulai dari bendungan vena sampai iskemi
yang menyebabkan gangrene. Keadaan inersi tinggi tunika vaginalis di
funikulus biasanya gambarkan sebagai lonceng dengan bandul yang
memutar yang mengalami nekrosis dan gangrene (Wim de, Jong,
1997).
Biasanya nyeri testis hebat timbul dengan tiba-tiba yang sering
disertai nyeri perut dalam serta mual atau muntah.nyeri perut selalu ada
karena berdasarkan perdarahan dan persyarafannya,testis tetap
merupakan organ perut. Pada permulaan testis teraba agak bengkak
dengan nyeri tekan dan terletak agak tinggi di skrotum dengan funikulus
yang juga bengkak. Akhirnya kulit skrotum tampak udem dan menjadi
merah sehingga menyulitkan palpasi ,dan kelainan ini sukar dibedakan
dengan epididimis akut. Diagnosis banding adalah semua keadaan
darurat dan akut dalam skrotum seperti hernia inkarserata , orchitis
akut, dan torsio hidatid morgagni (Wim de, Jong, 1997).
2.9 Penatalaksaan
Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang
paling penting adalah membedakan orchitis dengan torsio testis karena
gejala klinisnya hampir mirip. Tidak ada obat yang diindikasikan untuk
pengobatan orchitis karena virus.

7
Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif
secara seksual, dapat diberikan antibiotik untuk menular seksual (terutama
gonore dan klamidia) dengan ceftriaxone, doksisiklin, atau azitromisin.
Antibiotik golongan Fluoroquinolon tidak lagi direkomendasikan oleh Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk pengobatan
gonorrhea karena sudah resisten (Knott, Laurence. 2014).
Contoh antibiotik:
a. Ceftriaxone Sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas,
aktivitas gram-negatif; efikasi lebih rendah terhadap organisme gram-
positif. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat satu
atau lebih penicillin-binding proteins. Dewasa: IM 125-250 mg sekali,
anak: 25-50 mg / kg / hari IV; tidak melebihi 125 mg / d
b. Doxycycline Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri
dengan cara mengikat 30S dan kemungkinan 50S subunit ribosom
bakteri. Digunakan dalam kombinasi dengan ceftriaxone untuk
pengobatan gonore. Dewasa cap 100 mg selama 7 hari, Anak: 2-5 mg /
kg / hari PO dalam 1-2 dosis terbagi, tidak melebihi 200 mg / hari
c. Azitromisin Mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan
oleh strain rentan mikroorganisme. Diindikasikan untuk klamidia dan
infeksi gonorrheal pada saluran kelamin. Dewasa 1 g sekali untuk infeksi
klamidia, 2 g sekali untuk infeksi klamidia dan gonokokus. Anak: 10 mg
/ kg PO sekali, tidak melebihi 250 mg / hari
d. Trimetoprim-sulfametoksazol Menghambat pertumbuhan bakteri
dengan menghambat sintesis asam dihydrofolic. Umumnya digunakan
pada pasien > 35 tahun dengan orchitis. Dewasa 960 mg untuk 14 hari.
Anak 15-20 mg / kg / hari, berdasarkan TMP, PO tid / qid selama 14 hari
e. Ciprofloxacin Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas,
streptococci, MRSA, S epidermidis, dan gram negatif sebagian besar
organisme, namun tidak ada aktivitas terhadap anaerob. Menghambat
sintesis DNA bakteri dan akibatnya pertumbuhan bakteri terhambat.
Dewasa tab 500 mg PO selama 14 hari. Anak tidak dianjurkan

8
Pasien yang immunocompromised (Misalnya, orang-orang dengan
HIV) harus menerima perlakuan yang sama sebagai orang-orang yang
imunokompeten. Selain pengobatan antibiotik, analgesik, skrotum elevasi,
pembatasan kegiatan, dan penggunaan kemasan dingin membantu dalam
pengobatan. Es tidak boleh langsung diaplikasikan pada kulit karena hal ini
dapat menyebabkan luka bakar dari pembekuan. Sebaliknya, es harus
dibungkus dengan kain dan kemudian diterapkan pada skrotum. Paket es
dapat diterapkan selama 10-15 menit pada suatu waktu, beberapa kali
sehari selama 1-2 hari pertama. Ini akan membantu menjaga
pembengkakan dan sakit turun (Knott, Laurence. 2014).

Obat anti-inflamasi nonsteroid seperti ibuprofen (Advil atau Motrin,


misalnya) atau naproxen (Aleve) dan acetaminophen (Tylenol) dapat
membantu dengan rasa sakit. Pasien harus dianjurkan kemungkinan
komplikasi, termasuk sepsis, abses, infertilitas, dan perpanjangan infeksi
(Trojian, Thomas H. dkk. 2009).

