Anda di halaman 1dari 18

EVIDENCE BASED PRACTICE PADA KEPERAWATAN KRITIS

Oleh

Kelompok 6
Munira Ulfa Muna
P1337420921217

Dosen Pengampu:
Sudiarto, MN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Dampak Evidence Based Practice Pada Keperawatan
Kritis” . Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari
Mata Kuliah Keperawatan Kritis.

Makalah ini ditulis berdasarkan berbagai sumber yang berkaitan dengan


materi yang ingin disampaikan. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada
pengajar mata kuliah Mata Kuliah Keperawatan Kritis atas bimbingan dan arahan
dalam penulisan makalah ini, dan juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
memberikan masukan dan pandangan, sehingga dapat terselesaikannya makalah
ini.

Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan mengenai Mata


Kuliah Keperawatan Kritis terutama mengenai materi. Sehingga saat pemilihan
atau penempatan kata untuk memahami makna suatu kata, juga dapat
meminimalisir kesalah pahaman yang akan terjadi yang dikarenakan penempatan
kata yang gunakan. Penulis berharap bagi pembaca untuk dapat memberikan
pandangan dan wawasan agar makalah ini menjadi lebih baik.

Semarang, 12 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................. 1
KATA PENGANTAR .............................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................... 6
2.1 Konsep Evidence Based Practice Keperawatan dalam
Keperawatan kritis................................................................... 6
1....Definisi EBP dalam Keperawatan Kritis.......................... 6
2....Tujuan EBP dalam Keperawatan Kritis............................ 7
3....Manfaat EBP dalam Keperawatan Kritis.......................... 8
4....Persyaratan dalam Penerapan EBP dalam Keperawatan
Kritis................................................................................. 8
5....Model Implementasi EBP dalam Keperawatan Kritis...... 9
6....Langkah-Langkah EBP dalam Keperawatan Kritis.......... 10
7....Penerapan EBP dalam Proses Keperawatan Kritis........... 10
8....Hambatan Untuk Menggunakan EBP dalam
Keperawatan Kritis........................................................... 11
9....Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan EBP
dalam Keperawatan Kritis................................................. 12
2.2 Evidence Based Practice dalam Keperawatan Kritis............... 13
1....Analisis............................................................................. 13
2....Pembahasan...................................................................... 15
BAB III PENUTUP............................................................................... 17
3.1 Kesimpulan.............................................................................. 17
3.2 Saran........................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan merupakan salah satu komponen pembangunan bidang


kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan Nasional.
Perawat juga ikut menentukan mutu pelayanan dari kesehatan. Kualitas peng-
obatan atau kesembuhan seorang pasien bergantung kepada perawat karena
memegang peranan penting terhadap kesembuhan pasien. Perawat setiap hari
akan bertemu langsung dengan pasien sehingga ketika terjadi hal – hal yang
aneh atau masalah lainnya itu semua adalah tanggung jawab seorang perawat.
Oleh karena itu, perawat harus memberikan pelayanan yang bermutu,
berkualitas, dan terbaik kepada pasien. Namun demikian, tidak seperti yang
kita bayangkan.

Evidence-Based Practice (EBP), merupakan pendekatan yang dapat


digunakan dalam praktik perawatan kesehatan, yang berdasarkan evidence
atau fakta. Selama ini, khususnya dalam keperawatan terutama keperawatan
kritis, seringkali ditemui praktik-praktik atau intervensi yang berdasarkan
“biasanya juga begitu”. Hal tersebut berkaitan antara masalah yang dilakukan
oleh perawat dalam praktik keperawatan disebabkan karena perawat kurang
mengaplikasikan EBP dalam tugasnya untuk memenuhi pelayanan kesehatan.

Sebagai contoh, penerapan kompres dingin dan alkohol bath masih sering
digunakan tidak hanya oleh masyarakat awam tetapi juga oleh petugas
kesehatan, dengan asumsi dapat menurunkan suhu tubuh lebih cepat,
sedangkan penelitian terbaru mengungkapkan bahwa penggunaan kompres
hangat dan teknik tepid sponge meningkatkan efektifitas penggunaan kompres
dalam menurunkan suhu tubuh. Maka dari itu diperlukan penggunaan
ecidence based dalam praktik yang tentunya untuk meningkatkan pelayanan
yang lebih efektif dan efisien menjadi tuntutan sekaligus tantangan besar yang
harus di cari problem solving-nya.

