Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH

(ISK) PADA ANAK

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak yang diampu
oleh Bapak Agus Hendra, S.Kp., M.Kep.

Disusun oleh Kelompok I


Dikdik Iskandar Dwiyanto
Dikdik Permana
Irsad Ibrahim Hanip
Ratna Nurul Komariah
Siti Nurlaila

PROGRAM STUDI S1 NON REGULER KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI
JAWA BARAT
2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah


S.W.T yang telah mengaruniakan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Infeksi
Saluran Kemih pada Anak” dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini banyak mengalami berbagai hambatan baik
langsung maupun tidak langsung, akan tetapi berkat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu dalam kesempatan
yang berbahagia ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Agus Hendra, S.Kp., M.Kep. selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Anak.
2. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah bersangkutan.
Penyusun menyadari bahwa makalah yang dibuat masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat
membangun akan penyusun terima dengan senang hati untuk perbaikan
kedepannya.
Akhirnya, Penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
dan semua pihak yang berkepentingan.

Bandung, 14 Mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Batasan masalah............................................................................................. 2
C. Rumusan masalah ......................................................................................... 2
D. Tujuan............................................................................................................ 2
E. Manfaat.......................................................................................................... 2
F. Metode penyusunan....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 3

A. Pengertian Infeksi Saluran Kemih...................................................................3


B. Etiologi............................................................................................................3
C. Gejala................................................................................................................3
D. Patofisiologis....................................................................................................7
E. Manifetasiklinis................................................................................................9
F. Penatalaksanaan................................................................................................10
G. Komplikasi........................................................................................................10
H. Pencegahan.......................................................................................................11

Asuhan keperawatan Infeksi Saluran Kemih pada Anak ........................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 23
B. Saran .................................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan
saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu
mikroorganisme. Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus
ditemukan bakteri di dalam urin. Suatu infeksi dapat dikatakan jika
terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml urin, namun jika hanya terdapat
10.000 atau kurang bakteri/ml urin, hal itu menunjukkan bahwa adanya
kontaminasi bakteri. Bakteriuria bermakna yang disertai gejala pada
saluran kemih disebut bakteriuria bergejala. Sedangkan yang tanpa gejala
disebut bakteriuria tanpa gejala.
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi pada ginjal
dan saluran kemih, salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi pada
anak selain infeksi saluran napas atas dan diare. ISK perlu mendapat
perhatian para tenaga kesehatan dan orangtua karena ISK merupakan
penyakit yang sering menyebabkan gagal ginjal pada anak yang
mengakibatkan anak memerlukan tindakan cuci darah (dialisis) dan
cangkok ginjal (transplantasi ginjal). 
Selain itu, ISK dapat menyebabkan berbagai gejala yang tidak
menyenangkan dan komplikasi, seperti demam, nyeri pinggang, nyeri
ketika berkemih, hipertensi (tekanan darah tinggi), dan infeksi di seluruh
tubuh (sepsis) yang menyebabkan kematian. ISK yang terjadi pada
perempuan ketika masih anak-anak dapat menimbulkan komplikasi kelak
pada saat mereka menjadi ibu hamil. Oleh karena itu, ISK pada anak
memerlukan tata laksana yang optimal. ISK paling sering disebabkan
kuman Escherichia coli (E. coli) yaitu sekitar 60-80 persen. Kuman ini
berasal dari saluran cerna. Selain kuman E. coli, ISK dapat disebabkan
kuman lain, seperti Klebsiela, Proteus, Enterokokus, Enterobakter, dan
berbagai kuman lainnya.

1
A. Batasan Masalah
Agar penulisaan makalah ini tidak menyimpang dan mengambang
dari tujuan yang direncanakan, kami memberikan batasan masalah hanya
pada pembahasan tentang makalah Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran
Kemih pada Anak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, rumusan masalah dalam
makalah rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
a) Apa itu Insfeksi Saluran Kemih?
b) Bagaimana Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih Asuhan
Keperawatan pada Anak?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang, batasan masalah, dan rumusan masalah, maka
tujuan dalam pembuatan makalah sebagai berikut.
c) Menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih pada
Anak.

