Pembimbing :
dr. Dwi Haryadi, Sp.A, M.Kes
Disusun Oleh :
Joanny Angganitha Telehala
112018036
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
JL. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk-Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK RS BAYUKARTA KARAWANG
STATUS ILMU PENYAKIT ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Nim : 112018036
Pasien
Nama lengkap : An. DL Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal lahir : Karawang, 9 Juni 2017 Umur : 2 tahun 0 bulan 23 hari
Ayah
Nama lengkap : Tn.MD Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : Karawang, 15 April 1987 Umur : 32 tahun
Ibu
Nama lengkap : Ny.SB Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Karawang, 12 Februari Umur : 31 tahun
1988
Suku bangsa : Indonesia Agama : Kristen
2
Pendidikan: SMA Alamat : Jatirasa Tengah RT 02/06
Hubungan dengan anak : Orang Tua Kandung Penghasilan : -
A. ANAMNESIS
Diambil dari : Alloanamnesis dari Ibu OS
Tanggal : 15 Juni 2019 pukul 05.45
Keluhan Utama :
Mencret
Riwayat Kehamilan
G2P1A0 gravida 39-40 minggu
ANC rutin dilakukan di Bidan
Selama hamil tidak ada penyakit yang diderita oleh ibu
Riwayat Kelahiran
Tempat lahir : (-) Di rumah (-)Rumah bersalin (×) RS
3
Ditolong oleh : (×) Dokter (-)Bidan (-) Dukun
(-) Lain-lain
Persalinan : (×) Normal (-) SC
Usia Kandungan : (×) Cukup bulan (-) Preterm
Berat Badan Lahir : 3700 gram
Panjang Badan Lahir : 49 cm
Langsung menangis (+)
Riwayat Imunisasi
Dilakukan di : Bidan
(√) BCG : 1 kali (√) DPT : 3 kali (√) Polio : 4 kali
(√) Hep B : 4 kali (√) Campak : 1 kali (√) Hib : 3 kali
Catatan : Imunisasi ulangan belum dilakukan karena anak sering sakit.
Riwayat Nutrisi
Usia 0-6 bulan : ASI Eksklusif
Usia 6-9 bulan : ASI + Bubur Halus
Usia 9-12 bulan : ASI + Bubur Kasar
Usia >12 bulan : ASI + Makanan Keluarga
B. PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 120 x/menit, reguler dan kuat angkat
Suhu : 38,7 °C
Pernapasan (frekuensi dan tipe) : 24 kali, reguler
4
Tekanan Darah : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Antropometri
Tinggi badan : 85 cm
Berat badan : 9,4 kg
Lingkar Kepala : 48 cm
5
6
Kepala
Ukuran : normocephaly
Rambut : hitam, distribusi merata
UUK : datar
UUB : cekung
Mata
Cekung : (+)/(+)
Konjungtiva : anemis -/-
Sklera : ikterik -/-
Lensa : jernih
Reflek cahaya : +/+
Nistagmus : (-)
Strabismus : (-)
Telinga
Serumen : +/+
Cairan : -/-
Darah : -/-
Mulut
Mukosa Bibir : lembab berwarna merah muda
Faring : tidak hiperemis
Tonsil : berukuran T1-T1, tidak hiperemis
Leher
Kelenjar limfe : tidak teraba membesar
Massa : tidak ada
Thorax
Paru-paru
Depan Belakang
Inspeksi Kiri Simetris, retraksi (-) Simetris, retraksi (-)
Kanan Simetris, retraksi (-) Simetris, retraksi (-)
Palpasi Kiri Vokal fremitus simetris Vokal fremitus simetris
Kanan Vokal fremitus simetris Vokal fremitus simetris
Perkusi Kiri Sonor Sonor
7
Kanan Sonor Sonor
Auskultasi Kiri Bronkovesikuler Bronkovesikuler
Wheezing (-) Wheezing (-)
Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Kanan Bronkovesikuler Bronkovesikuler
Wheezing (-) Wheezing (-)
Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Jantung
Inspeksi : pulsasi iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba di intercostal IV midclavicularis sinistra
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I-II murni regular, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+), hiperperistaltik 15x/menit
Palpasi
Hati : tidak teraba membesar
Limpa : tidak teraba membesar
Cubitan kulit : kembali lambat
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) 6x/menit umbilikus
Anggota Gerak
CRT : < 2 detik
Akral : hangat
Tonus : baik
8
Refleks
Refleks biceps : (+/+)
refleks triceps : (+/+)
refleks brachioradialis : (+/+)
refleks patella : (+/+)
refleks achilles : (+/+)
refleks babinsky : (-/-)
D. RESUME
Anak usia 2 tahun diantar oleh ibunya dengan keluhan mencret sejak 1 hari SMRS,
mencret berjumlah > 10 kali berwarna kekuningan, ampas (+), lendir (+). Keluhan disertai
dengan muntah > 10 kali berisi cairan. Terdapat demam sejak 1 hari SMRS, demam bersifat
naik turun. Pasien juga memiliki keluhan pilek sejak 1 hari SMRS, sekret bening. Ibu
mengatakan anak rewel dan menangis masih ada air mata, anak hanya mau minum ASI,
tetapi tidak mau makan. BAK masih lancar, terakhir ganti popok setengah jam sebelum ke
RS. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital ditemukan peningkatan suhu tubuh 38,7°C, dan
pemeriksaan generalis ditemukan UUB cekung, mata cekung (+), sekret hidung (+), turgor
kulit kembali lambat, BU Hiperperistaltik. Pemeriksaan darah rutin yaitu leukosit :
15.700/uL.