4
Tujuan dari EBP adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan,
yang selalu mendahulukan keselamatan pasien dan pada akhirnya membantu
untuk menurunkan hospital costs. EBP bukan merupakan satu-satunya
langkah atau metode untuk memberikan pelayanan yang maksimal dan
berkualitas. Tapi, EBP merupakan salah satu langkah yang dapat menjamin
pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat adalah berkualitas, tepat
sasaran dan memang didasarkan oleh studi yang kredibel dan dapat dipercaya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumusan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Konsep Evidance Based Practiced dalam Keperawatan?
2. Bagaimana Evidence Based Practice dalam Keperawatan kritis?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana Konsep Evidance Based Practiced dalam Keperawatan?
2. Bagaimana Evidence Based Practice dalam Keperawatan kritis?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Evidence Base Practice (EBP) dalam Keperawatan Kritis

1. Definisi Evidence based practice (EBP)

Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan


membantu tenaga kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu
memperoleh informasi terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat
keputusan klinis yang efektif dan efisien sehingga dapat memberikan
perawatan terbaik kepada pasien (Macnee, 2011). Sedangkan menurut
(Bostwick, 2013) evidence based practice adalah starategi untuk memperolah
pengetahuan dan skill untuk bisa meningkatkan tingkah laku yang positif
sehingga bisa menerapakan EBP didalam praktik. Dari kedua pengertian EBP
tersebut dapat 17 dipahami bahwa evidance based practice merupakan suatu
strategi untuk mendapatkan knowledge atau pengetahuan terbaru berdasarkan
evidence atau bukti yang jelas dan relevan untuk membuat keputusan klinis
yang efektif dan meningkatkan skill dalam praktik klinis guna meningkatkan
kualitas kesehatan pasien.

Haynes et al (1996) membuat suatu model keputusan klinis berdasarkan


bukti ilmiah. Pada model tersebut, terdapat 4 komponen yang dapat
mempengaruhi pengelolaan masalah yang dihadapi pasien yaitu :

a. Keahlian klinis Keahlian klinis merupakan elemen penting dalam


mengaplikasikan aturan-aturan dan panduan yang ada dalam memberikan
asuhan keperawatan.

b. Bukti/hasil penelitian Kunci penggunaan bukti/hasil penelitian adalah


dengan memastikan bahwa desain penelitian yang tepat digunakan untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Masing-masing desain penelitian
mempunyai tujuan, kekuatan dan kelemahan. Penelitian kuantitatif
(randomized trials dan review sistematik) merupakan desain penelitian
yang terbaik untuk mengevaluasi intervensi keperawatan. Di lain pihak,
penelitian kualitatif merupakan desain terbaik yang dapat digunakan untuk
memahami pengalaman, tingkah laku dan kepercayaan pasien.

6
c. Pilihan pasien Pilihan pasien terhadap asuhan perawatan dapat meliputi
proses memilih perawatan alternatif dan mencari second opinions. Dewasa
ini pasien telah mempunyai akses yang luas terhadap informasi klinis dan
menjadi lebih sadar tehadap kondisi kesehatannya. Pada beberapa hal,
pilihan pasien merupakan aspek penting dalam proses pengambilan
keputusan klinis.

d. Sumber - sumber Yang dimaksud dengan sumber-sumber di sini adalah


sumber-sumber terhadap perawatan kesehatan. Hampir seluruh keputusan
dalam perawatan kesehatan mempunyai implikasi terhadap sumber-sumber,
misalnya pada saat suatu intervensi mempunyai potensi yang
menguntungkan bagi pasien, namun tidak dapat segera dilaksanakan
karena keterbatasan biaya.

2. Tujuan Evidence based practice (EBP)

Tujuan utama di implementasikannya evidance based practice di


dalam praktek keperawatan adalah untuk meningkatkan kualitas perawatan
dan memberikan hasil yang terbaik dari asuhan keperawatan yang diberikan.
Selain itu juga, dengan dimaksimalkannya kualitas perawatan tingkat
kesembuhan pasien bisa lebih cepat dan lama perawatan bisa lebih pendek
serta biaya perawatan bisa ditekan (Madarshahian et al., 2012). Selain itu ada
beberapa tujuan yang dirumuskan, antara lain:

a. Memberikan data pada perawat praktisi berdasarkan bukti ilmiah agar


dapat memberikan perawatan secara efektif dengan menggunakan hasil
penelitian yang terbaik, menyelesaikan masalah yang ada di tempat
pemberian pelayanan terhadap pasien, mencapai kesempurnaan dalam
pemberian asuhan keperawatan dan jaminan standar kualitas dan untuk
memicu adanya inovasi (Grinspun, Virani & Bajnok, 200l / 2002).

