Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

DIARE AKUT PADA ANAK

Pembimbing :
dr. Dwi Haryadi, Sp.A, M.Kes

Disusun Oleh :
Joanny Angganitha Telehala
112018036

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA
WACANA
PERIODE 20 MEI 2019 – 27 JULI 2019
RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG
2019

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
JL. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk-Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK RS BAYUKARTA KARAWANG
STATUS ILMU PENYAKIT ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Nama : Joanny Angganitha Telehala Tanda Tangan :

Nim : 112018036

Dokter Pembimbing : dr. Dwi Haryadi, Sp.A, M.Kes

Pasien
Nama lengkap : An. DL Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal lahir : Karawang, 9 Juni 2017 Umur : 2 tahun 0 bulan 23 hari

Suku bangsa : Indonesia Agama : Kristen


Pendidikan: - Alamat : Jatirasa Tengah RT 02/06
Hubungan dengan orang tua : Anak Kandung

Ayah
Nama lengkap : Tn.MD Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : Karawang, 15 April 1987 Umur : 32 tahun

Suku bangsa : Indonesia Agama : Kristen


Pendidikan: SMA Alamat: Jatirasa Tengah RT 02/06
Hubungan dengan anak : Orang Tua Kandung Penghasilan : < 1,5 jt

Ibu
Nama lengkap : Ny.SB Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Karawang, 12 Februari Umur : 31 tahun
1988
Suku bangsa : Indonesia Agama : Kristen

2
Pendidikan: SMA Alamat : Jatirasa Tengah RT 02/06
Hubungan dengan anak : Orang Tua Kandung Penghasilan : -

A. ANAMNESIS
Diambil dari : Alloanamnesis dari Ibu OS
Tanggal : 15 Juni 2019 pukul 05.45

Keluhan Utama :
Mencret

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien diantar oleh ibunya dengan keluhan mencret sejak 1 hari SMRS, mencret
berjumlah > 10 kali berwarna kekuningan, ampas (+), lendir (+), darah (-). Keluhan disertai
dengan muntah > 10 kali berisi cairan, ampas (-), darah (-). Terdapat demam sejak 1 hari
SMRS, demam bersifat naik turun, tidak ada mengigil dan tidak ada kejang. Pasien juga
memiliki keluhan pilek sejak 1 hari SMRS, sekret bening, darah (-), batuk (-). Ibu
mengatakan anak rewel, hanya mau minum ASI, tetapi tidak mau makan. BAK masih lancar,
terakhir ganti popok setengah jam sebelum ke RS.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien sering mengalami mengalami gejala yang sama sebelumnya tapi tidak pernah
dirawat, diobati di rumah kemudian sembuh.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami hal yang sama saat ini.

Riwayat Kehamilan
 G2P1A0 gravida 39-40 minggu
 ANC rutin dilakukan di Bidan
 Selama hamil tidak ada penyakit yang diderita oleh ibu

Riwayat Kelahiran
Tempat lahir : (-) Di rumah (-)Rumah bersalin (×) RS

3
Ditolong oleh : (×) Dokter (-)Bidan (-) Dukun
(-) Lain-lain
Persalinan : (×) Normal (-) SC
Usia Kandungan : (×) Cukup bulan (-) Preterm
Berat Badan Lahir : 3700 gram
Panjang Badan Lahir : 49 cm
Langsung menangis (+)

Riwayat Imunisasi
Dilakukan di : Bidan
(√) BCG : 1 kali (√) DPT : 3 kali (√) Polio : 4 kali
(√) Hep B : 4 kali (√) Campak : 1 kali (√) Hib : 3 kali
Catatan : Imunisasi ulangan belum dilakukan karena anak sering sakit.

Riwayat Nutrisi
Usia 0-6 bulan : ASI Eksklusif
Usia 6-9 bulan : ASI + Bubur Halus
Usia 9-12 bulan : ASI + Bubur Kasar
Usia >12 bulan : ASI + Makanan Keluarga

Riwayat Tumbuh Kembang


Ibu pasien lupa kapan pasien dapat menegakkan kepala, tengkurap, duduk,
merangkak, dan berdiri. Pada usia 12 bulan pasien sudah dapat berbicara 2 kata dan usia 15
bulan pasien sudah dapat berjalan.

