Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

“MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL ( MPKP )”

Oleh

NAMA : SUKMA ALFI YENITA


NIM : 18334099
TINGKAT : 3C

Dosen Pembimbing : Ns. Hilma Yessi,S.KEP M.Kep

Prodi D III Keperawatan


Faklultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Padang
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadiran ALLAH SWT yang telah memberikan kesehatan dan
kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Selawat dan salam
penulis sanjungkan kepada Nabi Besar MUHAMMAD SAW yang telah membawa
umatnya dari alam kegelapan kealam yang berilmu pengetahuan.
Penulis mengucapkan ribuan terimakasih kepada Dosen pengasuh yang telah
membimbing penulis menyelesaikan tugas “MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN
PROFESIONAL ( MPKP )” dengan sebaik mungkin. Penulis sadar bahwa dalam
tugas ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan baik dalam penulisannya maupun
isinya. Oleh karna itu, penulis mengharap kritik dan saran yang sifat nya membangun
guna memperbaiki tugas yang akan datang. akhir kata penulis mengucapkan terima
kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Pariaman, 02 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................................
1.4 Manfaat................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................................
2.1 Pengertian Model Praktik Keperawatan profesional...........................................

2.2 Tujuan Model Praktik Keperawatan profesional.................................................

2.3 Pilar Dalam Model Praktik Keperawatan profesional.........................................

2.3 Komponen Dalam Model Praktik Keperawatan profesional...............................

BAB IV PENUTUP...................................................................................................
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................
4.2 Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan adalah profesi yang secara terus-menerus berkembang dan terlibat
dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode perawatan
berubah, karena gaya hidup berubah. Berbicara tentang keperawatan ada hal
penting yang harus dibahas yaitu Model Praktik Keperawatan Profesioanal yang
dapat diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan dan dalam hal ini,
makalah ini akan membicarakan tentang “Model Praktik Keperawatan
Profesional”.
Perawat menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik,
sosial dan spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan dan menekankan
pencegahan penyakit, serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan
kesehatan. Karena beberapa fenomena diatas wajib diketahui oleh seorang
perawat yang profesional, sehingga profesi keperawatan mampu memilih dan
menerapkan Model Praktik Keperawatan Profesioanl yang paling tepat bagi klien.
Sehingga diharapkan nilai profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga
meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Model Praktik Keperawatan professional ?
2.  Apa tujuan Model Praktik Keperawatan professional ?
3.  Apa saja pilar dalam Model Praktik Keperawatan professional ?
4.  Apa saja komponen dalam Model Praktik Keperawatan professional

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum : Mahasiswa dapat memahami Model Praktik Keperawatan
Profesional.
2. Tujuan khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan tentang :
a. Pengertian Model Praktik Keperawatan Professional.
b. Tujuan Model Praktik Keperawatan Professional.
c. Pilar Model Praktik Keperawatan Professional.
d. Komponen Model Praktik Keperawatan Professional.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional,
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan
tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional,
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan
tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan
berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan
jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah
perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu
bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga
peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat
tanggung jawab yang jelas. Pada aspek struktur ditetapkan juga standar renpra,
artinya pada setiap ruang rawat sudah tersedia standar renpra berdasarkan
diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh.
Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan
primer (kombinasi metode tim dan keperawatan primer).

B. Tujuan MPKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan

C. Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)


Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar
diantaranya adalah :
1. Pilar I : Pendekatan Manajemen (manajemen approach)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen
sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama.
Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari :
a. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP
meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ;
harian,bulanan,dan tahunan).
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang
hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai
suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu
dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
1) Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang disusun
untuk 3 sampai 10 tahun.
2) Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.
3) Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun.
Hierarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan,
kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi,
misi, filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan
adalah perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan,
dan tahunan.
- Visi
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu dibentuk
serta tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai landasan perencanaan
organisasi.
Contoh visi di Ruang MPKP RSMM Bogor adalah“Mengoptimalkan kemampuan
hidup klien gangguan jiwa sesuai dengan kemampuannya dengan melibatkan
keluarga.”
- Misi
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam mencapai
visi yang telah ditetapkan.
Contoh misi di Ruang MPKP di RSMM Bogor adalah “Memberikan
pelayanan prima secara holistik meliputi bio, psiko, sosio dan spiritual dengan
pendekatan keilmuan keperawatan kesehatan jiwa yang professional.”
- Filosofi
Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai kegiatan yang menjadi rujukan semua
kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan seluruh perencanaan
jangka panjang. Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu.
Beberapa contoh pernyataan filosofi :
“Individu memiliki harkat dan martabat”
“Individu mempunyai tujuan tumbuh dan berkembang”
“Setiap individu memiliki potensi berubah”
“Setiap orang berfungsi holistik (berinteraksi dan bereaksi
terhadaplingkungan)”
- Kebijakan
Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam
pengambilan keputusan.
Contoh kebijakan di ruang MPKP RSMM Bogor: 
“Kepala Ruangan MPKP dipilih melalui fit and proper test”
“Staf MPKP bertugas berdasarkan SK”
- Rencana Jangka Pendek
Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari
rencana harian, bulanan dan tahunan.
- Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai
dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan
disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum
operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan preconference.
1) Rencana Harian Kepala Ruangan
Isi rencana harian kepala ruangan meliputi :
- Asuhan keperawatan
- Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
- Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang terkait

Kegiatan tersebut meliputi antara lain:


- Operan
- Pre conference dan Post conference
- Mengecek SDM dan sarana prasarana
-Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian
khusus
- Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
-Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat terstruktur/insidentil
- Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum teratasi.
- Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk sore,
malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien.
2) Rencana Harian Ketua Tim
Isi rencana harian Ketua Tim adalah:
- Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi tanggung
jawabnya.
- Melakukan supervisi perawat pelaksana.
- Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.
- Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
- Operan
- Pre conference dan Post conference
- Merencanakan asuhan keperawatan
- Melakukan supervisi perawat pelaksana.
- Menulis dokumentasi
- Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
- Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas

3) Rencana Harian Perawat Pelaksana 


Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk
sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat
pelaksana shift sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu
tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana
sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
- Operan
- Pre conference dan Post conference
- Mendokumentasikan askep 

4) Penilaian Rencana Harian Perawat


Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui observasi
menggunakan instrumen jurnal rencana harian.
Setiap Ketua Tim mempunyai instrumen dan mengisinya setiap hari. Pada akhir
bulan dapat dihitung presentasi pembuatan rencana harian masing-masing
perawat.

Presentasi RH =            Jumlah RH yg dibuat                      x 100%


                                                            Jumlah hari dinas pd bulan tersebut
- Rencana bulanan
Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh kepala
ruangan dan ketua tim
1) Rencana bulanan kepala ruangan
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar atau
nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan
membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Kegiatan
yang mencakup rencana bulanan karu adalah:
-  Membuat jadwal dan memimpin case conference
- Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
- Membuat jadwal dinas
- Membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan perawat
- Membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan
- Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat
pelaksana
- Melakukan audit dokumentasi
- Membuat laporan bulanan

2) Rencana bulanan ketua Tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan
yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-kegiatan yang mencakup rencana bulanan
katim adalah:
- Mempresentasikan kasus dalam case conference
- Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
- Melakukan supervisi perawat pelaksana.

- Rencana Tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu
tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan
rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup:
1) Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses
kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional)
serta evaluasi mutu pelayanan.
2) Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
3) Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP
bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
4) Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karier
perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk
melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan.

b. Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar


alokasi pasien.
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,
penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP menggunakan
pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-Primer. Secara
vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Setiap tim
bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
Pengorganisasian di ruang MPKP terdiri dari:
1)      Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu organisasi
(Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan adanya
pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang
berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organiosasi juga
menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan Tim-primer
keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh Kepala Ruangan yang membawahi
dua atau lebih Ketua Tim. Ketua Tim berperan sebagai perawat primer
membawahi beberapa Perawat Pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan
secara menyeluruh kepada sekelompok pasien. 