Diagnosis Kerja
Diare Cair Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang
9
Dasar diagnosis :
1. BAB cair >3 kali, berlangsung berlangsung < 14 hari
2. BAB cair tanpa mengandung darah
3. Anak rewel dan tampak haus
4. Mata cekung dan turgor kembali lambat
RENCANA PENGELOLAAN
1. Non medikamentosa
Diet makanan lunak
Tirah baring (bed rest)
Asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi
Monitoring keadaan klinis dan waspadai tanda-tanda perburukan atau komplikasi
Hygiene makanan dan kebersihan diri
2. Medikamentosa
Oralit : 235 ml/jam minum sedikit-sedikit tetapi sering.
Nilai kembali setelah 1 jam
o URO Berhasil = Rawat Jalan
- Oralit sisa
- Zinc sirup 1x20 mg selama 10 hari
o URO Gagal = Rawat Inap
- IVFD Hydromal
- 2½ jam awal : 63 tpm makro
- Maintenance : 9 tpm makro
o Paracetamol infus 3 x 100 mg
PENCEGAHAN
1. Hygiene pengolahan dan penyajian makanan
2. Toilet training
F. PROGNOSIS
1. Ad vitam : ad bonam
2. Ad fungsionam : ad bonam
3. Ad sanationam : ad bonam
10
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Diare akut menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), adalah buang air besar
lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Selama anak diare, terjadi peningkatan hilangnya cairan dan elektrolit (natrium, kalium dan
bikarbonat) yang terkandung dalam tinja cair anak. Dehidrasi terjadi bila hilangnya cairan
dan elektrolit ini tidak diganti secara adekuat, sehingga timbullah kekurangan cairan dan
elektrolit.1
Epidemiologi
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, pada tahun 2008 terjadi
KLB di 69 kecamatan dengan jumlah kasus 8.133 orang, kematian 239 orang. Tahun 2009 di
24 kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, kematian 100 orang, sedangkan tahun 2010
terjadi KLB di 33 Kecamatan dengan jumlah kasus 4.204 dengan kematian 73 orang.2
Diagnosa
11
Tanda invaginasi yaitu massa intra-
abdominal
Tanda-tanda gizi buruk
Perut kembung 1
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tanda
intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis
2. Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja :
- Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah dan bau
- Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
- Kimia : pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
- Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
3. Analisis gas darah dan elektrolit dilakukan bila secara klinis dicurigai adanya
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.3
Diagnosa Keadaan
12
Etiopatofisiologi
Rotavirus
Rotavirus pertama kali ditemukan pada hewan pada tahun 1971 dan pada tahun 1973
mulai diekstraksi dari biopsi duodenum anak penderita diare. Rotavirus adalah virus tanpa
amplop dengan bentuk kapsid ikosahedral dengan diameter sekitar 60-80 nm. Dinamakan
rotavirus karena bentuknya seperti roda jika dilihat dengan mikroskop (dalam bahasa Latin
rota berarti roda).4
Makanan yang terkontaminasi dan tidak dimasak dengan baik dapat menjadi jalur
transmisi virus ini. Seperti halnya virus secara umum, rotavirus sangat mudah menular dari
anak yang terinfeksi ke anak lain, atau melalui benda yang terkontaminasi ke anak. Rotavirus
grup A paling banyak ditemukan di seluruh dunia menyebabkan diare akut pada anak-anak
usia dibawah 5 tahun.4
Setelah menempel pada permukaan sel mukosa intestinal, rotavirus masuk ke dalam sel
hospes melalui proses endositosis. Rotavirus bereplikasi dalam sitoplasma dengan
menggunakan RNA polimerase viral membentuk mRNA, mRNA ini akan memproduksi
protein struktural penyusun kapsid virus. Segmen mRNA bereplikasi membentuk RNA virus
untai ganda dan melakukan perakitan dengan nukleokapsid menjadi virion baru.4
Replikasi virus dalam sel intestinal telah menyebabkan kerusakan dan disfungsi sel.