Orchitis biasanya dapat dirawat di pengaturan rawat jalan .Tindak


rawat inap dianjurkan untuk nyeri terselesaikan, muntah (karena ketidak
mampuan untuk mengambil antibiotik oral), kecurigaan abses, kegagalan
rawat jalan, atau tanda-tanda sepsis. Obat antibakteri tidak diindikasikan
untuk pengobatan orchitis virus (Trojian, Thomas H. dkk. 2009).

2.10 Komplikasi
1. Atrofi testis. Orkitis akhirnya dapat menyebabkan testis yang terkena
menyusut.
2. Abses skrotum. Jaringan yang terinfeksi mengisi dengan nanah.
3. Berulang epididimitis. Orchitis dapat menyebabkan episode berulang
epididimitis. Infertilitas. Dalam sejumlah kecil kasus, orchitis dapat
menyebabkan infertilitas; Namun, jika orchitis hanya mempengaruhi
satu testis, infertilitas kurang mungkin (Knott, Laurence. 2014).

2.11 Prognosis

9
Sebagian besar kasus orkitis karena mumps menghilang
secara spontan dalam 3 – 10 hari. Dengan pemberian antibiotic yang
sesuai , sebagian besar kasus orkitis bakteri dapat sembuh tanpa
komplikasi (Knott, Laurence. 2014).

BAB III

10
KESIMPULAN

Orkitis adalah peradangan pada testis. Orkitis berbeda dari infeksi


traktus genitalia lain dalam dua hal, yaitu: jalur utama infeksi adalah
hematogen dan virus adalah organisme penyebab orkitis yang paling
sering.
Infeksi diklasifikasikan sebagai orkitis viral, orkitis bacterial piogenik,
atau orkitis granulomatosa. Virus penyebab tersering pada orchitis adalah
virus gondong atau Mumps. Orkitis bakteri piogenik disebabkan oleh bakteri
(Brucellosis, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa) dan infeksi parasit (malaria, filariasis, skistosomasis,
amebiasis) atau kadang-kadang infeksi riketsia yang ditularkan dari
epididimis.
Gejala klinis demam tinggi, tackikardy , mual dan muntah , myalgia ,
sakit kepala, penderita merasakan tidak nyaman duduk , kadang penderita
mengeluh sakit gondongan sebelumnya , ketidaknyamanan ringan pada
testiskular ,edema hingga nyeri di daerah testiskular, gejala infeksi saluran
kemih bagian bawah. Pada pemeriksaan didapatkan pembesaran testis dan
skrotum, Skrotum eritematus , terasa hangat , Konsistensi testis yang
mengalami pembengkakan kenyal seperti karet dan mungkin bisa
didapatkan pembesaran KGB inguinal.
Penatalaksanaan Orchitis dimulai dari Bed rest, pemberian
analgetik, kompres dingin dan elevasi skrotum. Yang paling penting adalah
membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya hampir
mirip. Tidak ada obat yang diindikasikan untuk pengobatan orchitis karena
virus. Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif
secara seksual, dapat diberikan antibiotik untuk menular seksual (terutama
gonore dan klamidia) dengan ceftriaxone, doksisiklin, atau azitromisin.
Prognosis sebagian besar kasus orkitis karena mumps menghilang
secara spontan dalam 3 – 10 hari. Dengan pemberian antibiotic yang sesuai
sebagian besar kasus orkitis bakteri dapat sembuh tanpa komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

11
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC. 74,76, 80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.
Knott, Laurence. 2014. Epidydimo – orchitis. Rawdon House, Green Lane,
Yeadon, Leeds LS19 7BY,
England.www.patient.co.uk/doctor/epididymo-orchitis-pro
Mescher, A.L. 2011. Histologi Dasar Junqueira, Teks dan Atlas, Edisi 12.
EGC. Jakarta.
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC.
Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.Jakarta : Media
Aesculapius
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Volume 2.
Jakarta: EGC
Trojian, Thomas H. dkk. 2009. Epididymitis and Orchitis : An Overview.
Diunduh pada 17 juni 2014 dari : www.aafp.org.
Wim de, Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih bahasa R. Sjamsuhidayat
Penerbit Kedokteran, EGC, Jakarta, 1997
Yung et al. 2012 . Mumps vaccine effectiveness againt orchitis. “ Emerging
Infectious Diseases “ Vol. 18, No. 1, diunduh tanggal 15 juni 2014.

12

Anda mungkin juga menyukai