Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA


NY “S” G2PIA0HI UK 40 MINGGU 3 HARI
DENGAN PENDARAHAN POSTPARTUM
DI PUSKESMAS GAJAH MADA
TEMBILAHAN

OLEH :
HESTY AFRIANA
20.15.015

Preseptor Akademik : Dahlia Murni, S.Tr. Keb., M.K.M


Preseptor Lapangan : Semi, S.ST

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN


STIKES HUSADA GEMILANG TEMBILAHAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA


NY “S” G1P0A0H0 UK 40 MINGGU 3 HARI
DENGAN PENDARAHAN POSTPARTUM
DI PUSKESMAS GAJAH MADA
TEMBILAHAN

OLEH :
HESTY AFRIANA
20.15.015

Menyetujui,

CI Lapangan CI Akademik

(Semi, S.ST) (Dahlia Murni, S.Tr.Keb., M.K.M)


NIP.197004061991012001 NIDN.1016069402

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pendahuluan dan
Laporan Kasus tepat pada waktunya.Adapun yang dibahas Asuhan Kebidanan Ibu
Bersalin Ny ‘S’ G2P1A0H1 UK 40 minggu 3 hari Dengan Perdarahan
PostPartum.
Penulisan Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat Praktik
Klinik Kebidanan (PKK1) serta menambah wawasan pengetahuan.Dalam
pembuatan laporan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Haryati Astuti, S.SiT. M.Kes selaku Ketua STIKes Husada Gemilang
2. Semi, S.ST selaku preceptor Lapangan yang telah memberi arahan dan
bimbingan laporan pendahuluan dan laporan kasus.
3. Dahlia Murni, S.Tr. Keb., M.K.Mselaku Preseptor Akademik yang telah
memberi arahan dan bimbingan laporan pendahuluan dan laporan kasus.
4. Kedua orang tua yang selalu membimbing dan selalu mendoakan
5. Semua pihak yang telah banyak memberikan dorongan sehingga
terselesaikan Laporan ini.
Kami menyadari bahwa Laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki dan
penyempurnaan Laporan kasus ini lebih lanjut. Akhir kata semoga apa yang telah
kami kerjakan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Tembilahan, 6 Agustus 2022

Hesty Afriana

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Tujuan........................................................................................................ 3
C. Manfaat...................................................................................................... 4
D. Ruang Lingkup.......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan.................................................................................................. 5
B. Perdarahan Post Partum............................................................................. 12
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Format Pengkajian..................................................................................... 21
B. Pendokumentasian SOAP.......................................................................... 29
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................. 32
B. Saran........................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Postpartum merupakan masa pulih kembali mulai dari persalinan
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, yaitu kirakira 6-8
minggu. Pada masa post partum ibu banyak mengalami kejadian seperti
perubahan fisik, psikologis untuk menghadapi masa nifas yang bila tidak
ditangani segera, akan dapat membahayakan kesehatan atau mendatangkan
kematian bagi ibu di waktu masa nifas/masa peurperium (Indriyani, 2015).
Masa peurperium/masa nifas merupakan masa mengembalikan alat
genitalia interna kedalam keadaan normal, dengan tenggang waktu sekitar
42 hari atau enam minggu dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Puerperium dibagi menjadi 3 yaitu puerperium dini, pueperium intermedial,
dan remote puerpuerium (Indriyani, 2016).
Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate 24 jam
pertama dan early postpartum period (minggu pertama) sedangkan
perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada late postpartum period
(minggu kedua-minggu ke enam). Bahaya yang paling sering terjadi itu
adalah perdarahan paska persalinan atau HPP (Haemorrhage Postpartum).
Perdarahan paska persalinan biasanya terjadi pada masa postpartum yang
lebih dari 500 cc segera setelah bayi lahir. Menentukan jumlah 2
perdarahan pada saat persalinan sulit karena bercampurnya darah dengan
air ketuban serta rembesan di kain pada alas tidur. Manifestasi klinis pada
perdarahan adalah klien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin,
dalam pemeriksaan fisik hiperpnea, sistolik < 90 mmHg, nadi > 100
x/menit dan kadar HB < 8 gr (Purwoastuti, dkk 2015). Tempat yang baik
sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas insersio
(pelekatan) plasenta. (Indriyani, 2016)
Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter 4 cm,
permukaan tidak rata, berbenjol karena banyaknya vena yang di tutupi oleh
trombus. Selain itu, kuman juga dapat masuk melalui serviks, vagina dan

1
2

perineum. Terjadinya infeksi dapat terjadi karena manipulasi penolong


yang tidak steril atau pemeriksaan dalam berulangulang, alat-alat tidak
steril, infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi oleh
kuman dan virus, infeksi nosokomial rumah sakit, infeksi intrapartum dan
hubungan seksual akhir kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah dini.
Infeksi masa nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan
nifas. Menurut john comittee on Maternal Weifare (Amerika serikat ).
(Purwoastuti & Walyani, 2015)
Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam,
sakit di daerah infeksi, warna kemerahan, fungsi organ terganggu.
Gambaran klinis infeksi nifas terbagi menjadi 2 yaitu: Infeksi lokal dan
infeksi umum. Infeksi lokal warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak
pada luka, lochia bercampur nanah, mobilitas terbatas, suhu badan
meningkat. Infeksi umum sakit dan lemah, suhu badan meningkat,
pernafasan meningkat dan sesak, kesadaran 3 gelisah sampai menurun
bahkan koma, gangguan involusi uteri, lochia berbau, bernanah dan kotor
(Purwoastuti, dkk 2015). Penyebaran infeksi nifas pada perineum bisa
terjadi di vulva, vagina, serviks dan endometrium. Adapun infeksi yang
penyebarannya melalui pembuluh darah yaitu: Septikemia, piemia dan
tromboflebilitis (Purwoastuti, dkk, 2015).
Di negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu
banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan
yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena risiko
kesakitan dan kematian ibu serta bayi, lebih sering terjadi sering terjadi
pada masa setelah persalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh
konsekuensi ekonomi, di samping ketidak tersediaan pelayanan atau
rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan
kesehatan yang cukup berkualitas (Purwoastuti, dkk, 2015).
Menurut WHO, 2016 (World Health Organization), di seluruh dunia setiap
menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait
dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Sehingga, 1.400 perempuan
meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap
3