D. Manfaat
a) Manfaat bagi ilmu pengetahuan
Manfaat untuk ilmu pengetahuan adalah memberikan informasi tentang
Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih pada Anak.
b) Manfaat bagi pelayanan kesehatan
Manfaat untuk pelayanan kesehatan adalah meningkatkan pemahaman
tentang Asuhan Keperawatan Infeksi Kemih pada Anak.

E. Metode Penyusunan
Studi literatur
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi
literatur dengan media elektronik sebagai sumbernya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Infeksi Saluran Kemih (ISK)


Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi di ginjal dan
saluran kemih yang terjadi karena masuknya kuman. Umumnya kuman
berasal dari tinja atau saluran cerna.
ISK adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme
dedalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus, mikroorganisme lain. (Nanda Nic- Noc, 2012).
ISK adalah invasi mikroorganisme pada salah satu atau beberapa bagian
saluran kemih. (Adhie Djohan Utama, 2006). Infeksi Saluran Kemih (ISK)
atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi
mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001 hal. 112). Infeksi
saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli,
ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang
menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin (Sukandar, E.,
2004).
B. Etiologi
Penyakit infeksi saluran kemih pada anak, bahkan bayi, cukup
berbeda dengan infeksi saluran kemih yang terjadi pada orang dewasa. Jika
infeksi saluran kemih yang terjadi pada orang dewasa akan lebih sering atau
lebih rentan menyerang wanita, maka infeksi saluran kemih pada bayi akan
lebih sering menyerang bayi laki-laki. baik pada anak maupun dewasa adalah
sama, yaitu berpindahnya bakteri dari anus ke uretra dan menyebabkan
saluran kemih mudah untuk terinfeksi. Pada bayi dan anak-anak, kondisi
tersebut bsia dipicu oleh beberapa hal, seperti:
a. Daya tahan tubuh bayi yang belum kuat, sehingga belum bisa menangkal
aktivitas bakteri di saluran kemihnya.
b. Kelainan anatomik pada saluran kemih bayi menyebabkan bayi lebih
rentan mengalami infeksi saluran kemih, seperti jika bayi mengalami

3
duplikasi ginjal dan ureter, penyakit refluks vesiko-ureteral, atau sindrom
prune-belly, dan sebagainya.
c. Gangguan fungsi kontraksi otot kandung kemih, seperti pada penderita
neurogenic vladder, infrequent voiding, atau unhibited bladder.
Penyebab Infeksi Saluran Kemih pada Anak

1) Bakteri menyebar dari anus hingga ke saluran kencing anak, dan bakteri
pencernaan paling sering menyebabkan infeksi saluran kencing.
2) Ketika anak menggunakan toilet umum yang tidak bersih dan dari media
tersebut ada bakteri yang masuk ke saluran kencing anak.
3) Anak yang mengalami sembelit bisa memiliki resiko yang lebih besar
untuk terkena infeksi saluran kemih. Beberapa masalah ini juga sering
terjadi pada anak yang mengalami gangguan usus.
4) Kebiasaan anak yang sering menunda buang air kecil sehingga kandung
kemih tidak benar-benar kosong. Kebiasaan ini membuat bakteri yang
berada dalam kandung kemih memicu infeksi hingga saluran kemih atas.
5) Anak terkena eliminasi disfungsional sindrom. Ini adalah sebuah penyakit
ketika anak sering tidak bisa buang air kecil meskipun selalu memiliki
keinginan buang air kecil yang lebih sering.
6) Anak terkena penyakit vesicoureteral refluks dimana terkadang urin bocor
sampai ke kandung kemih hingga masuk ke ginjal dan ureter. Kondisi ini
bisa terjadi akibat katup ureter yang tidak bisa menutup sempurna
sehingga urin selalu berbalik ke kandung kemih.