Mekanisme PelaksanaanPengorganisasian di Ruang MPKP terdiri dari beberapa


hal, yaitu :
a)   Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 tim dan tiap tim
diketuai masing-masing oleh seorang ketua Tim yang terpilih melalui suatu uji.
b)   Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur jadual dinas (pagi,
sore, malam)
c)   Kepala Ruangan membagi pasien untuk masing-masing Tim.
d)   Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Pelaksana karena kondisi
tertentu. Kepala Ruangan dapat memindahkan Perawat Pelaksana dari Tim ke
Tim yang mengalami kekurangan anggota.
e)   Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan shift
pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas. Oleh
sebab, itu yang dipilih adalah perawat yang paling kompeten dari perawat yang
ada.
f)    Sebagai pengganti Kepala Ruangan adalah Ketua Tim, sedangkan jika Ketua
Tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota Tim (perawat pelaksana)
yang paling kompeten di antara anggota tim.
g)   Ketua Tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.
h)   Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien baik
yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh Perawat Pelaksana anggota Timnya.
i)     Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Ketua Tim. Bila
Ketua Tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya
didelegasikan kepada perawat paling kompeten yang ada di dalam Tim.
j)     Masing-masing Tim memiliki buku Komunikasi.
k)   Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya.

2) Daftar Dinas Ruangan


Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab
dinas/shift. Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1 minggu
sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk
melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruangan
pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu yang
selanjutnya bekerjasama dengan Ketua Tim. Setiap Tim mempunyai anggota
yang berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur)
terutama yang telah berdinas pada malam hari.

3) Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat
dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan dinas
di tiap shift.Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung
jawab tiap Tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang
bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas. Dalam
daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar kerahasiaan
pasien terjaga. Daftar pasien dapat juga menggambarkan tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah
keperawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi
kolega kesehatan lain keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan
keperawatan pasien. Daftar pasien di Ruangan diisi oleh ketua Tim sebelum
operan dengan dinas berikutnya dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam dilakukan oleh
ketua Tim berdasarkan jadual dinas. Kegiatan ini dilakukan sebelum operan dari
dinas pagi ke dinas sore.

c. Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim
motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post
conference, dan manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan
dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan
adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada
akhirnya yang bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan
sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu kelola,
jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan
pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis &
Houston, 1998) sebagai berikut:
1)   Menciptakan iklim motivasi
2)   Mengelola waktu secara efisien
3)   Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
4)   Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi 
5)   Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
6)   Negosiasi 
Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1)      Menciptakan iklim motivasi
2)      Komunikasi efektif pada operan antar-shift
3)      Komunikasi efektif pada preconference
4)      Komunikasi efektif pada postconference
5)      Manajemen konflik 
6)      Supervisi
7)      Pendelegasian

Menciptakan iklim motivasi
1)      Pengertian
Motivasi adalah prilaku yang ditunjukkan oleh seseorang individu untuk
memuaskan kebutuhannya. Karena kebutuhan manusia bervariasi, maka motivasi
memiliki rentang yang sangat luas. Pemenuhan kebutuhan individu merupakan
salah satu cara memotivasi (Marquis & Houston, 1998).
Iklim motivasi dapat ditumbuhkan melalui kegiatan berikut (Marquis dan
Houston, 1998) :
a)   Memberikan harapan yang jelas kepada staf dan mengkomunikasikan harapan
tersebut secara efektif
b)   Bersikap fair dan konsisten terhadap semua staf
c)   Membuat keputusan yang bijaksana
d)   Mengembangkan konsep kerja kelompok
e)   Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan staf dengan kebutuhan dan tujuan
organisasi
f)    Mengenali staf secara pribadi dan membiarkan staf mengetahui bahwa
pimpinan mengetahui keunikan dirinya
g)   Menghilangkan blok tradisionil antara staf dengan pekerjaan yang telah
dikerjakan
h)   Memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri
i)     Melibatkan staf dalam pengambilan semua keputusan
j)     Memastikan bahwa staf mengetahui alasan di belakang semua keputusan dan
tindakan
k)   Memberikan kesempatan kepada staf untuk membuat penilaian sesering
mungkin
l)     Menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong dengan staf
m)Memberi kesempatan staf untuk mengontrol lingkungan kerjanya
n)   Menjadi role model bagi staf
o)   Memberikan reinforcement sesering mungkin 

2)      Penerapan Penciptaan Iklim Motivasi di MPKP


Di ruang MPKP penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan cara sebagai
berikut:
a)      Budaya pemberian reinforcement positif
Reinforcement positif adalah upaya menguatkan perilaku positif dengan
memberikan reward. Reward yang diberikan di MPKP adalah pemberian pujian
yang tulus. Masing-masing staf dibudayakan untuk memberikan pujian yang tulus
diantara mereka terhadap kinerja dan penampilan.
b)      Doa bersama sebelum memulai kegiatan
c)      Memanggil staf secara periodik untuk mengenal masalah setiap personil
secara mendalam dan membantu penyelesaiannya.
d)      Manajemen Sumber Daya Manusia melalui penerapan pengembangan
jenjang karir dan kompetensi
e)      Sistem reward yang fair sesuai dengan kinerja

3)      Evaluasi Aktivitas Menciptakan Iklim Motivasi


Aktivitas menciptakan iklim motivasi dievaluasi oleh kepala ruangan dan ketua
tim setiap 6 bulan sekali (per semester) dengan menggunakan suatu
instrumen/kuisioner.

Manajemen waktu
1)      Pengertian
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang dipunyai.
Tahapan majanemen waktu meliputi 3 tahapan yaitu :
a)      Membuat perencanaan waktu dan membuat prioritas
b)      Melengkapi prioritas tertinggi kapan saja memungkinkan, menyelesaikan
tugas sebelum memulai tugas yang lain.
c)      Membuat prioritas ulang berdasarkan informasi yang diterima

2)      Penerapan Manajemen Waktu di MPKP


Dalam MPKP manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan rencana
kerja harian yaitu suatu bentuk perencanaan kerja melalui jadual kerja yang
disusun secara berurutan yang disusun sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan.

3)      Evaluasi Aktivitas Manajemen Waktu


Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui instrumen/kuisioner

Pendelegasian
1)      Pengertian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi
pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Pendelegasian dilaksanakan melalui proses :
a)      Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan
b)      Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas
c)      Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
d)      Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya
e)      Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas 
Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah
tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan menjadi nara sumber untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi 
f)       Evaluasi kinerja setelah tugas selesai 
g)      Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan 

2)      Penerapan Pendelegasian di MPKP


Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh Kepala
Ruangan kepada Ketua Tim, Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana.
Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang.
Pendelegasian tugas ini dilakukan secara berjenjang. Penerapannya dibagi
menjadi 2 jenis yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil.
Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi
sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di ruang MPKP.
Bentuknya dapat berupa :
·      Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Ketua Tim untuk
menggantikan tugas sementara karena alasan tertentu
·      Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Penanggung Jawab Shift
·      Pendelegasian Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah direncanakan
Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP
berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini yang
mengatur pendelegasian adalah Kepala Seksi Perawatan, Kepala Ruangan, Ketua
Tim atau Penanggung Jawab Shift, tergantung pada personil yang berhalangan.

3)      Prinsip-prinsip Pendelegasian tugas di MPKP


·      Pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format
pendelegasian tugas
·      Personil yang menerima pendelegasian tugas adalah personil yang
berkompeten dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya
·      Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal secara
terinci, baik lisan maupun tertulis
·      Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor pelaksanaan
tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi
·      Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah
dilaksanakan dan hasilnya.

4)      Evaluasi Penerapan Pendelegasian Tugas


Pendelegasian tugas di MPKP dievaluasi dengan menggunakan
instrumen/kuisioner yang diisi oleh seluruh staf perawat dengan cara self evaluasi

Supervisi
1)      Pengertian
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemempuan yang mumpuni
dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisisi, supervisi biasanya
dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana.
Dengan supervisi diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan
organisasi, tidak menyimpang dan menghasilkan keluaran (produk) seperti yang
diinginkan.
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan, tetapi
lebih kepada pengawasan partisipatif yaitu dalam proses pengawasan dihargai
dahulu pencapaian atau hal positif yang dilakukan dan memberikan jalan keluar
untuk hal yang masih kurang agar meningkat. Dengan demikian bawahan tidak
merasakan bahwa ia sekedar dinilai akan tetapi dibimbing untuk melakukan
pekerjaannya secara benar.

