Oleh
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................................
1.4 Manfaat................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................................
2.1 Pengertian Model Praktik Keperawatan profesional...........................................
BAB IV PENUTUP...................................................................................................
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................
4.2 Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan adalah profesi yang secara terus-menerus berkembang dan terlibat
dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode perawatan
berubah, karena gaya hidup berubah. Berbicara tentang keperawatan ada hal
penting yang harus dibahas yaitu Model Praktik Keperawatan Profesioanal yang
dapat diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan dan dalam hal ini,
makalah ini akan membicarakan tentang “Model Praktik Keperawatan
Profesional”.
Perawat menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik,
sosial dan spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan dan menekankan
pencegahan penyakit, serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan
kesehatan. Karena beberapa fenomena diatas wajib diketahui oleh seorang
perawat yang profesional, sehingga profesi keperawatan mampu memilih dan
menerapkan Model Praktik Keperawatan Profesioanl yang paling tepat bagi klien.
Sehingga diharapkan nilai profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga
meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Model Praktik Keperawatan professional ?
2. Apa tujuan Model Praktik Keperawatan professional ?
3. Apa saja pilar dalam Model Praktik Keperawatan professional ?
4. Apa saja komponen dalam Model Praktik Keperawatan professional
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum : Mahasiswa dapat memahami Model Praktik Keperawatan
Profesional.
2. Tujuan khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan tentang :
a. Pengertian Model Praktik Keperawatan Professional.
b. Tujuan Model Praktik Keperawatan Professional.
c. Pilar Model Praktik Keperawatan Professional.
d. Komponen Model Praktik Keperawatan Professional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional,
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan
tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional,
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan
tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan
berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan
jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah
perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu
bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga
peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat
tanggung jawab yang jelas. Pada aspek struktur ditetapkan juga standar renpra,
artinya pada setiap ruang rawat sudah tersedia standar renpra berdasarkan
diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh.
Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan
primer (kombinasi metode tim dan keperawatan primer).
B. Tujuan MPKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan
2) Rencana bulanan ketua Tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan
yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-kegiatan yang mencakup rencana bulanan
katim adalah:
- Mempresentasikan kasus dalam case conference
- Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
- Melakukan supervisi perawat pelaksana.
- Rencana Tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu
tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan
rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup:
1) Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses
kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional)
serta evaluasi mutu pelayanan.
2) Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
3) Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP
bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
4) Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karier
perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk
melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan.
3) Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat
dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan dinas
di tiap shift.Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung
jawab tiap Tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang
bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas. Dalam
daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar kerahasiaan
pasien terjaga. Daftar pasien dapat juga menggambarkan tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah
keperawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi
kolega kesehatan lain keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan
keperawatan pasien. Daftar pasien di Ruangan diisi oleh ketua Tim sebelum
operan dengan dinas berikutnya dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam dilakukan oleh
ketua Tim berdasarkan jadual dinas. Kegiatan ini dilakukan sebelum operan dari
dinas pagi ke dinas sore.
c. Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim
motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post
conference, dan manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan
dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan
adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada
akhirnya yang bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan
sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu kelola,
jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan
pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis &
Houston, 1998) sebagai berikut:
1) Menciptakan iklim motivasi
2) Mengelola waktu secara efisien
3) Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
4) Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
5) Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
6) Negosiasi
Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1) Menciptakan iklim motivasi
2) Komunikasi efektif pada operan antar-shift
3) Komunikasi efektif pada preconference
4) Komunikasi efektif pada postconference
5) Manajemen konflik
6) Supervisi
7) Pendelegasian
Menciptakan iklim motivasi
1) Pengertian
Motivasi adalah prilaku yang ditunjukkan oleh seseorang individu untuk
memuaskan kebutuhannya. Karena kebutuhan manusia bervariasi, maka motivasi
memiliki rentang yang sangat luas. Pemenuhan kebutuhan individu merupakan
salah satu cara memotivasi (Marquis & Houston, 1998).