C. Gejala Infeksi Saluran Kemih pada Anak


Gejalanya sangat bervariasi tergantung pada umur anak. Pada bayi baru
lahir, ditandai dengan kuning, demam, muntah, mencret, rewel. Pada bayi
yang lebih besar, ditandai dengan demam, menangis kalau berkemih, muntah
atau mencret, air kemih keruh
1. Demam tinggi
Awal gejala infeksi saluran kemih maka ketika penyebab infeksi
menyerang tubuh itu bisa membuat anak terkena demam. Namun biasanya

4
orang tua tidak menandai hal ini karena demam selalu menjadi reaksi
ketika ada infeksi dalam tubuh. Demam untuk infeksi ini bisa bertahan
selama beberapa hari hingga menyebabkan anak menggigil.
2. Muntah
Infeksi juga bisa menyebabkan anak terkena masuk angin. Ini membuat
semua bagian tubuh anak sakit dan anak terkena gangguan pencernaan.
Anak tidak bisa makan dengan baik dan perut selalu terasa mual.
Kemudian anak akan sering muntah baik setelah makan atau minum susu.
3. Terlihat lesu, lelah dan kurang energi
Infeksi bisa menyebabkan anak mengalami kelesuan. Hal ini ditunjukkan
dengan anak yang tidak ingin bermain, tidak mau beraktifitas seperti
biasanya dan tubuh juga terlihat sangat lemah. Tubuh anak menjadi lebih
lemah karena infeksi telah menyebabkan sistem kekebalan tubuh anak
menurun dengan cepat
4. Anak sangat rewel
Karena tubuh anak menjadi tidak nyaman maka anak menjadi sulit untuk
dikendalikan. Anak mencoba untuk menginginkan berbagai mainan tapi
semua menjadi tidak menyenangkan. Kemudian anak menjadi lebih sering
menangis dan sangat rewel.
5. Anak tidak nafsu makan
Infeksi saluran kencing pada anak juga bisa menyebabkan anak mengalami
penurunkan nafsu makan. kondisi ini bisa terjadi sangat cepat sehingga
anak terlihat sangat lemah. Anak tidak nafsu makan karena perut terasa
mual dan selalu ingin muntah. Bahkan anak juga bisa kekurangan cairan
karena tidak mau minum dengan cukup.
6. Berat badan anak menurun cepat
Dalam waktu beberapa hari sejak infeksi maka berat badan anak akan
menurun dengan cepat. Pertama karena rasa sakit tidak nyaman pada anak
dan juga gangguan pencernaan yang membuat anak tidak nafsu makan.
Infeksi dalam tubuh anak akan membuat anak kekurangan nutrisi dan
tubuh merasa sakit terus menerus.

5
7. Kulit dan mata menjadi kuning
Beberapa anak yang terkena infeksi saluran kencing juga bisa mengalami
penyakit kuning. Penyakit ini terjadi ketika bagian ginjal telah terkena
infeksi atau baru gejala infeksi. Infeksi saluran kencing bisa menjalar ke
ginjal karena ini memiliki saluran langsung ke bagian itu. Hal ini juga bisa
merusak sistem darah anak dan menyebabkan ginjal anak tidak berfungsi
dengan baik.
8. Rasa sakit ketika buang air kecil
Anak yang mengalami infeksi saluran kencing juga akan menangis atau
tidak nyaman saat kencing. Bakteri yang menyerang saluran kencing telah
berkembang sehingga ketika kencing maka ada rasa terbakar dan sangat
perih. Kondisi ini bisa sangat berbahaya karena infeksi bisa menyebar
dengan cepat ke organ yang lain.
9. Sering buang air kecil
Anak tidak bisa merasa buang air kecil menjadi lebih lega, hal ini
membuat kandung kemih tidak sepenuhnya kosong. Hal ini bisa membuat
anak akan lebih sering kencing, bahkan beberapa anak bisa kencing tanpa
sadar. Jika sedang tidur maka anak juga akan lebih sering mengompol.
10. Sakit perut dari bagian atas, bawah hingga punggung
Ketika infeksi sudah menjalar ke bagian ginjal maka anak bisa merasa
sakit perut hingga ke punggung  bawah. Ini bisa membuat kondisi demam
anak semakin memburuk. Infeksi yang menyerang ginjal bisa sangat
berbahaya karena bisa membuat ginjal anak mengalami gangguan fungsi.
Saat seperti ini maka biasanya anak akan terlihat lebih lemah daripada
awal gejala.
11. Urin berbau dan berwarna keruh
Infeksi yang sudah parah bisa menyebabkan urin anak berwarna keruh dan
bau yang sangat menyengat. Bahkan jika sudah parah maka akan
ditemukan darah dalam urin. Ini menjadi tanda bahwa infeksi sudah sangat
buruk dan kemungkinan sudah menyerang bagian ginjal. Jika sudah seperti
ini maka sebaiknya anak mendapatkan perawatan di rumah sakit.

