Anda di halaman 1dari 35

KEPERAWATAN MATERNITAS

POST PARTUM

MAKALAH
Untuk Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas
Yang dibimbing oleh Ibu Kasiati, S.Kep.Ns, M.Kep

Oleh kelompok 5:
1. Zahwa Putri Aulia (P17210204151)
2. Riza Nur Aini (P17210204164)
3. Iva Dea Fahila (P17210204169)
4. Machfida Desy Novianti (P17210204182)
5. Yuni Rahmawati Putri (P17210204182)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada ke hadirat Allah SWT karena atas
limpahan nikmat dan karunia-Nya. Penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini dengan tepat waktu. Tak lupa penulis panjatakan shalawat serta salam
kepada junjungan kita Rasulullah SAW. semoga syafatnya mengalir pada kita di
hari akhir kelak.
Selama proses penulisan makalah ini penulis mendapatkan bantuan dan semangat
dari beberapa pihak. Oleh karena itu penulis berterima kasih kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberi dukungan
2. Ibu Kasiati S.Kep.Ns, M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Maternitas
3. Pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu
Penulisan makalah yang berjudul “Post Partum” ini bertujuan untuk memenuhi
tugas matakuliah Keperawatan Maternitas.
Akhirul kalam. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Besar harapan penulis agar pembaca memberikan umpan balik berupa
kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi berbagai pihak. Aminn
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
1.1 Latar belakang....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................6
1.3 Tujuan................................................................................................................6
1.4 Manfaat..............................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................8
2.1 Konsep Teori......................................................................................................8
2.2 Konsep Askep..................................................................................................11
BAB III............................................................................................................................16
3.1 Kasus Semu......................................................................................................16
BAB IV............................................................................................................................28
4.1 Kesimpulan......................................................................................................28
4.2 Saran................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Postpartum/masa nifas merupakan masa pulih kembali mulai dari persalinan


sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, yaitu kira- kira 6-8 minggu.
Pada masa post partum ibu banyak mengalami kejadian seperti perubahan fisik,
psikologis untuk menghadapi masa nifas yang bila tidak ditangani segera, akan
dapat membahayakan kesehatan atau mendatangkan kematian bagi ibu di waktu
masa nifas / masa peurperium (Indriyani, 2013).

Masa peurperium/masa nifas merupakan masa mengembalikan alat genitalia


interna kedalam keadaan normal, dengan tenggang waktu sekitar 42 hari atau
enam minggu dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Puerperium dibagi menjadi 3
yaitu puerperium dini, pueperium intermedial, dan remote puerpuerium
(Indriyani, 2013).Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate 24
jam pertama dan early postpartum period (minggu pertama) sedangkan perubahan
secara bertahap kebanyakan terjadi pada late postpartum period (minggu kedua-
minggu ke enam). Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan paska
persalinan atau HPP (Haemorrhage Postpartum) (Indriyani, 2013).

Perdarahan paska persalinan biasanya terjadi pada masa postpartum yang lebih
dari 500 cc segera setelah bayi lahir. Menentukan jumlah 2 perdarahan pada saat
persalinan sulit karena bercampurnya darah dengan air ketuban serta rembesan di
kain pada alas tidur. Manifestasi klinis pada perdarahan adalah klien mengeluh
lemah, limbung, berkeringat dingin, dalam pemeriksaan fisik hiperpnea, sistolik <
90 mmHg, nadi > 100x/menit dan kadar HB < 8 gr (Purwoastuti & Walyani,
2015).

Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas
insersio (pelekatan) plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol karena banyaknya vena yang di
tutupi oleh trombus. Selain itu, kuman juga dapat masuk melalui serviks, vagina
dan perineum. Terjadinya infeksi dapat terjadi karena manipulasi penolong yang
tidak steril atau pemeriksaan dalam berulang-ulang, alat-alat tidak steril, infeksi
droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi oleh kuman dan virus,
infeksi nosokomial rumah sakit, infeksi intrapartum dan hubungan seksual akhir
kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah dini (Purwoastuti & Walyani,
2015).

Infeksi masa nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh


masuknya kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas.
Menurut john comittee on Maternal Weifare (Amerika serikat ). Tanda dan gejala
yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam, sakit di daerah infeksi, warna
kemerahan, fungsi organ terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas terbagi menjadi
2 yaitu: Infeksi lokal dan infeksi umum. Infeksi lokal warna kulit berubah, timbul
nanah, bengkak pada luka, lochia bercampur nanah, mobilitas terbatas, suhu
badan meningkat. Infeksi umum sakit dan lemah, suhu badan meningkat,
pernafasan meningkat dan sesak,kesadaran 3 gelisah sampai menurun bahkan
koma,gangguan involusi uteri, lochia berbau, bernanah dan kotor (Purwoastuti &
Walyani, 2015).

Penyebaran infeksi nifas pada perineum bisa terjadi di vulva, vagina, serviks
dan endometrium. Adapun infeksi yang penyebarannya melalui pembuluh darah
yaitu: Septikemia, piemia dan tromboflebilitis (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
Di negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju
pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru
merupakan kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan dan kematian ibu serta
bayi, lebih sering terjadi sering terjadi pada masa setelah persalinan. Keadaan ini
terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, di samping ketidak tersediaan
pelayanan atau rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan
pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas (Purwoastuti & Walyani, 2015).