B. PEMERIKSAAN JASMANI

Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 120 x/menit, reguler dan kuat angkat
Suhu : 38,7 °C
Pernapasan (frekuensi dan tipe) : 24 kali, reguler

4
Tekanan Darah : Tidak dilakukan

Pemeriksaan Antropometri
Tinggi badan : 85 cm
Berat badan : 9,4 kg
Lingkar Kepala : 48 cm

Interpretasi : BB / Umur : Ideal


: TB / Umur : Ideal
: Kurva Nellhaus : Normocephaly

5
6
Kepala
Ukuran : normocephaly
Rambut : hitam, distribusi merata
UUK : datar
UUB : cekung

Mata
Cekung : (+)/(+)
Konjungtiva : anemis -/-
Sklera : ikterik -/-
Lensa : jernih
Reflek cahaya : +/+
Nistagmus : (-)
Strabismus : (-)
Telinga
Serumen : +/+
Cairan : -/-
Darah : -/-
Mulut
Mukosa Bibir : lembab berwarna merah muda
Faring : tidak hiperemis
Tonsil : berukuran T1-T1, tidak hiperemis
Leher
Kelenjar limfe : tidak teraba membesar
Massa : tidak ada
Thorax
Paru-paru

Depan Belakang
Inspeksi Kiri Simetris, retraksi (-) Simetris, retraksi (-)
Kanan Simetris, retraksi (-) Simetris, retraksi (-)
Palpasi Kiri Vokal fremitus simetris Vokal fremitus simetris
Kanan Vokal fremitus simetris Vokal fremitus simetris
Perkusi Kiri Sonor Sonor

7
Kanan Sonor Sonor
Auskultasi Kiri Bronkovesikuler Bronkovesikuler
Wheezing (-) Wheezing (-)
Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Kanan Bronkovesikuler Bronkovesikuler
Wheezing (-) Wheezing (-)
Ronkhi (-) Ronkhi (-)

Jantung
Inspeksi : pulsasi iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba di intercostal IV midclavicularis sinistra
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I-II murni regular, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+), hiperperistaltik 15x/menit
Palpasi
Hati : tidak teraba membesar
Limpa : tidak teraba membesar
Cubitan kulit : kembali lambat
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) 6x/menit umbilikus

Alat Kelamin (atas indikasi) : tidak ada indikasi

Anggota Gerak
CRT : < 2 detik
Akral : hangat
Tonus : baik

8
Refleks
Refleks biceps : (+/+)
refleks triceps : (+/+)
refleks brachioradialis : (+/+)
refleks patella : (+/+)
refleks achilles : (+/+)
refleks babinsky : (-/-)

C. PEMERIKSAAN LAB RUTIN


Tanggal 15/06/2019
Darah Rutin
Hemoglobin : 11,1 g/dL
Hematokrit : 33,2 %
Leukosit : 15.700 /uL
Trombosit : 606.000/ uL
Eritrosit : 4,14 jt

D. RESUME
Anak usia 2 tahun diantar oleh ibunya dengan keluhan mencret sejak 1 hari SMRS,
mencret berjumlah > 10 kali berwarna kekuningan, ampas (+), lendir (+). Keluhan disertai
dengan muntah > 10 kali berisi cairan. Terdapat demam sejak 1 hari SMRS, demam bersifat
naik turun. Pasien juga memiliki keluhan pilek sejak 1 hari SMRS, sekret bening. Ibu
mengatakan anak rewel dan menangis masih ada air mata, anak hanya mau minum ASI,
tetapi tidak mau makan. BAK masih lancar, terakhir ganti popok setengah jam sebelum ke
RS. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital ditemukan peningkatan suhu tubuh 38,7°C, dan
pemeriksaan generalis ditemukan UUB cekung, mata cekung (+), sekret hidung (+), turgor
kulit kembali lambat, BU Hiperperistaltik. Pemeriksaan darah rutin yaitu leukosit :
15.700/uL.