6
D. Patofisiologi ISK pada anak
Infeksi dapat terjadi melalui penyebaran hematogen (neonatus) atau
secara asending (anak-anak). Patogenesis ISK sangat kompleks, karena
tergantung dari banyak faktor seperti faktor pejamu (host) dan faktor
organismenya. Bakteri dalam urin dapat berasal dari ginjal, pielum, ureter,
vesika urinaria atau dari uretra.
Beberapa faktor predisposisi ISK adalah obstruksi urin, kelainan
struktur, urolitiasis, benda asing, refluks atau konstipasi yang lama. Pada bayi
dan anak anak biasanya bakteri berasal dari tinjanya sendiri yang menjalar
secara asending. Bakteri uropatogenik yang melekat pada pada sel uroepitelial,
dapat mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding ureter, dan menyebabkan
gangguan peristaltik ureter. Melekatnya bakteri ke sel uroepitelial, dapat
meningkatkan virulensi bakteri tersebut. Mukosa kandung kemih dilapisi
oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi sebagai anti bakteri. Robeknya
lapisan ini dapat menyebabkan bakteri dapat melekat, membentuk koloni pada
permukaan mukosa, masuk menembus epitel dan selanjutnya terjadi
peradangan. Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke ureter dan sampai ke
ginjal melalui lapisan tipis cairan (films of fluid), apalagi bila ada refluks
vesikoureter maupun refluks intrarenal. Bila hanya vesica urinaria yang
terinfeksi, dapat mengakibatkan iritasi dan spasme otot polos vesika urinaria,
akibatnya rasa ingin miksi terus menerus (urgency) atau miksi berulang kali
(frequency), sakit waktu miksi (dysuri). Mukosa vesika urinaria menjadi
edema, meradang dan perdarahan (hematuria).
Infeksi ginjal dapat terjadi melalui collecting system. Pelvis dan medula
ginjal dapat rusak, baik akibat infeksi maupun oleh tekanan urin akibat refluks
berupa atrofi ginjal. Pada pielonefritis akut dapat ditemukan fokus infeksi
dalam parenkim ginjal, ginjal dapat membengkak, infiltrasi lekosit
polimorfonuklear dalam jaringan interstitial, akibatnya fungsi ginjal dapat
terganggu. Pada pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya produk bakteri atau
zat mediator toksik yang dihasilkan oleh sel yang rusak, mengakibatkan parut
ginjal (renal scarring).

7
8
E. Manifestasi Klinis ISK pada anak
Gejala ISK bervariasi tergantung dari lokasi infeksi bakteri pada saluran
kemih. ISK diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Menurut lokasi infeksi :
1) ISK bawah : infeksi pada uretra dan kandung kemih.
2) ISK atas : infeksi pada ureter dan ginjal
b. Menurut gejala:
1) Bakteriuria asimptomatis ( tanpa disertai gejala )
2) Bakteriuria simptomatis ( disertai gejala )
c. Menurut komplikasi:
1) ISK sederhana ( tanpa faktor predisposisi )
2) ISK berkomplikasi ( disertai faktor perdisposisi )
Gejala klinis ISK dapat bervariasi dan tumpang tindih.
1) ISK bawah (sistitis, urethritis) :
a) Nyeri atau rasa terbakar pada saat kencing
b) Sering kencing
c) Tidak dapat menahan kencing
d) Rasa susah kencing
e) Nyeri perut bagian bawah
f) Demam
2) ISK atas (uretritis, pyelonefritis):
a) Demam
b) Muntah
c) Nyeri kosto-vertebral yaitu nyeri di belakang atau samping
sekitar pinggang
3) Gejala klinis ISK pada anak secara umum, yaitu:
a) Anak < 3 tahun : demam, muntah, gelisah
b) Anak > 3 tahun : demam, nyeri perut, muntah, hilang nafsu
makan, sering kencing, nyeri pada saat kencing.