Menurut WHO, 2010 (World Health Organization), di seluruh dunia


setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait
dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Sehingga, 1.400 perempuan meninggal
setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena
kehamilan, persalinan, dan nifas. Diperkirakan bahwa kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan, dan kematian masa nifas terjadi dalam 24
jam pertama. Berdasarkan laporan (Depkes tahun, 2010 ).

Angka Kematian Ibu di Indonesia 125 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
Kematian Ibu (AKI) disebabkan beberapa faktor yaitu perdarahan karena
eklamsia, infeksi, abortus dan partus lama (SKRI, 2012). Secara nasional angka
kejadian infeksi pada kala nifasberkembang kearah 4 infeksi akut. Asuhan pada
masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya. Infeksi merupakan salah satu penyebab secara
langsungterjadinya kematian ibu di Indonesia (SKRI, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pengertian infeksi postpartum ?
1.2.2 Bagaimana etiologi infeksi postpartum?
1.2.3 Bagaimana periode nifas dan postpartum infeksi postpartum?
1.2.4 Bagaimana klasifikasi postpartum infeksi postpartum?
1.2.5 Bagaimana patofisiologis infeksi postpartum?
1.2.6 Bagaimana manifetasi klinis infeksi postpartum?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian infeksi postpartum
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi infeksi postpartum
1.3.3 Untuk mengetahui periode nifas dan postpartum infeksi postpartum
1.3.4 Untuk mengetahui klasifikasi postpartum infeksi postpartum
1.3.5 Untuk mengetahui patofisiologis infeksi postpartum
1.3.6 Untuk mengetahui manifetasi klinis infeksi postpartum
1.4 Manfaat
1.4.1 Responden

Sebagai bahan masukan bagi responden ibu postpartum untuk lebih peduli
dalam menjaga kebersihan area vagina pasca persalianan untuk mencegah
terjadinya infeksi pada masa nifas, dan berperan penting dalam menjaga
kesehatan fisik maupun psikologisnya dalam perawatan masa nifas.
1.4.2 Peneliti

Sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya, agar penelitian yang dilakukan


lebih representatif dan lebih baik dari penelitian sebelumnya dan di harapkan
lebih mampu menambah dan memperkaya khasanah keilmuan keperawatan
serta dapat di gunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya yang berfokus
pada keefektifan petugas kesehatan dalam bertugas untuk memberikan
informasi atau pendidikakan kesehatan pada ibu pasca persalinan atau masa
nifas untuk mencegah terjadinya infeksi.

1.4.3 Keluarga

Sebagai bahan masukan bagi keluarga untuk lebih peduli dalam menjaga
kebersihan area vagina pasca persalianan untuk mencegah terjadinya infeksi
pada masa nifas, dan berperan penting dalam menjaga kesehatan fisik
maupun psikologisnya dalam perawatan masa nifas.

1.4.4 Tenaga Kesehatan

Dapat digunakan sebagai acuan pengetahuan dalam memberikan


pelayanan kesehatan khususnya, dan berkualitas dengan memberikan
manajemen asuhan pada ibu postpartum primipara secara lebih komperhensif
dan berkualitas dengan melibatkan antara klien dengan petugas kesehatan
sebagai acuan yang berperan dalam memberikan informasi atau pendidikan
kesehatan untuk Pencegahan infeksi masa nifas ibu postpartum.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Konsep Teori


A. Pengertian

Masa nifas adalah masa dimulainya beberapa jam sesudah lahirnya


plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan [ CITATION Yan11 \l 1057 ].
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil) yang berlangsung kira-kira selama 6 minggu [ CITATION
Sal09 \l 1057 ]

Masa post partum merupakan masa kritis dimana masa postpartum


akan menimbulkan berbagai komplikasi diantaranya pendarahan,infeksi
puerperalis,endometritis,mastitis,tromboplebitis dan trombosis. Dimana
perdarahan merupakan penyeba terbanyak kematian wanita selama
postpartum.
Infeksi Post Partum adalah infeksi bakteri pada traktus genitelia.terjadi
sesudah melahirkan,ditandai kenaikan suhu sampai 38°C atau lebih selama
2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24
jam pertama.
B. Etiologi