2)      Penerapan Supervisi di MPKP
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin
kegiatan pelayanan di MPKP sesuai dengan standar mutu professional yang telah
ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik
dalam manajemen maupun asuhan keperawatan serta menguasai pilar-pilar
professional yang diterapkan di MPKP. Untuk itu pengawasan berjenjang
dilakukan sebagai berikut :
·           Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan pengawasan
terhadap Kepala Ruangan.
·           Kepala Ruangan Keperawatan melakukan pengawasan terhadap Ketua
Tim dan Perawat Pelaksana.
·           Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana.
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-
masing staf  perawat yang disupervisi. Untuk Kepala Ruangan materi supervisi
adalah kemampuan manajerial dan kemampuan dalam asuhan keperawatan.
Ketua Tim disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan
kemampuan asuhan keperawatan. Sedangkan perawat pelaksana disupervisi
terkait dengan kemampuan asuahan keperawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staf
maka disusun standar penampilan yang diharapkan dari masing-masing staf yang
sudah dipahami oleh staf dan jadwal supervisi.

3)      Evaluasi Aktivitas Supervisi


Aktivitas supervisi dievaluasi oleh Kepala Ruangan dan Ketua Tim yang
melakukan supervisi dengan menggunakan instrumen/kuisioner dengan cara self
evaluasi

Komunikasi efektif
1)      Pengertian
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya
pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi. Komunikasi
yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi dalam mencapai
tujuan organisasi. Komunikasi adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan,
pendapat dan saran yang terjadi antara 2 orang atau lebih yang bekerjasama.
2)      Penerapan Komunikasi di MPKP
Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP
·      Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam.
Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas pagi ke dinas sore dipimpin
oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin
oleh penanggung jawab shift sore.
·      Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada hari tersebut yang dipimpin oleh
katim atau PJ tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre
conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian), dan tambahan rencana dari katim atau PJ.
·      Post Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conference adalah hasil askep tiap perawat dan hal penting untuk operan (tindak
lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau PJ tim.

3)      Evaluasi Pelaksanaan Aktivitas Komunikasi di MPKP


Aktivitas komunikasi di MPKP dievaluasi oleh seluruh staf perawat MPKP.
Evaluasi dilakukan sekali tiap bulan dengan menggunakan instrumen/kuisioner.

Manajemen konflik
1)      Pengertian
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang
yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang memiliki
latar belakang yang berbeda konflik mudah terjadi. Demikian juga di ruang
MPKP konflik pun bisa terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka
perlu dibudayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi konflik
sedini mungkin di ruang MPKP.

2)      Cara-cara penanganan konflikada beberapa macam, meliputi :


a)      Bersaing
Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan konflik dimana seseorang
atau satu kelompok berupaya memuaskan kepentingannya sendiri tanpa
mempedulikan dampaknya pada orang lain atau kelompok lain. Cara inbi kurang
sehat bila diterapkan karena bisa menimbulkan potensi konflik yang lebih besar
terutama pada pihak yang merasa dikalahkan. Untuk itu organisasi sebaiknya
menghindari metode penyelesaian konflik jenis ini.

b)     Berkolaborasi
Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua belah pihak
yang sedang berkonflik. Cara ini adalah salah satu bentuk kerjasama. Berbagai
pihak yang terlibat konflik didorong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi
dengan jalan mencari dan menemukan persamaan kepentingan dan bukan
perbedaan. Situasi yang diinginkan adalah tidak ada satu pihakpun yang
dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian konflik ini disebut juga win-win solution.

c)      Menghindar
Menghindar adalah cara menyelesaikan konflik dimana pihak yang sedang
berkonflik mengakui adanya konflik dalam interaksinya dengan orang lain tetapi
menarik diri atau menekan konflik tersebut (seakan-akan tidak ada konflik atau
masalah). Cara ini tidak dianjurkan dalam upaya penyelesaian konflik karena
masalah mendasar tidak diselesaikan, penyelasaian yang terjadi adalah
penyelesaian semu. Untuk itu tidak dianjurkan organisasi untuk menggunakan
metode ini.

d)     Mengakomodasi
Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflik dengan cara salah satu pihak
yang berkonflik menempatkan kepentingan pihak lain yang berkonflik dengan
dirinya lebih tinggi. Salah satu pihak yang berkonflik mengalah kepada pihak
yang lain. Ini suatu upaya lose – win solution. Upaya penyelesaian konflik
dengan akomodasi sebaiknya juga tidak digunakan terlalu sering karena kepuasan
tidak terjadi secara penuh dan bisa menimbulkan potensi konflik di masa
mendatang.

e)      Berkompromi
Kompromi adalah cara penyelesaian konflik di mana semua pihak yang
berkonflik mengorbankan kepentingannya demi terjalinnya keharmonisan
hubungan dua belah pihak tersebut. Dalam upaya ini tidak ada salah satu pihak
yang menang atau kalah. Ini adalah lose-lose solution di mana masing-masing
pihak akan mengorbankan kepentingannya agar hubungan yang dijalin tetap
harmonis.