E. PENGKAJIAN DAN RENCANA TATALAKSANA

Diagnosis Kerja
Diare Cair Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang

9
Dasar diagnosis :
1. BAB cair >3 kali, berlangsung berlangsung < 14 hari
2. BAB cair tanpa mengandung darah
3. Anak rewel dan tampak haus
4. Mata cekung dan turgor kembali lambat

RENCANA PENGELOLAAN
1. Non medikamentosa
 Diet makanan lunak
 Tirah baring (bed rest)
 Asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi
 Monitoring keadaan klinis dan waspadai tanda-tanda perburukan atau komplikasi
 Hygiene makanan dan kebersihan diri
2. Medikamentosa
 Oralit : 235 ml/jam minum sedikit-sedikit tetapi sering.
 Nilai kembali setelah 1 jam
o URO Berhasil = Rawat Jalan
- Oralit sisa
- Zinc sirup 1x20 mg selama 10 hari
o URO Gagal = Rawat Inap
- IVFD Hydromal
- 2½ jam awal : 63 tpm makro
- Maintenance : 9 tpm makro
o Paracetamol infus 3 x 100 mg

PENCEGAHAN
1. Hygiene pengolahan dan penyajian makanan
2. Toilet training

F. PROGNOSIS
1. Ad vitam : ad bonam
2. Ad fungsionam : ad bonam
3. Ad sanationam : ad bonam

10
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Diare akut menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), adalah buang air besar
lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Selama anak diare, terjadi peningkatan hilangnya cairan dan elektrolit (natrium, kalium dan
bikarbonat) yang terkandung dalam tinja cair anak. Dehidrasi terjadi bila hilangnya cairan
dan elektrolit ini tidak diganti secara adekuat, sehingga timbullah kekurangan cairan dan
elektrolit.1

Epidemiologi

Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang


seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d
2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit diare 301/1000
penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000
penduduk, dan tahun 2010 naik menjadi 411/1000 penduduk.2

Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, pada tahun 2008 terjadi
KLB di 69 kecamatan dengan jumlah kasus 8.133 orang, kematian 239 orang. Tahun 2009 di
24 kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, kematian 100 orang, sedangkan tahun 2010
terjadi KLB di 33 Kecamatan dengan jumlah kasus 4.204 dengan kematian 73 orang.2

Diagnosa

 Frekuensi BAB anak, lamanya diare


berlangsung, apakah ada darah dalam
tinja, apakah ada muntah
 Apakah ada KLB kolera atau tidak
Anamnesis  Pengobatan antibiotik yang baru
diminum atau pengobatan lainnya
 Gejala invaginasi (tangisan keras dan
kepucatan pada bayi) 1
 Tanda-tanda dehidrasi ringan atau
berat yaitu rewel atau gelisah,
letargis/kesadaran berkurang, mata
cekung, cubitan kulit perut kembali
Pemeriksaan Fisik lambat atau sangat lambat,
haus/minum dengan lahap, atau malas
minum atau tidak bisa minum.

11
 Tanda invaginasi yaitu massa intra-
abdominal
 Tanda-tanda gizi buruk
 Perut kembung 1

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tanda
intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis
2. Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja :
- Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah dan bau
- Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
- Kimia : pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
- Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
3. Analisis gas darah dan elektrolit dilakukan bila secara klinis dicurigai adanya
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.3

Tabel 1. Bentuk Klinis Diare

Diagnosa Keadaan

Diare Cair Akut  Diare lebih dari 3 kali sehari,


berlangsung kurang dari 14 hari, tidak
mengandung darah
Kolera  Diare air cucian beras yang sering dan
banyak serta cepat menimbulkan
dehidrasi berat
 Diare dengan dehidrasi berat se;ama
terjadi kolera
 Diare dengan hasil kultur tinja positif
untuk V. cholerae O1 atau O139
Disentri Diare berdarah
Diare persisten Diare berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare terkait antibiotik Mendapat pengobatan antibiotik spektrum
luas
Diare dengan gizi buruk Diare jenis apapun yang disertai dengan
tanda gizi buruk
Invaginasi  Dominan darah dan lendir dalam tinja
 Massa intra abdominal
 Tangisan keras dan kepucatan pada
bayi 1

12
Etiopatofisiologi

Rotavirus

Rotavirus pertama kali ditemukan pada hewan pada tahun 1971 dan pada tahun 1973
mulai diekstraksi dari biopsi duodenum anak penderita diare. Rotavirus adalah virus tanpa
amplop dengan bentuk kapsid ikosahedral dengan diameter sekitar 60-80 nm. Dinamakan
rotavirus karena bentuknya seperti roda jika dilihat dengan mikroskop (dalam bahasa Latin
rota berarti roda).4

Makanan yang terkontaminasi dan tidak dimasak dengan baik dapat menjadi jalur
transmisi virus ini. Seperti halnya virus secara umum, rotavirus sangat mudah menular dari
anak yang terinfeksi ke anak lain, atau melalui benda yang terkontaminasi ke anak. Rotavirus
grup A paling banyak ditemukan di seluruh dunia menyebabkan diare akut pada anak-anak
usia dibawah 5 tahun.4