Infeksi ini terjadi setelah persalinan,kuman masuk dalam tubuh pada


saat berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya,saat ketuban pecah
sebelum maupun saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan
masuknya kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah
dari penolong persalinan sendiri,seperti alat-alat yang tidak steril
digunakan pada saat proses persalinan.Infeksi timbul akibat bakteri sering
kali ditemukan didalam vagina ( endogenu) atau akibat pemaparan pada
agen patogen dari luar vagina[ CITATION Bob04 \l 1057 ]
Penyebab infeksi post patrum disebabkan oleh istilah atau mnemonic yang
sudah banyak dikenal sebagai 4T yaitu:
a) Tonus
Kelainan pada tonus dapat berupa atonia uteri,overdistensi
uterus,infeksi intraamniotik,kelelahan pada otot uterus dan
penggunaan obat uterus seperti nitrogliserin dan magnesium sulfat
b) Tissue (jaringan)
Kelainan pada jaringan dapat berupa retensio plasenta,sisa
plasenta,atau bekuan darah
c) Trauma
Pada trauma,umumnya terjadi robekan pada
uterus,serviks,vagina,perineum,pecahnya varises pada vulva,dan
inversio uteri. Trauma biasanya terjadi setelah persalinan lama atau
kuat yang dirangsang dengan okitosin atau prostaglandin,setelah
manipulasi janin baik ekstrauteri maupun intrauteri,penggunaan
instrumen seperti forceps atau akibat dari tindakan episiotomi
d) Thrombin
Kelainan pada thrombin yakni gangguan faktor koagulasi atau
pembekuan darah seperti penyakit hemofilia A,penyakit Von
willebrand,purpura trombositopenik idiopatik,koagulasi
intravaskular diseminasi dan penggunaan obat-opbat antikoagulan.

C. Periode Nifas dan Postpartum


a. Periode Immadiate Postpartum : terjadi selama 24 jam
pertama setelah melahirkan
b. Periode Early Postpartum : terjadi setelah 24 jam
postpartum sampai akhir minggu pertama sesudah
melahirkan,dimana resiko sering terjadi pada ibu
postpartum,hampir seluruh sistem tubuh mengalami
perubahan secara drastis
c. Periode late postpartum : terjadi mulai minggu kedua
sampai minggu keenam sesudah melahirkan dan terjadi
perubahan secara bertahap

D. Klasifkasi Post Partum


Menurut Hadijono (2008) Masa ibu post partum dibagi menjadi 3
bagian yaitu:
1. Puerperium dini adalah kondisi dimana seorang ibu sudah
diperbolehkan berdiri dan berjalan
2. Puerperium Intermedial adalh kondisi kepulihan organ
genital secara menyeluruh dengan lama ± 6-8 minggu
3. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila saat hamil ata waktu
persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang diperlukan
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,bulanan
ataupun tahunan.

E. Patofisiologis

Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar


untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinovolusi
uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh
darah yang melebar tidak menutup sempurna yang menyebabkan
pendarahan terus-menerus. Trauma jalan seperti epiostom yang lebar,
laserasi perineum,dan rupture juga menyebabkan pendarahan
karenaterbukanya pembuluh darah.
Pada trauma jalan atau laserasi jalan lahir bisa terjadi robekan
perineum,vagina serviks,forniks dan rahim. Keadaan ini dapat
menimbulkan pendarahan yang banyak apabila tidak segera diatasi.
Laserasi jalan lahir biasanya terjadi karena persalinan operasi termasuk
seksio sesaria,episiotomy,pimpinan persalinan yang salah dalam kala
uri,persalinan pervaginam dengan bayi besar dan terminasi kehamilan
dengan vacuum atau forcep dengan cara yang tidak benar. Keadaan ini
juga bisa terjadi secara spontan akibat rupture uterus, inverse uterus,
perlukaan jalan lahir,dan vaginal hematom. Laserasi pembuluh darah
dibawah mukosa vagina dan vulva akan menyebabkan hematom.
Pendarahan akan tersamarkan dan dapat menjadi bahaya karena tidak
akan terdeteksi selama beberapa jam dan bisa menyebabkan syok.
Hematoma biasanya terdapat pada daerah-daerah yang mengalami
laserasi atau pada daerah jahitan perineum.
Pathway
Postpartum/masa nifas
laserasi jalan

Involusi uterus jalan lahir Robekan dinding vagina


Robekan

Kontraksi uterus lambat Psikologis


kuman

Atonia uterus Trauma


Resiko Infeksi

Robekan jalan lahir Takut


Ansietas

Pendarahan Nyeri

Volume cairan turun Ketidak Efektifan Perfusi jaringan


perifer
Anemia Akut

HB,O2 turun

Hipoksia

Kelemahan umum Penurunan nadi,tekanan darah


Resiko syok

Intoleransi aktifitas dan deficit perawatan diri kekurangan volume cairan


F. Manifestasi klinis
1 Peningkatan suhu
2 Takikardie
3 Nyeri pada pelvis
4 Demam tinggi
5 Nyeri tekan pada uterus
6 Lokhea berbau busuk/menyengat
7 Penurunan uterus yang lambat
8 Nyeri dan bengkak pada luka episiotomy

2.2 Konsep Askep


1. Pengkajian

Dalam pengkajian perawat harus melakukan pengkajian secara cermat


baik melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik untuk menggali data
yang akurat.