3)      Penerapan Manajemen Konflik di MPKP


Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di MPKP adalah upaya yang win-win
solution. Suatu upaya berkolaborasi. Untuk itu pembudayaan kolaborasi antar staf
menjadi prioritas utama dalam menyelenggarakan pengelolaan ruangan MPKP.
Pendekatan penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan pendekatan
penyelesaian masalah (problem solving) yang meliputi :
- Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan melakukan klarifikasi
pada pihak yang berkonflik.
- Mengidentifikasi penyebab timbulnya konflik.
- Mengidentifikasi alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin diterapkan.
- Memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan.
- Menerapkan solusi pilihan
- Mengevaluasi peredaan konflik.
Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik yang
terjadi belum berhasil maka kepala ruangan dapat berkonsultasi dengan kepala
Seksi Perawatan atau Konsultan.

4)      Evaluasi Penerapan Aktivitas Penyelesaian Konflik


Aktivitas penyelesaian konflik dievaluasi oleh seluruh staf keperawatan MPKP.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan instrumen/kuisioner.

d.      Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan. Fayol
mendefinisikan kontrol sebagai ”Pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi
sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan
dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”. Pengontrolan penting
dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat
segera direspon dengan cara duduk bersama.
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar. Output
(hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar)
yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan
asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan (pasien),
keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah
BOR, ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan. Survei masalah keperawatan
diperlukan untuk rencana yang akan datang.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua
kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat
bekerja sama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas
sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk
menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam pengendalian/pengontrolan meliputi :
1)      Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
2)      Melakukan pengukuran prestasi kerja
3)      Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
4)      Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk
menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan
penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga kategori audit
keperawatan yaitu :
·         Audit struktur
Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan perawatan,
termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standar, SOP
dan rekam medik; pelanggan.
·         Audit proses
Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk
menentukan apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat
retropektif, concurrent, atau peer review. Retropektif adalah audit dengan
menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan
dokumentasi asuhan keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat
kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik
sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
·         Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi
SDM, dan indikator mutu.

Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan kepuasan, yaitu: 


·         Audit dokumentasi asuhan keperawatan 
·         Survey masalah baru 
·         Kepuasan pasien dan keluarga 
Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan, yaitu 
·         Kepuasan tenaga kesehatan: perawat, dokter 
·         Penilaian kinerja perawat
Indikator mutu umum yaitu: 
·         Prosentasi pemakaian tempat tidur (BOR) 
·         Rata-rata lama rawat seorang pasien (ALOS) 
·         Tempat tidur tidak terisi (TOI) 
·         Angka infeksi nasokomial (NI) 
·         Angka dekubitus dan sebagainya. 

2.    Pilar II: Sistem Penghargaan (Compensatory Reward)


Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan
professional berfokus pada proses rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian
kinerja, staf perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP
dan setiap ada penambahan perawatan baru.
Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan manajemen
keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM) keperawatan.
Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga keperawatan
agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat
merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak
melakukan praktek profesionalnya pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit.
Seorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan
yang profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program
pengembangan staf yang terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga
keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk
menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai yang diharapkan.
Manajemen SDM di ruang MPKP berfokus pada proses rekruitmen, seleksi,
kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat.
Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada
penambahan perawat baru.

3.    Pilar III: Hubungan Profesional


Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim kesehatan)
dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan
nya hubungan professional secara interal artinya hubungan yang terjadi antara
pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan dan lain–lain. Sedangkan hubungan professional
secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan
kesehatan.

4.    Pilar IV: Manajemen Asuhan Keperawatan


Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat
dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu.
Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan
keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.