9
F. Penatalaksanaan
Pengobatan secara umum, yaitu terhadap panas, muntah, dehidrasi, dan
lain lain. Disamping itu anak dianjurkan untuk banyak minum, dan jangan
membiasakan kencing.
Pengobatan simptomatik terhadap keluhan sakit kencing dapat
diberikan fenazipiridin (pyridium) 7-10mg/kgBB/hari. Disamping itu perlu
juga mencari atau mengurangi atau menghilangkan faktor predisposisi seperti
obstipasi, alergi, investasi cacing, dan memperhatikan kebersihan perineum
meskipun usaha-usaha ini kadang-kadang tidak selalu berhasil.
a. Pengobatan khusus
1. Pengobatan infeksi akut
Pengobatan yang segera dan adekuat pada fase akut dapat mencegah
atau mengirangi timbulnya pielonefritis kronis. Pada keadaan berat
atau panas tinggi dan keadaan umum lemah, pengobatan segera
dilakukan tanpa menunggu hasil biakan urin dan uji resistensi kuman.
Pada infeksi akut yang simpleks diberikan aantibiotik/kemoterapi oral.
Yang sering dipakai sebagai pilihan utama adalah ampisilin,
kotrimoksazol, sulfisoksazol, asam nalidiksat, dan nitrofurantoin.
Sebagai pilihan kedua adalah golongan aminoglikosid, sefaleksin,
doksisiklin. Pengobatan diberikan selama 7 hari.
2. Pengobatan dan pencegahan infeksi berulang
Dari 30-50% pasien ISK didapati infeksi berulang dan 50%
diantaranya tanpa gejala. Oleh karena itu perlu dilakukan biakan ulang
pada minggu pertama setelah pengobatan fase akut, 1 bulan kemudian,
3 bulan, dan seterusnya tiap 3 bulan selama 2 tahun.
Setiap infeksi berulang harus diobati seperti pengobatan pada
fase akut.
Bila reinfeksi terjadi 2 kali, maka pengobatan dilanjutkan
dengan pengobatan profilaksis, dengan obat-obatan antiseptis urin
(nitrofurantoin, kotrimoksazole, sefaleksin, metenamin mandelat).
Pada umumnya deiberikan ¼ dosis normal, 1 kali sehari pada malam
hari selama 3 bulan. Bila ISK disertai kelainan anatomis (complicated
urinary infection), maka hasil pengobatan kurang memuaskan.
Profilaksis dilakukan selama 6 bulan dan bila perlu sampai 2 tahun.

10
b. Koreksi pembedahan
Bila pada pemeriksaan radiologis ditemukan obstruksi maka perlu
dilakukan koreksi bedah. Pada keadaan pionefrosis atau pielonefritis
atrofik kronik tindakan nefroktomi kadang perlu dilakukan.
 
G. Komplikasi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit yang sering ditemukan
pada anak, di samping infeksi saluran cerna. ISK merupakan penyakit penting
pada anak, karena menyebabkan gejala tidak menyenangkan pada anak. Bila
tidak ditanggulangi secara serius, ISK dapat menyebabkan komplikasi berupa
batu saluran kemih, hipertensi, ataupun gagal ginjal yang memerlukan
hemodialisis atau transplanstasi ginjal. Karena itu, perlu mengenal ISK sedini
mungkin agar dapat ditata laksana dengan adekuat untuk menghindari akibat
yang lebih buruk.

H. Pencegahan
Pencegahan ISK sulit, namun pengetahuan kesehatan yang sesuai bisa
membantu. Anak perempuan harus diajarkan untuk membersihkan sendiri
dari depan ke belakang (begitu sebaliknya dari belakang ke depan) setelah
buang air besar untuk memperkecil kesempatan bakteri memasuki saluran air
kemih terbuka.
Menghindari mandi bathtub dengan sabun gelembung terlalu sering,
yang bisa mengiritasi kulit sekitar saluran air kemih yang terbuka baik pada
anak laki-laki maupun anak perempuan, bisa membantu mengurangi resiko
UTI. Sunat pada anak laki-laki mengurangi resiko UTI selama bayi sekitar 10
kali, meskipun hal ini tidak jelas apakah hal ini bermanfaat bagi dirinya
adalah sebuah alasan yang cukup untuk melakukan sunat. Buang air kecil
teratur dan buang air besar teratur bisa mengurangi resiko infeksi saluran
kencing.

