Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN (ISK) PADA LANSIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
KELAS IV B KEPERAWATAN

Adrianus Biasa
Mastang
Ekawati
Nur Afifa
Siti Rahma Rositalia
Hamdana
Yusril Ihza Mahendra

PROGRAM STUDI S1 NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan asuhan
keperawatan Gangguan perkemihan (ISK) pada lansia, ini tepat pada waktu yang
telah ditentukan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan
dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik.

Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan
masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk
dapat menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik
dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan. oleh karen itu, kritik dan saran
yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan
semuanya, sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Palu, 10 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................1

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................3

BAB I...................................................................................................................................8

PENDAHULUAN..................................................................................................................8

A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................8

A. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................9

B. Tujuan..................................................................................................................10

BAB II................................................................................................................................10

LANDASAN TEORI.............................................................................................................10

A. Pengertian............................................................................................................10

B. Etiologi.................................................................................................................10

C. Patofisiologi..........................................................................................................11

D. Klasifikasi..............................................................................................................12

E. Tanda dan Gejala..................................................................................................13

BAB III...............................................................................................................................16

ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................................16

A. Pengkajian............................................................................................................16

B. Diagnosa Keperawatan Yang Timbul....................................................................17

C. Intervensi Keperawatan.......................................................................................17

BAB IV..............................................................................................................................21
PENUTUP..........................................................................................................................21

A. Kesimpulan...........................................................................................................21

B. Saran....................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut World Health Organization (WHO) Infeksi saluran kemih


(ISK) adalah penyakit infeksi yang kedua tersering pada tubuh sesudah
infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per
tahun. Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita dari pada laki-
laki. Indonesia merupakan negara berpenduduk ke empat terbesar dunia
setelah Cina, India dan Amerika Serikat. (WHO,2013)

Berdasarkan survey dirumah sakit Amerika Serikat kematian yang


timbul dari Infeksi Saluran Kemih diperkirakan lebih dari 13000 (2,3 %
angka kematian). Pada usia muda kurang dari 40 tahun mempunyai
prevalensi 3,2% sedangkan diatas 65 tahun angka infeksi saluran kemih
sebesar 20%. (Sochilin,2013) American Urology Association (AUA,2016)
menyatakan bahwa diperkirakan Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada
150 juta penduduk dunia pertahunnya.

Di Amerika Serikat, Infeksi saluran kemih (ISK) terhitung


mencapai lebih dari 100.000 kunjungan rumah sakit setiap tahunnya.
memperkiraan jumlah penderita Infeksi saluran kemih (ISK) di Indonesia
adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahunnya atau sekitar
180.000 kasus baru pertahun pada 2014. Menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia jumlah penderita ISK di Indonesia masih cukup
banyak, mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahun nya atau
sekitar 180.000 kasus baru pertahun (Kemenkes, 2016).
Dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus
atau mikroorganisme. Saluran kemih manusia merupakan organ-organ
yang bekerja untuk mengumpul dan menyimpan urin serta organ yang
mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih dan
uretra. Menurut National Kidney and Urologic Diseases Information
Clearinghouse (NKUDIC), Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan
penyakit infeksi kedua tersering setelah infeksi saluran pernafasan dan
sebanyak 8,1 juta kasus dilaporkan per tahun. Sementara itu di Indonesia
yang menderita infeksi saluran kemih (ISK) diperkirakan sebanyak 222
juta jiwa.infeksi saluran kemih di Indonesia dan prevalensinya masih
cukup tinggi, menurut perkiraan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, jumlah penderita ISK di Indonesia adalah 90-100 kasus per
100.000 penduduk pertahun nya atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun
(Depkes Ri, 2014) Berdasarkan data tahun 2018 penderita infeksi saluran
kemih (ISK) di RSUD. Kota Kendari Total pasien rawat inap pada tahun
2018 terdapat 48 kasus penderita ISK sedangkan pada data pasien yang
rawat jalan terdapat 166 kasus penderita infeksi saluran kemih.
(SIRS.RSUD.Kota Kendari 2019).

A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian ISK?
2. Apa etiologi ISK?
3. Bagaimana patologi ISK?
4. Apa manifestasi klinis ISK?
5. Bagaimana Klasifikasi ISK?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang ISK?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ISK
2. Untuk mengetahui etiologi ISK
3. Untuk mengetahui patologi ISK
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis ISK
5. Untuk mengetahui klasifikasi ISK
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang ISK

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection
(UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran
kemih.(Agus Tessy, 2001)Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu
keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara,
1998).