D.       Komponen-komponen MPKP
1.    Ketenagaan Keperawatan
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang
diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
Menurut Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan
pasien dibagi 3 kategori, yaitu :
a.    Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam yang terdiri atas :
1)        Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
2)        Makan dan minum dilakukan sendiri
3)        Ambulasi dengan pengawasan
4)        Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
5)        Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
6)        Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
b.    Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam yang terdiri
atas :
1)      Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2)      Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
3)      Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4)      Voley kateter/intake output dicatat
5)      Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan, memerlukan
prosedur
c.    Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam :
1)      Segala diberikan/dibantu
2)      Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
3)      Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
4)      Pemakaian suction
5)      Gelisah/disorientasi
Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan
perpasien untuk dinas pagi, sore dan malam.
Waktu Pagi Sore Mala
Klasifika m
si
Minimal 0,17 0,14 0,10
Partial 0,27 0,15 0,07
Total 0,36 0,30 0,20

2.    Metoda pemberian asuhan keperawatan :


Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian
asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap
metoda memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.
Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan,
yaitu penugasan fungsional, penugasan tim , penugasan primer.
a.    Penugasan Keperawatan Fungsional :
Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dinama fungsi keperawatan tertentu
ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya seorang perawat ditugaskan
khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat yang lain untuk mengganti
verband, penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya. Tindakan ini
didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat
pelaksana. Oleh karena itu kepala Ruangan terlebih dahulu mengidentifikasi
tingkat kesulitan tindakan tersebut, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan
bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksudkan. Setiap perawat
pelaksana bertanggung jawab langsung kepada kepala Ruangan. Tidak ada
perawat pelaksana yang bertanggung jawab penuh untuk asuhan keperawatan
pada seorang pasien.
Keuntungan :
1)      Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.
2)      Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang tenaga
keperawatan professional.
3)      Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu
berulang-ulang dikerjakan.

Kerugian :
a.      Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.
b.      Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
c.       Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
d.      Pelayanan tidak professional.
e.      Pekerjaan monoton, kurang tantangan.

b.   Penugasan Keperawatan Tim :


Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan keperawatan,
dimana Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana dalam beberapa kelompok
atau tim, yang diketuai oleh seorang perawat professional/berpengalaman.
Metoda ini digunaklan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang
pendidikan dan kemampuannya.
Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh
kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan anggota tim.
Tujuan metoda penugasan keperawatan tim untuk memberikan keperawatan yang
berpusat kepada pasien. Ketua Tim melakukan pengkajian dan menyusun rencana
keperawatan pada setiap pasien, dan anggota tim bertanggung jawab
melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan
yang telah dibuat.
 Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim
seringkali melakukan pertemuan bersama dengan anggota timnya (konferensi
tim) guna membahas kejadian-kejadian yang dihadapi dalam pemberian asuhan
keperawatan.
Keuntungan :
1)      Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.
2)      Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty
dipertanggung jawabkan.
3)      Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem penugasan lain.
4)      Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan professional.

Kerugian :
1)      Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
2)      Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi,
karena anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
3)      Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan
dengan anggota tim.

c.    Penugasan Keperawatan Primer


Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan keperawatan dimana
perawat perofesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian
pasien, perencanaan , implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak
pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas
utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesepakatan untuk memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi
kepada pasien.
Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien di bawah tanggung
jawab perawat primer, dan perawat asosiet yang akan mengimplementasikan
rencana asuhan keperawatan dalam timdakan keperawatan.

Keuntungan :
1)      Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan
tanggung gugat meningkat.
2)      Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
3)      Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.
4)      Terciptanya kolaborasi yang baik.
5)      Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.
6)      Metoda ini mendukung pelayanan professional.
7)      Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.

Kerugian :
1)      Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat
professional.
2)      Biaya yang diperlukan banyak.

3.    Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan
perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan
masalah pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan.
Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan keputusan adalah :
a.      Identifikasi masalah
b.      menyusun alternatif penyelesaikan masalah
c.       pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya
d.      evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.

4.    Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan
keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi
mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan.
Disamping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan
keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana
komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan
keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung
jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi
berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan
tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart
& Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai –
nilai professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional,
metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam
perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.
Lima subsistem dalam pengembangan MPKP adalah sebagai berikut :
a.      Nilai – nilai professional
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadi
partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan evaluasi
renpra. PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk
mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang
dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP mempunyai tanggung jawab membina
performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai profesional.
Nilai-nilai profesional digariskan dalam kode etik keperawatan yaitu:
1)      Hubungan perawat – klien
2)      Hubungan perawat dan praktek
3)      Hubungan perawat dan masyarakat
4)      Hubungan perawat dan teman sejawat
5)      Hubungan perawat dan profesi
b.      Hubungan antar professional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui
perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi
informasi tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter.
Pemberian informasi yang akurat akan membantu dalam penetapan
rencana tindakan medik.

c.       Metode pemberian asuhan keperawatan


Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi
keperawatan primer ehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP, PP
akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada
renpra sesuai kebutuhan klien.
d.      Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi yang
jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP.
Dengan demikian, PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai
seorang manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan
kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin
yang efektif.
e.      Sistem kompensasi dan panghargaan.
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan
keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan
penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau
kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.

Pelayanan prima keperawatan dikembangkan dalam bentuk model praktek


keperawatan profesional (MPKP), yang pada awalnya dikembangkan oleh
Sudarsono (2000) di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo dan beberapa rumah
sakit umum lain. Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa
jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada yaitu:
a.      Model praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada yang
sudah doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di
ruangan tersebut juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian
klinis.
b.      Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis
yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini
digunakan hasil-hasil penelitian keperawatan dan melakukan penelitian
keperawatan.
c.       Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode pemberian
asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode yang digunakan pada
model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang
disebut tim primer.
d.      Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan
menuju profesional I.
MPKP di Rumah Sakit Jiwa
Di rumah sakit jiwa telah dikembangkan MPKP dengan memodifikasi MPKP
yang telah dikembangkan di rumah sakit umum. Beberapa modifikasi yang
dilakukan meliputi 3 jenis yaitu:
1.      MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada  yang berlatar belakang
pendidikan SPK, namun Kepala Ruangan dan Ketua Timnya  minimal dari D3
Keperawatan
2.      MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3 Keperawatan.
3.      MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu :
a.      MPKP I
MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 keperawatan tetapi Kepala
Ruangan (Karu) dan Ketua Tim (Katim) mempunyai pendidikan minimal S1
Keperawatan.
b.      MPKP II
MPKP Intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan mayoritas
Sarjana Ners keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa.
c.       MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners keperawatan, sudah
memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan doktor keperawatan yang bekerja
di area keperawatan jiwa..

Pilar-pilar professional diaplikasikan dalam bentuk aktivitas-aktivitas pelayanan


professional yang dipaparkan dalam bentuk 4 modul. Modul-modul tersebut
adalah :
1.      Modul I           : Manajemen Keperawatan
2.      Modul II         : Compensatory Reward
3.      Modul III        : Professional Relationship
4.      Modul IV        : Patient Care Delivery
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP
dengan model MPKP pemula. Kegiatan tersebut dapat dikembangkan jika tenaga
keperawatan yang bekerja lebih berkualitas atau model MPKP telah meningkat ke
bentuk MPKP Profesional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).Model Praktik Keperawatan Profesional
memiliki salah satu tujuan yaitu menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan
keperawatan, Model Praktik Keperawatan Profesional juga memiliki 4 pilar yang
terdiri dari : (1) Pendekatan Manajemen Keperawatan, (2) Sistem Penghargaan, (3)
Hubungan Profesional, (4) Manajemen Asuhan Keperawatan. Model Praktik
Keperawatan Profesional  memiliki 4 komponen utama yaitu : (1) Keterangan
keperawatan, (2) Metode Pemberian asuhan keperawatan, (3) Proses Keperawatan
dan (4) Dokumentasi keperawatan serta Model Praktik Keperawatan Profesional Juga
memiliki diagnosa keperawatan yang mencakup mulai dari resiko prilaku kekerasan
hingga gangguan konsep diri (harga diri rendah).
DAFTAR PUSTAKA
Kelliat, Budi Anna dan Akemat. 2015. Model Praktik Keperawatan Profesional
. Jakarta : EGC.
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Marquis, B.L. dan Huston, CJ. (2012). Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan : Teori dan aplikasi, edisi 4. Jakarta : EGC.
Sitorus, R. (2012) Manajemen Keperawatan di ruang rawat. Jakarta : Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai