Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN DAN MPKP

Dosen Pembimbing:

Erwin, SKp., M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 1 Program B 2021

Ade Hasanah Putri 2111166553 Claudea Sari R. 2111166304

Adinda Chindari G. 2111166325 Daice Fredelina 2111166315

Alip Nurhuda 2111166307 Diah Safitri 2111166331

Amanda Gracia G. 2111166305 Elia Reski Naya 2111166309

Boy Khairil 2111166552 Era Meizela 2111166316

Chairani Azmi 2111166313 Fikri Erwanto 2111166311

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai persyaratan nilai mata kuliah Manajemen

Keperawatan dengan Judul “Konsep Manajemen Keperawatan Dan Mpkp”.

Selama proses penyusunan makalah ini, penulis tidak lepas dari bimbingan, dukungan,

dan arahan dari berbagai pihak yaitu fasilitator tutorial dan dosen. Oleh sebab itu pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Harapan dari penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, terutama dalam

meningkatkan pemahaman tentang Konsep Manajemen Keperawatan Dan Mpkp. Penulis

menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalampenyusunan makalah ini. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini

serta perbaikan dimasa mendatang.

Pekanbaru, 9 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................3
BAB 1 .........................................................................................................................................5
1.1. Latar Belakang ..............................................................................................................5
1.2. Rumusan Masalah .........................................................................................................6
1.3. Tujuan Pembelajaran .....................................................................................................7
1.4. Manfaat Penulisan .........................................................................................................7
1.5. Klarifikasi Istilah ..........................................................................................................7
1.6. Identifikasi Masalah ......................................................................................................9
1.7. Analisa masalah .......................................................................................................... 10
1.8. Mind map scenario ...................................................................................................... 12
1.9. Learning objective ...................................................................................................... 12
BAB 2 ....................................................................................................................................... 14
2.1. Definisi Manajemen Keperawatan ............................................................................... 15
2.2. Metode manajemen keperawatan................................................................................. 15
2.3. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kriterianya .......................................................... 19
2.4. BOR, LOS, dan Cara Menghitungnya ......................................................................... 20
2.5. Kriteria Metode Manajemen Keperawatan .................................................................. 21
2.6. Defenisi MPKP ........................................................................................................... 25
2.7. Tujuan MPKP ............................................................................................................. 25
2.8. Visi Misi MPKP.......................................................................................................... 26
2.9. Sturktur MPKP ........................................................................................................... 26
2.10. Sejarah MPKP ......................................................................................................... 29
2.11. Tugas dan fungsi MPKP .......................................................................................... 31
2.12. Cara menyusun manajemen MPKP .......................................................................... 31
2.13. Kelebihan dan Kekurangan MPKP .......................................................................... 33
b. Kekurangan MPKP ..................................................................................................... 33
2.14. Pilar – pilar MPKP .................................................................................................. 33
BAB 3 ....................................................................................................................................... 36
3
PENUTUP ................................................................................................................................ 36
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 36
3.2. Saran........................................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk

bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan

kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas

dan profesional tersebut adalah pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional

(MPKP) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan

keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.

MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam

melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan

tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit.

Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana

yang memadai.

Banyak metode praktik keperawatan yang telah dikembangkan selama 35 tahun

terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim, keperawatan

primer, praktik bersama, dan manajemen kasus. Setiap unit keperawatan mempunyai 2

upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat berdasarkan kesesuaian antara

ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Kategori pasien didasarkan

atas, tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien, Usia, Diagnosa atau

masalah kesehatan yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan. Pelayanan yang

profesional identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan mutu asuhan

keperawatan dalam melakukan kegiatan penerapan standart asuhan keperawatan dan

pendidikan berkelanjutan. Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah pentingnya


5
yaitu bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan

secara teratur, efesien tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan dan

motivasi kerja. Model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model

kasus, model fungsional, model tim, model primer, model manajemen perawatan, dan

model perawatan berfokus pada pasien.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi manajemen perawatan?

2. Apa saja macam-macam konsep manajemen keperawatan?

3. Apa saja kriteria total care, partial care, dan self care?

4. Apa saja kriteria metode manajemen keperawatan?

5. Jelaskan tingkat ketergantungan pasien!

6. Jelaskan kapasitas BOR, LOS, dan cara menghitungnya!

7. Apa definisi MPKP?

8. Apa tujuan MPKP

9. Apa struktur MPKP?

10. Apa visi misi MPKP?

11. Tugas dan fungsi dari komponen MPKP?

12. Sejarah MPKP?

13. Apa kelebihan dan kekurangan MPKP?

14. Pilar-pilar dalam MPKP?

15. Bagaimana cara menyusun rancangan MPKP?

6
1.3. Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang konsep manajemen keperawatan

dan MPKP.

2. Tujuan Khusus

a. Memahami konsep manajemen keperawatan.

b. Mengetahui tantang macam-macam manajemen keperawatan.

c. Memahami konsep MPKP.

1.4. Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan bacaan dan pembelajaran

tentang konsep manajemen keperawatan dan MPK.

2. Bagi Institusi

Sebagai sarana pengembangan dan pemahaman ilmu pengetahuan untuk menunjang

proses pembelajaran.

1.5. Klarifikasi Istilah

1. Total Care

Total care pasien yg dibantu sepenuhnya dikarnakan pasien dalam keadaan tidak

sadar dan tidak bisa beraktifitas. Perawatan secara menyeluruh dan intensif kepada

pasien dgn anggota perawat lebih dari 2 orang.

2. Partial Care

Pasien yg dibantu dalam aktivitas dikarnakan tidak bisa beraktifitas tetapi keadaan

sadar. perawatan yg diberikan dalam tingkatan sedang atau tidak secara intensif dgn

anggota perawat 2 orang.


7
3. Self Care

Pasien yang bisa melakukan aktuvitas dan dibantu hanya sedikit karna bisa

beraktifitas dan dalam keadan sadar. Perawatan kepada pasien secara mandiri oleh

perawat dikarnakan pasien masih dalam keadaan batas normal.

4. BOR

Bed Occupancy Rate yaitu presentasi pemakaian tempat tidur di rumah sakit, BOR

menggambarkan indikator tinggi atau rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur di

sebuah rumah sakit.

5. LOS

los itu rata" pasien yg mengalami perawatan lebih lama dari perawatan pasien yang

lain, yg berkisaran 3-12 hari atau lebih.

6. Metode Tim

Metode Tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan menggunakan

tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini dipimpin oleh

perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan

dibidangnya.

7. Metode MPKP

Model praktik keperawatan profesional (mpkp) adalah suatu sistem (struktur, proses

dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur

pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungab tempat asuhan diberikan.

8. CCM

Clinical Care Manager. Peran nya membimbing & mengarahkan staf PP dlm

pemberian askep pada pasien diruangan & melaksanakan evaluasi mutu askep.

8
9. Perawat Primer

Perawat yang bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi

dalam merencanakan askep.

10. Perawar Assosiate

Perawat pelaksana yang memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan

berdasarkan proses keperawatan.

1.6. Identifikasi Masalah

1. Apakah LOS itu sesuai ketentuan dari rumah sakit atau memang standarnya ? Apabila

masa perawatan pasien lebih dari 12 hari harus dipulangkan ?

2. Berapa waktu minimal yg dibutuhkan untuk merawat pasien total care, partial care,

selfcare ?

3. Berapa jumlah perawat yg dibutuhkan untuk pasien total care,partial care,selfcare ?

4. Apa alasan atau landasan kepala ruangan ingin merubah metode tim menjadi mpkp ?

5. Indikator seperti apa yg membuat kepala ruangan itu bisa menggantikan metode tim

menjadi mpkp?

6. Sebutkan apakah keuntungan dari perubahan dari fungsional menjadi tim ?

7. Seperti apa pelatihan mpkp?

8. Gaya kepemimpinan apa yg digunakan didalam scenario ?

9. Apakah sesama perawat asosiate bisa mendegelasikan tugasnya?

10. Apa kelebihan dan kekurangan dari ccm, perawat primer, dan perawat asosiate ?

11. Kriteria seperti apa yg dibutuhkan perawat yg akan menjadi ccm ?

12. Apakah standar pendidikan atau lama berkerja dalam menajdi perawat

ccm,pp,perawat asosiate?

13. Apa saja Kekurang tim dan fungsional?


9
1.7. Analisa masalah

1. Tergantung dari kondisi pasien dan standar dari rumah sakit masing masing.

2. Untuk total care membutuhkan waktu perawatan 4-8 hari, partial cae 4-5 hari, self

care 3-4 hari.

3. Jumlah perawat total care 2 perawat, partial care 1 perawat untuk 3 pasien, self care 1

perawat untuk 5 pasien.

4. secara rasional metode dirubah dikarenakan metode tim sudah tidak bisa efektif

dalam melakukan tindakan dan di ubah menajdi mpkp dikarenakan mpkp pada

dasarnya yaitu perawat bisa melaksanakan perawatan seorang diri tanpa bantuan

perawat lain secara profesinal dan di dorong atas peningkatan pasien yg tinggi serta

ruangan perawat yg semakin penuh.

5. indikatornya karna metode tim sudah tidak efektif dan di landaskan pasien yg

semakin banyak serta ruangan yg semakin penuh, serta sudah banyak perawat yg

berkompeten dalam pendidikan dan pelatihan mpkp.

6. keuntungan dari perubahan dari fungsional menjadi tim, Memungkinkan pelayanan

keperawatan yang menyeluruh, Mendukung pelaksanaan proses keperawatan,

Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan

memberikan kepuasan kepada anggota tim.

7. Pelatihan mpkp bisa melalu ceramah, tanya jawab, role play, dan bed side cheating

8. Gaya kemimpinan yang dianut dalam skenario adalah gaya kepemimpinan

demokratis, yang mana keputusan dibuat oleh kepala ruangan, namun anggota atau

karyawan yang lain harus melakukan keputusan dari kepala ruangan dengan tujuan

agar keputusan tersebut berjalan sebagai mana mestinya.

10
9. Bisa, dikarnakan sesama perawat pelaksana dan masih dalam satu tim, didelegasikan

apabila yg mendapatkan tugas masih bisa menghandle pekerjaan yg ditugaskan

sebelumnya.

10. Kelebihan perawat primer yaitu bisa mengkoordinasi dan mengkomunikasikan askep

yang diberikan kepada pasien dan pada suatu waktu bisa saja merencanakan jadwal

pulang pada pasien. Dan Kelebihan Perawat assosiate yaitu perawat yang melakukan

tindakan dan memberikan pelayanan secara langsung kepada pasien.

11. Yang bisa membimbing perawat primer dan perawat asosiatif tentang implementasi

mpkp, bisa memberikan masukan saat diskusi kasus pada Perawat primer dan perawat

assosiate, bisa bekerjasama dengan kepala ruangan. perannya membimbing dan

mengarahkan staff PP dlm pemberian askep pada pasien diruangan&melaksanakan

evaluasi mutu askep.

12. Standar pemilihan perawat untuk ccm, pp, dan pa. karena perawat yg inggin menjadi

perawat ccm harus memiliki standar pendidikan setara ners, untu perawat pp harus

memiliki standar pendidikan d3 keperawatan dan untuk perawat pa harus memiliki

standar spk, dan untuk pemilihan tingkat perawat untuk pengalam kerja bisa di

serahkan ke tempat kerja.

13. Kekurangan tim fungsional adalah, keterbatasan dalam pemberian asuhan

keperawatan yang menyeluruh, butuh banyak tenaga perawat, beban kerja menjadi

tinggi jika jumlah pasien banyak.

11
1.8. Mind map scenario

1.9. Learning objective

1. Definisi manajemen perawatan.

2. Macam-macam konsep manajemen keperawatan.

3. Kriteria metode manajemen keperawatan.

4. Tingkat ketergantungan pasien.

5. kriteria total care, partial care, dan self care.

6. Kapasitas BOR, LOS, dan cara menghitungnya.

7. Definisi MPKP.

8. Tujuan MPKP.

9. Struktur MPKP.

10. Visi misi MPKP.

12
11. Tugas dan fungsi dari komponen MPKP.

12. Sejarah MPKP.

13. Kelebihan dan kekurangan MPKP.

14. Pilar-pilar dalam MPKP.

15. Bagaimana cara menyusun rancangan MPKP.

13
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

SKENARIO

Apa yang harus kita rencanakan?

Ruang perawatan dewasa RSUD tipe B memiliki 40 kapasitas tempat tidur dengan BOR

70% dan LOS 5 hari. Rata-rata tingkat ketergantungan pasien bervariasi yaitu 4 orang total care,

16 orang partial care, dan sisanya adalah self care. Jumlah tenaga perawatan yang dimiliki

adalah 32 orang dengan tingkat pendidikan yang bervariasi yaitu 5 orang DIII dengan

pengalaman kerja>20 tahun, 22 orang DIII dengan masa kerja<10 tahun, dan 5 orang dengan

masa kerja <2 tahun. Ruangan tersebutdipimpin oleh seorang perawat yang telah memiliki

pengalaman kerja selama 15 tahun.

Dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan asuhan

keperawatan yang semakin tinggi maka ruangan perlu menyusun kembali visi dan misi ruangan

dan meningkatkan metode penugasan keperawatan yang saat ini digunakan adalah metode TIM

menjadi MPKP. Kepala ruangan merasa akan dapat menerapkan metode tersebut ika mendapat

dukungan dari seluruh staf apalagi dalam waktu 2 bulan kedepan, akan lulus 2 oang staf

keperawatan yang sedang mengikuti pendidikan ners dengan status izin belajar. Berdasarkan

pengalaman sebelumnya, ruangan juga telah berhasil mengubah metode fungsional menjadi

metode tim pada 5 tahun yang lalu. Dalam upaya tersebut maka kepala ruangan mengajak

seluruh staf keperawatan membahas rencana tersebut dan didapatkan informasi bahwa telah ada

sebanyak 3 orang staf perawat yang pernah mengikuti pelatihan MPKP. Saat ini kepala ruangan

belum menetapkan siapa yang akan menjadi CCM, Perawat Primer (PP) maupun Perawat

Assosiate (PA).
14
2.1. Definisi Manajemen Keperawatan

Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang

lain(Gillies,1989 dalam Mugianti, 2016). Menurut manajemen berfungsi untuk

melakukan semuakegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dalam

batas – batas yang telahditentukan pada tingkat administrasi (Siagian, 1999 dalam

Mugianti, 2016).

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota

stafkeperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien

(Gillies, 1989 dalam Mugianti, 2016).

2.2. Metode manajemen keperawatan

a. Model Asuhan Keperawatan Fungsional

Model asuhan keperawatan fungsional yaitu pengorganisasian tugas keperawatan

yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.

Seorang perawat dapat melakukan dua jenis atau lebih untuk semua klien yang ada di

unit tersebut.

Keuntungan :

a. Perawat trampil untuk tugas dan pekerjaan tertentu.

b. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.

c. Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang

berpengalaman untuk satu tugas sederhana.

d. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang

praktek untuk ketrampilan tertentu.

15
Kerugian :

a. Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak memungkinkan untuk melakukan

keperawatan secara holistic.

b. Apabila pekerjaan selesai cenderung perawat meninggalkan klien dan

melaksanakan pekerjaan non keperawatan.

c. Kepuasan kerja secara keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi kontribusi

terhadap pelayanan.

d. Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai ketrampilan saja.

b. Model Asuhan Keperawatan Tim

Model asuhan keperawatan tim yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan

oleh sekelompok perawat kepada sekelompok klien yang dipimpin oleh perawat

teregistrasi dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya.

Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/Ketua Tim.

Selain itu Ketua Tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggotanya sebelum

tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu

anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan.

Kelebihannya:

a. memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

b. mendukung pelaksanaan proses keperawatan.

c. memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah di atasi dan

memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan dalam model asuhan keperawatan tim adalah komunikasi

antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya

membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.


16
c. Model Asuhan Keperawatan Alokasi Pasien

Model asuhan keperawatan alokasi pasien yaitu pengorganisasian keperawatan

untuk satu atau beberapa pasien oleh satu perawat pada saat tugas / jaga selama

periode waktu tertentu sampai pasien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab

dalam pembagian tugas dan menerima laporan tentang pelayanan keperawatan pasien.

Kelebihan :

a. Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.

b. Memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan yang komprehensif.

c. Memotivasi perawat selalu bersama klien selama bertugas, tugas non keperawatan

dapat dilakukan oleh bukan perawat.

d. Mendukung penerapan proses keperawatan.

e. Kepuasan kerja secara keseluruhan dapat dicapai.

Kekurangan :

a. Beban kerja tinggi terutama jika klien benyak sehingga tugas sederhana

terlewatkan.

b. Peserta didik sulit untuk memperoleh keterampilan khusus yang tidak dilakukan

pada klien yang menjadi kelolaannya.

c. Pendelegasian tugas tertentu.

d. Kelanjutan perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab

klien

e. Kelanjutan perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab

klien bertugas.

17
d. Model Asuhan Keperawatan Primer

Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana

perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan

keperawatan pasien selama 24 jam/hari.. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien,

perencanaan, Implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk

rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat

primer yang dibantuolehperawatasosiet. Keperawatan primer iniakan menciptakan

kesempatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana

asuhan keperawatan berorientasi kepada pasien.

Kelebihan:

a. bersifat kontinuitas dan komprehensif.

b. perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan

memungkinkan pengembangan diri.

c. keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies,

1989 dalam Mugianti, 2016).

Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena

terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu

tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,

informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer

karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu

diperbarui dan komprehensif.

18
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki

pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,

kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh

pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

e. Model Asuhan Keperawatan Moduler (Gabung Asuhan Keperawatan Primer dan

Tim)

pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan yang dilakukan oleh

perawat professional dan non profesional (perawat terampil) untuk sekelompok klien

dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang, disebut tanggung jawab total atau

keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, trampil dan

memiliki kemampuan memimpin. Idealnya 2 - 3 perawat untuk 8 - 12 klien.

2.3. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kriterianya

a. Total care

Pasien yang termasuk dalam klasifikasi total care membutuhkan perawatan kurang

lebih 5-7 jam dalam 24 jam dengan kriteria sebagai berikut:

a) Semua kebutuhan klien dibantu.

b) Perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan.

c) Observasi TTV setiap 2 jam.

d) Makan dan minum melalui NGT.

e) Pengobatan intravena.

b. Partial care

Pasien yang termasuk dalam klasifikasi partial care membutuhkan perawatan kurang

lebih 5-4 jam dalam 24 jam dengan kriteria sebagai berikut:

a) Kebersihan diri dibantu.


19
b) Makan dan minum dibantu.

c) Observasi TTV setiap 4 jam.

d) Ambulasi dibantu.

e) Pengobatan dengan injeksi.

f) Klien dengan kateter urin.

g) Klien dengan infuse dank lien dengan pkeura tinggi.

c. Self care

Pasien yang termasuk dalam klasifikasi minimal care membutuhkan perawatan

kurang lebih 1-2 jam dalam 24 jam dengan kriteria sebagai berikut:

a) Kebersihan diri dilakukan sendiri.

b) Makan dan minum dilakukan sendiri.

c) Ambulasi dengan pengawasan.

d) Observasi ttv setiap pergantian shift.

e) Pengobatan minimal dengan kasus psikologi stabil.

f) Perawatan luka.

2.4. BOR, LOS, dan Cara Menghitungnya

a. BOR

Bed occupancy rate adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan

waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat

pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baik

adalah 80 – 90 % sedangkan standar nasional BOR adalah 70 – 80 %.

Rumus penghitungan BOR sbb:

jumlah hari perawatan


Rumus : × 100%
jumlah TT ×jumlah hari persatuan waktu

20
b. LOS

Indikator ini di samping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat

memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnose tertentu

yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih lanjut). Secara umum ALOS yang

ideal antara 6 – 9 hari di ruang MPKP pengukuran ALOS dilakukan oleh kepala

ruangan yang dibuatsetiap bulan dengan rumus sbb :

jumlah hari perawatan pasien keluar


Rumus : × 100%
jumlah pasein keluar (hidup + mati)

2.5. Kriteria Metode Manajemen Keperawatan

a. Perencanaan

Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam.Semua fungsi manajemen

tergantung dari perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau proses

mental untuk membuat keputusan dan peramalan. Perencanaan harus berorientasi ke

masa depan dan memastikan kemungkinan hasil yang diharapkan (Swansburg, 2001

dalam Siti Saodah at.et. al 2020).

b. Penggunaan waktu efeketif

Penggunaan waktu yang efektif berhubungan dengan pola pengaturan dan

pemanfaatan waktu yang tepat dan memungkinkan terjadinya roda organisasi dan

tercapainya tujuan organisasi.Waktu pelayanan dihitung dan kegiatan perawat

dikendalikan.

1. Timbang terima/operan

Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk

menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan

pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan

21
menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat,

tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan perkembangan pasien

saat itu.Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga berkesinambungan dan

asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan

oleh ketua tim keperawatan kepada 16 ketua tim (penanggung jawab) dinas sore

atau dinas malam secara tertulis dan lisan.

2. Preconference

Preconfrence adalah komunikasi yang dilakukan antara ketua tim dan perawat

pelaksana yang dilakukan setelah perawat-perawat dalam ruangan MPKP

melakukan operan. Preconference membahas tentang rencana kegiatan perawat

dalam jadwaldinas tersebut termasuk didalamnya adalah rencana masing-masing

perawat (rencana harian) dan rencana tambahan dari ketua tim.

3. Postconference

Poscofrenceadalah komunikasi antara ketua tim dan perawat pelaksana yang

membahas hasil-hasil kegiatan sepanjang jadwal dinas dan dilakukan sebelum

dilakukannya operan kepada jadwal dinas berikutnya. Dalam postconference

dibicarakan juga hasil dari asuhan keperawatan dari masing-masing perawat

pelaksana dan hal-hal penting apa yang akan disampaikan pada saat operan

sebagai tindak lanjut asuhan keperawatan

4. Supervisi

Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan

kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan kegiatan

yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Sudjana D, 2004 dalam

Nursalam, 2014). Menurut Depkes (2009), supervisi keperawatan adalah kegiatan


22
pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh

supervisi mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan

peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat.

5. Ronde

Ronde keperawatan ialah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah

keperawatan klien/pasien dan dilakukan oleh perawat selain melibatkan

pasien/klien untuk membahas dan melaksanakan asuhan 30 keperawatan.Ronde

keperawatan dilaksanakan oleh PP bersama dengan PA dan sebaiknya

dilaksanakan setiap hari.Ronde penting dilaksanakan dengan tujuan untuk

supervisi kegiatan PA dan sebagai sarana bagi PP untuk mendapatkan data

tambahan tentang kondisi klien/pasien (Sitorus, 2006).

6. Pendelagasian

Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Pendelegasian

sangat diperlukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan

organisasi. Pendelegasian dalam ruangan MPKP dilaksanakan dalam bentuk

pendelegasian kepala ruangan kepada perawat primer atau ketua tim, dan perawat

primer atau ketua tim kepada perawat pelaksana atau perawat asosiet. Mekanisme

pendelegasian ini adalah pelimpahan tugas dan wewenang, dan dilakukan secara

berjenjang.Dalam penerapannya, pendelegasian terbagi atas pendelegasian

terencana dan pendelegasian insidental (sewaktu-waktu).Pendelegasian terencana

adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem

penugasan yang diterapkan di ruang MPKP. Sedangkan pendelegasian insidental

terjadi jika salah satu personel dalam ruangan MPKP berhalangan hadir.

23
c. Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau

kognitif yang membawa pada pemilihan antara beberapa alternative yang tersedia

yang dilakukan oleh seorang pembuat keputusan. Keputusan ini dibuat untuk

mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau implementasi dari pilihan keputusan yang

diambil.

d. Pengelola atau pemimpin

Manajer yang bertugas mengatur manajemen memerlukan keahlian dan tindakan

nyata agar para anggota menjalankan tugas dan wewenang dengan baik.Adanya

manajer yang mampu memberikan semangat, mengontrol dan mengajak mencapai

tujuan merupakan sumber daya yang sangat menentukan.

e. Tujuan social

Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas dan ditetapkan dalam bentuk

visi, misi, dan tujuan organisasi.

f. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah aktivitas untuk mencapai tujuan

yang diharapkan. Penugasna pada masing-masing kelompok dilakukan berdasarkan

supervise, ada koordinasi, dengan unit lain baik secara horizontal maupun vertical

(Swansburg, 2001 dalam Siti Saodah at.et. al 2020).

g. Perubahan

Perubahan adalah proses penggantian dari suatu hal dengan hal lainnya yang berbeda

dari sebelumnya (Douglas, 1992 dalam Siti Saodah at.et. al 2020). Di dalam

manajemen keperawatan perubahan dijadikan prinsip karena sifat layanan yang

dinamis karakteristik pasien yang akan dilayani.


24
2.6. Defenisi MPKP

Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (Struktur,

Proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur

pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian

asuhan tersebut (Murwani & Herlambang, 2012).

Dalam MPKP professional terdapat beberapa bagian diantaranya :

a. MPKP I, dimana perawat pelaksana memiliki jenjang pendidikan DIII dengan jenjang

karir PK2, sedangkan untuk kepala ruangan dan ketua tim memiliki jenjang

pendidikan S1 keperawatan dengan jenjang karir PK3.

b. MPKP II, dimana perawat pelaksana memiliki jenjang pendidikan DIII Keperawatan

dan mayoritas S1 serta adanya perawat spesialis.

c. MPKP III, dimana semua perawat memiliki jenjang pendidikan S1 keperawatan dan

S2 spesialis dan juga sudah terdapat Doktor keperawatan.

2.7. Tujuan MPKP

Adapun tujuan MPKP sebagai berikut :

a. Meningkatkan mutu askep melalui penataan sistem pemberian asuhan keperawatan.

b. Memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar melaksanakan praktik

keperawatan profesional.

c. Menyediakan kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan penelitian

keperawatan (Murwani & Herlambang, 2012).

25
2.8. Visi Misi MPKP

a. Visi

Merupakan pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasiitu terbentuk

serta tujuan organisasi tersebut. Visi harus dirumuskan sebagai landasan perancanaan

organisasi. Contoh visi MPKP di RS Marzoeki Mahdi adalahmengoptimalkan

kemampuan kepada klien.

b. Misi

Merupakan pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalammencapai visi

yang telah ditetapkan. Contoh misi di RSSM Bogor adalah memberikan pelayanan

prima secara holistik meliputi bio, psiko, dan spiritual dengan pendekatan keilmuan

keperawatan kesehatan jiwa yang professional.

2.9. Sturktur MPKP

a. Kepala ruangan.

Unit perawatan dengan MPKP pemula, kepala ruang ialah dengan kemampuan

atau skill DIII keperawatan yang berpengalaman dan pada MPKP tingkat I ialah

perawat dengan kemampuan S.Kp (S.Kep) atau Ners yang berpengalaman dan

seorang kepala ruang bertugas pada shift pagi. Adapun tugas atau tanggung jawab

dari seorang kepala ruangan, yaitu : Menerima klien/pasien baru, memimpin jalannya

rapat, mengevaluasi kinerja anggota, merancang daftar shift, memfasilitasi

material/bahan, Planning, direction, and observation (Sitorus, 2006).

a) Pendidikan minimal S1 keperawatan, jika belum ada diperbolehkan D3

keperawatan pada MPKP pemula.

b) Pengalaman menjadi kepala ruangan minimal 2 tahun

c) Sehat jasmani dan rohani


26
d) Pernah mengikuti pelatihan yang diperlukan

e) Lulus tes tulis

f) Lulus wawancara

g) Lulus tes presentasi

b. Perawat primer / ketua tim

Pada MPKP pemula yang menjadi perawat primer (PP) ialah lulusan DIII

keperawatan dengan pengalaman minimal empat tahun, dan pada MPKP tingkat I,

yang menjadi PP ialah perawat lulusan S.Kep/S.Kp (Ners) dengan pengalaman

minimal satu tahun. Perawat primer sebaiknya bertugas hanya pada pagi atau sore

karena jika bertugas pada malam hari, PP akan libur beberapa hari sehingga agak sulit

menilai perkembangan pasien/klien, dan apabila bertugas pada sore hari ada baiknya

didampingi oleh minimal satu orang perawat asosiate (PA) hal ini dimaksudkan agar

perawat primer memiliki waktu untuk menilai tingkat perkembangan pasien/klien dan

juga bertangguang jawab pada shift tersebut. Adapun tugas dari seorang PP yaitu,

Merancang intervensi Asuhan Keperawatan, membuat tindakan kolaborasi, 22

memimpin overan (timbang terima), pendelegasian beban atau tugas, memimpin

ronde keperawatan, mengarahkan, membimbing dan memberi tugas kepada PA,

mengevaluasi pemberian asuhan keperawatan oleh PA, responsibilitas terhadap

pasien, memberi petunjuk kepada perawat asosiate (PA) jika pasien akan pulang, dan

pengisian resume keperawatan (Sitorus, 2006).

a) Pendidikan minimal S1 keperawatan, jika belum ada diperbolehkan D3

keperawatan pada MPKP pemula.

b) Punya pengalaman kerja 2 tahun untuk D3 keperawatan dan magang 3 bulan

untuk S1
27
c) Sehat jasmani dan rohani

d) Pernah mengikuti pelatihan yang diperlukan

e) Lulus tes tulis

f) Lulus tes wawancara

c. Perawat associate / perawat pelaksana

Pada MPKP tingkat pemula atau MPKP tingkat I yang menjadi perawat asosiate

(PA) ialah perawat dengan kualifikasi pendidikan DIII keperawatan.Namun pada

beberapa situasi jika ada beberapa tenaga keperawatan yang belum melanjutkan

pendidikannya ke perguruan tinggi maka yang menjadi PA adalah perawat lulusan

SMU/SPK tetapi telah mempunyai pengalaman yang cukup lama di rumah sakit.

Adapun tugas dari seorang PA (perawat asosiate) antara lain : Memberikan asuhan

keperawatan, mengikuti proses timbang terima (operan), menjalankan tugas yang

didelegasikan dari PP (perawat primer), mendokumentasikan semua implementasi

keperawatan) (Sitorus, 2006).

a) Pendidikan minimal D3 keperawatan

b) Pengalaman kerja minisal 1 tahun

c) Sehat jasmani dan rohani

d) Lulus tes tulis

e) Lulus tes wawancara

d. CCM

Pada unit perawatan dengan MPKP pemula, clinical care manager ialah S.Kp

(S.Kep) atau Ners dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I ialah seorang Ners

spesialis. Sedangkan pada tingkat II, jumlah ners spesialis lebih dari satu orang

disesuaikan dengan kekhususan (Majoring) kasus yang tersedia. Seorang CCM


28
bertugas pada shift (dinas) pagi dan sebaiknya CCM telah mempelajari atau

berpengalaman pernah menjadi perawat primer (PP) minimal enam bulan. Adapun

tugas dari seorang CCM, yaitu : membimbing perawat primer (PP) dalam

implementasi MPKP, bersama dengan PP memvalidasi setiap diagnosis keperawatan,

mengarahkan PP 21 dalam membuat standar asuhan keperawatan (renpra), bersama

dengan PP membuat pembagian tugas PA (perawat asosiate), mempresentasikan isu-

isu terbaru terkait dengan asuhan kepeawatan, mengidentifikasi fakta atau temuan,

mengidentifikasi hasil penelitian, merancang dan melakukan penelitian, bekerja sama

dengan kepala ruangan dalam melakukan penilaian evaluasi tentang mutu asuhan

keperawatan dan implementasi MPKP (Sitorus, 2006).

2.10. Sejarah MPKP

Diberbagai negara relah banyak dilakukan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan

mutu asuhan keperawatan melalui pengembangan program atau MPKP. Beberapa

diantaranya; Pengembangan “ Profesional practice model, IOWA Veterans Home” pada

tahun 1967. Pada artikel ini dijelaskan; “ the model defines a self-governance structure

and procces that assure participation of all nurse in decision pertaining to the definition,

delivery and evaluation of nursing care”.Model didasarkan pada pandangan bahwa

perawat adalah profesi yang mandiri.Hal ini memungkinkan perawat berperan sebagai

pembela utama dalam memenuhi kebutuhan klien.Berdasarkan evaluasi, didapat model

ini dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang dinilai dari penurunan infeksi

pada kateter urin, penurunan angka decubitus, disamping itu dilaporkan bahwa angka

perpindahan perawat menurun.

29
Professional practice model juga dikembangkan di Beth Israel Hospital pada

tahun 1973. Focus model adalah the carring relationship between the patient/family and

the nurse.Pada evaluasi pelaksanaan model didapat peningkatan kepuasan perawat dan

kepuasan klien setelah model dilaksanakan.

Pada tahun 1991, the professional transition workshop merupakan suatu program

yang dilakukan di Medical Colege of Virginia Hospitals and Physisians.Kelompok ini

terdiri dari pelaksana keperawatan, perawat manajer, direktur keperawatan dan perawat

spesialis klinik.Hasil yang dicapai perawat mempunyai kemampuan “critical thinking”

yang tinggi dan memahami pentingnya hubungan perawat pasien yang baik dalam praktik

keperawatan.

A transformational Model juga dilakukan di “Sadyside Hospital” pada tahun

1992.Hasil yang didapat menunjukkan kepuasan klien dan kepuasan perawat yang tinggi

secara kuantitatif dan secara kualitatif staf keperawatan lebih memberi perhatian pada

pekerjaannnya.

Pada tahun 1981, John Hopkins Hospital juga memulai Profesional Practice

Model pada tahun 18 ruang rawat dalam upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

Model ini menekankan pada penghayatan nilai-nilai profesi, masalah pengorganisasian

keperawatan dan pemberian tanggung jawab pada perawat professional dan terdapat

konsep manajemen yang mandiri pada tingkat ruang rawat (unit level self management

model). Didapat juga bahwa kepuasan perawat di ruang yang melaksanakan

dibandingkan dengan ruang rawat tanpa model dan angka perpindahan perawat lebih

rendah pada ruang rawat yang melaksanakan model dibandingkan ruang rawat tanpa

model.

30
Sejak tahun 1996, dicetuskanlah konsep model praktik manajemen keperawatan

professional fakultas ilmu keperawatan universitas Indonesia rumah sakit umum pusat

nasional dr. cipto mangunkusumo (MPKP FIKUI-RSUPNCM) oleh Dr. Ratna Sitorus

Pada tahap uji coba, terbukti bahwa konsep MPKP dapat meningkatkan mutu

asuhan keperawatan dinilai dari kepuasan keluarga maupun pasien. Kepatuhan perawat

terhadap standar meningkat, infeksi nosokomial mulai menurun, dan waktu perawatan

pasien lebih singkat. Konsep MPKP mulai disosialisasikan pada tahun 1998 secara

nasional. Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Kesehatan

memperkenalkan pengembangan konsep MPKP yaitu system pemberian pelayanan

keperawatan professional (SP2KP).

2.11. Tugas dan fungsi MPKP

a. Nilai-nilai professional

b. Pendekatan manajemen

c. Metode pemberian askep

d. Hubungan professional

e. System kompensasi dan penghargaan

2.12. Cara menyusun manajemen MPKP

a. Perencanaan

Langkah awal yang dilakukan dalam berorganisasi adalah membuat perencanaan.

Tanpa adanya perencanaan yang jelas, mustahil sebuah organisasi mampu mencapai

tujuan yang diinginkannya. Oleh karena itu tahap awal dalam perencanaan harus

benar-benar diperhitungkan karena hal ini akan berpengaruh terhadap maju

mundurnya suatu organisasi. Ada 4 tahap proses perencanaan yang dikutip dari

31
Dwiyana (2018) yaitu menetapkan target atau tujuan, merumuskan keadaan saat ini,

identifikasi masalah, mengembangkan rencana atau serangkai kegiatan.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian ini memiliki fungsi utama sebagai cara untuk mengelompokkan

pekerjaan. Setiap pekerja uang direkrut oleh lembaga atau organisasi akan

ditempatkan sesuai dengan bidangnya,sesuai dengan keahliannya dan sesuai dengan

kemampuannya. Beberapa hal yang juga harus dilakukan dalam fungsi organisasi

yaitu, menentukan tugas yang mengacu pada tujuan yang telah direncanakan,

membagikan atau mengelompokkan tugas-tugas kepda ahlinya, mengalokasikan

sumber daya, mengawasi setiap pekerjaan.

c. Pengarahan

Menurut Huber (2000) dalam Siti Saodah at.et.al (2020) pengarahan merupakan

funsi manajemen yang melakukan pemantauan dan menyesuaikan perencanaan,

proses, dan sumber daya yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

d. Pengawasan

Pengawasan penting dilakukan untuk memastikan bahwa pelayanan dan asuhan

keperawatan telah berjalan sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.

Pengawasan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

e. Pengendalian

Pengendalian adalah proses pengamatan secara terus menerus terhadap rencana

kerja yang telah disusun dan mengoreksi penyimpangan yang terjadi. Pengendalian

dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan dan mengoreksi penyimpangan penting

dalam hasil yang dicapai dari aktivitas yang direncanakan.


32
2.13. Kelebihan dan Kekurangan MPKP

a. Kelebihan MPKP

1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.

3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan

memberikan kepuasan pada anggota tim

4. Bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan

5. Ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar

6. Ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan Nursing

b. Kekurangan MPKP

1. Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim,

membutuhkan waktu dimana sulit melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk.

2. Akuntabilitas pada tim.Konsep

3. Beban kerja tinggi

4. Pendelegasian tugas terbatas

5. kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab

klien tugas

2.14. Pilar – pilar MPKP

Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar

diantaranya adalah :

a. Pilar I : Pendekatan manajemen keperawatan

Dalam model praktik keperawatan mensyaratkan pendekatan manajemen sebagai

pilar praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan

manajemen terdiri dari :


33
1. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi

(Perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek : harian,

bulanan dan tahunan).

2. Pengorganisasian dengan menyusun struktur organisasi, jadwal dinas dan daftar

alokasi pasien.

3. Pengarahan, dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan

motivasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencakup pre dan post

konferens dan manajemen konflik.

4. Pengawasan

5. Pengendalian

b. Pilar II : Sistem Penghargaan

Manajemen sumber daya mansia diruang model praktik keperawatan professional

berfokus pada proses rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf

perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada

penambahan perawatan baru.

c. Pilar III : Hubungan Profesional

Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim kesehatan)

dalam penerima pelayanan keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaannya

hubugan professional secara internal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk

pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim

kesehatan dan lain-lain. Sedangkan hubungan professional sevara eksternal adalah

hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.

34
d. Pilar IV : Manajemen Asuhan Keperawatan

Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawatan dengan

menggunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan

keperawatan yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan

menerapkan proses keperawatan

35
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus,

model fungsional, model tim, model primer, dan model modular. Masing-masing model

juga memiliki kelebihan maaupun kekurangannya sehingga pemberian asuhan

keperawatan dapat dilakukan dalam berbagai macam metode.

Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas

dan prosedur keperawatan.Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung

jawab terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien

dengan pemberian perawatankonstan untuk periode tertentu.

Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (Struktur,

Proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur

pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian.

Kelebihan MPKP adalah memungkinkan pelayanan keperawatan yang

menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan. memungkinkan komunikasi

antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan pada anggota tim,

bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan, ruang

MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar, ruang rawat MPKP

sangat menunjang program pendidikan Nursing

36
Kekurangan MPKP ialah Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk

konferensi tim, membutuhkan waktu dimana sulit melaksanakannya pada waktu-waktu

sibuk, akuntabilitas pada tim konsep, beban kerja tinggi, pendelegasian tugas terbatas,

kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab klien

tugas

3.2. Saran

Diharapkan para pembaca memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah

agar dapat membuat makalah yang baik dan benar. Terutama litelatur yang berhubungan

dengan model praktik keperawatan profesional supaya mempermudah mahasiswa

perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada pasien.

37
DAFTAR PUSTAKA

Kelliat, Budi Anna. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC

Marquis, B. L. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan : teori & aplikasi. Jakarta:

EGC.

Mugianti, Sri. (2016). Manajemen dan KepemimpinanDalam Praktek Keperawataan. Jakarta:

Pusdik SDM Kesehatan

Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan :Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Nasional,

edisi 4. Jakarta: Salemba

Sitorus, R. (2006). Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Saki: Penataan Struktur

dan Proses (sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: EGC

Supriganto, Agus. 2020. Praktik Manajemen Keperawatan. Pantera publisihing

38

Anda mungkin juga menyukai