HAND OUT
STANDAR PROSEDUR
Oleh:
Agus Hendra, S.Kp., M.Kep
1
2
A. Latar BelakangMasalah
2. Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik bayi paling pesat sampai usia satu tahun
pertama. Ukuran stoma bisa membesar tiga kali lipat besar saat lahir.
Hal ini mempengaruhi ukuran stoma dan kekenyalan dinding abdomen.
Dari pertumbuhan tersebut hal yang paling kita ketahui adalah perlunya
pengukuran ulang selama perawatan yaitu pada stoma dan pada
peralatan yang digunakan.
Sesuai dengan usianya, terjadi juga peningkatn perkembangan
sesuai dengan prinsip chepalocaudal. Ini berarti akan terjadi peningkatan
aktivitas pada bayi. Pendidikan kesehatan yang harus diberikan pada
orang tua adalah saat mengganti kantung stoma agar tetap terpasang
dengan baik, harus menjaga agar aktivitas bayi tidak terganggu. Bila ibu
tidak bisa melakukan sendiri, perlu bantuan pasangan dalam mengganti
kantong. Alihkan perhatian bayi dengan memberikan permainan ringan
sehingga tidak mengganggu saat penggantian kantung.
3. Kebutuhan Perkembangan
Dalam proses tumbuh kembang bayi, hal yang harus diperhatikan
adalah bagaimana enterostomal therapy meningkatkan pnerimaan dan
5
4. Stoma Output
Pada prinsipnya pengeluaran dari stoma pada pediatrik sesuai
dengan tumbuh kembang saluran pencernaan. Pada bayi intake oral
mulai dari ASI dan bertahap sampai makanan padat selama usia satu
tahun pertama. Selain secara prinsip pengeluaran stoma tergantung dari
letak atau posisi stoma juga ditentukan dari makan bayi berarti
penegeluaran masih bersifat cair, lunak sampai dengan feses yang
terbentuk.
Secara umum tumbuh kembang bayi juga dipengaruhi oleh asupan gizi pada
masa pertumbuhan. Perlu perhatian yang lebih khusus mengenai diet pada
bayi karena adanya kelainan pada saluran pencernaan. Hindari pemasukan
nutrisi yang menyebabkan diare.
6
E. Konsep Kolostomi
1. Pengertian Kolostomi
Menurut Tresca (2007) colostomy(kolostomi) berasal dari kata
“colon” dan “stomy”. Colon (kolon) merupakan bagian dari usus besar
yang memanjang dari sekum sampai rektum dan “stomy” (dalam bahasa
Yunani “kolostomi” berarti mulut). Kolostomi dapat diartikan sebagai
suatu pembedahan dimana suatu pembukaan dilakukan dari kolon (atau
usus besar) ke luar dari abdomen. Sedangkan menurut Cowles (2008)
feses keluar melalui saluran usus yang akan keluar di sebuah kantung
yang diletakkan pada abdomen. Pengertian lain menurut Wim de Jong
dan Sjamsuhidajat (2005) kolostomi merupakan prosedur pembedahan
yang membawa porsio dari usus besar melewati dinding abdomen untuk
mengeluarkan feses. Kolostomi adalah kolokutaneostomi yang disebut
juga anus preternaturalis yang dibuat untuk sementara atau menetap.
2. Jenis-Jenis Kolostomi
Potter and Perry (2009) menggolongkan jenis-jenis kolostomi
berdasarkan bentuknya dan terdiri dari loop kolostomi end kolostomi dan
double barrel kolostomi. Jenis kolostomi pertama yaitu loop kolostomi,
bersifat sementara, sedangkan jenis kedua itu end kolostomi terdiri satu
kolostomi yang dibentuk dari ujung proksimal usus dengan bagian distal
saluran gastrointestinal dapat dibuang atau dijahit tertutup (kantung
Hartman) dan dibiarkan dalam rongga abdomen. Jenis kolostomi ketiga
adalah double barrel kolostomi usus dipotong melalui pembedahan dan
kedua ujungnya tarik ke atas abdomen. Double barrel kolostomi terdiri
dari dua kolostomi yang berbeda kolostomi proksimal yang berfungsi
dan kolostomi distal yang tidak berfungsi.
2) Two-piece
Kantung ini terdiri dari dua bagian: pertama face plate yang
bersifat adesif dan kantung penampung faeces. Kedua face plate
tetap berada dalam tempatnya saat kantung yang telah terisi
feses di ambil dan diganti dengan kantung baru kemudian
kantung baru dihubungkan ke face plate. Kantung baru tidak
perlu dilengketkan kembali kekulit setiap kali pergantian kantung,
cukup di hubungkan kembali dengan face plate, sehingga sistem
ini sangat menolong untuk klien dengan kulit sensitive.
8
4. Indikasi Kolostomi
Cooney andGrofeld (2010) menyatakan tindakan kolostomi pada
anak banyak dilakukan untuk mengurangi obstruksi pada penyakit
kongenital seperti Hirschsprung’s disease dan malformasi anorektal,
kolostomi pada anak tergolong kolostomi short term atau sementara,
merupakan tindakan kegawat daruratan dan berfungsi 12-18 bulan.
Berikut ini indikasi kolostomi:
a. Hirschsprung’s Disease
Hirschsprung’s disease is a congenital disease marked by the
absence of parasympathetic ganglion cells in a portion of the kolon
(and occasionally the ileum).
Menurut Speer (2008) definisi penyakit Hirschsprung adalah penyakit
kongenital yang ditandai oleh tidak adanya sel-sel ganglion
parasimpatis pada sebagian usus besar (dan kadang-kadang di
ileum). Sedangkan definisi menurut Nelson (2000) bahwa penyakit
Hirschsprung atau megakolon aganglionik bawaan disebabkan oleh
kelainan inervasi usus, mulai pada sfingter ani interna dan meluas ke
proksimal, melibatkan panjang usus yang bervariasi.
Penyakit Hirschsprung (megakolon aganglionic congenital) adalah
anomaly congenital yang mengakibatkan obstruksi mekanik karena
ketidakadekuatan motilitas sebagian dari usus. (Wong,
2011).Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionosis
atau megakolon yaitu tidak adanya sel ganglion dalam rektum dan
sebagian tidak ada dalam kolon (Suriadi dan Yuliani, 2006).
Penanganan penyakit Hirschsprung telah dikembangkan prosedur
bedah definitif sejak tahun 1948, ketika Swenson dan Bill
mengembangkan prosedur rekto-sigmoidektomi yang dilanjutkan
dengan prosedur Pull-through atau tarik melalui
9
a. Malformasi Anorektal
Wong’s (2011) menyatakan malformasi anorektal adalah
kelainan kongenital yang umum terjadi disebabkan oleh
perkembangan yang abnormal saat di dalam kandungan pada masa
gestasi ke-6. Malformasi anorektal beragam dari yang sederhana
seperti imperforata anus sampai kelainan yang kompleks dan
melibatkan organ genetalia-urinari dan organ pelvis serta
membutuhkan tindakan pembedahan pada bagian fecal, urinari, dan
organ seksual.
Menurut Catzel, yang dikutip Sodikin (2011) menyebutkan
malformasi anorektum dan anus kongenital terdiri atas agenesis
rektum (tidak ada rektum dan anus), agenesis anus (hanya anus
yang ada), dan membran anus imperforata, yang ditandai dengan
lubang anus tertutup oleh membran dengan berbagai ketebalan.
Lubang anus dapat ditunjukkan oleh sebuah lekuk. Sedangkan
Sacharin (1996) menyebutkan bahwa anomali anorektal terdiri atas:
1) Anomali tinggi, seperti agenesis anorektal (dengan ataupun
tanpa fistula dan atresia rektal.
2) Anomali menengah, seperti agenesis anal (dengan atau tanpa
fistula) dan stenosis anorektal.
10
2) Fistula Rektouretra
Pada kasus fistula rektouretra, rektum berhubungan dengan
bagian bawah uretra atau bagian atas uretra. Penderita ini
mengalami kolostomi protektif selama masa neonatus. Fistula
rektouretra merupakan cacat anorektum yang paling sering pada
penderita laki-laki.
3) Atresia Rektum
Atresia rektum adalah cacat yang jarang terjadi, hanya 1% dari
anomali anorektum. Tanda yang unik pada cacat ini adalah
bahwa penderita mempunyai kanal anus dan anus yang normal.
4) Fistula Vestibular
Fistula vestibular adalah cacat yang paling sering ditemukan
pada perempuan. Kolostomi proteksi diperlukan sebelum
dilakukan operasi koreksi, walaupun kolostomi ini tidak perlu
dilakukan sebagai suatu tindakan darurat karena fistulanya
sering cukup kompeten untuk dekompresi saluran cerna.
5) Kloaka Persisten
Kasus kloaka persisten, rektum, vagina, dan saluran kencing
bertemu dan menyatu dalam satu saluran bersama. Perineum
11
b. Memasang Kantung
Kolostomi diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat.
Lubang kantung harus sekitar 0,3 cm lebih besar dari kolostomi. Kulit
dibersihkan terlebih dahulu. Barrier kulit sekitar kolostomi dipasang.
Kemudian kantung dipasang dengan cara membuka kertas perekat
dan menekanya di atas kolostomi. Iritasi kulit ringan memerlukan
tebaran bedak stomahesive sebelum kantung dilekatkan.
d. Mengirigasi Kolostomi
Tujuan pengirigasian kolostomi adalah untuk mengosongkan kolon
dari gas, mukus, dan feses. Sehingga pasien dapat menjalankan
aktivitas sosial dan bisnis tanpa rasa takut terjadi drainase fekal.
Dengan mengirigasi kolostomi pada waktu yang teratur, terdapat
sedikit gas dan retensi cairan pengirigasi.
kolostomi akan lebih cepat dari kekuatan alat tersebut, karena proses
pengembangan kulit yang pesat.
b. Kebutuhan Perkembangan
Kebutuhan perkembangan sesuai dengan usianya, terjadi
peningkatan perkembangan. Pendidikan kesehatan yang harus
diberikan pada orang tua saat mengganti kantung kolostomi agar
tetap terpasang dengan baik, harus menjaga agar aktifitas anak tidak
terganggu. Bila ibu tidak bisa melakukannya sendiri, perlu bantuan
pasangan dalam mengganti kantung.
c. Stomal Output
Prinsipnya pengeluaran kolostomi pada paediatrik sesuai dengan
perkembangan saluran pencernaaan dan tingkat makanan yang
diberikan. Pada bayi dengan intake oral ASI, walaupun terpasang
kolostomi desenden akan tetap mengeluarkan feses berbentuk cair
atau lunak.
Merupakan proses komunikasi tiga sudut yang terdiri dari orang tua,
anak, dan perawat karena perawat akan lebih mudah membina
hubungan dengan anak melalui orang tua terutama pada anak yang
masih muda. Saat perawat melakukan pengkajian pada anak, data
selain didapatkan dari masukan anak itu sendiri (baik verbal maupun
non verbal), juga didapatkan dari informasi orang tua, observasi perawat
serta interpretasi dari hubungan antara anak dan orang tua. Hal yang
dilakukan dalam komunikasi dengan orang tua dalam perawatan
kolostomi pada anak menurut Damaiyanti (2010) diantaranya sebagai
berikut:
a. Beri kesempatan orang tua untuk berbicara
b. Mendengar dengan aktif apa yang disampaikan orang tua
c. Diam
d. Empati
14
INTISARI
Colostomy= Kolostomi
Adalah tindakan operasi dengan membentuk suatu saluran buatan antara
kolon dengan permukaan kulit pada dinding perut sehingga menciptakan anus
buatan (stoma).
Tujuan:
Untuk mengeluarkan feses dan saluran ini bersifat sementara ataupun
permanent.
Indikasidilakukan pada:
Indikasi kolostomi sementara:
Hirschprung’s Desease, Atresia ani letak tinggi, Atresia kolon, Extropi
cloaca.
1. Pengkajian
1.1 Cek perencanaan keperawatan klien
1.2 Identifikasi tipe dan lokasi stoma
2. Perencanaan
2.1 Cuci tangan di air mengalir
2.2 Persiapan alat:
- Sarung tangan bersih
- Cairan NaCl/air bersih
- Kom sedang berisi kapas
- Kom sedang berisi kasa/tissue
- Minyak kayu putih/telon (untuk bayi tidak menggunakan wash
bensin)
- Lidi watten (bila diperlukan)
- Pinset (bila diperlukan)
- Pasta/Vaseline untuk skien barier
- Kantung kolostomi (stoma bag) atau kantung plastik dengan
fiksasi Double tip
- Cetakan ukuran stoma/plastik transparan
- Gunting lurus
- Spidol
- Bengkok 2 buah/plastik kresek warna hitam/tempat sampah
- Spuit 10 cc tanpa needle
- Karet untuk menutup/klem
- Perlak dan pengalas
3. Implementasi
3.1 Dekatkan Alat
3.2 Pasang perlak dan pengalas
3.3 Dekatkan bengkok dan/atau plastik kresek warna hitam
3.4 Pasang sarung tangan bersih
3.5 Buka kantung lama dengan hati-hati dan buang ke bengkok yang di
atasnya ada plastik kresek warna hitam
3.6 Bersihkan stoma dan kulit sekitar stoma dengan hati-hati memakai
kapas basah NaCl/air hangat untuk pasien bayi
3.7 Kalau ada feses yang sulit dijangkau dengan tangan, semprot
dengan Nacl/air hangat memakai spuit
3.8 Lindungi stoma dengan kassa agar feses tidak mengotori kulit yang
sudah dibersihkan
3.9 Keringkan kulit sekitar stoma dengan kassa kering atau tissue dan
tutup kembali menggunakan kasa
17
3.10 Buka kassa dan ukur bentuk stoma dengan plastik transparan
dengan memakai spidol kemudian sesuaikan dengan kantong
stoma
3.11 Lumuri skin barrier (pasta biotrol) dan/atau vaselin
3.12 Pasangkan kantong kemudian fiksasi (Pastikan kantong/bag tidak
bocor)
3.13 Buka sarung tangan
3.14 Bereskan alat-alat
3.15 Cuci tangan kembali dengan antiseptik di air mengalir
4. Evaluasi
4.1 Keamanan kantung
4.2 Kebersihan area sekitar stoma
4.3 Bau
4.4 Kenyamanan klien
5. Dokumentasi
5.1 Waktu pelaksanaan
5.2 Jumlah dan karakteristik feses
5.3 Keadaan stoma
5.4 Alat-alat yang digunakan untuk mengganti kantung/bag
5.5 Respon klien
5.6 Nama perawat yang melaksanakan tindakan
Perhatian...!!!
Post colostomy jaga agar stoma tetap bersih untuk mencegah iritasi
Jika usia anak sekitar 8-10 tahun, kebanyakan dapat melakukan
perawatan colostomy sendiri. Perawatan colostomy harus diketahui
oleh orang yang akan melakukan perawatan.
Kenakan pakaian yang longgar sehingga tidak menekan colostomy,
misalnya over all.
Beritahukan tenaga kesehatan jika terdapat tanda seperti dibawah ini:
Perdarahan stoma lebih dari biasa ketika membersihkan stoma
Perdarahan kulit sekitar stoma
Perubahan dan ukuran stoma
Suhu tubuh sekitar 38⁰C
18
WASH OUT
1. Pengertian
Adalah isrigasi retal atau kolon dengan cara memasukkan cairan fisiologis.
3. Indikasi
a. Pada klien dengan Hirschprung’s Deseasepra colostomy mengurangi
distensi abdomen.
b. Pada klien dengan persiapan pemeriksaan dignostik
c. Pada klien Hirschprung’ deseasepost colostomy sebelum operasi full
through
d. Pada klien dengan obstipasi
5. Pelaksanaan
a. Persiapan klien: Usia anak dan Kondisi anak
b. Persiapan alat
1. NaCl 0,9 % dalam keadaan hangat disesuaikan dengan kondisi
tubuh klien dengan jumlah :
- Infant : 120-240 ml
- Bayi : 240-360 ml
- Anak : 360-480 ml
- Adolesence : 480-780 ml
3. Perlak
4. Kain pengalas
5. Vaselin / jelly
6. Spuit 50 cc
7. Klem
8. Sarung tangan
9. Barak short
10. Bengkok
11. Waskom atau sejenisnya
12. Pispot
13. Air untuk cebok
14. Tissue untuk handuk
15. Selimut atau kain penutup
16. Termometer
16. Setelah ditahan klem dibuka dan biarkan cairan mengalir sendiri
melalui rectal tube kedalam pispot / penampung.
17. Lakukan berulang-ulang sampai cairan yang keluar bersih terutama
untuk persiapan operasi.
18. Pispot / penampung feses diangkat lalu dibuang
19. Klien dibersihkan dan dirapikan
20. Alat-alat dibersihkan dan dibereskan
21. Mencuci tangan di air mengalir
22. Catat kegiatan dan respon klien selama melaksanakan tindakan pad
catatan perawat.
21
effective merupakan isu yang paling penting pada perawatan luka saat ini
karena hal yang dimaksud disni berkaitan dengan pemberian tindakan yang
efektif, yang menunjang terbetuknya hasil klinis yang lebih baik,
meningkatkan rasa nyaman klien dan memberikan kepuasan terhadap hasil
terapi.
luka yang berlebihan. Balutan ini bisa dipakai untuk luka yang baik yang
terinfeksi atau tidak terinfeksi. Bentuk balutan ini menyerupai busa padat
yang akan mengembang bila bercampur dengan eksudat, contoh :
Cutinovahydro; Allevyn.
3. Hydrocolloid
Jenis balutan yang digunakan untuk melindungi luka berwarna
merah yang sudah bergranulasi pada stadium II / III, jumlah eksudat
minimal dan tidak terinfeksi, contoh : hydrocolloid dalam bentuk
lembaran yang tebal dan tipis atau pasta. Bahan dasar balutan ini terbuat
dari Natrium Carboxymethylcellulose (Na-CMC), gelatin dan pectin,
dimana ketika terjadi kontak dengan eksudat maka balutan akan berubah
menjadi gel. Struktur balutan ini biasanya dikombinasikan dengan
elastomers dan perekat yang terbuat dari polyurethane foam atau film
yang berfungsi sebagai penyerap, perekat balutan dan tahan air.
Dalam keadaan yang utuh, hydrocolloid yang berbentuk lembaran
bersifat tidak permiabel terhadap penguapan air tetapi manakala proses
pembentukan gel terjadi maka balutan cenderung menjadi lebih
permiabel. Oleh karena itu proses penguapan air ini meningkatkan
kemampuan balutan untuk menyerap eksudat yang diproduksi oleh luka.
27
6. Metronidazole Powder
Bentuknya serbuk dan gel dimana jenis topical ini berguna untuk
mengurangi bau yang dihasilkan oleh bakteri terutama golongan
pseudomonas dan staphylococcus atau luka berjamur (fungating wound)
pada kanker.
7. Mycostatin
Berbentuk powder yang berfungsi untuk mengurangi maserasi
yang ditimbulkan oleh candida terutama pada ketiak dan bokong.
8. Sucralfate
Berbentuk gel yang berfungsi sebagai homeostatis dengan local
pressure.
9. Gamgge
Merupakan lapisan kassa yang didalamnya terdapat kapas
berfungsi sebagai absorbsent.
4. Evaluasi luka
Warna
Eksudat
Bau
Ukuran luka
Tanda-tanda reepitelisasi dan karakteristik lainnya
VIII. Kesimpulan
Seorang perawat yang professional dituntut untuk memiliki keterampilan
dan ketekunan serta kesabaran dalam melakukan perawatan luka, selain
itu dasar pengetahuan yang memadai mengenai proses penyembuhan
luka serta kemampuan untuk menilai kondisi luka juga merupakan hal
yang mutlak dimiliki. Adapun hal-hal yang ditekankan pada perawatan
luka dengan konsep modern adalah sebagai berikut :
1. Berguna untuk membuang jaringan nekrotik
2. Balutan dapat mengabsorbsi eksudat yang berlebihan
3. Menjaga agar lingkungan luka tetap lembab
4. Mleindungi luka dari trauma dan invasi kuman sehingga resiko infeksi
yang timbul minimal
5. Memberikan rasa nyaman pada pasien
6. Memberikan keamanan sehingga tidak akan merusak jaringan
granulasi yang baru.
7. Cost effective
32
DAFTAR PUSTAKA
Joanne Tan (2002); Wound Management : A Pain Free and Cost Effective
Approach, Convatec. Makalah disampaikan pada Pelatihan Wound dan
Stoma Care ke-2 Bagi Perawat, RSUP.Dr. Hasan Sadikin Bandung, 21-25 mei
2002
Liza G. Ovington (2002), Hangin Wet To Dry Dressings Out To Dry, Journal
Advances Skin and Wound Care, January/February 2002; 15 : 79-84