11
Asuhan keperawatan teori pada anak dengan infeksi saluran kemih

1.1 Pengkajian
1. Identitas
Pada BBL, baik perempuan atau laki-laki mempunyai resiko terkena ISK
yang sama besar (3 bulan- 1 tahun). Namun bila sudah besar , anak
permpuan memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena infeksi. pada
neonates kurang dari 3 bulan lebih banyak ditemukan dapa bayi laki-laki.
pada usia sekolah jumlah pasien perempuan 3-4 kali lebih banyak dari
pada laki-laki.
2. Keluhan utama
Keluhan yang sering dirasakan adlah demam. Pada anak-anak karena
gejala yang kurang jelas, ketika perempuan berusia kurang dari dua tahun
atau laki-laki di kurang dari satu tahun yang belum disunat mengalami
demam, bayi mungkin sulit makan, muntah, lebih banyak tidur, atau
tampak kuning. Pada anak yang lebih besar, dapat timbul gejala baru
inkontinensia (hilangnya kontrol kandung kemih).
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Awalnya anak-anak biasanya demam, adanya rasa sakit pada saat
buang air kecil. Namun pada anak yang berusia lebih muda, hal
tersebut tidak begitu terlihat. Jika infeksi memburuk, anak dapat
mengeluarkan urin yang keruh maupun berdarah, bau urin yang
menyengat, frekuensi buang air kecil yang meningkat, dan sakit pada
area pinggang belakang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Prenatal Care
Berisi Pemeriksaan kehamilan , Keluhan selama hamil ,Riwayat
,Kenaikan BB selama hamil ,Imunisasi TT , Golongan darah ibu
dan ayah.

12
2) natal
tanyakan pada keluarga pasien : Tempat melahirkan,Lama dan jenis
persalinan (spontan/SC), Penolong persalinan ,Cara untuk
memudahkan persalinan, Komplikasi waktu lahir
3) Postnatal
Tanyakan Kondisi bayi (BB dan TB), Apakah anak mengalami
penyakit , Problem menyusui, riwayat penyakit sebelumnya:
 Penyakit yang pernah dialami
 Kecelakaan yang dialami
 Pernah makan obat–obatan ,zat/subtansi kimia
 Komsumsi obat-obatan bebas
 Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat penyakit kongenital, adakah saudara yang memiliki
riwayat ISK, anggota keluarga yang memiliki riwayat Hipertensi, DM,
dan batu ginjal.
d. Riwayat Imunisasi

No Jenis Imunisasi Waktu Reaksi setelah


pemberian pemberian
1. BCG
2. DPT (I,II,III)
3. Polio (I,II,III,IV)
4. Campak
5. Hepatitis
e. Riwayat Tumbuh Kembang
1) Pertumbuhan Fisik
Berat badan :-
Tinggi badan :-
Waktu tumbuh gigi : …bulan, Tanggal gigi: ….
2) Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat
1. Berguling :

13
2. Duduk :
3. Merangkap :
4. Berdiri :
5. berjalan :
6. Senyum kepada orang lain pertama kali :
7. bicara pertama kali :
8. Berpakaian tanpa bantuan :
f. Riwayat Nutrisi
1) Pemberian ASI
3. Pertama kali disusui:
4. Cara pemberian :
5. Lama pemberian :
6. Asi diberikan sampai umur :
2) Pemberian susu formula: diberikan mulai usia berapa, jumlah yang
diberikan tiap kali pemberian, adanaya riwayat alergi dll.
3) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

No Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian


1.
2.

g. Riwayat Psikosoial
Berisi tentang lingkungan tempat tinggal anak, apakah anak tinggal di
rumah sendiri atau dirumah saudara, di lingkungan perdesaan atau
daerah perkotaan. Hubungan anak dengan keluarga dan pengasuh anak
(apakah di asuh oleh orang tua sendiri atau orang lain).
h. Riwayat Spiritual
Berisi tentang dukungan keluarga kepada anak dan kegiatan
keagamaan yang sedang dilakukan.
i. Riwayat Hospitalisasi

Berisi tentang:

14
1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap (dikaji karena klien
tidak sadar)
j. Aktivitas Sehari-hari
1. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit dan Saat Sakit. Meliputi selera makan, menu
makan, frekuensi makan, makanan pantangan, pembatasan pola
makan, cairan makan, dan ritual saat makan baik.
2. Cairan
Kaji kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi, jenis kamanan,
frekuensi minum, kebutuhan cairan, dan cara pemenuhan
(pemenuhan dengan air putih, the, atau susu).
k. Eliminasi
Kaji kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi frekuensi, konsistensi,
warga dan bau.
l. Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit.
- istirahat Tidur
Berisi tentang kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi, jam tidur,
pola tidur, kebiasaan sebelum tidur, kesulitan tidur.
- Personal Hygiene
- Berisikan tentang cara perawatan diri sebelum dan saat sakit.
Meliputu, mandi, cuci rambut, gunting kuku, gosok gigi.
- Aktivitas/mobilitas fisik
Berisikan kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi, kegiatan sehari-
hari, pengaturan jadwal harian, penggunaan alat bantu aktivitas,
kesulitan pergerakan tubuh bermain.
- Rekreasi
Beririkan kondisi sebelum sakit dan saat sakit. Meliputi, perasaan
saat sekolah, waktu luang, pasangan setelah rekreasi, waktu
senggang keluarga, kegiatan hari libur saat belum sekolah.

15
4. Pemeriksaan Fisik
a. keadaan umum
Didapatkan Klien tampak lemah.
b. Tingkat Kesadaran
Normal GCS 4-5-6
c. Sistem Respirasi
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit
d. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah
e. Sistem Integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.
f. Sistem Gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.
g. Sistem Muskuloskeletal.
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h. Sistem Abdomen
Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya
peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang
mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra.

1.2 Analisa data

1.3 Diagnosa
1. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
2. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran kemih
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Inflamasi,Kandung
Kemih,dan struktur traktus urinarius lain
5. Resiko Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hilangnya nafsu makan.

16
6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di
rumah.

1.4 Intervensi keperawatan


1. Dx.1 : Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperwatan selama 1x24 jam diharapkan
terjadi penurunan suhu tubuh menjadi normal.
Kriteria Hasil :
a. Tanda vital dalam batas normal
b. Klien menunjukan termoregulasi
c. Klien tidak demam.
Intervensi :
a. Observasi TTV
Rasional : mengetahui kaedaan umum klien
b. Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38, C.
Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
c. Kaji keadekuatan hidrasi
Rasional : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
d. Kompres air hangat.
Rasional : Untuk menurunkan suhu tubuh
e. Kolaborasi pemberian antipiretik.
Rasional : Antipireti menurunkan suhu tubuh

2. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
a) Tanda-tanda vital dalam batas normal
b) Nilai kultur urine negative

17
c) Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi :
a. Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu di atas 38,50°C
Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
b. Catat karakteristik urine
Rasional : Untuk mengetahui / mengidentifikasi indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
c. Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional : Untuk mencegah stasis urine
d. Monitor pemeriksaan ulang urine kultuur dan sensivitas untuk menentukan
respon terapi.
Rasional : Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan
penderita.
e. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komlit setiap
kali kemih.
Rasional : Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih.
f. Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
Rasional : Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang
membuat infeksi uretra

3. Dx . 2 : Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran


kemih
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien
dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria Hasil :
a) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
b) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
c) Klien dapat BAK dan berkemih

Intervensi :

18
a. Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk
mengetahui input / output
b. Anjurkan untuk berkemih setiap 2-3 jam
Rasional :Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam kandung
kemih.
c. Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional :Untuk memudahkan klian dalam berkemih.
d. Bantu klien ke kamar kecil , memakai pispot / urinal.
Rasional :Untuk memudahkan klien untuk berkemih.
e. Bantu klien mendapatkan poosisi berkemih yang nyaman.
Rasional :Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi dan


infeksi uretra, kandung kemih, dan struktur traktus urinarius lain
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri hilang atau berkurang saat dan sesudah berkemih
Kriteria Hasil :
a. Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih
b. Kandung Kemih tidak tegang
c. Pasien tampak tenang
d. Ekspresi wajah tenang
Intervensi :
a. Kaji Intensitas, lokasi, dan faktor yang memperberat atau meringankan
nyeri
Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
b. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat
ditoleran
Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot
c. Anjurkan minum banyak 2 - 3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional : Untuk mmbantu klien dalam berkemih

19
d. Pantau perubahan warna urine, pantau pola berkemih, masukan dan
keluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Rasional : Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan
dari hasil yang diharapkan.
e. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
f. Berikan perawatan perineal
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi uretra
g. Jika dipasang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari
Rasional : Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasukikandung
kemih dan naik saluran perkemihan
h. Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
Rasional : Relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri
i. Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi
Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri

5. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Tujuan :      Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak
memperlihatkan tanda-tanda gelisah.
Kriteria Hasil :
a. Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik,
rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
b. Klien tidak gelisah
c. Klien tenang
Intervensi:
a. Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di
ketahui tentang penyakitnya.
Rasional:   Mengetahui sejauh mana ketidaktahuan pasien tentang
penyakitnya.
b. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang

20
Rasional:   Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan beradasarkan informasi.
c. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik:
tujuan, gambaran singkat, persiapan yang dibutuhkan sebelum
pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Rasional:   Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas
dan membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencana
terapeutik.
d. Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum
sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari.
Rasional:  Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda tanda
penyakit mereda. Cairan dapat menolong membilas ginjal.
e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan
masalah tentang rencana pengobatan.
Rasional:  Mendeteksiisyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan
membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.

1.5 Implementasi

1.6 Evaluasi

Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu
pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :

1. Penurunan suhu tubuh menjdi normal


2. Memperhatikan berkurangnya rasa nyeri dan ketidaknyamanan
a. Melaporkan berkurangnya nyeri, urgensi, disuria, atau hesitensi pada
saat berkemih
b. Minum analgesic dan agens antimicrobial sesuai resep minum 8 - 10
gelas air setiap hari
c. Berkemih setiap 2 – 3 jam

21
d. Urin yang keluar jernih dan tidak berbau
3. Pengetahuan mengenai tindakan pencegahan dan modalitas penanganan yang
dirsepkan meningkat.
4. Bebaas komplikasi.
a. Melaporkan tidak adanya gejala infeksi atau gagal ginjal (mual,
muntah, kelemahan, pruritus).
b. Kadar BUN dan kereatinin serum normal, kultur darah dan urin
negative.
c. Memperlihatkan tanda-tanda vital dan suhu yang normal; tidak ada
tanda-tanda sepsis.
d. Mempertahankan haluaran urin yang adekuat (>30 ml/jam).

BAB III

PENUTUP

22
A. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi di ginjal dan
saluran kemih yang terjadi karena masuknya kuman. Umumnya kuman
berasal dari tinja atau saluran cerna. Penyakit ini lebih sering ditemukan
pada perempuan dibandingkan laki-laki. Gejalanya sangat bervariasi
tergantung pada umur anak. Pada bayi baru lahir, ditandai dengan kuning,
demam, muntah, mencret, rewel. Pada bayi yang lebih besar, ditandai
dengan demam, menangis kalau berkemih, muntah atau mencret, air kemih
keruh. Pada anak besar ditandai dengan demam, nyeri pinggang, air kemih
keruh, Untuk memastikan penyakitnya, perlu dilakukan pemeriksan
laboratorium yaitu pemeriksaan darah dan air kemih yaitu dengan biakan
urin (membiak kuman dari air kemih).
Infeksi saluran kemih pada anak, selain mengobati infeksinya, perlu
dicari kelainan ginjal dan saluran kemih yang menyebabkan anak tersebut
mudah menderita infeksi saluran kemih.

B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak, terutama penulis.
Mohon kritiik dan saran yang membangun demi menyempurnakan makalah
ini dilain kesempatan.

DAFTAR PUSTAKA

23
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. . Edisi: 3. Jakrta:
EGC.
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes.  Edisi:
4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddart.  Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
http://asuhankeperawatans.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-infeksi-
saluran.html
http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/31/askep-isk/
http://reniurl.blogspot.com/2010/07/makalah-askep-isk-infeksi-saluran-
kemih.html

https://sikkabola.wordpress.com/2012/08/28/patofisiologi-dan-gejala-infeksi-saluran-
kencing-pada-anak/

http://www.scribd.com/doc/97813688/Makalah-ISK-Edit

http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/03/infeksi-pada-kehamilan-
infeksi-saluran-kemih/

http://duniakeperawatankyzka.blogspot.com/2013/10/makalah-infeksi-saluran-
kemih-isk.html

http://www.psychologymania.com/2012/10/pengertian-infeksi-saluran-
kemih.html

http://boulluwellwinda.blogspot.com/2013/04/infeksi-saluran-kencing-pada-
kehamilan.html

24

Anda mungkin juga menyukai