b. Menurut Stout & Hayes (2005), EBP bertujuan untuk memberi alat,
berdasarkan bukti-bukti terbaik, untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani gangguan kesehatan artinya dalam memilih suatu pendekatan
pengobatan kita hendaknya secara empiris melihat kajian penelitian yang
menunjukkan keefektifan suatu pendekatan terapi tertentu pada diri

7
individu tertentu

3. Manfaat Evidence based practice (EBP)


Ada beberapa manfaat dari Evidence based practice (EBP) menurut Trinder &
Reynolds, 2006) diantaranya:

a. Menjadi jembatan antara penelitian dan praktik


b. Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk
c. Mencegah terjadinya informasi yang overload terkait hasilhasil
penelitian
d. Mengeliminasi budaya “practice which is not evidence based”
e. berbasis bukti
f. Meningkatkan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan
g. Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat penting untuk
meningkatkan kualitas perawatan pada pasien

4. Persyaratan dalam penerapan evidence based practice (EBP)

Dalam menerapkan EBP, perawat harus memahami konsep penelitian


dan tahu bagaimana secara akurat mengevaluasi hasil penelitian. Konsep
penelitian meliputi antara lain proses/langkah-langkah dalam penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif, etika penelitian, desain penelitian, dan
sebagainya. Keakuratan dalam mengevaluasi hasil penelitian antara lain dapat
ditingkatkan dengan menggunakan panduan yang sesuai dengan desain dan
jenis penelitian yang dilakukan. Tingkatan Hirarki dari penerapan EBP
Tingkatan hirarki digunakan untuk mengukur kekuatan suatu evidence dari
rentang tingkatan rendah menuju ke tingkatan tinggi :

a. Laporan fenomena atau kejadian - kejadian yang kita temuai sehari – hari

b. Studi kasus

c. Studi lapangan atau laporan deskriptif

d. Studi percobaan tanpa penggunaan teknik pengambilan sampel secara


acak (random)

e. Studi percobaan yang menggunakan setidaknya ada satu kelompok

8
pembanding dan menggunakan sampel secara acak

f. Systemic reviews untuk kelompok bijak bestari atau metaanalisa yaitu


pengkajian berbagai penelitian yang ada dengan tingkat kepercayaan
yang tinggi.

5. Model implementasi evidence based practice


1) Model Settler
Merupakan seperangkat perlengkapan/media penelitian untuk
meningkatkan penerapan Evidence based. 5 langkah dalam Model Settler:

Fase 1 : Persiapan

Fase 2 : Validasi

Fase 3 : Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan

Fase 4 : Translasi dan aplikasi

Fase 5 : Evaluasi

2) Model IOWA Model of Evidence Based Practice to Promote Quality


Care
Model EBP IOWA dikembangkan oleh Marita G. Titler, PhD, RN,
FAAN, Model IOWA diawali dari pemicu/masalah. Pemicu/masalah ini
sebagai focus ataupun focus masalah. Jika masalah mengenai prioritas
dari suatu organisasi, tim segera dibentuk. Tim terdiri dari stakeholders,
klinisian, staf perawat, dan tenaga kesehatan lain yang dirasakan penting
untuk dilibatkan dalam EBP. Langkah selanjutkan adalah mensistesis
EBP. Perubahan terjadi dan dilakukan jika terdapat cukup bukti yang
mendukung untuk terjadinya perubahan . kemudian dilakukan evaluasi
dan diikuti dengan diseminasi (Jones & Bartlett, 2004; Bernadette Mazurek
Melnyk, 2011).

3) Model konseptual Rosswurm & Larrabee


Model ini disebut juga dengan model Evidence Based Practice
Change yang terdiri dari 6 langkah yaitu :

9
Tahap 1 :mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis

Tahap 2 : tentukkan evidence terbaik

Tahap 3 : kritikal analisis evidence

Tahap 4 : design perubahan dalam praktek

Tahap 5 : implementasi dan evaluasi perunbahan

Tahap 6 : integrasikan dan maintain perubahan dalam praktek

Model ini menjelaskan bahwa penerapan Evidence Based Nursing ke


lahan paktek harus memperhatikan latar belakang teori yang ada,
kevalidan dan kereliabilitasan metode yang digunakan, serta penggunaan
nomenklatur yang standar.

6. Langkah-langkah dalam evidence based practice (EBP)

Langkah-langkah dalam proses evidance based practice adalah sebagai berikut:

a. Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry)

b. Mengajukan pertanyaan PICO(T) question

c. Mencari bukti-bukti terbaik

d. Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan

e. Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien


untuk membuat keputusan klinis terbaik

f. Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP

g. Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)

7. Penerapan evidence based practice (EBP) pada keperawatan Kritis


a. Mengakui status atau arah praktek dan yakin bahwa pemberian
perawatan berdasarkan fakta terbaik akan meningkatkan hasil
perawatan klien.

