RESTRAINT USE
1. AMALINA KARIMAH
2. GUSTI RAMADHAM MAKMUN
3. MUHAMMAD IQBAL PUJIANNOR
4. MUHAMMAD RAHMAN HIMAWAN
5. NELY ASTINA
6. NURUL MUNAJAH
7. RUSMINI
8. YANTI
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah berjudul Mahasiswa Institusi Kesehatan tepat waktu.
Makalah disusun Rstraint use guna memenuhi tugas Dosen Ns Hj.Asni Hasaini,S,kep,
M.Kep pada Mata kuliah Management Patient Safety di STIKES INTAN MARTAPURA.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang Mahasiswa dan Institusi Kesehatan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
13 Juni 2021
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL i
KATA PENGHANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I: PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 1
BAB II ISI 2
A. Pengertian Restraint use.....................................................................................3
B. Tujuan dan Manfaat Restraint...........................................................................3
C. Indikasi dan Kontra Indikasi.............................................................................3
D. Kriteria pemilihan jenis Restraint.....................................................................3
E. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan Restraint.....................4
F. Resiko penggunaan Restraint pada pasien........................................................4
G. Dampak penggunaan Restraint.........................................................................4
H. Jenis Restraint.....................................................................................................5
BAB III PENUTUP 6
A. Kesimpulan 6
B. Saran 7
DAFTAR PUSTAKA 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengekangan (restraint) merupakan tindakan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan hanya ketika keadaan darurat. Tindakan restrain dilakukan jika terdapat
pasien yang berisiko membahayakan diri atau orang lain. Biasanya tindakan ini
dilakukan secara langsung terhadap individu, tanpa meminta ijin persetujuan
prosedur terlebih dahulu guna untuk membatasi ruang gerak individu tersebut.
Tindakan restrain ini menggunakan kekuatan fisik yang dapat berasal dari tenaga
manusia, alat mekanis, atau kombinasi antara keduanya (Sulistyowati, 2014).
Namun, perlu diketahui bahwa pemasangan restrain juga memiliki dampak negatif
yang berpengaruh besar bagi pasien baik secara fisik maupun psikis jika
pemasangannya dilakukan dengan tidak benar. Dampak fisik yang dapat terjadi
setelah pemasangan restrain adalah timbulnya rasa badan tidak enak, pegal-pegal,
bengkak, dan luka lecet (Saputra, 2017). Sedangkan, menurut Wanda dalam
Saputra (2017) menjelaskan bahwa dampak secara psikis yang dapat ditimbulkan
dari pemasangan restrain diantaranya adalah distress secara psikologis atau trauma
emosional terhadap pasien tersebut. Selain itu, menurut Pollard, et al dalam Diana
(2016) menjelaskan bahwa tindakan pengekangan fisik memiliki beberapa dampak
bagi pasien, yaitu luka secara fisik, memicu terbentuknya perasaan negatif dalam
diri pasien, menyebabkan kematian, pengalaman distress secara psikologis,
memicu dalam tindakan penyerangan, serta dapat merusak hubungan terapeutik
antara pasien dan perawat.
B. Tujuan Penulisan
Mengetahui pengertian dari restrain Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan restrain Mengetahui jenis-jenis restrain Mengetahui resiko
penggunaan restrain pada pasien.
BAB II
ISI
CONTOH KASUS:
Restrain dapat Menimbulkan Efek
Samping Cedera pada Pasien
Hasil penelitian Kandar, Prabawati Setyo
Pambudi (2014) tentang efektifitas tindakan
restrain pada pasien perilaku kekerasan yang
menjalani perawatan di unit perawatan
intensif psikiatri menunjukkan bahwa dari
30 kali tindakan restrain, sebanyak 19 kali
atau 63,3% tidak menimbulkan efek
samping, dan 11 kali atau 36,7% tindakan
restrain memberikan efek samping bagi
pasien. Dari 11 kali prosedur restrain, sebesar 68,75% pasien mengalami cedera
secara fisik dan 31,25% pasien mengalami
cedera secara psikologis. Cedera fisik
yang mereka alami berupa
ketidaknyamanan fisik, lecet pada area
pemasangan restrain, peningkatan
inkontinensia, ketidakefektifan sirkulasi, peningkatan risiko kontraktur, dan
terjadinya iritasi kulit. Dari 11 pasien, 81,8% atau sebanyak 9 pasien mengalami
ketidak-nyamanan fisik akibat pemasangan
restrain, 72,7% atau sebanyak 8 pasien
mengalami lecet akibat dari pemasangan
restrain yang telalu kencang, 72,7% atau
sebanyak 8 pasien mengalami peningkatan
inkontinensia yang disebabkan oleh
terbatasnya mobilitas fisik klien yang
berakibat pada ketidakmampuan klien
untuk memenuhi kebutuhan eliminasinya, 54,5% atau sebanyak 6 pasien mengalami
ketidakefektifan sirkulasi yang ditandai
dengan terjadinya oedema pada area
pemasangan restrain, sebanyak 36,6% atau
sebanyak 4 pasien mengalami peningkatan
terjadinya kontraktur, 27,3% atau sebanyak
3 pasien mengalami iritasi kulit akibat
terbatasnya mobilitas fisik karena tindakan
restrain
Hasil penelitian Sujarwo, Livana (2017),
tentang gambaran dampak tindakan restrain
pasien gangguan jiwa, menunjukkan bahwa
dari 30 pasien yang dilakukan restrain
sebagian besar mempunyai dampak
psikologis negatif sebanyak 18 responden
(60,0%), dan menimbulkan dampak fisik
negatif sebanyak 20 responden (66,7%),
dampak fisik negatif yang terjadi adalah
pasien mengalami oedema dan lesi pada
ekstremitasnya incontinensia dan gangguan
personal hygiene berupa penampilan pasien
yang terlihat kurang rapi.
Terjadinya cedera pada kulit saat dilakukan
restrain dijelaskan oleh Braden dan
Bergstrom (1987) dalam Bryant (2007)
menyatakan ada dua hal utama yang
berhubungan dengan risiko terjadinya luka
tekan yaitu faktor tekanan dan faktor
toleransi jaringan. Faktor tekanan
dipengaruhi oleh intensitas dan durasi
tekanan (tali restrain), sedangkan faktor
toleransi jaringan dipengaruhi oleh shear,
gesekan (antara kulit dengan permukaan
tali), kelembaban, gangguan nutrisi, usia
lanjut, tekanan darah rendah (hypotensi), status psikososial, merokok dan peningkatan
suhu tubuh. Potter dan Perry (2005)
menyatakan faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap kejadian luka tekan (cedera lesi
karena restrain) terdiri dari faktor internal
yaitu nutrisi, infeksi dan usia dan faktor
eksternal yaitu shear, gesekan dan
kelembaban. Timbulnya dampak karena
tindakan restrain sesuai dengan Haimowits,
Urff & Huckshorn, 2006, bahwa Restrain
pada pasien bisa menyebabkan trauma,
termasuk trauma secara fisik dan psikologis.
pengekangan fisik / manual digunakan di
beberapa unit rawat inap kesehatan mental
sebagai alat untuk mengelola perilaku
agresif, walaupun secara paradoks
penggunaannya membawa beberapa risiko
bahaya fisik dan mental bagi petugas
kesehatan dan pasien (Happell & Harrow,
2010; Stubbs et al , 2009)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut penulis meminta
kritik yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.sribd.com/doc/292385072/PP-3-7-SPO-RESTRAIN-edit-pdf
https://www.academia.edu/9330193/TEKNIK_RESTRAINT_SEBAGAI_PENGEDALIAN_
TINGKAH_LAKU_ANAK_PADA_PERAWATAN_GIGI
http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id/index.php/Int/article/view/94