Dosen Pengampu :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Konsep Model Praktik
Keperawatan Profesional”. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan baik .
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan
pada Semester ganap (semester 8) Fakultas Keperawatan, jurusan Ilmu Keperawatan tahun
ajaran 2020/2021.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................................5
A. STEP 1: Terminologi...................................................................................................7
B. STEP 2: Mendefinisikan Masalah...............................................................................8
C. STEP 3: Membuat Hipotesis Dengan Menjawab Pertanyaaan....................................8
D. STEP 4: Skema...........................................................................................................10
E. STEP 5: Menentukan Learning Objective..................................................................11
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................40
A. Kesimpulan.................................................................................................................40
B. Saran...........................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................41
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen adalah proses kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai
tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Manajemen
mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota
staf untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan
keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang.
Profesi keperawatan dituntut memberikan pelayanan keperawatan dalam bentuk
asuhan keperawatan melalui proses keperawatan yang komprehensif meliputi, bio, psiko,
sosial dan spiritual. Pemberian pelayanan keperawatan tersebut memerlukan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan yang tepat untuk memberikan pelayanan yang optimal
sehingga dapat memberikan arah dalam pemberian asuhan keperawatan, serta
peningkatan ketrampilan dan motivasi kerja keperawatan dalam upaya meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan yang sesuai standar.
Asuhan keperawatan profesional menuntut perawat untuk dapat melaksanakan
perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan pengevaluasian, sarana dan prasarana
yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien bagi
individu, keluarga dan masyarakat (Susanto,N.D). Asuhan keperawatan harus diberikan
kepada klien secara sistemik dan terorganisasi sehingga dibutuhkan suatu manajemen
yang baik dalam pemberian asuhan keperawatan.Asuhan keperawatan merupakan titik
sentral dalam pelayanan keperawatan, oleh karena itu manajemen asuhan keperawatan
yang benar akan meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan
keperawatan adalah untuk memandirikan pasien sehingga dapat berfungsi secara optimal.
Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan manajemen asuhan keperawatan yang
profesional, dan salah satu faktor yang menentukan dalam manajemen tersebut adalah
bagaimana asuhan keperawatan diberikan oleh perawat melalui berbagai pendekatan
model asuhan keperawatan yang diberikan. Penetapan dan keberhasilan model pemberian
asuhan keperawatan yang digunakan di suatu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya adalah bagaimana pemahaman perawat tentang model-model asuhan
keperawatan tersebut.
4
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah suatu sistem yang memungkinkan
perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan tersebut. Sistem MPKP adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan empat unsur, yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan,
dan sistem MPKP. Defenisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini, dan
akan menentukan kualitas produksi atau jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen,
maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan klien tidak
akan dapat terwujud. MAKP terdiri dari empat jenis yaitu metode fungsional, tim, primer
dan kasus (Nursalam,2014). Untuk itu, penulis akan membahas mengenai Model Praktik
Keperawatan Profesional
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana visi dan misi dan pembuatannya?
b. Bagaimana kapasitas tempat tidur, BOR, LOS dan cara perhitungannya?
c. Bagaimana tingkat ketergantungan pasien?
d. Apa definisi MPKP?
e. Apa saja tujuan MPKP?
f. Bagaimana langkah implementasi MPKP?
g. Bagaimana struktur MPKP?
h. Bagaimana karakteristik MPKP?
i. Bagaimana tingkatan MPKP?
j. Apa saja macam-macam metode penugasan?
k. Apa saja kekurangan dan kelebihan MPKP?
C. Tujuan
a. Mengetahui dan memahami visi misi dan cara pembuatannya.
b. Mengetahui dan memahami kapasitas tempat tidur, BOR, LOS dan cara
perhitungannya
c. Mengetahui dan memahami bagaimana tingkat ketergantungan pasien.
d. Mengetahui dan memahami definisi MPKP
e. Mengetahui dan memahami tujuan MPKP
f. Mengetahui dan memahamibagaimana langkah implementasi MPKP
g. Mengetahui dan memahami struktur MPKP
5
h. Mengetahui dan memahami karakteristik MPKP.
i. Mengetahui dan memahami tingkatan MPKP.
j. Mengetahui dan memahami macam-macam metode penugasan.
k. Mengetahui dan memahami apa saja kekurangan dan kelebihan MPKP.