Setelah menempel pada permukaan sel mukosa intestinal, rotavirus masuk ke dalam sel
hospes melalui proses endositosis. Rotavirus bereplikasi dalam sitoplasma dengan
menggunakan RNA polimerase viral membentuk mRNA, mRNA ini akan memproduksi
protein struktural penyusun kapsid virus. Segmen mRNA bereplikasi membentuk RNA virus
untai ganda dan melakukan perakitan dengan nukleokapsid menjadi virion baru.4

Replikasi virus dalam sel intestinal telah menyebabkan kerusakan dan disfungsi sel.
Partikel rotavirus ditemukan dalam jumlah banyak pada feses penderita. Kerusakan dan
gangguan fungsi sel intestinal menyebabkan sekresi cairan intestinal dan menyebabkan diare
pada penderita khususnya anak-anak umur dibawah 5 tahun.4

Insidensi tinggi diare rotavirus pada anak baik di negara berkembang maupun negara
maju menunjukkan bahwa kejadian diare rotavirus tidak dapat dicegah hanya dengan perilaku
sehat dan penyediaan air bersih saja. 5

Di Indonesia rotavirus menjadi penyebab 60% diare pada anak balita yang mengalami
rawat inap dan 41% dari kasus diare rawat jalan. Perbaikan sanitasi lingkungan dan higiene
serta upaya rehidrasi oral dengan oralit saja tidak dapat menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas diare rotavirus, sehingga vaksinasi merupakan upaya pencegahan yang paling
efektif.5

13
Klasifikasi Dehidrasi pada Diare

Gambar 1. Tanda-Tanda Dehidrasi

- Diare dengan Dehidrasi Berat

Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara cepat
dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral segera setelah anak
membaik. Pada daerah yang sedang mengalami KLB kolera, berikan pengobatan antibiotik
yang efektif terhadap kolera. 1

Diagnosis jika terdapat dua atau lebih tanda berikut, berarti anak menderita dehidrasi
berat :

 Letargis atau tidak sadar


 Mata cekung
 Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (≥ 2 detik)
 Tidak bisa minum atau malas minum

Tatalaksana

Anak dengan dehidrasi berat harus diberi rehidrasi intravena secara cepat yang diikuti
dengan terapi rehidasi oral. Mulai berikan cairan intravena segera. Pada saat infus
disiapkan, beri larutan oralit jika anak bisa minum. Catatan: larutan intravena terbaik
adalah larutan Ringer Laktat (disebut pula larutan Hartman untuk penyuntikan). Tersedia
juga larutan Ringer Asetat. Jika larutan Ringer Laktat tidak tersedia, larutan garam

14
normal (NaCl 0.9%) dapat digunakan. Larutan glukosa 5% (dextrosa) tunggal tidak
efektif dan jangan digunakan.1

Tabel 2. Pemberian cairan intravena bagi anak dengan Dehidrasi Berat

30 ml/Kg 70 ml/Kg
Umur < 12 bln 1 jam 5 jam
Umur > 12 bln 30 menit 2½ jam

Nilai kembali anak setiap 15 – 30 menit hingga denyut nadi radial anak teraba. Jika
hidrasi tidak mengalami perbaikan, beri tetesan infus lebih cepat. Selanjutnya, nilai kembali
anak dengan memeriksa turgor, tingkat kesadaran dan kemampuan anak untuk minum,
sedikitnya setiap jam, untuk memastikan bahwa telah terjadi perbaikan hidrasi. Mata yang
cekung akan membaik lebih lambat dibanding tanda-tanda lainnya dan tidak begitu
bermanfaat dalam pemantauan. Jika jumlah cairan intravena seluruhnya telah diberikan, nilai
kembali status hidrasi anak.1

Jika tanda dehidrasi masih ada, ulangi pemberian cairan intravena seperti yang telah
diuraikan sebelumnya. Dehidrasi berat yang menetap (persisten) setelah pemberian rehidrasi
intravena jarang terjadi; hal ini biasanya terjadi hanya bila anak terus menerus BAB cair
selama dilakukan rehidrasi. Jika kondisi anak membaik walaupun masih menunjukkan tanda
dehidrasi ringan, hentikan infus dan berikan cairan oralit selama 3-4 jam.1

Jika anak bisa menyusu dengan baik, semangati ibu untuk lebih sering memberikan
ASI pada anaknya. Lakukan observasi pada anak setidaknya 6 jam sebelum pulang dari
rumah sakit, untuk memastikan bahwa ibu dapat meneruskan penanganan hidrasi anak
dengan memberi larutan oralit. Semua anak harus mulai minum larutan oralit (sekitar
5ml/kgBB/jam) ketika anak bisa minum tanpa kesulitan (biasanya dalam waktu 3–4 jam
untuk bayi, atau 1–2 jam pada anak yang lebih besar). Hal ini memberikan basa dan kalium,
yang mungkin tidak cukup disediakan melalui cairan infus. Ketika dehidrasi berat berhasil
diatasi, beri tablet zinc.1

- Diare dengan Dehidrasi Ringan-Sedang

Jika anak memiliki dua atau lebih tanda berikut, anak menderita dehidrasi ringan/sedang :

 Gelisah/rewel

15
 Haus dan minum dengan lahap
 Mata cekung
 Cubitan kulit perut kembalinya lambat.

Jika anak hanya menderita salah satu dari tanda di atas dan salah satu tanda dehidrasi berat
(misalnya: gelisah/rewel dan malas minum), berarti anak menderita dehidrasi sedang/ringan.1

Tatalaksana

Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan jumlah sesuai dengan
berat badan anak (atau umur anak jika berat badan anak tidak diketahui). Namun demikian,
jika anak ingin minum lebih banyak, beri minum lebih banyak.1

Tunjukkan pada ibu cara memberi larutan oralit pada anak, satu sendok teh setiap 1 –
2 menit jika anak berumur di bawah 2 tahun; dan pada anak yang lebih besar, berikan
minuman oralit lebih sering dengan menggunakan cangkir. Lakukan pemeriksaan rutin jika
timbul masalah.1

Jika anak muntah, tunggu selama 10 menit, lalu beri larutan oralit lebih lambat
(misalnya 1 sendok setiap 2 – 3 menit) jika kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian
oralit dan beri minum air matang atau ASI. Nasihati ibu untuk terus menyusui anak kapan
pun anaknya mau. Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi yang
terlihat sebelumnya. Jika tidak terjadi dehidrasi, ajari ibu mengenai empat aturan untuk
perawatan di rumah :

 beri cairan tambahan


 beri tablet Zinc selama 10 hari
 lanjutkan pemberian minum/makan)
 kunjungan ulang jika terdapat tanda berikut ini :
o anak tidak bisa atau malas minum atau menyusu
o kondisi anak memburuk
o anak demam
o terdapat darah dalam tinja anak 1

Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali tidak bisa minum
oralit misalnya karena anak muntah profus, dapat diberikan infus dengan cara: beri cairan

16
intravena secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan Ringer Laktat atau Ringer asetat (atau jika
tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut :

Tabel 3. Pemberian cairan intravena bagi anak dengan Dehidrasi Ringan-Sedang

Umur Pemberian 70 ml/Kg selama


Bayi (<12 bln) 5 jam
Anak (12 bln – 5 thn) 2½ jam

Periksa kembali anak setiap 1-2 jam, juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera
setelah anak mau minum. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam dan
klasifikasikan dehidrasi. Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk
melanjutkan penanganan.1

- Diare tanpa Dehidrasi

Anak yang menderita diare tetapi tidak mengalami dehidrasi harus mendapatkan cairan
tambahan di rumah guna mencegah terjadinya dehidrasi. Anak harus terus mendapatkan diet
yang sesuai dengan umur mereka, termasuk meneruskan pemberian ASI.1

Diagnosis Diare tanpa dehidrasi dibuat bila anak tidak mempunyai dua atau lebih tanda
berikut yang dicirikan sebagai dehidrasi ringan/sedang atau berat :

 Gelisah/ rewel
 Letargis atau tidak sadar
 Tidak bisa minum atau malas minum
 Haus atau minum dengan lahap
 Mata cekung
 Cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat (Turgor jelek) 1

Tatalaksana

 Anak dirawat jalan


 Ajari ibu mengenai 4 aturan untuk perawatan di rumah :
o beri cairan tambahan
o beri tablet Zinc
o lanjutkan pemberian makan

17
o nasihati kapan harus kembali 1

Beri cairan tambahan, sebagai berikut :

o Jika anak masih mendapat ASI, nasihati ibu untuk menyusui anaknya
lebih sering dan lebih lama pada setiap pemberian ASI. Jika anak
mendapat ASI eksklusif, beri larutan oralit atau air matang sebagai
tambahan ASI dengan menggunakan sendok. Setelah diare berhenti,
lanjutkan kembali ASI eksklusif kepada anak, sesuai dengan umur
anak.
o Pada anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri satu atau lebih
cairan dibawah ini :
• larutan oralit
• cairan rumah tangga (seperti sup, air tajin, dan kuah sayuran)
• air matang 1

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi, nasihati ibu untuk memberi cairan tambahan –
sebanyak yang anak dapat minum :

• untuk anak berumur < 2 tahun, beri + 50–100 ml setiap kali anak BAB

• untuk anak berumur 2 tahun atau lebih, beri + 100–200 ml setiap kali anak BAB.

Ajari ibu untuk memberi minum anak sedikit demi sedikit dengan menggunakan
cangkir. Jika anak muntah, tunggu 10 menit dan berikan kembali dengan lebih lambat. Ibu
harus terus memberi cairan tambahan sampai diare anak berhenti. Ajari ibu untuk
menyiapkan larutan oralit dan beri 6 bungkus oralit (200 ml) untuk dibawa pulang. Beri tablet
zinc.1

Ajari ibu berapa banyak zinc yang harus diberikan kepada anaknya :

o Di bawah umur 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
o Umur 6 bulan ke atas : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari

Ajari ibu cara memberi tablet zinc :

• Pada bayi : larutkan tablet zinc pada sendok dengan sedikit air matang, ASI perah
atau larutan oralit.

18
• Pada anak-anak yang lebih besar: tablet dapat dikunyah atau dilarutkan Ingatkan ibu
untuk memberi tablet zinc kepada anaknya selama 10 hari penuh.

Nasihati ibu untuk membawa anaknya kembali jika anaknya bertambah parah, atau
tidak bisa minum atau menyusu, atau malas minum, atau timbul demam, atau ada darah
dalam tinja. Jika anak tidak menunjukkan salah satu tanda ini namun tetap tidak
menunjukkan perbaikan, nasihati ibu untuk kunjungan ulang pada hari ke-5. Nasihati juga
bahwa pengobatan yang sama harus diberikan kepada anak di waktu yang akan datang jika
anak mengalami diare lagi.1

Pencegahan

1. Pemberian ASI Eksklusif selama 0-6 bulan


Bayi kurang dari 3 bulan jarang menderita diare rotavirus, diduga berhubungan
dengan antibodi ibu terhadap rotavirus yang disalurkan melalui plasenta dan air susu
ibu. Disamping itu Lactadherin pada air susu ibu diketahui berperan mengganggu
proses replikasi virus rotavirus. Kurugol melaporkan hubungan antara ASI eksklusif
dengan kejadian diare rotavirus pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Dibandingkan
dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan atau lebih, bayi yang tidak
mendapat ASI eksklusif berisiko dua kali lebih sering menderita diare rotavirus.5
2. Higiene yang baik
Perbaikan sanitasi lingkungan dan higiene dapat menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas diare rotavirus.5
3. Vaksin Rotavirus
Anak umur 6-23 bulan rentan terkena infeksi rotavirus karena kadar antibodi ibu yang
diperoleh melalui ASI mulai menurun dan mulai memasuki fase oral ketika anak suka
memasukkan semua benda yang dipegang ke dalam mulut. Temuan tersebut
mendukung rekomendasi WHO tentang waktu pemberian imunisasi rotavirus pada
bayi usia dini (kurang dari 6 bulan). Vaksinasi merupakan upaya pencegahan yang
paling efektif.5

19
Daftar Pustaka

1. World Health Organization Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di


Rumah Sakit. Cetakan I. Jakarta;2009.Hal 132-45
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi Diare di Indonesia.
Jakarta;2011.Hal 1-2.
3. Antonius H. Pudjiadi, dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jilid I. Jakarta;2009.Hal 59
4. Maksum Radji. Imunologi & Virologi. Cetakan II. PT Isfi Penerbitan.
Jakarta;2015.Hal 248-50
5. Titis Widowati, dkk. Diare Rotavirus pada Anak Usia Balita. Vol.13(5). Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta;2012.Hal
341-3.

20

Anda mungkin juga menyukai