B. Etiologi
Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:

1. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)

2. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated

3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.

Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:

1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan


kandung kemih yang kurang efektif.

2. Mobilitas menurun.

3. Nutrisi yang sering kurang baik.

4. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.

5. Adanya hambatan pada aliran urin.

6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat


C. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme
patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui :
kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada
dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending
yaitu:

1. masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor


anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek
daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor
tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam
traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya
dekubitus yang terinfeksi.

2. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.

3. Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system


imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara
hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi
ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya
bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih,
bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

4. Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:

a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat


pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang
efektif.

b. Mobilitas menurun

c. Nutrisi yang sering kurang baik

d. System imunnitas yng menurun

e. Adanya hambatan pada saluran urin


f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

g. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut


mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan
nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap
invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan
bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi
ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar
ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi
predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih
proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan
dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses.
Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu,
neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-
laki diatas usia 60 tahun.

D. Klasifikasi
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:

1. Kandung kemih (sistitis)

2. uretra (uretritis)

3. prostat (prostatitis)

4. ginjal (pielonefritis)

5. Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:

a. ISK uncomplicated (simple)

b. ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing


tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi
lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya
mengenai mukosa superficial kandung kemih.
c. ISK complicated, Sering menimbulkan banyak masalah karena
sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab
sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi
bakterimia, sepsis dan shock.

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):

1. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih.

2. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis

3. Hematuria

4. Nyeri punggung dapat terjadi

5. Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)

6. Demam

7. Menggigil

8. Nyeri panggul dan pinggang

9. Nyeri ketika berkemih

10. Malaise

11. Pusing

12. Mual dan muntah

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting
adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih.
2. Hematuria : hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB
sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan
patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
3. Bakteriologis
4. Mikroskopis
5. Metode tes
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan
nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit
positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat,
Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin
normal menjadi nitrit.
6. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat
organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis,
neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
G. Penatalaksanaan
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus
urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan
atas:
1. Terapi antibiotika dosis tunggal
2. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
3. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
4. Terapi dosis rendah untuk supresi
5. Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko
kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri
persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul
salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi
urin, terapi preventif dosis rendah.
6. Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang
ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten
terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt
digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
7. Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
a. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
b. Interansi obat
c. Efek samping obat
d. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya
melalui ginjal
8. Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal
ginjal:
a. Efek nefrotosik obat
b. Efek toksisitas obat
9. Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi
keefektifannya dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai
berikut:
a. Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar
berguna/diperlukan/Apakah obat yang diberikan menyebabkan
keadaan lebih baik atau malh membahnayakan/Apakah obat yang
diberikan masih tetap diberikan?Dapatkah sebagian obat
dikuranngi dosisnya atau dihentikan?
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh.
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
a. Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
b. Adakah obstruksi pada saluran kemih?
3. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi
nosokomial.
a. Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
b. Imobilisasi dalam waktu yang lama.
c. Apakah terjadi inkontinensia urine?
4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
a. Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor
predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan
jumlah)
b. Adakah disuria?
c. Adakah urgensi?
d. Adakah hesitancy?
e. Adakah bau urine yang menyengat?
f. Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan
konsentrasi urine?
g. Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih
bagian bawah
h. Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi
saluran kemih bagian atas
i. Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas.
5. Pengkajian psikologi pasien:
a. Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan
pengobatan yang telah dilakukan?
b. Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap
penyakitnya.