Iklim motivasi dapat ditumbuhkan melalui kegiatan berikut (Marquis dan
Houston, 1998) :
a) Memberikan harapan yang jelas kepada staf dan mengkomunikasikan harapan
tersebut secara efektif
b) Bersikap fair dan konsisten terhadap semua staf
c) Membuat keputusan yang bijaksana
d) Mengembangkan konsep kerja kelompok
e) Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan staf dengan kebutuhan dan tujuan
organisasi
f) Mengenali staf secara pribadi dan membiarkan staf mengetahui bahwa
pimpinan mengetahui keunikan dirinya
g) Menghilangkan blok tradisionil antara staf dengan pekerjaan yang telah
dikerjakan
h) Memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri
i) Melibatkan staf dalam pengambilan semua keputusan
j) Memastikan bahwa staf mengetahui alasan di belakang semua keputusan dan
tindakan
k) Memberikan kesempatan kepada staf untuk membuat penilaian sesering
mungkin
l) Menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong dengan staf
m)Memberi kesempatan staf untuk mengontrol lingkungan kerjanya
n) Menjadi role model bagi staf
o) Memberikan reinforcement sesering mungkin
Manajemen waktu
1) Pengertian
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang dipunyai.
Tahapan majanemen waktu meliputi 3 tahapan yaitu :
a) Membuat perencanaan waktu dan membuat prioritas
b) Melengkapi prioritas tertinggi kapan saja memungkinkan, menyelesaikan
tugas sebelum memulai tugas yang lain.
c) Membuat prioritas ulang berdasarkan informasi yang diterima
Pendelegasian
1) Pengertian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi
pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Pendelegasian dilaksanakan melalui proses :
a) Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan
b) Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas
c) Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
d) Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya
e) Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas
Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah
tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan menjadi nara sumber untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi
f) Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
g) Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan
Supervisi
1) Pengertian
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemempuan yang mumpuni
dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisisi, supervisi biasanya
dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana.
Dengan supervisi diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan
organisasi, tidak menyimpang dan menghasilkan keluaran (produk) seperti yang
diinginkan.
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan, tetapi
lebih kepada pengawasan partisipatif yaitu dalam proses pengawasan dihargai
dahulu pencapaian atau hal positif yang dilakukan dan memberikan jalan keluar
untuk hal yang masih kurang agar meningkat. Dengan demikian bawahan tidak
merasakan bahwa ia sekedar dinilai akan tetapi dibimbing untuk melakukan
pekerjaannya secara benar.
2) Penerapan Supervisi di MPKP
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin
kegiatan pelayanan di MPKP sesuai dengan standar mutu professional yang telah
ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik
dalam manajemen maupun asuhan keperawatan serta menguasai pilar-pilar
professional yang diterapkan di MPKP. Untuk itu pengawasan berjenjang
dilakukan sebagai berikut :
· Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan pengawasan
terhadap Kepala Ruangan.
· Kepala Ruangan Keperawatan melakukan pengawasan terhadap Ketua
Tim dan Perawat Pelaksana.
· Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana.
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-
masing staf perawat yang disupervisi. Untuk Kepala Ruangan materi supervisi
adalah kemampuan manajerial dan kemampuan dalam asuhan keperawatan.
Ketua Tim disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan
kemampuan asuhan keperawatan. Sedangkan perawat pelaksana disupervisi
terkait dengan kemampuan asuahan keperawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staf
maka disusun standar penampilan yang diharapkan dari masing-masing staf yang
sudah dipahami oleh staf dan jadwal supervisi.
Komunikasi efektif
1) Pengertian
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya
pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi. Komunikasi
yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi dalam mencapai
tujuan organisasi. Komunikasi adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan,
pendapat dan saran yang terjadi antara 2 orang atau lebih yang bekerjasama.
2) Penerapan Komunikasi di MPKP
Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP
· Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam.
Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas pagi ke dinas sore dipimpin
oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin
oleh penanggung jawab shift sore.
· Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada hari tersebut yang dipimpin oleh
katim atau PJ tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre
conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian), dan tambahan rencana dari katim atau PJ.
· Post Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conference adalah hasil askep tiap perawat dan hal penting untuk operan (tindak
lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau PJ tim.
Manajemen konflik
1) Pengertian
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang
yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang memiliki
latar belakang yang berbeda konflik mudah terjadi. Demikian juga di ruang
MPKP konflik pun bisa terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka
perlu dibudayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi konflik
sedini mungkin di ruang MPKP.
b) Berkolaborasi
Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua belah pihak
yang sedang berkonflik. Cara ini adalah salah satu bentuk kerjasama. Berbagai
pihak yang terlibat konflik didorong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi
dengan jalan mencari dan menemukan persamaan kepentingan dan bukan
perbedaan. Situasi yang diinginkan adalah tidak ada satu pihakpun yang
dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian konflik ini disebut juga win-win solution.