6
BAB II
SKENARIO KASUS
Ruang Perawatan Dewasa RSUD Tipe B emiliki 40 Kapasitas Tempat Tidur dengan
BOR 70% dan LOS 5 hari. Rata-rata tingkat ketergantngan pasien bervariasi yaitu 4 orang
Total Care , 16 orang Partial Care dan sisanya adalah self care. Jumlah tenaga perawatan
yang dimiliki adalah 32 orang dengan tingkat pendidikan yang juga bervariasi yaitu 5 orang
DIII dengan pengalaman kerja >20 tahun, 22 orang D.III dengan masa kerja < 10 tahun dan 5
orang Ners dengan masa kerja < 2 tahun. Ruangan tersebut dipimpin oleh seorang perawat
dengan tingkat pendidikan Ners yang telah memiliki pengalaman kerja selama 15 tahun.
STEP 1 : TERMINOLOGI
1. RSUD Tipe B : RS yang fasilitasnya paling sedikit terdiri dari 4 spesialis, berada di
ibu kota provinsi serta meneria rujukan dari kabupaten.
2. BOR : parameter hunian rumah sakit. Gambaran tinggi rendahnya pemanfataan
tempat tidur dirumah sakit, idealnya 60-85%. BOR dapat dipengaruhi oleh
penambahan atau pengurangan tempat tidur,
3. CCM:
4. LOS : rata-rata lama rawat inap dengan nilai ideal 3-12 hari.
5. MPKP : model praktik keperawatan yang mengatur perawat dalam emberikan asuhan
keperawatan
7
6. Total Care : klien yang membutuhkan perawatan secara keseluruhan untuk memenuhi
kebutuhan ADLnya, 5-7 jam sehari klien membutuhkan perawatan penuh, seperti
pasien yang tidak sadar dan lemah.
7. Partial Care : klien masih dibantu sebagian oleh perawat, dilakukan selama 3-4 jam
dalam pemberian asuhan keperawatan.
8. Perawat Primer : perawatyang bertanggung jawab 24 jam terhadap pasien dan akan
dibantu oleh perawat assosiate
9. Perawat Assosiate : perawat yang diberi wewenang untuk memberikan asuhan
keperawatan secara langsung, seperti perawatan luka. Mendapatkan delegasi dari
perawat primer.
10. Metode Fungsional : perawat bekerja sesuai pembagian tugas, dan digunakan sebagai
pilihan karena terbatasnya jumlah perawat.
9
15. Tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, pelatihan serta ilmu terupdate
STEP 4 : SKEMA
-peningkatan kualitas
Perencanan kembali
10
Topik : KONSEP MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL
STEP 5 : MENENTUKAN LEARNING OBJECTIVE
1. Visi Misi dan Cara Pembuatannya
2. Kapasitas Tempat Tidur, BOR, LOS dan rumus perhitungannya
3. Tingkat Ketergantungan Pasien
4. Definisi MPKP
5. Tujuan MPKP
6. Langkah Implementasi MPKP
7. Struktur MPKP
8. Karakteristik MPKP
9. Tingkatan MPKP
10. Macam2 metode penugasan
11. Kekurangan dan Kelebihan MPKP
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
mampu meminta pengorbanan dan investasi emosional dari segenap
stakeholder organisasi.
4. Beberapa hal yang perlu dicermati dalam menulis visi antara lain sebagai berikut:
a. Penulisan visi sebaiknya menggunakan bahasa yang sederhana, jelas, dan mudah
dipahami. Elemen kunci suatu visi adalah kenyataan bahwa visi mampu
menterjemahkan keadaan masa depan yang kompleks menjadi pernyataan yang
mudah untuk dimengerti dan dipahami oleh semua orang.
b. Penyusunan visi sebaiknya memperhitungkan jangkauan waktu. Dalam hal ini visi
disusun dengan jangkauan waktu yang cukup lama untuk dapat mengadakan
perubahan dramatis, tetapi cukup cepat untuk mendapatkan komitmen dari
anggota organisasi.
c. Penulisan visi itu haruslah realistis, dapat dipercaya, serta mempunyai nalar.
Penetapan visi sebaiknya memenuhi syarat sebab-akibat yang hipotetis. Sebagai
contoh, keadaan keuangan rumah sakit yang membaik akan dapat tercapai apabila
mutu pelayanan semakin bertambah tinggi.
e. Visi yang ditulis dengan baik dapat digunakan oleh pihak manajemen untuk
mendapatkan konsensus yang solid bahwa visi tersebut merupakan hal yang
dikehendaki dan dapat dicapai. Oleh karena itu, pemimpin tertinggi harus dapat
mengembangkan visi dan menggunakannya secara dinamis.
a. Visi haruslah memberi ilham, tidak hanya berupa sasaransasaran kuantitatif untuk
dicapai tahun depan. Oleh karena itu, visi biasanya tidak ditulis dalam angka
kuantitatif.
c. Visi harus bermakna untuk pihak yang terkait, luwes, dan berlaku untuk suatu
periode waktu.
e. Visi merupakan lampu pengarah yang harus dicapai oleh seluruh anggota rumah
sakit.
13
f. Visi harus dapat memberi kekuatan dan pemberdayaan bagi semua pihak.
Visi haruslah dapat terukur secara detail, bukan sesuatu yang abstrak. Dengan
syarat ini maka pencapaian visi merupakan sesuatu yang nyata dan teruk
a. Perencanaan
Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa depan
dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Kegiatan perencanaan dalam praktik keperawatan
profesional merupakan upaya untuk meningkatkan profesionalisme dalam
pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan bukan saja dapat dipertahankan
tetapi juga dapat terus meningkat sampai tercapai derajat tertinggi bagi penerima
jasa pelayanan itu sendiri.
Jenis perencanaan dalam model praktik keperawatan profesional terdiri dari
perencanaan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka pendek. Rencana jangka
panjang adalah perencanaan strategis yang disusun untuk 5 hingga 10 tahun
kedepan. Rencana jangka menengah disusun untuk kurun waktu 1 hingga 5 tahun
kedepan sedangkan rencana jangka pendek disusun untuk kurun waktu 1 jam hingga
1 tahun. Kegiatan perencanaan yang dilakukan dalam ruangan MPKP meliputi
perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan. Selain itu, untuk jenis perencanaan
yang diterapkan adalah rencana jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan
harian, bulanan dan tahunan.
1) Rencana Jangka Pendek
Rencana jangka pendek yang diterapkan dalam ruangan MPKP meliputi
rencana harian, bulanan dan tahunan. Rencana harian adalah kegiatan yang
dilaksanakan oleh perawat (kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana)
sesuai dengan perannya dan dibuat untuk setiap jadwal dinas. Isi dari kegiatan
tersebut disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat
sebelum operan jaga dilakukan dan dilengkapi lagi saat dilakukan operan dan
preconference.
14
Rencana harian kepala ruangan meliputi asuhan keperawatan, supervisi ketua
tim dan perawat pelaksana serta melakukan supervisi terhadap tenaga selain
perawat dan melakukan kerjasama dengan unit lain yang terkait. Sedangkan
rencana harian ketua tim meliputi penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien
oleh tim yang menjadi tanggung jawabnya, melakukan supervisi perawat
pelaksana, berkolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain serta alokasi
pasien sesuai dengan perawat yang berdinas. Rencana harian perawat pelaksana
berisi tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada jadwal
dinasnya.
2) Rencana Jangka Menengah
Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh kepala
ruangan dan ketua tim. Rencana bulanan yang dibuat oleh kepala ruangan
adalah melakukan evaluasi hasil keempat pilar MPKP pada akhir bulan dan
berdasarkan evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat rencana tindak
lanjut untuk meningkatkan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup rencana
bulanan kepala ruangan adalah membuat jadwal dan memimpin case
conference, membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan untuk
kelompok keluarga, membuat jadwal dinas, membuat jadwal petugas untuk
terapi aktivitas kelompok (TAK), membuat jadwal dan memimpin rapat tim
kesehatan, membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim serta
perawat pelaksana, melakukan audit dokumentasi dan membuat laporan
bulanan. Sedangkan rencana bulanan yang dilakukan ketua tim adalah
melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan oleh tim nya.
Kegiatan rencana bulanan ketua tim meliputi mempresentasikan kasus dalam
case conference, memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga serta
melakukan supervisi perawat pelaksana.
3) Rencana Jangka Panjang
Rencana tahunan hanya dilakukan oleh kepala ruangan yaitu dengan melakukan
evaluasi kegiatan di dalam ruangan MPKP selama satu tahun dan
menjadikannya acuan rencana tindak lanjut dan penyusunan rencana tahunan
berikutnya. Rencana kegiatan tahunan yang dilakukan oleh kepala ruangan
MPKP adalah membuat laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik
proses kegiatan empat pilar MPKP serta evaluasi mutu pelayanan,
15
melaksanakan rotasi tim, melakukan pembinaan terkait dengan materi MPKP
khusus kegiatan yang memiliki pencapaian rendah dan hal ini bertujuan untuk
mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkan
dimasa mendatang. Hal lain yang dilakukan adalah kepala ruangan melakukan
pengembangan sumber daya manusia dalam bentuk rekomendasi peningkatan
jenjang karier perawat, rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal dan
membuat jadwal perawat untuk mengikuti pelatihan. Perencanaan jangka
panjang juga membahas ketenagaan yang dibutuhkan di ruang MPKP.
Perencanaan yang baik mempertimbangkan klasifikasi pasien berdasarkan
tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan
kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan.
Untuk itu diperlukan kontribusi dari manajer keperawatan dalam menganalisis
dan merencanakan.Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sudah
menetapkan standar praktik keperawatan yang dikembangkan berdasarkan
standar praktik yang dikeluarkan oleh American Nursing Association/ANA
(PPNI, 2012).
16
2. Length Of Stay (LOS)
LOS menurut Huffman (1994) adalah “the average hospitalization stay of
inpatient dischargedduring the period under consideration”. LOS menurut DepKes
RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini digunakan untuk
mengukur efisiensi pelayanan rawat inap yang tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi
harus bersama dengan interpretasi BOR dan TOI. Disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang memerlukan pengamatan
lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal adalah antara 6-9 hari (DepKes,
2005). Sedangkan menurut Baber Johnson adalah 3-12 hari.
Rumus:
CONTOH:
1. Dalam suatu Rumah Sakit Y, setelah dilakukan perhitungan selama 30 hari
didapatkan jumlah hari perawatan sebanyak 4000 dan ada 200 tempat tidur. Jumlah
pasien keluar 500 orang. Berapa BOR dan LOS di rumah sakit tersebut.
Jawaban :
Jumlah hari perawatan
a. BOR= × 100 %
JumlahTT ×Jumlah hari persatuan waktu
4000
¿ ×100 %
200× 30
17
4000
¿ × 100 %
6000
¿ 0,66 ×100 %
¿ 66 %
jumlah hari perawatan pasien keluar
b. LO S=
Jumlah pasienkeluar (hidup +mati)
4000
¿
500
¿8
2. Dalam suatu ruangan rawat inap di Rumah Sakit Y, setelah dilakukan perhitungan
selama 1 tahun didapatkan jumlah hari perawatan sebanyak 5.260, terdapat 20
tempat tidur dan jumlah pasien keluar dalam keadaan sehat ataupun meninggal
berjumlah 1225. Hitung BOR dan LOS.
Diketahui:
- Jumlah hari perawatan : 5.260 hari
- TT : 20 buah
- Jumlah pasien keluar (H+M) = 1225 orang
- Jumlah hari persatuan waktu : 365 hari
Jawab :
18
C. Tingkat Ketergantungan Pasien
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien berdasarkan teori Dorothea Orem yaitu:
a. Minimal Care :
b. Partial Care :
c. Total Care
Membutuhkan dua orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur
19
Membutuhkan latihan pasif
Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena/NGT
Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
Dimandikan perawat
Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
Keadaan pasien tidak stabil
Perawatan kolostomi
Menggunakan WSD
Menggunakan alat traksi
Irigasi kandung kemih secara terus menerus
Menggunakan alat bantu respirator
Pasien tidak sadar
20
Menurut Douglas, mengklasifikasikan ketergantungan pasien berdasarkan standar waktu
pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut :
a. Keperawatan Mandiri (Self care) : 1-2 jam/hari dimana pasien masih mampu melakukan
pergerakan atau berjalan, makan, mandi maupun eleminasi tanpa bantuan. Bantuan hanya
diberikan terhadap tindakan khusus.
b. Keperawatan Sebagian (Partial Care) : 3-4 jam/hari dimana pasien masih punya
kemampuan sebagian tetapi untuk melakukan pergerakan secara penuh seperti berjalan,
bangun, makan, mandi dan eleminasi perlu dibantu oleh seorang perawat.
c. Keperawatan Total (Total Care) : 5-7 jam/hari dimana pasien memerlukan bantuan secara
penuh, atau tingkat ketergantungan pasien terhadap perawat sangat tinggi, seperti pasien
yang tidak sadar, atau yang sangat lemah dan tidak mampu melakukan pergerakan, mandi
dan eleminasi perlu dibantu dan pada umumnya memerlukan dua perawat.
Berdasarkan metode triage yakni START (Simple Triage And Rapid Treatment) untuk
pengelompokkan pasien sesuai berat ringannya masalah pada pasien. Pengklasifikasian
pasien, antara lain:
21
a) Cedera jaringan lunak
b) Fraktur dan dislokasi ekstremitas
c) Cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas
d) Gawat darurat psikologis
4. Hitam pasien meninggal atau cedera fatal yang tidak memunginkan untuk
resusitasi.
a) Kebutuhan Tenaga Perawat
Nursalam (2014) memaparkan ada berbagai cara perhitungan kebutuhan tenaga
perawat untuk suatu ruangan. Namun dalam kajian teori ini akan dipaparkan
cara perhitungan kebutuhan tenaga menurut Douglas. Douglas menetapkan
jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan
klasifikasi pasien (tingkat ketergantungan).
D. Definisi MPKP
MPKP adalah salah satu metode pelayanan keperawatan dari sistem, struktur,
proses dan nilai-nilai profesional, yang memfasilitasi perawat profesional yang
mempunyai kemampuan dan tanggung jawab dalam mengatasi masalah keperawatan dan
telah menghasilkan berbagai jenjang produk keperawatan untuk pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan tempat asuhan keperawatan tersebut diberikan (Sitorus
& Yulia, 2005).
Model praktek keperawatan profesional atau MPKP adalah suatu (struktur,
proses, nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menunjang asuhan tersebut.
(Hoffart & Woods, 1996 dalam Huber, 2010)
Model praktek keperawatan professional (MPKP) sebagai suatu sistem yang
meliputi struktur, proses dan nilai profesional sangat menekankan pada kualitas kinerja
tenaga keperawatan yang berfokus pada profesionalisme keperawatan antara lain melalui
penetapan dan fungsi setiap jenjang tenaga keperawatan, sistem pengambilan keputusan,
sistem penugasan dan sistem penghargaan yang memadai (Islamy dkk, 2019).
22
E. Tujuan MPKP
Adapun tujuan MPKP atau model praktik keperawatan professional ialah sebagai berikut:
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan keperawatan
oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim
keperawatan
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu:
1) Pembentukan Tim
3) Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil penilaian mutu asuhan
kepada pimpinan rumah sakit, departemen, staf keperawatan, dan staf lain
yang terlibat. Pada presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang rawat tempat
implementasi MPKP akan dilaksanakan (Sitorus, 2011).
23
a) Penentuan Tempat Implementasi MPKP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan tempat
implementasi MPKP, antara lain (Sitorus, 2011):
Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang tersebut. Hal ini
diperlukan sehingga dari awal tenaga perawat tersebut akan mendapat
pembinaan tentang kerangka kerja MPKP
Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri dari 1
swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan dikembangkan sebagai pusat
pelatihan bagi perawat dari ruang rawat lain.
b) Penetapan Tenaga Keperawatan
Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan dari
klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan. Untuk menetapkan
jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat didahului dengan
menghitung jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan dalam waktu
tertentu, minimal selama 7 hari berturut-turut. (Sitorus, 2011).
c) Penetapan Jenis Tenaga
Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
metode modifikasi keperawatan primer. Dengan demikian, dalam suatu ruang
rawat terdapat beberapa jenis tenaga, meliputi (Sitorus, 2011):
Kepala ruang rawat
Clinical care manager
Perawat primer
Perawat asosiate
d) Pengembangan Standar Rencana Asuhan Keperawatan
Pengembangan standar rencana asuhan keperawatan bertujuan untuk
mengurangi waktu perawat menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih
banyak dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien. Adanya
standar rencana asuhan keperawatan menunjukan asuhan keperawatan yang
diberikan berdasarkan konsep dan teori keperawatan yang kukuh, yang
merupakan salah satu karakteristik pelayanan profesional. Format standar
rencana asuhan keperawatan yang digunakan biasanya terdiri dari bagian-
24
bagian tindakan keperawatan: diagnosa keperawatan dan data penunjang,
tujuan, tindakan keperawatan dan kolom keterangan (Sitorus, 2011).
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini (Sitorus,
2011):
1) Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang yang
25
sudah ditentukan.
2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan konferensi
26
bimbingan, diperlukan buku komunikasi CCM. Buku ini menjadi sangat
diperlukan karena CCM terdiri dari beberapa orang yaitu anggota tim/panitia
yang diatur gilirannya untuk memberikan bimbingan kepada PP dan PA. Bila
sudah ada CCM tertentu untuk setiap ruangan, buku komunikasi CCM tidak
diperlukan lagi (Sitorus, 2011).
8) Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan. Dokumentasi
keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat kepada klien. Oleh karena
itu, pengisisan dokumentasi secara tepat menjadi penting.
c. Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen evaluasi MPKP
oleh CCM. Evaluasi proses dilakukan oleh CCM dua kali dalam seminggu. Evaluasi
ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini masalah- masalah yang ditemukan
dan dapat segera diberi umpan balik atau bimbingan. Evaluasi hasil (outcome) dapat
dilakukan dengan (Sitorus, 2011) :
1) Memberikan instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap klien
pulang.
2) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai berdasarkan
dokumentasi.
27
adalah SKep/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan keperawatan berdasarkan
ilmu dan teknologi mutakhir, diperlukan kemampuan seorang Ners spesialis yang
akan berperan sebagai CCM. Oleh karena itu, kemampuan perawat SKep/Ners
ditingkatkan menjadi ners spesialis (Sitorus, 2011).
3) MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat ini perawat
dengan kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan menjadi doktor
keperawatan. Perawat diharapkan lebih banyak melakukan penelitian keperawatan
eksperimen yang dapat meningkatkan asuhan keperawatan sekaligus
mengembangkan ilmu keperawatan (Sitorus, 2011).
G. Struktur MPKP
Struktus MPKP terdiri dari:
1. Kepala Ruangan
Tugas pokok:
a. mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan diruang
rawat yang menjadi daerah tanggung jawabnya
b. melaksanakan fungsi perencanaan, pergerakan dan pelaksanaan
Kriterianya:
28
2. Perawat Primer
Tugas pokok:
a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek bila diperlukan.
d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
e. Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
f. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat
g. Membuat jadwal perjanjian klinik
h. Mengadakan kunjungan rumah bila perlu
Kriteriany:
3. Perawat Asosiet
Tugas pokok:
a. Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan
dengan sentuhan kasih sayang.
b. Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab
29
c. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
perawatan dan pengobatan serta diagnostic
d. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuannnya
e. Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksaaan uangan secara
administratif.
Kriterianya:
4. CCM
Tugas pokok:
Berekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi tentang
mutu asuhan keperawatan, mengkoordinasi, mengarahkan dan mengevaluasi
mahasiswa praktik serta membahas dan mengevaluasi tentang implementasi
MPKP.
30
Tahap selanjutnya adalah presentasi yang diikuti oleh perawat yang
memenuhi kriteria Karu dan Katim untuk memilih kepala ruangan
dan ketua tim.
H. Karakteristik MPKP
Penetapan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat
ketergantungan klien.
31
I. Tingkatan MPKP
Berdasarkan pengalaman mengembangkan model PKP dan masukan dari berbagai pihak
perlu dipikirkan untuk mengembangkan suatu model PKP yang disebut Model Praktek
Keperawatan Profesional Pemula (PKPP). Ada beberapa jenis model PKP yaitu:
a. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam
keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para
perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan
asuhan keperawatan.
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II.
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II.
Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan
yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk
memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada
area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset
dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu
orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya.
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I
32
Tingkatan MPKP juga bisa dilihat dari tabel berikut ini :
Tingkat Praktik Metode Ketenagaan Dokumen Aspek
Keperawatan Pemberian tasi Penelitian
Askep
MPKP I Mampu Modifikasi 1. Jumlah sesuai Standar Penelitian
memberikan keperawatan kebutuhan renpra deskriptif oleh
asuhan primer 2. Ners spesialis (masalah PN (primary
keperawatan (1:25-30 aktual dan nurse), meliputi:
profesional klien) sebagai masalah 1. Identifikasi
tingkat I CCM resiko) masalah
3. Skp/Ners penelitian
sebagai PP 2. Pemanfaatan
4. D-III hasil
Keperawatan penelitian
sebagai PA
MPKP II Mampu Manajemen 1. Jumlah sesuai Clinical Penelitian
memberikan kasus dan kebutuhan pathway eksperi men
modifikasi keperawatan 2. Spesialis Ners standar oleh Ners
keperawatan (1:1 PP) renpra spesialis,
primer/asuhan sebagai CCM meliputi:
keperawatan 3. Skp/Ners 1. Identifi kasi
profesional sebagai PP masalah
tingkat II 4. D III penelitian
Keperawatan 2. Pemanfaatan
sebagai PA hasil
MPKP III Mampu Manajemen 1. Jumlah sesuai Clinical Penelitian
memberikan kasus kebutuhan pathway/ eksperi men
modifikasi 2. Doktor standar lebih banyak,
tingkat keperawatan renpra meliputi:
primer/asuhan klinik 1. Identifikasi
keperawatan (konsultan) masalah
profesional 3. Ners spesialis 2. Pemanfaatan
33
tingkat III (1:1 PP) hasil
sebagai CCM
4. Skp/Ners
sebagai PP
5. D III
Keperawatan
sebagai PA
1) Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga
tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
2) Membutuhkan banyak tenaga.
3) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.
4) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab
klien bertugas.
34
b. Metode fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada
penyelesaian tugas atau prosedur. Setiap perawat diberi satu atau beberapa tugas
untuk dilaksanakan kepada semua klien di satu ruangan.
Pada metode ini, kepala ruang menentukan tugas setiap perawat dalam satu
ruangan. Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada kepala ruangan
dan kepala ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan laporan klien.
Metode fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah
perawat sedikit, tetapi klien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang diterimanya.
c. Metode tim
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
35
asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif. Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan
sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi. (Sitorus, 2006).
Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut (Sitorus, 2006) :
1) Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang
prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Tanggung
jawab ketua tim adalah :
a) Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra
b) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok
dan memberikan bimbingan melalui konferensi
d) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya
2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra terjamin. Komunikasi
yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara, terutama melalui renpra
tertulis yang merupakan pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim akan berhasil baik
apabila didukung oleh kepala ruang untuk itu kepala ruang diharapkan telah :
a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b) Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
c) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan kepemimpinan
d) Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim keperawatan
e) Menjadi narasumber bagi ketua tim
f) Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan
g) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.
36
Kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal sehingga pakar
mengembangkan metode keperawatan primer (Sitorus, 2006). Selain itu:
a. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi
tanggung jawabnya.
b. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan
atau trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi
antar anggota tim terganggu sehingga kelanncaran tugas terhambat.
c. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
d. Akontabilitas dalam tim kabur.
37
1) Hanya ada 1 perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan koordinasi
asuhan keperawatan
2) Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 klien
3) PP bertanggung jawab selama 24 jam
4) Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal
5) Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan paralel.
e. Differentiated practice
38
Differentiated practice adalah suatu pendekatan yang bertujuan menjamin mutu
asuhan melalui pemanfaatan sumber-sumber keperawatan yang tepat. Terdapat dua
model yaitu model kompetensi dan model pendidikan. Pada model kompetensi, perawat
terdaftar (registered nurse) diberi tugas berdasarkan tanggung jawab dan struktur peran
yang sesuai dengan kemampuannya. Pada model pendidikan, penetapan tugas
keperawatan didasarkan pada tingkat pendidikan. Bedasarkan pendidikan, perawat akan
ditetapkan apa yang menjadi tnggung jawab setiap perawat dan bagaimana hubungan
antar tenaga tersebut diatur.
f. Manajemen kasus
Manajemen kasus merupakan system pemberian asuhan kesehatan secara multi
disiplin yang bertujuan meningkatkan pemanfaatan fungsi berbagai anggota tim
kesehatan dan sumber-sumber yang ada sehingga dapat dicapai hasil akhir asuhan
kesehatan yang optimal. ANA dalam memerlukan pelayanan yang ektensif. Metode
manajemen kasus meliputi beberapa elemen utama yaitu, pendekatan berfokus pada klien,
koordinasi asuhan dan pelayanan antar institusi, berorientasi pada hasil, efisiensi sumber
dan kolaborasi. Manajemen kasus merupakan proses pemberian asuhan kesehatan yang
bertujuan mengurangi fragmentasi, meningkatkan kualitas hidup, dan efisiensi
pembiayaan. Focus pertama manajemen kasus adalah integrasi, koordinasi dan advokasi
klien, keluarga serta masyarakat yang memerlukan pelayanan yang ektensif. Metode
manajemen kasus meliputi beberapa elemen utama yaitu, pendekatan berfokus pada klien,
koordinasi asuhan dan pelayanan antar institusi, berorientasi pada hasil, efisiensi sumber
dan kolaborasi.
39
Konsep beban kerja tinggi
Pendelegasian tugas terbatas
Kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab klien
tugas
40
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Profesi keperawatan dituntut memberikan pelayanan keperawatan dalam bentuk
asuhan keperawatan melalui proses keperawatan yang komprehensif meliputi, bio, psiko,
sosial dan spiritual. Pemberian pelayanan keperawatan tersebut memerlukan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan yang tepat untuk memberikan pelayanan yang optimal
sehingga dapat memberikan arah dalam pemberian asuhan keperawatan, serta peningkatan
ketrampilan dan motivasi kerja keperawatan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan yang sesuai standar.
Model praktek keperawatan professional (MPKP) sebagai suatu sistem yang meliputi
struktur, proses dan nilai profesional sangat menekankan pada kualitas kinerja tenaga
keperawatan yang berfokus pada profesionalisme keperawatan antara lain melalui penetapan
dan fungsi setiap jenjang tenaga keperawatan, sistem pengambilan keputusan, sistem
penugasan dan sistem penghargaan yang memadai.
Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai
dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien
menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang
dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan. Selain
jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga peran dan fungsi
masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat tanggung jawab yang jelas.
Pada aspek strukltur ditetapkan juga standar renpra, artinya pada setiap ruang rawat sudah
tersedia standar renpra berdasarkan diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh
B. Saran
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang akan menjadi
seorang perawat diharapkan mampu menerapkan model praktil keperawatan profesional
dan dapat menjadi perawat yang mampu meningkatkan kualitas kerjanya dan mampu
menjadi seseorang yang profesional dalam bidangnya.
41
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z., Andriani, R., & Arisanti, H. (2019). Implementasi Model Praktik Keperawatan
Profesional Di RSUD Kota Baubau. DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL
KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN, 10(1), 171-186.
Arman, S., (2008), Visi Dan Misi Perusahaan, The Global Source for Summaries &Reviews.
Huber, D. (2010). Leadership and Nursing Care Management (4rd ed). USA: Saunders elsevier
Keliat, B.A. (2012). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Krisnawati, K.M.S, 2017. Literatur Review: Empat Pilar Metode Keperawatan Profesional.
Program Studi Ilmu Keperawatan. Universitas Udayana.
Krisnawati, K.M.S, 2017. Literatur Review: Metode Asuhan Keperawatan Profesional. Program
Studi Ilmu Keperawatan. Universitas Udayana.
Marguis, B.L. (2010). Kepemimpina dan manajemen Keperawatan teori dan aplikasi. Jakarta)
EGC
Mugianti, Sri. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan:Manajemen dan Kepemimpinan
Dalam Praktek Keperawatan: Kementrian Kesehatam RI Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan
Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya, Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Rohman, H., Mardiyoko, I., & Ayuningtyas, N. P. (2018). Analisis efisiensi BOR, LOS, TOI,
dan BTO berdasarkan grafik barber johnson. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Setya
Medika, 3, 11–21
Siagian, Sondang P. (2007). Manajemen sumber daya manusia. Jakata: Bumi aksara
Sinamo, Jansen. 2005. 8 Etos kerja profesional navigator anda menuju sukses. Jakarta: Grafika
Mardi Yuana.
Sitorus & Yulia. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit: penataan
struktur & proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat: panduan
implementasi. Jakarta: EGC
42