tahun karena kehamilan, persalinan, dan nifas. Diperkirakan bahwa


kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan kematian
masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Berdasarkan laporan (Depkes
tahun, 2018 ). Angka Kematian Ibu di Indonesia 125 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) disebabkan beberapa faktor yaitu
perdarahan karena eklamsia, infeksi, abortus dan partus lama (SKRI, 2018).
Secara nasional angka kejadian infeksi pada kala nifas berkembang
kearah 4 infeksi akut. Asuhan pada masa nifas diperlukan dalam periode ini
karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Infeksi merupakan
salah satu penyebab secara langsung terjadinya kematian ibu di Indonesia
(SKRI, 2018).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini untuk menerapkan Asuhan kebidanan
pada Ny.S G2P1A0H1 UK 40 Minggu 3 hari dengan perdarahan postpartum Di
Puskesmas Gajah Mada.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif Asuhan Kebidanan Pada
Ny.S G2P1A0H1 UK 40 Minggu 3 Hari dengan Perdarahan postpartum Di
Puskesmas Gajah Mada Tembilahan.
b. Mampu menginterprestasi data, merumuskan diagnose kebidanan, masalah
dan kebutuhan Asuhan Kebidanan Pada Ny.S G2P1A0H1 UK 40 Minggu
3 Hari dengan Perdarahan postpartum Di Puskesmas Gajah Mada
Tembilahan.
c. Melakukan identifikasi diagnosa potensial Asuhan Kebidanan Pada Ny.S
G2P1A0H1 UK 40 Minggu 3 Hari dengan Perdarahan postpartum Di
Puskesmas Gajah Mada Tembilahan.
d. Mengidentifikasi terhadap tindakan Asuhan Kebidanan Pada Ny.S
G2P1A0H1 UK 40 Minggu 3 Hari dengan Perdarahan postpartum Di
Puskesmas Gajah Mada Tembilahan.
e. Melakukdengan perencanaan asuhan menyeluruh dengan tepat dan
rasional berdasarkan keputusan yang dibuat Asuhan Kebidanan Pada Ny.S
4

G2P1A0H1 UK 40 Minggu 3 Hari dengan Perdarahan postpartum Di


Puskesmas Gajah Mada Tembilahan.
f. Melakukan pelaksaan Asuhan Kebidanan Pada Ny.S G2P1A0H1 UK 40
Minggu 3 Hari dengan Perdarahan postpartum Di Puskesmas Gajah Mada
Tembilahan.
g. Mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan yang telah diberikan Asuhan
Kebidanan Pada Ny.S G2P1A0H1 UK 40 Minggu 3 Hari dengan
Perdarahan postpartum Di Puskesmas Gajah Mada Tembilahan.

C. Manfaat
Setelah melakukkan pembinaan dalam penerapan asuhan kebidanan maka penulis
berharap dapat :
1. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan dapat berguna sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan
tentang perdarahan postpartum bagi penulis selanjutnya dengan mengikuti
perkembangan teori tentang persalinan.
2. Bagi Institusi Lahan Praktik
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengembangan pendidikan
manajemen asuhan kebidanan pada pasien dengan perdarahan postpartum
3. Bagi Mahasiswa
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penerapan
manajemen asuhan kebidanan pada pasien dengan perdarahan postpartum,
dengan menggunakan pendokumentasian SOAP.
D. Ruang Lingkup
Laporan Pendahuluan Dan Laporan Kasus ini berjudul Asuhan Kebidanan pada

pada Ny.S P2A0H2 dengan Perdarahan postpartum, asuhan kebidanan dilaksanakan

berdasarkan manajemen alur fikir varney dan didokumentasikan dalam metode

SOAP. Subjek asuhan adalah pada Ny.S P2A0H2 dengan Perdarahan postpartum.

Pemberian asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada Tanggal 05 Mei 2022. Asuhan

ini dilakukan di Puskesmas Gajah Mada Tembilahan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau bukan jalan lahir,dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,hingga janin turun
ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana bayi,plasenta,dan
selaput ketuban keluar dari rahim ibu.Persalinan dianggap abnormal jika
prosesnya terjadi pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
dengan penyulit (Sulisdiana, 2019).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir.Persalinan normal adalah pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun janin. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi yang dapat hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia
luar.Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan
letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta
tidak melukai ibu dan bayi,dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang
dari 24 jam (Annisa dkk, 2017).

2. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui
secara pasti/jelas, namun beberapa teori menghubungkan dengan faktor
hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan
nutrisi.

5
6

a. Teori penurunan hormon


1-2 minggu sebelum partus dimulai, terjadi penurunan
hormon progesterone dan estrogen. Progesterone berfungsi
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone
menurun.
b. Teori plasenta menjadi tua
Plasenta yang menjadi tua seiring bertambahnya usia
kehamilan menyebabkan kadar estrogen dan progesteron turun.
Hal ini juga mengakibatkan kejang pada pembuluh darah
sehingga akan menimbulkan kontraksi.
c. Distensi rahim
Seperti halnya kandung kemih yang bika dindingnya
meregang karena isinya, demikian pula dengan rahim. Seiring
dengan bertambahnya usia kehamilan maka otot-otot rahim akan
semakin meregang. Rahim yang membesar dan meregang
menyebabkan iskemi otot-otot rahim sehingga mengganggu
sirkulasi utero plasenter kemudian timbullah kontraksi.
d. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (Fleksus
Franker Hauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya
oleh kepala janin maka akan timbul kontraksi.
e. Induksi partus
Ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukkan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi, pemecah ketuban (Yuli R, 2017).
3. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda sebelum terjadinya persalinan adalah lightening atau settling
atau dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida yaitu : perut keliatan lebih melebar,
fundus uteri turun. Perasaan sering kencing atau susah BAB karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terendah janin. Perasaan sakit di
perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah di uterus.
7

Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa


bercampur darah (bloody show).
Tanda-tanda inpartus yaitu :
a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur.
b. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan
kecil pada bagian serviks.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam telah ada pembukaan dan pendataran
serviks.
4. Tahapan-Tahapan Persalinan
a. Kala I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan 0 sampai dengan pembukaan lengkap (10 cm).
Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan. Proses pembukaan serviks
sebagai akibat his disebabkan menjadi dua fase, yaitu :
Berdasarkan kemajuan pembukaan maka kala I dibagi menjadi :
1) Fase Laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai dengan pembukaan mencapai ukuran diameter 3 cm.
2) Fase Aktif
Yaitu fase pembukaan yang lebih cepat membutuhkan waktu 6
jam yang terbagi lagi menjadi :
a) Fase Akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
b) Fase Dilatasi Maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,
dari 4 cm sampai dengan 9 cm.
c) Fase Deselerasi
Pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam
pembukaan berubah menjadi pembukaan lengkap.
8

Didalam fase aktif ini, frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap, biasanya terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Biasanya dari
pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan
terjadi kecepatan rata-rata yaitu 1 cm per jam untuk primigravida dan 2 cm
untuk multigravida. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam,
sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.
b. Kala II
Kala II atau kala pengeluaran adalah periode persalinan yang
dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai lahirnya bayi. Proses ini
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada
kala ini his lebih cepat dan kuat,kurang lebih 2-3 menit sekali. Dalam
kondisi normal kepala janin sudah masuk dalam rongga panggul.
c. Kala III
Kala III atau kala uri adalah periode persalinan yang dimulai dari
lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta.Berlangsung tidak lebih dari 30
menit.Setelah bayi lahir uterus teraba keras dan fundus uteri agak diatas
pusat.Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya.
d. Kala IV
Kala IV merupakan masa 1-2 jam setelah plasenta lahir.Dalam
Klinik,atas pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya kala
IV persalinan meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa
dimulainya masa nifas (puerpurium),mengingat pada masa ini sering
timbul perdarahan.
Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah :
1) Tingkat kesadaran ibu bersalin
2) Pemeriksaan TTV,TD,Nadi,Suhu,Respirasi
3) Kontraksi Uterus
4) Terjadinya perdarahan.Perdarahan dianggap masih normal jika
jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
5) Isi kandung kemih (Annisa dkk, 2017).
9

5. Faktor yang mempengaruhi persalinan


a. Passanger (Isi Kehamilan)
Faktor passenger terdiri atas 3 komponen yaitu janin,air ketuban, dan
plasenta
1) Janin
Janin yang bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
beberapa paktor yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan
posisi janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan
pada kehamilan normal
2) Air Ketuban
Waktu persalinan, air ketuban membuka serviks dan mendorong
selaput janin kedalam ostium uteri. Bagian selaput anak yang berada
diatas ostium uteri dan menonjol waktu his disebut dengan ketuban,
yang membuka serviks.
Cairan ini sangat penting untuk melindungi pertumbuhan dan
perkembangan janin, menstabilkan perubahan suhu,pertukaran cairan,
sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas, sampai mengatur
tekanan dalam rahim, air ketuban juga berfungsi melindungi janin dari
infeksi, dan pada saat persalinan, ketuban mendorong serviks untuk
membuka. ketuban juga meratakan tekanan intrauterine dan
membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.
3) Plasenta
Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, iya juga dianggap
sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun, plasenta jarang
menghambat proses persalinan pada persalinan normal
Plasenta adalah bagian kehamilan yang penting.dimana plasenta
memiliki peranan penting sebagai transportdari ibu ke janin,
menghasilkan hormon yang berguna selama kehamilan, serta sebagai
barrier. melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi
kelainan pada plasenta juga akan menyebabkan kelainan pada janin
ataupun menggaggu proses persalinan (Annisa dkk, 2017).
10

b. Passage
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan
luanak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang
keluarnya bayi, tetapi panggul ibu lebih berperan dalam proses persalinan.
Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang
relatife kaku.Oleh karena itu, ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan
sebelum persalinan di mulai (Annisa dkk, 2017).
Jalan lahir terdiri atas:
1) Jalan lahir keras (pelvic atau panggul)
Jalan lahir atau panggul keras merupakan bagian keras yang
dibentuk oleh empat buah tulang, yaitu:
a) 2 Tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari os ilium, os
ischium, dan os pubis
b) 1 Tulang kelangkang (os sacrum) gelombang tersebut didapatkan
dari “Pacemaker” yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.
ada ibu, baik dari segi emosi atau perasaan maupun fisik.
c. Power
Power di sini merupakan kekuatan yang mendorong janin keluar.
Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan terdiri dari his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament,
dengan kerja sama yang baik dan sempurna.
1) Kontraksi Uterus (His)
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus
yang di mulai dari daerah fundus uteri dimana tuba fallopi memasuki
dinding uterus, awal gelombang tersebut didapatkan dari “Pacemaker”
yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.
2) Tenaga Meneran
Pada saat kontraksi uterus dimulai, ibu diminta menarik napas
dalam, napas ditahan, kemudian segera mengejan ke arah bawah
(rectum) persis BAB, kekuatan meneran mendorong janin ke arah
bawah dan menimbulkan keregangan yang bersifat pasif. Kekuatan
his dan refleks mengejan makin mendorong bagian terendah sehingga
11

terjadilah pembukaan pintu dengan crowing dan penipisan perineum,


selanjutnya kekuatan refleks mengejan dan his menyebabkan ekspulsi
kepala sebagian berturut-turut lahir UUB, dahi, muka, kepala dan
seluruh badan.
d. Psikis
Perubahan psikis yang mungkin terjadi pada masa persalinan bisa
berupa kecemasan dan ketakutan. Disinilah peran penolong, yaitu
memantau dengan seksama dan memberikan dukungan serta kenyamanan
pada ibu, baik dari segi emosi atau perasaan maupun fisik.
6. Komplikasi
Komplikasi pada persalinan merupakan suatu keadaan penyimpangan
dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan ataupun kematian
pada ibu maupun pada bayi karena gangguan akibat (langsung) dari persalinan.
Diantaranya adalah : Ketuban pecah dini, Persalinan preterm, Vasa previa,
Prolaps tali pusat, kehamilan postmatur, persalinan disfungsional, distosia
bahu, ruptur uterus, plasenta akreta, inversi uterus, perdarahan post partum
dini.
7. Tanda Bahaya
a. Perdarahan lewat jalan lahir
b. Ibu mengalami kejang
c. Tali pusar atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
d. Ibu tidak kuat mengejan
e. Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
f. Air ketuban hijau dan berbau (Kemenkes RI, 2020)
8. Pemeriksaan Penunjang
a. USG
Teknis diagnostic untuk pengujian struktur badan bagian yang
melibatkan formasi bayangan dua dimensi dengan gelombang ultrasonic.
b. Pemeriksaan Hb, Gula darah
Pemeriksaan Hb dilakukan dua kali selama kehamilan. Pada
trimester pertama dan pada kehamilan 30 minggu, karena pada usia 30
minggu terjadi puncak hemodilusi. Ibu dikatakan anemia ringan 9-10
12

g/dl, anemia sedang 7-8 g/dl, dan anemia berat <7 g/dl. Dilakukan juga
pemeriksaan protein dan kadar glukosa pada urine.
B. Pendarahan Post Partum
1. Pengertian Post Partum
Post partum adalah masa dimulai setelah partum selesai kira-kira 6minggu
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandung kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun
psikososial terhadap proses melahirkan. Perdarahan pasca persalinan adalah
kehilangan darah melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir, perdarahan
primer terjadi dalam 24 jam pertama, sedangkan perdarahan sekunder terjadi
setelah itu (Bari S A, dkk, 2015)
Menurut Depkes RI (2016) post partum dibagi menjadi tiga periode yaitu :
a. Puerperium dini yaitu keadaan yang terjadi segera setelah persalinaa sampai
24 sesudah persalinan. Kepulihan dimana ibu telah diperbolahkan berdiri
dan berjalan–jalan.
b. Early Puerperium yaitu keadaan yang terjadi pada permulaan puerperium
c. Later Puerperium
yaitu waktu satu minggu sesudah melahirkan sampai enam

2. Perdarahan
Perdarahan adalah hilangnya volume darah dari pembuluh kapiler baik
mengucur maupun merembes dalam waktu yang cepat. (Purwadiato, dkk : 2020
Hemoragi pasca partum adalah kehilangan darah melebihi dari 500 ml selama
dan atau setelah kelahiran dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran,
atau lambat sampai 28 hari pasca partum (akhir dari puerperium) (Doenges,
2016 : 487).
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih 500 – 600 ml dalam masa
24 jam setelah anak lahir, menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian : a.
Perdarahan post partum primer (early post partum hemorrhage) yang terjadi
dalam 24 jam setelah anak lahir. b. Perdarahan post partum sekunder (late post
partum hemorrhage) yang terjadi setelah 2 Perdarahan postpartum adalah
perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk
perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan
13

dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan
plasenta lahir . (Rustam,2018)
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: 1) Early
Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir 2) Late Postpartum
: Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir. 4 jam biasanya
antara hari ke 5 sampai 15.
3. Perdarahan Post Partum
Perdarahan Post Partum adalah perdarahan dalam kala IV yang lebih
dari 500 CC dalam 24 jam setelah bayi dan plasenta lahir (Rustam : 2015)
Nifas adalah masa pulihnya kembali alat kandungan , dimulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Lama masa nifas ini enam (6) minggu (Manuba,2018). Nifas dimulai
setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh
alat genital baru pulih kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu
3(tiga) bulan (Wikjosastro,2018) Nifas atau pierinium,berasal dari kata
puer yang artinya bayi dan paraus berarti melahirkan. Jadi puerperium
adalah masa setelah melahirkan bayi yang dipergunakan untuk
memulihkan kesehatannya kembali(Ibrahim,2016).
Nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadan sebelum hamil,yang berlangsung
kirakira 6 minggu(Saefudin,2018). 9 B. Anatomi Fisiologi Plasenta
Normal Plasenta normal Ukuran dan Bentzik. Placenta berbentuk cakrarn
yang bundar atau lonjong (oval), inempuny.a ukuran 20 x 15. cm dan
tebal 1.5 sampai 2.0cm. Berat placenta, yang biasanya 20 persen dari
berat janin, berkisar antara 425 dan.550 g.Pada sisi uterus terdapat
delapan atau lebih cotyledon maternal yang dipisahkan oleh alur-alur
(fissura).
Istilah cotyledon fetal mengacu pada bagian plasenta yang mendapat
suplai darah dari pembuluh villus utama dan cabang-
cabangnya.permukaan maternal ditutupi oleh lapisan deciduadan fibrin
yang ikut keluar bersama-sama plasenta pada kelahiran.Sisi fetal ditutupi
oleh membrane atau selaput ketuban. Lokasi. Secara normal plasenta
tertanam pada bagian atas uterus . Kadangkadang plasenta berada pada
14

segmen bawah dan adakalanya terletak di atas cervik. Keadaan terakhir


ini disebut dengan istilah placenta previa dan menjadi penyebab
timbulnya perdarahan dalam trimester ketiga.Kadang-kadang
pemeriksaan ultrasonic pada kehamilan dini menunjukkan adanya
plasenta di bagian bawah yang merupakan indikasi bagi plasenta previa,
tetapi dalam pemeriksaan ulang pada kehamilan lanjut ditemukan plasenta
pada segmen atas. Mungkin pertumbuhan normal plasenta menjauhi
cervik.
Kelainan-kelainan Placenta Lobus Succenturiata. Ini merupakan
lobus tambahan atau lobus asesorius yang berada dengan jarak tertentu
dari placenta utama. Pembuluh darah yang mensuplai lobus ini berjalan
menembus selaput ketuban dan dapat terputus 10 ketika selaput ketuban
tersebut robek atau pada saat kelahiran. Lobus succenturiata bisa
tertinggal setelah melahirkan dan menyebabkan perdarahan postpartum.
Placenta, Circumvallata. Selaput ketuban melipat ke belakang pada
permukaan janin dan berinsersio ke dalam placenta itu sendiri. Placenta
berada di sebelah luar chorion. Amnion Nodosum. Ini berupa nodulus
kuning dengan diameter 3 sampai 4 cm, yang terletak pada permukaan-
fetal amnion. Nodulus ini berisi vernix, fibrin, sel-sel yang mengelupas
(deskuamasi) dan rambut lanugo.
Amnion nodosum dapat berbentuk sebuah kista. Keadaan ini disertai
oligohydramnios. Infark yang terlokalisir sering dijumpai. Makna
klinisnya tidak diketahui sekalipun jika keadaan ini berlebihan, maka
kapasitas fungsional placenta dapat berkurang. Perubahan Warna
(Diskolorisasi). Warna merah berhubungan dengan adanya perdarahan.
Warna hijau disebabkan oleh meconium dan dapat merupakan indikasi
adanya hipoksia janin. Placenta Kembar.
Pada kembar monochorionik, placenta membentuk satu massa
sedangkan pada kembar dichorionik, placenta dapat menyatu atau
terpisah. Berat. Placenta yang beratnya lebih dari 600 g atau di bawah 400
g biasanya berhubungan dengan kehamilan yang abnormal. Placenta pada
Berbagai Keadaan Prematuritas. Placenta kecil dan sering pucat. 11
Pastmaturitas. Ukuran dan berat placenta biasanya normal. Terlihat warna
15

meconium terdapat infark atau fibrosis yang luas, fungsi placenta dapat
berkurang.
Retardasi Pertumbuhan Intrauterin. Placenta cenderung kecil, kurangnya
berat placenta sebanding dengan berat bayi. Diabetes Mellitus. .Placenta
biasanya lebih hesar daripada normal, tetapi pada kasus-kasus yang berat
dengan sirkulasi darah ibu yang terganggu. placenta dapat ukuran kecil.
Toxemia Gravidarurn. Tidak terlihat perubahan yang khas. Sering
placenta tampak normal. Erythroblastosis. Placenta tampak lapuk,
berwarna pucat sampai dan beratnya dapat mencapai 2,000 g. , Syphilis
Kongenital. Placenta lebar, tebal dan pucat. Arnnionis. Selaput ketuban
suram (opaque) dan berubah warna menjadi kuning. placenta mungkin
mengeluarkan bau yang busuk. Retentio placentae dalam uterus dapat
dibagi menjadi empat kelompok:
a. Terpisah tapi tertahan: Di sini tidak ada tenaga yang dalam keadaan
normal mendorong placenta keluar.
b. Terpisah tapi terperangkap (inkarserata): Konstriksi rahirn yang
berbentuk jam-pasir (hourglass) atau spasme cervix menyebabkan
placenta terperangkap dalam segmen etas uterus.
c. Melekat tapi dapat dipisahkan (adhesiva): Dalam situasi ini, placenta
tidak dapat terlepas sendiri dari dinding rahim. Penyebabnya
mencakup kegagalan kontraksi-normal dan retraksi pada kala tiga,
defek anatomis dalam uterus, dan abnormaiitas decidua yang
mencegah terbentuknya lempeng pemisahan decidua yang normal.
d. Melekat tapi tidak dapat dipisahkan: Di sini berupa placenta acreta
dengan berbagai derajat. Decidua normal tidak ada, dan villi
chorialis melekat langsung serta menembus myometrium. Teknik
Pengeluaran secara Manual Pengeluaran placenta yang tertahan
secara manual tidak lagi dianggap berbahaya sebagaimana anggapan
yang pernah ada. Banyak hasil yang jelek dari prosedur ini
disebabkan oleh tindakan yang ditunda terlampau lama sampai
perdarahan menyebabkan masuknya pasien ke dalam keadaan yang
berbahaya. Kalau ada perdarahan, placenta harus segera dikeluarkan.
tidak disertai perdarahan dan pasien berada dalam kondisi yang balk,
16

diperbolehkan menunggu selama 30 menit. Apabila pasien


mengalami perdarahan secara aktif, dipasang infus intravena dan
disediakan darah,. Prosedur dilaksanakan dalarn kondisi aseptik.
(Sumber : Harry Oxorn, 2018)

4. Etiologi
Penyebab perdarahan post portum antara lain antonia uteri. Faktor
presdisposisi terjadinya antonia uteri adalah:
a. Persalinan yang terlalu cepat (partus precipitatus). Kontrak uterus
yang terlalu kuat dan terus menerus selama kala I dan kala II
persalinan (kontraksi yang hiperernik), maka otot-otot uterus akan
kekurangan kemampuannya untuk beretraksi setelah bayi lahir.
b. Umur telalu muda atau terlalu tua (kurang dari 20 tahun atau lebi dari
35 tahun)
c. Perietas sering terjadi atau dijumpai pada grande multipara dan
multipara
d. Partus lama Dapat menyebabkan terjadinya inersia uteri karena
kelelahan pada otototot uterus(Dep Kes RI,2018).
e. Uterus terlalu tegang dan besar misalnya pada (gemeli, hidramnion,
atau janin besar). Pada kondisi ini miometrium teregang dengan hebat
sehingga kontraksinya setelah kelahiran bayi menjadi tidak efisien.
(Varley,2018)
f. Riwayat perdarahan post partum atau retensio plasenta pada
persalinan terdahulu. pada kondisi ini akan timbul resiko terjadinya
hal yang sama pada persalinan yang sekarang.
g. Stimulasi dengan oksitoksin atau protaklandin. Dapat menyebabkan
terjadinya inersia sekunder karena kelelahan pada otot-otot
uterus(Cunningham,2018).
h. Perut bekas seksio sesaria , miomektomi atau histerorafia. Keadaan
tersebut akan mengganggu kontraksi rahim(Arias,2018).
i. Anemia.
Wanita yang mengalami anemia dalam persalinan dengan kadar
hemoglobin 10g/dl,akan dengan cepat terganggu kondisinya bila
17

terjadi 15 kehilangan darah meskipun hanya sedikit. Anemia


dihubungkan dengan kelemahan yang dapat dianggap sebagai
penyebab langsung atonia uteri (Dep Kes RI, 2018).
S edangkan penyebab anemia dalam kehamilan adalah:
1) Kurang gizi(malnutrisi).
2) Kurang zat besi.
3) Malabsorbsi.
4) Kehilangan darah yang banyak pada persalinan yang lalu, dan haid.

5. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkansirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan
kontraksi uterus menurun sehingga sehingga pembuluh darahpembuluh darah
yang melebar tadi tidak menutup sempura sehinga pedarahan 16 terjadi terus
menerus. Trauma jalan terakhir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum,
dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh
darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia
karena tidak ada kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah
juga merupakan penyabab dari perdarahan dari postpartum. Perdarahan yang
sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.

6. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang mungkin terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah
banyak (500 ml), nadi lemah, haus, pucat, lochea warna merah, gelisah, letih,
tekanan darah rendah ekstremitas dingin, dapat pula terjadi syok hemorogik
Menurut Mochtar (2018) gejala klinik berdasarkan penyebab ada lima yaitu :
a. Antonia Uteri Uterus berkontraksi lembek , terjadi perdarahan segera
setelah lahir
b. Robekan jalan lahir Terjadi perdarahan segera, darah segar mengalir
segera setelah bayi lahir, konterksi uterus baik, plasenta baik. Gejala
yang kadang-kadang timbul pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta Plasenta belum lahir selama 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik.
18

d. Tertinggalnya sisa plasenta selaput yang mengandung pembuluh darah


ada yang tertinggal, perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang
timbul uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
e. Inversio uterus Uterus tidak teraba, lumen vagina berisi massa,
perdarahan segera, nyeri berat.
Tanda dan Gejala Terjadi perdarahan rembes atau mengucur, saat kontraksi
uterus keras, darah berwarna merah muda, bila perdarahan hebat timbul syok,
pada pemeriksaan inspekulo terdapat ronekan pada vagina, serviks atau varises
pecah dan sisa plasenta tertinggal. (purwadianto, dkk, 2020).

7. Penatalaksanaan
Pada perdarahan akibat robekan jalan lahir penanganannya adalah :
a. Lakukan eksplorasi untul mengidentifikasilokasi laserasi dan sumber
perdarahan
b. Lakukan irigasi pada tempat luka dan berikan laruta antiseptik.
c. Jepit dengan klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang
dapat diserap.
d. Lakukan penjahitan
1) Pada ruptura perineal tingkat I (robekan pada mkosa vagina dan kulit),
robekan dijahit dengan benang catgut dan memekai jarum bundar. b.
Pada roptura perineal tingkat II (ruptura perinei sub totalis) ikut robek
pula dasar panggul seperti : luka jahit dua lapis dengan benang
catguthalus secara simpul atau jelujur dengan jarum bundar, kulit
dijahit dengan benang sutera dan memakai jarum yang tajam
2) Pada ruptur perineal tingkat III (ruptur perinei totalis) yang robek selain
spingter ani externa. Sebelum memulai menjahit harus ditemukan dulu
kedua pangkal m.stingter ani externa yang terpoting. Otot ini dijahit
dengan benang cromiksecara simpul, penjahitan harus dilakukan secara
cermat agar otot tersebut tersambung dengan baik. Kemudian dijahit
seperti menjahit ruptura perinei II. Bila mucosa rectum ikut robek maka
harus dijahit terlebih dahulu dengan benang catgut halus secara simpul.
Bila ada plasenta dilakukan sebagai berikut
1) Memeriksa kelenhkapan plasenta setelah dilahirkan
19

2) Berikan antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis


3) Lakukan eksplorasi digital atau bila servik terbuka dan
mengeluarkan bekuan darah atau jaringan
4) Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi
sisa plasenta dengan dilatasi dan kuret
5) Bila Hb 8 gr % berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600 mg
per hari selama 10 hari

E. Komplikasi
Komplikasi perdarahan post partum primer yang paling berat yaitu syok.
Bila terjadi syok yang berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasi
lanjutan yaitu anemia dan infeksi dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaan
anemia bisa berlangsung berat sampai sepsis. Pada perdarahan yang disertai
oleh pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan fungsi
organorgan seperti gagal ginjal mendadak (Chalik, 2020).

H. Penatalaksanaan
a. Pengkajian fokus Pengkajian fokus pada perdarahan post portum meurut
Dongoes dan Marylin E, (2018) sebagai berikut :
1). Alasan dan keluhan pertama masuk Rumah Sakit Apa yang dirasakan
saat itu ditujukan untuj mengenali tanda atau gajala yng berkaitan
dengan perdarahan post portum misalnya antonio uteri, retensio
plasenta robekan jalan lahir, vagina, perineum, adanya sisa selaput
plsenta dan biasanya ibu nampak perdarahan banyak > 500 CC
2). Riwayat kesehatan sekarang Dikaji untuk mengetahui apakah seorang
ibu menderita penyakit yang bisa menyebabkan perdarahan post portum
seperti aspek fisiologis dan psikososialnya.
3). Riwayat kesehatan dahulu Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu
perah menderita penyakit yang lain yang menyertai dan bisa
memperburuk keadaan atau mempersulit penyambuhan. Seperti
penyakit diabetus melitus dan jantung
4). Riwayat kesehatan keluarga Meliputi penyakit yang diderita pasien dan
apakah keluarga pasien ada yang mempunyai riwayat yang sama Pola
20

pengkajian kesehatan menurut (Dongoes dan Marilyn E,2018) Sebagai


berikut :
a) Aktivitas istirahat Insomia mungkin teramat.
b) Sirkulasi kehilangan darah selama proses post portum
c) Integritas ego Peka rangsang, takut atau menangis sering terlihat
kira-kira 3hari setelah melahirkan “post portum blues”
d) Eliminasi BAK tidak teratur sampai hari ke 2dan ke 5
e) Makan dan cairan Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan
kira-kira sampai hari ke 5
f) Persepsi sensori Tidak ada gerakan dan sensori
g) Nyeri dan ketidaknyamanan Nyeri tekan payudara dan pembesaran
dapat terjadi diantara hari ke 3 sampai hari ke 5 post partum
h) Seksualitas
(1) Uterus diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran menurun
satu jari setiap harinya
(2) Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2
(3) Payudara produksi kolostrum 24 jam pertama
i) Pengkajian Psikologis
1) Apakah pasien dalam keadaan stabil
2) Apakah pasien biasanya cemas sebelum persalinan dan masa
penyembuhan
j) Data pemeriksaan Penunjang, meliputi : pemeriksaan hemoglobin dan
hematokrit darah, leukosit.
b. Pengkajian Dasar Data Klien
1) Sirkulasi : Rembesan kontinu atau perdarahan tiba-tiba. Dapat tampak
pucat, anemik.
2) Ketidaknyamanan : Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta
tertahan) Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma)
3) Keamanan : Pecah ketuban dini d. Seksuaitas : Tinggi fundus atau baan
uterus gagal kembali pada ukuran dan fungsi kehamilan (Subinvorusi)
Leukorea mungkin ada Terus terlepasnya jaringan
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Golongan darah : Menentukan Rh, golongan ABO dan pencocokan
21

silang
2) Jumlah darah lengkap
3) Kultur uterus dan vaginal : Mengesampingkan infeksi pasca partum
4) Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
5) Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/ produk
spilit fibrin (SDP/FSP)
6) Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Format Pengkajian Ibu Nifas


No. Rekam Medik : 02.00.696
Tanggal : 20-07-2022 Tempat : Ruang VK, PKM Gajah Mada
Pukul : 10.20 wib Oleh : Mahasiswi
Anamnesa ( Data Subjektif )
1. Identitas
Istri Suami
Nama : Ny “S” Tn “A”
Umur : 24 tahun 25 tahun
Suku : Banjar Banjar
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SLTP SLTA
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Alamat Rumah : Jl. Kembang lr.Jelita
Telp : 0822-8086-xxxx
2. Keluhan Utama : Pusing, lemas, nyeri perut bagian bawah
3. Riwayat Persalinan dan Kelahiran
a. Tempat persalinan : PKM Gajah Mada
b. Penolong Persalinan
1) Tanggal : 20-07-2022
2) Oleh : Bidan
c. jenis persalinan : Normal
1) pukul : 08.20 wib
2) Tempat : PKM Gajah Mada
3) PB : 48 cm
4) BB : 2.840 gram
d. Jenis Kelamin : Laki-Laki
1) Masa gestasi : Aterm
2) Cacat Bawaan : Tidak ada

22
23

e. Proses Persalinan
a) Ketuban Pecah : Amniotomi
a) Keadaan Air Ketuban
 Putih Keruh Darah
 Kering Campur mekonium
b) Bau
Amis Khas
b) Lamanya persalinan
a) Kala I 4 jam 35 menit
b) Kala II jam 20 menit
c) Kala III - jam 5 menit
d) Kala IV 2 jam - menit
7 jam - menit

c) Keadaan Plasenta
 Lengkap Plasenta Increta
Tidak lengkap Plasenta Precreta
a) Lamanya pengeluaran plasenta menit : 5 menit
b) Insersi tali pusat
Parasentral Lateral
Velamentosa  Marginalis
c) Jumlah kotiledon : 18 buah
d) Tebal : 2,5 cm
e) Berat : 500 gram
f) Panjang tali pusat : 55 cm
g) Kelainan tapi pusat : Tidak ada
h) Cara pelepasan plasenta :
 Spontan /normal
Tidak spontan
d) Keadaan Perineum
Utuh
Ruptur / laserasi  Derajat I Derajat III
24

Derajat II Derajat IV
Episotomi jenis □ Medis Mediolateralis
Jenis heacting □ Matras  Simpul  Jelujur
e) Jumlah Perdarahan
Kala I Ada , sejak : jumlah :- cc Warna :
Kala II  Ada , sejak : jumlah : 50 cc Warna : merah
Kala III  Ada , sejak : jumlah : 250 cc Warna : merah
Kala IV Ada , sejak : jumlah : 800 cc Warna : merah
Total Perdarahan: < 500cc  >500 cc
f) Penyulit dan komplikasi
Tidak ada
Ada □ Sesak nafas □ Infeksi □ Shock
□ Tekanan darah tinggi □Demam □ Kejang
 Lain-lain : Perdarahan Post Partum
g) Tindakan dan pengobatan
Tidak ada
 Ada Oksitosin Dosis : 2 amp
□ Methergin Dosis : 1 amp
□ Antibiotik Dosis :
□Analgetik Dosis :
□Anti Koagula Dosis :
□ Antipitertik Dosis : -
□ Robonsia Dosis : Neurobion 2 amp drip RL
□ Lain-lain : Infus RL & Nacl
4. Diet/ makanan
a. Nafsu makan : Baik
b. Makanan sehari –hari : 1 porsi
Protein nabati : Tempe, tahu
Protein hewani : ikan, telur
c. Frekuensi makanan : 3 kali
d. Minuman : 6 gelas
e. Makanan pantangan : Tidak ada
25

5. Buang air besar terakhir : pukul: 19.00 wib Tanggal 19 -07-2022


Ada, Pengeluaran :Normal □ Konstipasi □ Obstipasi □ cair
Frekuensi : 1 kali
Warna : Kuning kecoklatan
Konsistensi : Lunak
Tidak ada,sejak kapan:
Alasan :
6. Buang air kecil terakhir :
Ada, Pengeluaran : Lampias Menetes Retensi Okturia
Disuria Anuria Hematuri
Frekuensi : 1 kali
Warna : putih jernih
Bau : Khas urine
Tidak ada,sejak kapan:
Alasan : -
7. Pola Istirahat dan tidur
□ Gangguan tidur  Tidak ada
Tidur siang : -
Tidur malam : 6-7 jam
Ada, sejak kapan :-
penyebab :-
8. Riwayat Psikososial
Emosional :  Stabil Tertutup
Penyesuaian dengan bayi :  Menerima Menolak Acuh tak acuh
Respon ibu terhadap persalinan :  Baik
Tidak ,alasan :
Rencana menyusui :  Ada, lamanya : 2 Tahun
Tidak, alasan :
Pemberian ASI eksklusif : Ada
 Tidak, alasan : ASI belum lancar
Pengetahuan kesehatan yang ingin di ketahui berkaitan dengan kondisinya
saat ini :
26

9. Riwayat Kehamilan , Persalinan dan nifas yang lalu


Anak
N Tahun Tempat Jenis Penyuli K
Penolong J Kea Ket
o Partus Partus Partus t BB PB B
K daan

1 2018 PKM Normal Bidan - ♂ 3100 47 Baik - Hidup

2 Ini

A. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif )


1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : Composmentis
3. Bentuk tubuh : Normal
4. Tinggi badan : 155 cm Berat badan : 58 kg
5. Tanda – tanda vital : TD : 88/65mmHg Nadi : 65x/ menit
Suhu : 36,2 ºC P : 20 x/ menit
6. Keadaan Rambut
a. Warna : Hitam
b. Kebersihan : Bersih
c. Penyebaran : Merata
7. Muka
a. Pucat : Tidak pucat
b. Oedema : Tidak oedema
c. Chloasma Gravidarum : Tidak ada chloasma gravidarum
8. Mata
a. Kelopak mata : Tidak oedema
b. konjungtiva : Tidak anemis
c. c. skelera : Tidak ikterik
9. Hidung ( polip ) : Tidak ada
10. Mulut dan gigi
a. Rongga mulut : Bersih
b. Gigi : Tidak berlubang
c. Lidah : Bersih
11. Leher
27

a. Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran


b. Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
12. Dada / thorax : Normal
13. Jantung : Normal
14. Payudara
a. Pembesaran : Merata
b. Simetris : Ya
c. Benjolan : Tidak ada
d. Pengeluaran : ada
e. Colostrum : ada sedikit
f. Kebersihan : Bersih
g. Rasa nyeri : Tidak ada
15. Abdomen
Bekas luka operasi : tidak ada
Uterus : - Konsistensi : lembek
- Kontraksi : tidak globular
- Fundus uteri : 1 jari di bawah pusat
Kandungan Kemih :
 Tidak penuh
Penuh, alasan :-
16. Ektremitas atas dan bawah
Oedema Ada lokasi :
 Tidak ada
Varises Ada lokasi
 Tidak ada
17. Ano – Genitalia
a. Vulva dan Vagina
a) Warna : Kemerahan
b) Pistula : Tidak ada
c) Pengeluaran Pervaginam :
Tidak ada
 Ada jenis lochea
28