c) Menghindar
Menghindar adalah cara menyelesaikan konflik dimana pihak yang sedang
berkonflik mengakui adanya konflik dalam interaksinya dengan orang lain tetapi
menarik diri atau menekan konflik tersebut (seakan-akan tidak ada konflik atau
masalah). Cara ini tidak dianjurkan dalam upaya penyelesaian konflik karena
masalah mendasar tidak diselesaikan, penyelasaian yang terjadi adalah
penyelesaian semu. Untuk itu tidak dianjurkan organisasi untuk menggunakan
metode ini.
d) Mengakomodasi
Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflik dengan cara salah satu pihak
yang berkonflik menempatkan kepentingan pihak lain yang berkonflik dengan
dirinya lebih tinggi. Salah satu pihak yang berkonflik mengalah kepada pihak
yang lain. Ini suatu upaya lose – win solution. Upaya penyelesaian konflik
dengan akomodasi sebaiknya juga tidak digunakan terlalu sering karena kepuasan
tidak terjadi secara penuh dan bisa menimbulkan potensi konflik di masa
mendatang.
e) Berkompromi
Kompromi adalah cara penyelesaian konflik di mana semua pihak yang
berkonflik mengorbankan kepentingannya demi terjalinnya keharmonisan
hubungan dua belah pihak tersebut. Dalam upaya ini tidak ada salah satu pihak
yang menang atau kalah. Ini adalah lose-lose solution di mana masing-masing
pihak akan mengorbankan kepentingannya agar hubungan yang dijalin tetap
harmonis.
d. Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan. Fayol
mendefinisikan kontrol sebagai ”Pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi
sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan
dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”. Pengontrolan penting
dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat
segera direspon dengan cara duduk bersama.
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar. Output
(hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar)
yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan
asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan (pasien),
keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah
BOR, ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan. Survei masalah keperawatan
diperlukan untuk rencana yang akan datang.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua
kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat
bekerja sama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas
sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk
menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam pengendalian/pengontrolan meliputi :
1) Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
2) Melakukan pengukuran prestasi kerja
3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
4) Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk
menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan
penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga kategori audit
keperawatan yaitu :
· Audit struktur
Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan perawatan,
termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standar, SOP
dan rekam medik; pelanggan.
· Audit proses
Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk
menentukan apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat
retropektif, concurrent, atau peer review. Retropektif adalah audit dengan
menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan
dokumentasi asuhan keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat
kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik
sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
· Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi
SDM, dan indikator mutu.
D. Komponen-komponen MPKP
1. Ketenagaan Keperawatan
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang
diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
Menurut Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan
pasien dibagi 3 kategori, yaitu :
a. Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam yang terdiri atas :
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
6) Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
b. Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam yang terdiri
atas :
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Voley kateter/intake output dicatat
5) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan, memerlukan
prosedur
c. Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam :
1) Segala diberikan/dibantu
2) Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
3) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
4) Pemakaian suction
5) Gelisah/disorientasi
Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan
perpasien untuk dinas pagi, sore dan malam.
Waktu Pagi Sore Mala
Klasifika m
si
Minimal 0,17 0,14 0,10
Partial 0,27 0,15 0,07
Total 0,36 0,30 0,20
Kerugian :
a. Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.
b. Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
c. Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
d. Pelayanan tidak professional.
e. Pekerjaan monoton, kurang tantangan.
Kerugian :
1) Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
2) Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi,
karena anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
3) Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan
dengan anggota tim.
Keuntungan :
1) Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan
tanggung gugat meningkat.
2) Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
3) Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.
4) Terciptanya kolaborasi yang baik.
5) Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.
6) Metoda ini mendukung pelayanan professional.
7) Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.
Kerugian :
1) Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat
professional.
2) Biaya yang diperlukan banyak.
3. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan
perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan
masalah pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan.
Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan keputusan adalah :
a. Identifikasi masalah
b. menyusun alternatif penyelesaikan masalah
c. pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya
d. evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
4. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan
keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi
mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan.
Disamping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan
keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana
komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan
keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung
jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi
berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan
tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart
& Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai –
nilai professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional,
metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam
perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.
Lima subsistem dalam pengembangan MPKP adalah sebagai berikut :
a. Nilai – nilai professional
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadi
partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan evaluasi
renpra. PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk
mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang
dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP mempunyai tanggung jawab membina
performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai profesional.
Nilai-nilai profesional digariskan dalam kode etik keperawatan yaitu:
1) Hubungan perawat – klien
2) Hubungan perawat dan praktek
3) Hubungan perawat dan masyarakat
4) Hubungan perawat dan teman sejawat
5) Hubungan perawat dan profesi
b. Hubungan antar professional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui
perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi
informasi tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter.
Pemberian informasi yang akurat akan membantu dalam penetapan
rencana tindakan medik.