1. Identitas dan biodata pasien. Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin,
alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, Pendidikan, tanggal masuk
rumah sakit. (Ani & Yohana, 2019)

2. Riwayar obstetric dan ginekologi, melakukan pengkajian pada pasien dengan


menanyakan riwayat menstruasi, riwayat pernikahan, riwayat kehamilan,
persalinan, nifas yang lalu, dan riwayat keluarga berencana. ((((Megayatri, 2020)
3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan terdahulu. Penyakit kronis atau menular, dan menurun


seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin dan abortus.

b. Riwayat kesehatan sekarang. Riwayat pada saat sebelum impartus didapatlan


cairan ketuban yang keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti
tanda-tanda persalinan.

c. Riwayat kesehatan keluarga. Apakah ada penyakit keturunan dalam keluarga


seperti jantung, DM, TBC, penyakit yang mungkin diturunkan kepada klien.

d. Riwayat psikososial. Biasanya riwayat klien nifas biasanya cemas, BB yang


semakin meningkat, dan membuat harga diri rendah.

4. Pola-pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi

Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya menjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Kaji pola nutrisi pada pasien

b. Pola aktivitas

Pada pasien post partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat Lelah,
dan didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.

c. Pola eliminasi

d. Pola istirahat tidur

Pada klien dengan ketuban pecah dini terjadi perubahan pada pola istirahat tidur
karena cairan ketuban terus merembes.

e. Pola hubungan dan peran


Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.

f. Pola sensori dan kognitif

Klien mengatakan sakit perut akibat kontraksi

g. Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilannya.

h. Pola tata nilai dan kepercayaan

Biasanya menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan terganggu


aktivitas ibadahnya, karena harus bedrest.

5. Pemeriksaan fisik

a Kepala : lihat bagaimana bentuk kepala, apakah ada benjolan

b. Leher : kadang ditemukan adanya pembesaran tiroid, karena proses menerang


yang salah

c. Mata : terkadang adanya pembengkakan kelopak mata, konjungtiva, dan


kadang selapu mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan, sklera kuning

d. Telinga : bentuk asimetris atau tidak, ada serumen atau tidak

e. Hidung : adanya polip atau tidak

f. Dada : terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi aerola


mamae dan papilla mamae

g. Abdomen : pada klien nifas abdomen kendor, kadang-kadang striae masih


terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawah pusar.

h. Genitalia : pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban.

i. Anus : kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture.

j .Ekstremitas: pemeriksaan oedema untuk melihat kelainan-kelainan karena


membesarnya uterus, karena preeklampsia atau karena penyakit yang lain.
k. Muskuluskeletal : pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak
karena luka epistiotomi.

l. Tanda-tanda vital : apabila terjadi perdarahan post partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

m. Data penunjang : dilakukan atas indikasi tertentu yang digunakan untuk


memperoleh keterangan yang lebih jelas. Pemeriksaan yang dilakukan adalah
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan USG

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang di peroleh untuk post partm normal menurut


Nanda,2015-2017 adalah :

1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.


2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan.
3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kuranG pengetahuan
cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan darah dan intake ke oral.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal
psikologis,proses persalinan dan proses melelahkan.
6. Defisiensi pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan
dengan kurang sumber informasi
3. Perencanaan keperawatan

Diagnosa Keperawatan Intervensi


1. Nyeri b.d involusi uterus d.d Observasi :
nyeri setelah melahirkan - Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Terapeutik :
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan menggunakan
analgetic secara tepat
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetic, jika perlu
2. Resiko tinggi infeksi b.d Observasi :
laserasi dan proses persalinan - Identifikasi indikasi dilakukan
induksi persalinan
- Identifikasi Riwayat obstetric
- Monitor kontraksi uterus
- Monitor kondisi ibu dan janin
seblum induksi
- Monitor efek sanping
Tindakan induksi
- Monitor kemajuan persalinan
secara ketat
- Monitor DJJ selama induksi
hingga persalinan
Terapeutik :
- Berikan kenyaman selama
proses induksi
Kolaborasi :
- Kolborasi pemberian obat IV
(mis. oksitosin) untuk
merangsang aktivitas Rahim
3. Resiko menyusui tidak efektif Observasi :
b.d kurang pengetahuan cara - Identifikasi tujuan atau
perawatan payudara bagi ibu keinginan menyusui
menyusui - Idetifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media
Pendidikan Kesehatan
- Berikan kesiapan untuk
bertanya
- Dukung ibu meningkatkan
kepercayaan diri dalam
menyusui
- Jadwalkan Pendidikan
Kesehatan sesuai kesepakatan
Edukasi :
- Jelaskan manfaat menyusui
bagi ibu dan bayi
- Berikan konseling menyusui
- Ajarkan 4 posisi menyusui
dan perlekatan dengan benar
- Ajarkan perawatan payudara
antepartum dengan
mengompres kapas yang telah
diberikan minyak kelapa
- Ajarkan perawatan payudara
postpartum (mis. memerah
asi, piyat payudara, pijat
oksitosin)
4. Resiko tinggi kekurangan Observasi :
volume cairan dan elektrolit - Monitor frekuensi napas
b.d kehilangan darah dan - Monitor frekuensi dan
intake ke oral kekuatan nadi
- Monitor TTV
- Identifikasi tanda-tanda
hypovolemia dan
hypervolemia
- Identifikais tanda-tanda
hipokalemia dan hiperkalemia
- Identifikais tanda-tanda
hiponatremia dan
hipernatremia
- Identifikasi factor resiko
ketidakseimbangan cairan
- Identifikasi kemungkinan
penyebab ketidakseimbangan
cairan
Terapeutik :
- Satur interval waktu
pemantauan sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

5. Gangguan pola tidur b.d respon Observasi :


hormonal psikologis d.d proses - Identifikasi pola aktivitas
persalinan dan proses dantidur
melelahkan - Identifikasi factor
pengganggu tidur
- Identifikasi makanan dan
minuman yang mengganggu
tidr
- Identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi
Terapeutik :
- Modifikasi lingkungan
- Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
- Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/atau Tindakan untuk
menunjang siklus tidur-
terjaga
Edukasi :
- Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Ajarkan factor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
- Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya
6. Defisiensi pengetahuan Observasi :
mengenai perawatan diri dan - Identifikasi kesiapan dan
bayi b.d kurang sumber kemampuan menerima
informasi informasi
-
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media
Pendidikan Kesehatan
- Jadwalkan Pendidikan
Kesehatan sesuia kesepakatan
- Berikan jadwal untuk
bertanya
- Lakukan kunjungan rumah
sebagai program pemantauan
dan pendampingan pada
orang tua
Edukasi :
- Jelaskan factor resiko yang
dapat mempengaruhi
Kesehatan
- Jelaskan kebutuhan nutrisi
bayi
- Ajarkan perilaku hidup sehat
dan bersih
- Je;askan manfaat perawatan
bayi
- Ajarkan perawatan tali pusat
- Anjurkan memantau tanda
vital bayi
- Ajarkan pijat bayi
- Anjurkan menyusui sesuai
kebutuhan bayi

4. Implementasi Keperawatan

Setelah rencana keperawatan disusun langkah selanjutnya adalah dalam


menetapkan tindakan keperawatan. Tindakan ini dapat dilakukan secara mandiri
atau kerjasama dengan tim kesehatan lainnya [ CITATION Fha19 \l 1033 ].
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
menuju status kesehatan yang baik/optimal.[CITATION NsN \l 1033 ]

5. Evaluasi

Evaluasi adalah untuk penilaian yang dilakukan untuk mengetahui keberhasilan


tujuan. Evaluasi keperawatan dapat didokumentasikan dalam bentuk SOAP yang
merupakan Subjective (Subjektif), Objective (Objektif), Assesment (Penilaian),
dan Plan (Perencanaan). Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses
keperawatan untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang
teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan.
Evaluasi ini akan mengarahkan asuhan keperawatan, apakah asuhan keperawatan
yang dilakukan ke pasien berhasil mengatasi masalah pasien ataukan asuhan yang
sudah dibuat akan terus berkesinambungan terus mengikuti siklus proses
keperawatan sampai benar-benar masalah pasien teratasi. [ CITATION NsN1 \l 1033 ]
BAB III
DOKUMENTASI KASUS SEMU / VIRTUAL CASE
3.1 Kasus Semu
Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Ny. Y ................................ No. RM :.....................................
Usia : 23 ....... tahun Tgl. Masuk : 30 agustus 202............
Jenis kelamin : perempuan ........................ Tgl. Pengkajian : 30 agustus 2021..........
Alamat : garegeh ............................. Sumber informasi : ....................................
No. telepon : .......................................... Nama klg. dekat yg bisa dihubungi:
Tn. R
Status pernikahan : kawin................................. ......................................
Agama : islam ................................. Status : suami ..........................
Suku : minang ............................. Alamat : minang .......................
Pendidikan : SMA ................................. No. telepon :.....................................
Pekerjaan : Ibu rumah tangga ............. Pendidikan : SMA ...........................
Lama berkerja :........................................... Pekerjaan : wiraswasta ..................

B. Status kesehatan Saat Ini


1. Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan episiotomi.
2. Riwayat penyakit Saat ini

Psien mengatakan saat ini merasakan nyeri pada bekas luka jahitan
episiotomi dan perut terasa mules serta saat ini tidak sedang seperti
batuk, pilek dan demam.

C. Riwayat Kesehatan Terdahulu


a) Jantung : Pasien mengatakan tidak pernah mengeluh dadanya berdebar-debar
saat melakukan aktivitas.
b) Ginjal : Pasien mengatakan tidak pernah merasakan nyeri di perut bagian
bawah dan sakit buang air kecil.
c) Asma / TBC : Pasien mengatakan tidak pernah sesak nafas secara tiba-tiba dan
batuk lebih dari 3 bulan.
d) Hepatitis : Pasien mengatakan pada mata dan ujung jari tidak terlihat kuning,
BAB lembek, BAK kuning.
e) Diabetes Melitus: Pasien mengatakan tidak pernah banyak makan, minum dan BAK
tidak pernah lebih dari 7 kali pada malam hari.
f) Hipertensi : Pasien mengatakan tekanan darahnya setiap diperiksa tidak pernah
melebihi 140/90 mmHg.
g) Epilepsi : Pasien mengatakan tidak pernah merasakan kejang-kejang yang
disertai dengan mengeluarkan busa dari mulutnya.

D. Riwayat Keluarga
Pasien mengatakan baik dari pihak dirinya maupun dari pihak suami tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit menurun seperti diabetes, hipertensi, jantung dan riwayat
penyakit menular seperti asma / TBC dan HIV / AIDS dan pasien juga belum pernah
mempunyai riwayat operasi.

E. Riwayat Mestruasi
 Menarche : Pasien mengatakan haid pertama kali pada umur 12 tahun.
 Siklus : Pasien mengatakan siklus haidnya 28 – 30hari.
 Lama : Pasien mengatakan lamanya haid 6 – 7 hari.
 Banyaknya : Pasien mengatakan 2 – 3 x ganti pembalut perhari.
 Teratur/tidak teratur : Pasien mengatakan haidnya teratur setiap bulan.
 Sifat darah : Pasien mengatakan sifat darahnya encer berwarna merah kecoklatan.
 Dismenorhoe : Pasien mengatakan tidak pernah mengeluh nyeri saat menstruasi.

F. Pola Nutrisi Metabolik


 Jenis diit/makanan 4 sehat lima sempurna
 Frekuensi/pola 3 kali sehari
 Porsi yg dihabiskan 1 porsi
 Komposisi menu nai, lauk, sayur, dan buah
 Jenis minuman susu, dan air putih
 Frekuensi/pola minum 7-8 gelas per hari
 Gelas yg dihabiskan 7-8 gelas

G. Pola Eliminasi
 BAB:
- Frekuensi/pola 1x sehari
 BAK:
- Frekuensi/pola 7-9x sehari

H. Riwayat pernikahan
Status perkawinan : Sah. Kawin 1 kali pada umur 21 tahun, dengan
suami umur 25 tahun. Lamanya perkawinan 2 tahun, dan belum
mempunyai anak

I. Riwayat keluarga berencana

Pasien mengatakan belum pernah memakai KB. Rencana setelah kelahiran anak pertama
ini pasien akan menggunakan KB, tetapi pasien belum mengetahui KB apa yang akan di
pakai setelah melahirkan anak pertamnya.

J. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas


Pasien mengatakan ini kehamilan, persalinan dan nifas yang pertama.

K. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama hamil: ( √ ) tidak ada , akan tetapi memasuki
bulan ke-8 kehamilan klien dan suami sepakat untuk mengurangi kegiatan seksual
mereka.
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
( √ ) perhatian ( ) sentuhan

L. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum: baik


 Kesadaran: kesadaran composmentis
 Tanda-tanda vital: - Tekanan darah : 110/70 mmHg - Suhu : 36 oC
- Nadi : 92 x/menit - RR : 22 x/menit

 Tinggi badan: 155 cm Berat Badan : 65


2. Kepala & Leher
a. Kepala: rambut bersih, hitam gelombang, ada rontok dan tidak ada massa,benjolan
dan nyeri tekan
b. Mata: kongjungtiva pucat, sklera putih tidak ikterik,
tidak ada nyeri tekan , fungsi penglihatan baik
dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan
c. Hidung: tidak ada polip, fingsi penciuman baik dan tidak
ada nyeri tekan
d. Mulut & tenggorokan: bibir pucat, tidak ada sariawan, mulut dan gigi
bersih.
e. Telinga: tidak ada serumen, pendengaran baik, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada benjolan.Leher: Tidak terdapat pembesaran vena jugularis,
kelenjar limfe maupun kelenjar tiroid.

1. Palpasi
Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar gondok, tidak ada tumor, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe.
Dada :Tidak ada pembengkakan pada mamae, tidak ada tumor, simetris
kanan dan kiri, areola hiperpigmentasi, putting susu bersih dan menonjol,
kolostrum/ASI sudah keluar.
Abdomen :Kontraksi keras, tinggi fundus 2 jari dibawah pusat
Ekstremitas :Tidak ada varices, tidak ada oedema

M. Hasil Pemeriksaan Penunjang

Jenis pemeriksaan Hasil Normal


Hemoglobin 9,6 gr % 12,00 - 15,00 gr %
Hematokrit 36,70 % 35,00 – 47,00 gr %
Trombosit 213.000 mm3 150.00 – 400.000 mm3
Leukosit 7800 mm3 4.000 – 10.000 mm3
Eritrosit 2,76 mm3 4,5 – 6 juta/ mm3
ANALISA DATA
Nama Klien :
No. Reg :
N MASALAH
DATA PENUNJANG ETIOLOGI
O KEPERAWATAN
1. DS : Trauma jahitan Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri luka episiotomi
pada luka jahitan
- Pasien mengatakan nyeri
bertambah saat bergerak
- Pasien mengatakan skala
nyeri 4

DO :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak tidak bebas saat
bergerak
- Skala nyeri 4 yaitu sedang
- TD: 110/70 mmHg
- N: 92 x/i

s : 36,8 C
- Terdapat luka jahitan di
perineum: 5 jahitan
- Episiotomi mediolateralis

2 DS : Trauma Resiko infeks


- Pasien mengatakan takut
untuk berjalan
- Pasien mengatakan
mengganti pembalut 2x/hari

DO :
- Kesadaran : compos mentis
- TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 92 x/i
S :36,8OC
R : 22 x/i
- Tidak ada kemerahan
- Kerekatan jahitan kuat
- Terdapat darah warna terang
- Lochea rubra
- Ekimosis
- Bau : seperti darah biasa dan
tidak busuk.
- Leukosit : 7.800 mm3
3 DS: Kurangnya informasi tentang Kurang
- Klien mengatakan belum perawatan post partum.
pengetahuan
mengetahui tentang cara
perawatan post partum
- Klien mengatakan belum
mengetahui tentang cara
perawatan payudara

- Klien mengatakan ingin


mengetahui manfaat lebih
dari ASI.
- Klien mengatakan belum tahu
akan memakai KB apa
setelah melahirkan ank
pertamanya.
DO
- Klien tampak bingung
- Klien tampak banyak bertanya
- Klien banyak menggeleng saat
di Tanya
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN, KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI

no Diagnosa Kriteria hasil Intervensi


keperawatan
1 Nyeri akut 1. Mampu mengontrol 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
b/d trauma nyeri (tahu penyebab komprehensif termasuk lokasi,
jahitan luka nyeri, mampu karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
episiotomi menggunakan tehnik dan faktor presipitasi
nonfarmakologi untuk 2. Observasi reaksi nonverbal dari
mengurangi nyeri, ketidaknyamanan
mencari bantuan). 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
2. Melaporkan bahwa untuk mengetahui pengalaman nyeri
nyeri berkurang pasien
dengan 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
menggunakan nyeri
manajemen nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
3. Mampu mengenali lampau
nyeri (skala, intensitas, 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang ketidakefektifan
frekuensi dan tanda kontrol nyeri masa lampau
nyeri) 7. Bantu pasien dan keluarga untuk
4. Menyatakan rasa mencari dan menemukan dukungan
nyaman setelah nyeri 8. Kontrol lingkungan yang dapat
berkurang mempengaruhi nyeri seperti suhu
5. Tanda vital dalam ruangan, pencahayaan dan kebisingan
rentang normal 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi

12. Ajarkan tentang teknik non


farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
2 Resiko 1. Klien bebas dari 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
infeksi b/d tanda dan gejala pasien lain
trauma infeksi 2. Pertahankan teknik isolasi
jaringan 2. Mendeskripsikan 3. Batasi pengunjung bila perlu
atau proses penularan 4. Instruksikan pada pengunjung untuk
kerusakan penyakit, mencuci tangan saat berkunjung dan
kulit. factor yang setelah berkunjung meninggalkan
mempengaruhi pasien
penularan serta 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk
penatalaksanaannya cuci tangan
3. Menunjukkan 6. Cuci tangan setiap sebelum dan
kemampuan untuk sesudah tindakan kperawtan
mencegah 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai
timbulnya infeksi alat pelindung
4. Jumlah leukosit 8. Pertahankan lingkungan aseptik
dalam batas normal selama pemasangan alat
5. Menunjukkan 9. Ganti letak IV perifer dan line central
perilaku hidup sehat dan dressing sesuai dengan petunjuk
umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
3 Kurang 1. Pasien dan keluarga 1. Berikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan menyatakan pengetahuan pasien tentang proses
b/d pemahaman tentang penyakit yang spesifik
kurangnya penyakit, kondisi, 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
informasi prognosis dan program danbagaimana hal ini berhubungan dengan
tentang pengobatan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
perawatan 2. Pasien dan keluarga tepat.
post mampu melaksanakan 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
partum. prosedur yang muncul pada penyakit, dengan cara
dijelaskan secara benar yang tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan
3. Pasien dan keluarga cara yang tepat
mampu menjelaskan 5. Identifikasi kemungkinan penyebab,
kembali apa yang dengna cara yang tepat
dijelaskan perawat/tim 6. Sediakan informasi pada pasien tentang
kesehatan lainny kondisi, dengan cara yang tepat
7. Hindari jaminan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang
dan atau proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat
atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi
di komunitas lokal, dengan cara yang
tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
no Diagnosa Implementasi Evaluasi
keperawatan
1 Nyeri akut b/d 1. Melakukan pengkajian skal S : - Pasien mengatakan nyeri
trauma jahitan pada
luka episiotomi nyeri 2. Membantu pasien luka jahitan berkurang - Pasien
dan keluarga mengatakan sudah BAB - Pasien
untuk mencari dan bersedia untuk dilakukan
menemukan dukungan 3. kompres dingin - Pasien
Mengontrol lingkungan yang mengatakan sebelumnya
dapat mempengaruhi nyeri belum pernah dilakukan kompres
seperti suhu ruangan, dingin pada perawatan perineum
pencahayaan dan kebisingan O : - Saat pemeriksaan tampak
4. Mengajarkan tentang pasien
teknik tidak pucat dan kelelahan - Skala
non farmakologi dengan nyeri 1 = ringan - Ekpresi wajah
mengompres dingin perineum klien tampak rileks - Sudah
dilakukan perawatan
untuk mengurangi nyeri perineum dengan kompres dingin
dengan menggunakan cairan TTV : TD : 120/80 mmHg N :
NaCL 0,9 %. 5. 82x/menit S : 36,6OC R :
Meningkatkan istirahat 6. 20x/menit A: Masalah sudah
Mengkolaborasikan dengan teratasi I : intervensi dihentikan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
7. Memonitor penerimaan
pasien
tentang manajemen nyeri.
2 Resiko infeksi 1. Membersihkan lingkungan S:
b/d trauma setelah dipakai pasien lain - Pasien mengatakan nyeri pada
jaringan atau 2. Mempertahankan teknik luka jahitan
kerusakan kulit. isolasi - Pasien mengatakan mau
3. Membatasi pengunjung dilakukan perawatan perineum
bila - Pasien mengatakan sudah tahu
perlu cara perawatan vulva hygiene
4. Menginstruksikan pada - Pasien tampak sudah tahu cara
pengunjung untuk mencuci perawatan luka episiotomi dengan
tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung benar
meninggalkan pasien O:
5. Menggunakan sabun - Keadaan luka basah
antimikrobia untuk cuci - Tampak ada 5 jahitan
tangan - Tidak ada tanda-tanda infeksi
6. Mencuci tangan setiap - Lochea rubra
sebelum dan sesudah - Jahitan kuat merekat di
tindakan perineum
kperawatan - Terdapat darah
7. Menggunakan baju, sarung - Tidak ada kemerahan
- Tidak ada bintik kebiruan pada
tangan sebagai alat pelindung perineum
- Tidak ada pus/nanah
8. Mempertahankan
lingkungan TTV :
aseptik selama pemasangan TD : 120/80 mmHg
alat N : 82x/menit
9. Meningktkan intake nutrisi S :36,6OC
R : 20x/menit
10. Memberikan terapi
antibiotik bila perlu A: Masalah teratasi sebagian
11. Memonitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan I:
lokal - Mengontrol infeksi
12. Melakukan perawatan - menjelaskan perawatan luka
perineum untuk mengurangi episiotomy
resiko infeksi - menganjurkan mobilisasi
13. Melihat kondisi luka/ - menganjurkan personal hygiene
insisi bedah. dengan
14. Mengajarkan cara baik
menghindari infeksi dengan - makan obat secara teratur
cara melukan perawatan pada