B. Diagnosa Keperawatan Yang Timbul


1. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi
uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
C. Intervensi Keperawatan
1. Dx 1 :
Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi
uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.
Kriteria evaluasi:
Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul
Intervensi:
a. Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, baud an pola
berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil
urinalisis ulang
Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan
b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.
Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab
nyeri.
c. Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, lingkungan
istirahat;
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
d. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus
Relaksasi: membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk
relaksasi otot.
e. Berikan perawatan perineal
Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra
f. Jika dipaang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 nkali
per hari.
Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki
kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
g. Kolaborasi: Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine
kuning, jingga gelap, berkabut atau keruh. Pla berkemih berubah,
sring berkemih dengan jumlah sedikit, perasaan ingin kencing,
menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau bertambah sakit
Rasional: Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan
jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan luas
h. Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya
Rasional: analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi
nyeri
i. Berikan antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk
air segar . Pemberian air sampai 2400 ml/hari
Rasional: akibta dari haluaran urin memudahkan berkemih sering
dan membentu membilas saluran berkemih
2. Dx 2:
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Evaluasi:
Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih
(urgensi, oliguri, disuria)
Intervensi:
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin.
Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi.
b. Tentukan pola berkemih pasien.
c. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.
d. Kaji keluhan kandung kemih penuh
Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi
jaringan(kandung kemih/ginjal).
e. Observasi perubahan status mental:, perilaku atau tingkat
kesadaran.
Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit
dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat.
f. Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam.
Rasional: untuk mencegah statis urin
g. Kolaborasi: Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN,
kreatinin
Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal
h. Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan
masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan
aam urin.
Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan
masukan sari buah dapt berpengaruh dalm pengobatan infeksi
saluran kemih.
3. Dx 3:
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Kriteria Evaluasi:
menyatakna mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostic, rencana
pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi:
a. Kaji ulang prose pemyakit dan harapan yang akan dating.
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan beradasarkan informasi.
b. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk
mencegah penyebaran, jelaskna pemberian antibiotic, pemeriksaan
diagnostic: tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan
sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi
ansietas dan m,embantu mengembankan kepatuhan klien terhadap
rencan terapetik.
c. Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk
perawatan lanjut dan instruksi tertulis untuk perawatn sesudah
pemeriksaan.
Rasional: instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan
d. Instruksikan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan,
inum sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari khususnya sari
buah berri.
Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-
tanda penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Asam
piruvat dari sari buah berri membantu mempertahankan keadaan
asam urin dan mencegah pertumbuhan bakteri
e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan
perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.
Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan
ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan
rencana terapeutik.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih atau ISK adalah suatu istilah umum yang
dipakai untuk mengatakan adanya infasi mikroorganisme pada saluran
kemih Infeksi saluran kencing merupakan masalah kesehatan yang cukup
serius bagi jutaan orang di setiap tahun. Infeksi Saluran Kemih merupakan
penyakit infeksi nomor 2 yang paling banyak menyerang manusia di muka
bumi.Umumnya penyakit ini menyerang kaum wanita tapi sering juga
ditemukan laki-laki yang menderita Infeksi Saluran Kemih.
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi ketika suatu organisme
penginfeksi, biasanya suatu bakteri gram negatif seperti E.coli, masuk ke
saluran kencing.Radang area lokal terjadi, diikuti dengan infeksi ketika
organisme bereproduksi.Bakteri radang muncul di kulit area genital dan
memasuki saluran perkemihan melalui pembukaan uretra.Ada dua jalur
utama terjadi isk, yaitu ansending dan hematogen.Dalam penyakit ISK ini
terdapat beberapa klasifikasi yaitu Infeksi Saluran Kemih Bawah dan 
Infeksi Saluran Kemih Atas.Pemeriksaan diagnostik penyakit ISK ada
beberapa macam pemeriksaan seperti, tes kultur dan sensitivitas,
cystoscopy, studi sinar x ginjal, ureter, kandung kemih (KUB), prostate
spesific antigen (PSA) test, pengumpulan urin 24 jam, urinalysis, urine
flow studies, voiding cystogram.
B. Saran
Untuk perawat atau teman sejawat agar dapat memprioritaskan
masalah sesuai kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien
tersebut, dan rencana tindakan dapat dilakukan dengan baik. Untuk
perawat agar dapat mendokumentasikan semua data pada klien baik
subjektif maupun obyektif dengan benar sehingga dapat membuat evaluasi
dengan baik. Untuk menunjang pendokumentasian pihak rumah sakit
harus menyediakan lembaran renpra untuk perawat ruangan.
Dan saran untuk penderita penyakit ISK agar lebih menjaga
kebersihan alat genital supaya tidak terjadi atau menderita penyakit yang
sama, dan juga seperti memperhatikan kelembaban daerah kelamin ketika
cebok atau membersihkan alat kelamin harus benar-benar bersih dan
dikeringkan dengan handuk.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made
Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.

Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan


Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.

Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI

Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses


penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa:
Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai