Oleh :
Kelompok 3
1. Rifka Delvia
2. Sukma Alfi Yenita
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT yang telahmemberikan
karunia sehingga penulisdapat menyelesaikan makalah yang berjudul " Tindakan
Keperawatan pada gangguan rasa aman dan nyaman (Pemasangan Restrain) "
Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Ns.MIKE ASMARIA
S,Kep.M,Kep yang telah membantu dalam menyampaikan materi sehingga dapat
membantu penulis dalam mengerjakan makalah ini,penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum sempurna. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mebangun guna
sempurnanya makalah ini.
Padang, 1 Desember 2020
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN
BAB II ISI
2.1 Definisi Restrain
2.2 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Restrain
2.3 Jenis-Jenis Restrain
2.4 Resiko Penggunaan Restraint pada Pasien
2.5 Cara Memasang Restrain
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Restraint (fisik) merupakan alternative terakhir intervensi jika dengan intervensi
verbal, chemical restraint mengalami kegagalan. Seklusi merupakan bagian dari restraint
fisik yaitu dengan menempatkan klien di sebuah ruangan tersendiri untuk membatasi ruang
gerak dengan tujuan meningkatkan keamanan dan kenyamanan klien.
Perawat perlu mengkaji apakah restraint di perlukan atau tidak. Restrein seringkali
dapat dihindari dengan persiapan pasien yang adekuat, pengawasan orang tua atau staf
terhadap pasien, dan proteksi adekuat terhadap sisi yang rentan seperti alat infus. Perawat
perlu mempertimbangkan perkembangan pasien, status mental, ancaman potensial pada diri
sendiri atau orang lain dan keamannnya.
Terdapat beberapa laporan ilmiah mengenai kematian pasien pasien yang disebabkan
oleh penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint). Hubungan kematian pasien dengan
gangguan psikologi yang disebabkan penggunaan restraint adalah dimana ketika
pengendalian fisik (restrain) dilakukan, pasien pasien mengalami reaksi psikologis yang
tidak normal, yaitu seperti menigkatnya suhu tubuh, cardiac arrhythmia yang kemudian
dapat menyebabkan timbulnya positional asphyxia, excited delirium, acute pulmonary
edema, atau pneumonitis yang dapat menyebabkan kematian pada pasien.
Perlu digunakan teknik pengendalian fisik (restraint) adalah karena tenaga kesehatan
harus mengutamakan kebutuhan kesehatan pasien, teknik pengendalian tersebut dapat
dilakspasienan dengan cara menjaga keamanan pasien ataupun keluarga yang bersangkutan,
mengontrol tingkat agitasi dan agresi pasien, mengontrol perilaku pasien, serta
menyediakan dukungan fisik bagi pasien.
C. Cara kerja
1. Memberikan salam pada pasien dan keluarga
2. Menjelaskan tujuan kepada pasien dan keluarga tentang alasan penggunaan restrain
3. Kontrak waktu
4. Perawat cuci tangan
5. Gunakan sarung tangan
6. Gunakan bantalan pada ekstremitas
7. Melaksanakan teknik-teknik restrain sesuai metode terpilih :
a. Teknik jacket/vest restrain
Bentuk restrain yang diaplikasikan pada badan pasien, diletakkan diluar pakaian, gaun ataupiy
ama pasien. Tahapannya:
1) Memasang restrain pada klien dengan cepat dan tepat.
Bantu pasien dalam kondisi duduk jika tidak ada kontraindikasi, pasang jaket retrain ke tubuh
pasien. Jaket restrain ini seperti baju tidak berlengan dan ada dua buah tempat tali di sampin gkan
an dan kiri untuk lewat tali. Sete;ah itu masukan tali kelubang tadi, dan tali ke lubang yang ada di
bawah tempat tidur (kanan dan kiri) atau bisa kedua ujungnya mengelilingi kasur bawah.
2) Pastikan tidak ada bagian vest yang berkerut di bagian punggung pasien,
masukkan genggaman tangan diantara restrainn dan pasien untuk memastikan bahwa pernafasan t
idak dibatasi leh restrain.
3) Hindari mengikat restrain pada side tali tempat tidur,
mengamankan restrain dari jangkauan pasien.
4) Melakukan pemeriksaan TTV,
memeriksa bagian tubuh yang direstrain, memperhatikan respon pasien.
b. Restrain sabuk
1) Pastikan sabuk pengaman dalam kondisi baik.
Jika menggunakan sabuk velcro, pastikan kedua ujung velcro dalam kondisi baik
2) Jika sabuk mempunyai bagian yang panjang dan pendek,
letakkan bagian yang panjang di bawah tempat tidur klien dan ikatkan pada rangka tempat tidur y
ang dapat digerakkan. Bagian sabuk yang panjang akan ikut bergerak saat tempat tidur ditinggika
n sehingga tidak menjerat klien. Pasang bagian yang pendek di sekitar pinggan kilen, di atas baju.
Beri jarak satu jari antara klien dan sabuk
3)
Pasang sabuk di sekitar pinggang dan ikat ke belakang kursi roda jika klien berada di kursi roda,
atau
4) Ikat sabuk di atas pinggang atau abdomen jika klien berbaring di brankar.
Restrain sabuk harus dikenakan oleh semua klien yang berbaring di brankar tanpa pengaman bagi
an tepi.
c. Restrain Sarung Tapak Tangan
1) Pasang restrain sarung tapak tangan pada tangan yang akan dilakukan restain.
Pastikan jari dapat fleksi dengan mudah dan tidak bertumpuk pada jari lainnya
2) Ikuti petunjuk produsen untuk memasang restrain sarung tapak tangan
3) Lepaskan restrain minimal setiap 2- 4 jam jika akan dipasang selama beberapa hari.
Cuci dan latih tangan klien, kemudian pasang kembali restrain sarung tapak tangan yang bersih se
suai dengan indikasi. Sesuaikan dengan kebijakan Rumah Sakit terkait interval waktuyag direko
mendasikan untuk pelepasan klien
4) Kaji sirkulasi ke tangan klien secara teratur segera setelah restrain terpasang
d. Restrain Pergelangan Tangan atau Pergelangan Kaki
1. Lapisi area penonjolan tulang pada pergelangan tangan atau kaki jika perlu
2. Pasang restrain yang telah disiapkan di sekitar pergelangan tangan atau kaki
3. Tarik tali restrain melalui celah di bagian pergelangan tangan atau lewat gesper restrain
4. Dengan menggunakan simpul hidup atau simpul segiempat yang sesuai,
ikat ujung tali restrain pada rangka tempat tidur yang dapat digerakkan. Jangan pernah mengikat
kan ujung tali restrain pada birai tempat tidur atau rangka tempat tidur yang tidak dapat digerakka
n
8. Lepas sarung tangan
9. Cuci tangan
10. Longgarkan restrain setiap 4 jam selama 30 menit
11.
Kaji kemungkinan adanya luka setiap 4 jam (observasi warna kulit dan dneyut nadi pada ekstremita
s)
12. Catat keadaan klien sebelum dan sesudah pemasangan restrain
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Restraint secara umum mengacu pada suatu bentuk tindakan menggunakan tali untuk
mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu yang berperilaku di luar kendali
yang bertujuan memberikan keamanan fisik dan psikologis individu.
Perawat perlu mengkaji apakah restraint di perlukan atau tidak. Restrein seringkali
dapat dihindari dengan persiapan pasien yang adekuat, pengawasan orang tua atau staf
terhadap pasien, dan proteksi adekuat terhadap sisi yang rentan seperti alat infus. Perawat
perlu mempertimbangkan perkembangan pasien, status mental, ancaman potensial pada diri
sendiri atau orang lain dan keamannnya.
Pengendalian fisik (physical restraint) dengan menggunakan alat pengendalian fisik
dengan menggunakan alat merupakan bentuk pengendalian dengan menggunakan bantuan
alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan kepala pasien maupu nmenahan gerakan
rahang dan mulut pasien. Alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan kepala pasien
meliputi Sheet and ties, Restraint Jaket, Papoose board , Restraint Mumi atau Bedong,
Restraint Lengan dan Kaki, Restraint siku, Pedi-wrap , Molt Mouth Prop, Molt Mouth
Gags, Tongue Blades serta pengendalian fisik (physical restraint) tanpa bantuan alat.
3.2 Saran
Dari makalah yang berjudul restrain diharapkan pembaca dapat memahami lebih
dalam tentang restrain sehingga dapat menerapkan lansung serta mengetahui fungsi dari
restrain sehingga dapat digunakan tepat sasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., dan Grebb, J.A. (2000). Synopsis of Psychiatry. New York :
Williams and Wilkins
Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (Ed
ke-7). St. Louis: Mosby, Inc.
Gail Wiscarz Stuart dan Sandra J. Sundeen (1998). Keperawatan Jiwa : buku saku. Edisi 3.
Jakarta : EGC
http://eprints.umm.ac.id/26032/2/jiptummpp-gdl-diahtriari-38155-2-bab1.pdf diakses pada tanggal
1 september 2018 pukul 10.00 wita