perineum dengan sering


mengganti pembalut dan cara

membersihkan dari depan ke


belakang.
3 Kurang 1. Memberikan penilaian S:
pengetahuan b/d tentang tingkat pengetahuan - Pasien mengatakan sudah tahu
kurangnya pasien tentang proses cara perawatan vulva
informasi penyakit yang spesifik hygiene/perineum dengan benar
tentang 2. Menyediakan informasi yaitu dengan embersihkan dari
perawatan post pada depan kebelakang.
partum pasien tentang kondisi, - Pasien sudah tahu cara
dengan menyusui
cara yang tepat yaitu dengan dengan benar
memberikan informasi - Pasien mengatakan sudah tahu
kepada tentang cara perawatan payudara.
pasien mengenai cara - Pasien mengatakan sudah
perawatan post partum, cara mengetahui manfaat lebih tentang
perawatan payudara, manfaat
si, macam-macam kb. ASI
3. Mendukung pasien untuk
mengeksplorasi atau O:
mendapatkan second opinion - Pasien tampak menyusui
dengan cara yang tepat atau bayinya
diindikasikan dengan benar
4. Menyakan ke pasien pasien
A:Masalahteratasi
mengenai tanda dan gejala
yang belum di ketahui untuk I : intervensi dihentikan
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Masa post partum merupakan masa kritis dimana masa postpartum akan menimbulkan
berbagai komplikasi diantaranya pendarahan, infeksi, puerperalis, endometritis, mastitis,
tromboplebitis dan trombosis. Dimana perdarahan merupakan penyeba terbanyak kematian
wanita selama postpartum. Infeksi Post Partum adalah infeksi bakteri pada traktus
genitelia.terjadi sesudah melahirkan,ditandai kenaikan suhu sampai 38°C atau lebih selama 2
hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.

4.2 Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari tulisan
maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu mohon diberikan saran agar kami bisa
membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua,
dan menjadi wawasan kita dalam memahami paragrap.
DAFTAR PUSTAKA

Ns.Nunung Ernawati, S. (n.d.). Evaluasi Keperawatan. Retrieved from repository.itsk-


soepraoen.ac.id: http://repository.itsk-soepraoen.ac.id/454/3/Bab%202.pdf

Ns.Nunung Ernawati, S. (n.d.). Implementasi Keperawatan. Retrieved from


repository.itsk-soepraoen.ac.id: http://repository.itsk-soepraoen.ac.id/454/2/Bab
%201.pdf

Sagita, F. E. (2019, Juli). ASUHAN KEPERAWATAN IBU POST PARTUM. Retrieved


from repo.stikesperintis.ac.id: http://repo.stikesperintis.ac.id/852/1/30%20FHADILLA
%20ERIN%20SAGITA.pdf

dkk, B. (2004). Buku Ajar Maternitas . Jakarta: EGC.

Saiffudin. (2006). Buku Pnaduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neontal .
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Saleha.S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Yanti, & Sudarwati. (2011). Konsep Asuhan Kehamilan. Jakarta: Pusdiknes.

Anda mungkin juga menyukai