Lochea Rubra Sejak :1 hari Warna: merah Bau : Amis


□ Lochea Sangulenta Sejak : Warna: Bau :
□ Lochea Serosa Sejak : Warna: Bau :
□ Lochea Alba Sejak : Warna: Bau :
d) Varises : Tidak Ada
e) Kelenjar Bhartolini (Pembengkakan ) : Tidak Ada
f) Perineum
Utuh
Tidak : Ruptur
Luka jahitan : derajat II
□ Keadaan Luka : masih masah
g) Anus
□ Haemorrid : Tidak ada

B. Data Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium (jika ada indikasi medis )
a. Hb : 11.1 gr/dl (sebelum melahirkan)
2. lain –lain
29

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

Nama Pasien : Ny “S”


Umur : 24 th
Agama : Islam
Alamat : Jl.Kembang Lr. Jelita
Nama suami : Tn “A”
Tanggal : 20-07-2022 Pukul : 10.30 wib

Subjektif
Ibu mengeluh pusing, lemas, nyeri perut bagian bawah

Objektif
K/u Ibu : Lemah
Kesadaran : Composmentis
Tanda-Tanda Vital : TD : 88/65 mmHg Nadi : 65x/ menit
Suhu : 36,2 ºC RR : 20 x/ menit
Mamae : pengeluaran ASI (+)
Palpasi
 TFU : 1 jari dibawah pusat
 Kontraksi : Kurang baik
 Konsistensi : Lembek
 Jumlah darah : Kala II: ±50 cc, Kala III ±250 cc, Kala IV ±800 cc,
 Total jumlah darah : ±1100 cc
Terpasang infus RL 1 kolf guyur
Analisa :
Diagnosa : P2A0H2 dengan pedarahan postpartum 2 jam
Masalah : Perdarahan Postpartum
Diagnosa : Syok Hemoragik, HPP (Haemorrehage Pospartum)
30

Penatalaksanaan
Waktu Tindakan
10.30 Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu. Ibu sudah mengetahui
keadaannya
10.32 Melakukan massase fundus. Kontraksi kurang globular
10.35 Konsul dr. Novi. Advice dokter
1. Terpasang infus RL 1 kolf guyur
2. Kolf ke II ganti NaCl di guyur
3. Jika habis kolf ke-III ganti RL drip neurobion 2 amp
4. Pemasangan DC menetap
5. Cek HB 6 jam post partum
6. Pantau TTV dan perdarahan
7. Turunkan kepala ibu dan tinggikan kaki ibu
10.37 Melakukan pemasangan Dower cateter . Dower cateter telah terpasang
urine ± 50 cc
10.40 Melakukan observasi TTV dan perdarahan setiap 15 menit. Observasi
sedang dilakukan
10.45 Melakukan observasi pemeriksaan TTV, hasilnya TD: 100/79, N: 126,
TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi kurang baik, jumlah darah 40 cc.
11.00 Lanjut observasi, hasil pemeriksaan TTV, hasilnya TD: 79/61, N: 119,
TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi kurang baik, jumlah darah 40 cc
11.05 Melakukan pemeriksaan TTV, hasilnya TD: 85/71, N: 110, TFU 2 jari
bawah pusat, kontraksi kurang baik, jumlah darah 30 cc.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologis yang
memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat
melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.
Hasil akhir dari persalinan normal yang dikaji pada Ny "S" dengan Usia
kehamilan 40 minggu 3 hari dengan pendarahan postpartum dapat disimpulkan
Hasil pengkajian dari data Subjektif, ibu datang dengan keluhan nyeri perut
bagian bawah menjalar ke ari-ari, sejak 23.00 wib. ini anak kedua HPHT 05-10-
2021, tidak pernah keguguran, dan tidak memiliki riwayat penyakit yang lalu.
Dan pemeriksaan data objektif, didapatkan keadaan umum baik,
kesadaraan compesmestis, TD: 88/65 mmHg N: 65 x/i, S: 36,2°c, RR: 20 x/i
Perlimaan: 0/5, His 5x/10 menit 50 detik. DJJ 140 x/menit, untuk pemeriksaan
dalam, porsio: tidak teraba, pembukaan lengkap 10 cm, Hoodge 4, molase 0,
Presetase kepala. ketuban (putih).
Analisis: G2P1A0H1 usia kehamilan 40 minggu 3 hari inpartu kala II,
janin hidup, tunggal, intrauterin, punggung kiri, presentase kepala, k/u ibu dan
janin baik.
Penatalaksanaan Bidan melakukan pertolongan persalinan dengan
mengikuti langkah langkah APN, kemudian lahir lah bayi dengan jenis kelamin
perempuan tonus otot aktif, warna kulit kemerahan dengan BB 2840 gram, PB 48
cm, LK 33cm. Pada kala IV 2 jam postpartum pasien mengalami perdarahan
sehingga ditangani sesuai dengan protap yang ada di Puskesmas Gajah Mada
Tembilahan.
32

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk menambah
dan memperdalam ilmu pengetahuan mengenai persalinan normal dengan
mengikuti perkembangan teori tentang kehamilan sehingga dapat dijadikan
bahan acuan bagi institusi lain.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan sumber bacaan bagi
mahasiswa sebelum memberikan asuhan persalinan normal sehingga dapat
melakukan diagnosa secara tepat.
3. Bagi Klinik
Diharapkan agar dapat dijadikan bahan evaluasi dan peningkatan program
khususnya yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada persalinan normal
sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa dkk. (2017). Asuhan Persalinan Normal Dan Bayi Baru Lahir.CV ANDI
OFFSET (ed.)).
Depkes RI. 2016. Profil Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2018. Profil Kesehatan Republik Indonesia.
Doenges, M. E. 2016. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta EGC
Indriyani. 2016. Asuhan KebidananPostpartum. Poltekkes Medan
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014,
Kemenkes RI.
Mochtar, Rustam. 2018. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2018.Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Sastrawinata.2018.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Sulisdiana, Mail, E., & Rufaida, Z. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru lahir.
Sulistyawati, 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin, Yogyakarta : Salemba
Medika.
Soenarso, Perawatan Ibu dan Anak Di Rumah Sakit dan Puskesmas, Depkes RI
Jakarta.
Walyani, dan Purwoastuti. 2015. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Pustaka Baru
Walyani, dan Purwoastuti. 2015. Ilmu Obstetri & Ginekologi Sosial Untuk
Kebidanan. PDG
WHO, 2016. Recommendations on Antenatal Care for Postitive Prenancy
Ekpreince.
Yuli R, 2017. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Trans Info
Media.

Anda mungkin juga menyukai