Partikel rotavirus ditemukan dalam jumlah banyak pada feses penderita. Kerusakan dan
gangguan fungsi sel intestinal menyebabkan sekresi cairan intestinal dan menyebabkan diare
pada penderita khususnya anak-anak umur dibawah 5 tahun.4
Insidensi tinggi diare rotavirus pada anak baik di negara berkembang maupun negara
maju menunjukkan bahwa kejadian diare rotavirus tidak dapat dicegah hanya dengan perilaku
sehat dan penyediaan air bersih saja. 5
Di Indonesia rotavirus menjadi penyebab 60% diare pada anak balita yang mengalami
rawat inap dan 41% dari kasus diare rawat jalan. Perbaikan sanitasi lingkungan dan higiene
serta upaya rehidrasi oral dengan oralit saja tidak dapat menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas diare rotavirus, sehingga vaksinasi merupakan upaya pencegahan yang paling
efektif.5
13
Klasifikasi Dehidrasi pada Diare
Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara cepat
dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral segera setelah anak
membaik. Pada daerah yang sedang mengalami KLB kolera, berikan pengobatan antibiotik
yang efektif terhadap kolera. 1
Diagnosis jika terdapat dua atau lebih tanda berikut, berarti anak menderita dehidrasi
berat :
Tatalaksana
Anak dengan dehidrasi berat harus diberi rehidrasi intravena secara cepat yang diikuti
dengan terapi rehidasi oral. Mulai berikan cairan intravena segera. Pada saat infus
disiapkan, beri larutan oralit jika anak bisa minum. Catatan: larutan intravena terbaik
adalah larutan Ringer Laktat (disebut pula larutan Hartman untuk penyuntikan). Tersedia
juga larutan Ringer Asetat. Jika larutan Ringer Laktat tidak tersedia, larutan garam
14
normal (NaCl 0.9%) dapat digunakan. Larutan glukosa 5% (dextrosa) tunggal tidak
efektif dan jangan digunakan.1
30 ml/Kg 70 ml/Kg
Umur < 12 bln 1 jam 5 jam
Umur > 12 bln 30 menit 2½ jam
Nilai kembali anak setiap 15 – 30 menit hingga denyut nadi radial anak teraba. Jika
hidrasi tidak mengalami perbaikan, beri tetesan infus lebih cepat. Selanjutnya, nilai kembali
anak dengan memeriksa turgor, tingkat kesadaran dan kemampuan anak untuk minum,
sedikitnya setiap jam, untuk memastikan bahwa telah terjadi perbaikan hidrasi. Mata yang
cekung akan membaik lebih lambat dibanding tanda-tanda lainnya dan tidak begitu
bermanfaat dalam pemantauan. Jika jumlah cairan intravena seluruhnya telah diberikan, nilai
kembali status hidrasi anak.1
Jika tanda dehidrasi masih ada, ulangi pemberian cairan intravena seperti yang telah
diuraikan sebelumnya. Dehidrasi berat yang menetap (persisten) setelah pemberian rehidrasi
intravena jarang terjadi; hal ini biasanya terjadi hanya bila anak terus menerus BAB cair
selama dilakukan rehidrasi. Jika kondisi anak membaik walaupun masih menunjukkan tanda
dehidrasi ringan, hentikan infus dan berikan cairan oralit selama 3-4 jam.1
Jika anak bisa menyusu dengan baik, semangati ibu untuk lebih sering memberikan
ASI pada anaknya. Lakukan observasi pada anak setidaknya 6 jam sebelum pulang dari
rumah sakit, untuk memastikan bahwa ibu dapat meneruskan penanganan hidrasi anak
dengan memberi larutan oralit. Semua anak harus mulai minum larutan oralit (sekitar
5ml/kgBB/jam) ketika anak bisa minum tanpa kesulitan (biasanya dalam waktu 3–4 jam
untuk bayi, atau 1–2 jam pada anak yang lebih besar). Hal ini memberikan basa dan kalium,
yang mungkin tidak cukup disediakan melalui cairan infus. Ketika dehidrasi berat berhasil
diatasi, beri tablet zinc.1
Jika anak memiliki dua atau lebih tanda berikut, anak menderita dehidrasi ringan/sedang :
Gelisah/rewel
15
Haus dan minum dengan lahap
Mata cekung
Cubitan kulit perut kembalinya lambat.
Jika anak hanya menderita salah satu dari tanda di atas dan salah satu tanda dehidrasi berat
(misalnya: gelisah/rewel dan malas minum), berarti anak menderita dehidrasi sedang/ringan.1
Tatalaksana
Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan jumlah sesuai dengan
berat badan anak (atau umur anak jika berat badan anak tidak diketahui). Namun demikian,
jika anak ingin minum lebih banyak, beri minum lebih banyak.1
Tunjukkan pada ibu cara memberi larutan oralit pada anak, satu sendok teh setiap 1 –
2 menit jika anak berumur di bawah 2 tahun; dan pada anak yang lebih besar, berikan
minuman oralit lebih sering dengan menggunakan cangkir. Lakukan pemeriksaan rutin jika
timbul masalah.1
Jika anak muntah, tunggu selama 10 menit, lalu beri larutan oralit lebih lambat
(misalnya 1 sendok setiap 2 – 3 menit) jika kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian
oralit dan beri minum air matang atau ASI. Nasihati ibu untuk terus menyusui anak kapan
pun anaknya mau. Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi yang
terlihat sebelumnya. Jika tidak terjadi dehidrasi, ajari ibu mengenai empat aturan untuk
perawatan di rumah :
Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali tidak bisa minum
oralit misalnya karena anak muntah profus, dapat diberikan infus dengan cara: beri cairan
16
intravena secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan Ringer Laktat atau Ringer asetat (atau jika
tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut :
Periksa kembali anak setiap 1-2 jam, juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera
setelah anak mau minum. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam dan
klasifikasikan dehidrasi. Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk
melanjutkan penanganan.1
Anak yang menderita diare tetapi tidak mengalami dehidrasi harus mendapatkan cairan
tambahan di rumah guna mencegah terjadinya dehidrasi. Anak harus terus mendapatkan diet
yang sesuai dengan umur mereka, termasuk meneruskan pemberian ASI.1
Diagnosis Diare tanpa dehidrasi dibuat bila anak tidak mempunyai dua atau lebih tanda
berikut yang dicirikan sebagai dehidrasi ringan/sedang atau berat :
Gelisah/ rewel
Letargis atau tidak sadar
Tidak bisa minum atau malas minum
Haus atau minum dengan lahap
Mata cekung
Cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat (Turgor jelek) 1
Tatalaksana
17
o nasihati kapan harus kembali 1
o Jika anak masih mendapat ASI, nasihati ibu untuk menyusui anaknya
lebih sering dan lebih lama pada setiap pemberian ASI. Jika anak
mendapat ASI eksklusif, beri larutan oralit atau air matang sebagai
tambahan ASI dengan menggunakan sendok. Setelah diare berhenti,
lanjutkan kembali ASI eksklusif kepada anak, sesuai dengan umur
anak.
o Pada anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri satu atau lebih
cairan dibawah ini :
• larutan oralit
• cairan rumah tangga (seperti sup, air tajin, dan kuah sayuran)
• air matang 1
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi, nasihati ibu untuk memberi cairan tambahan –
sebanyak yang anak dapat minum :
• untuk anak berumur < 2 tahun, beri + 50–100 ml setiap kali anak BAB
• untuk anak berumur 2 tahun atau lebih, beri + 100–200 ml setiap kali anak BAB.
Ajari ibu untuk memberi minum anak sedikit demi sedikit dengan menggunakan
cangkir. Jika anak muntah, tunggu 10 menit dan berikan kembali dengan lebih lambat. Ibu
harus terus memberi cairan tambahan sampai diare anak berhenti. Ajari ibu untuk
menyiapkan larutan oralit dan beri 6 bungkus oralit (200 ml) untuk dibawa pulang. Beri tablet
zinc.1
Ajari ibu berapa banyak zinc yang harus diberikan kepada anaknya :
o Di bawah umur 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
o Umur 6 bulan ke atas : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari
• Pada bayi : larutkan tablet zinc pada sendok dengan sedikit air matang, ASI perah
atau larutan oralit.
18
• Pada anak-anak yang lebih besar: tablet dapat dikunyah atau dilarutkan Ingatkan ibu
untuk memberi tablet zinc kepada anaknya selama 10 hari penuh.
Nasihati ibu untuk membawa anaknya kembali jika anaknya bertambah parah, atau
tidak bisa minum atau menyusu, atau malas minum, atau timbul demam, atau ada darah
dalam tinja. Jika anak tidak menunjukkan salah satu tanda ini namun tetap tidak
menunjukkan perbaikan, nasihati ibu untuk kunjungan ulang pada hari ke-5. Nasihati juga
bahwa pengobatan yang sama harus diberikan kepada anak di waktu yang akan datang jika
anak mengalami diare lagi.1
Pencegahan
19
Daftar Pustaka
20