10
b. Implementasi hanya akan sukses bila perawat menggunakan dan
mendukung “pemberian perawatan berdasarkan fakta”.
c. Evaluasi penampilan klinik senantiasa dilakukan perawat dalam
penggunaan EBP.
d. Praktek berdasarkan fakta berperan penting dalam perawatan
kesehatan.
e. Praktek berdasarkan hasil temuan riset akan meningkatkan kualitas
praktek, penggunaan biaya yang efektif pada pelayanan kesehatan.
f. Penggunaan EBP meningkatkan profesionalisme dan diikuti dengan
evaluasi yang berkelanjutan.
g. Perawat membutuhkan peran dari fakta untuk meningkatkan intuisi,
observasi pada klien dan bagaimana respons terhadap intervensi yang
diberikan. Dalam tindakan diharapkan perawat memperhatikan etnik,
sex, usia, kultur dan status kesehatan.

8. Hambatan untuk Menggunakan evidence based practice (EBP)

Hambatan dari perawat untuk menggunakan EBP penelitian dalam


praktik sehari-hari sebagai berikut dikutip dalam berbagai penelitian,
diantaranya (Clifford &Murray, 2001) antara lain :

a. Kurangnya nilai untuk penelitian dalam praktek

b. Kesulitan dalam mengubah praktek

c. Kurangnya dukungan administratif

d. Kurangnya mentor berpengetahuan

e. Kurangnya waktu untuk melakukan penelitian

f. Kurangnya pendidikan tentang proses penelitian

g. Kurangnya kesadaran tentang praktek penelitian atau berbasis bukti

h. Laporan Penelitian/artikel tidak tersedia

i. Kesulitan mengakses laporan penelitian dan artikel

j. Tidak ada waktu dalam bekerja untuk membaca penelitian

k. Kompleksitas laporan penelitian

11
l. Kurangnya pengetahuan tentang EBP dan kritik dari artikel

m. Merasa kewalahan

n. Lingkungan kerja tidak mendukung dalam usaha mencari informasi hasil


penelitian

9. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Evidence Based


Practice (EBP)

Secara umum, usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan EBP


adalah:

a. Meningkatkan akses terhadap hasil-hasil penelitian

b. Mengajarkan ketrampilan untuk mengkritisi hasil penelitian

c. Mengadakan konferensi terkait penggunaan hasil-hasil penelitian

d. Membuat jurnal yang memuat hasil penelitian

Menurut Polit & Hungler (1999) membagi usaha yang dapat dilakukan
tersebut berdasarkan latar belakang perawatnya:

a. Oleh perawat peneliti:

1) Melakukan penelitian yang berkualitas tinggi

2) Melakukan penelitian yang hasilnya relevan dengan kondisi di tempat


pemberian asuhan keperawatan

3) Mengulang penelitian

4) Melakukan kolaborasi dengan perawat praktisi

5) Mendesiminasikan hasil penelitian secara luas dan proaktif

6) Melakukan komunikasi dengan jelas

7) Penelitian yang dilakukan mempunyai implikasi klinis

b. Oleh Perawat pendidik :

1) Menerapkan hasil penelitian ke dalam kurikulum pengajaran

2) Mendorong digunakannya hasil-hasil penelitian

12
3) Memberikan masukan pada peneliti

c. Oleh perawat praktisi dan mahasiswa keperawatan :

1) Banyak membaca hasil penelitian dan mengkritisinya

2) Menghadiri konferensi/seminar/workshop

3) Belajar untuk mencari bukti ilmiah bahwa suatu prosedur efektif


digunakan

4) Mencari lingkungan yang mendukung penggunaan hasil-hasil


penelitian

5) Terlibat dalam klub-klub penelitian

6) Berkolaborasi dengan perawat peneliti

7) Mencari dan berpartisipasi dalam proyek-proyek penelitian dan


penggunaan hasil-hasil penelitian

d. Oleh perawat pengelola :

1) Membangun keingintahuan intelektual

2) Memberikan dukungan secara emosional atau moral

3) Memberikan dukungan keuangan atau sumber-sumber yang


dibutuhkan dalam penggunaan hasil penelitian

4) Memberikan penghargaan terhadap usaha menggunakan hasil-hasil


penelitian

2.2 Evidence Based Practice (EBP) dalam Keperawatan Kritis

1. Analisi jurnal

Judul Nyeri Pasien Kritis Pada Intervensi Sleep Hygiene Care Di


Penelitian Intensive Care Unit

Tahun 2019

Peneliti Heru Suwardianto dan Dyah Ayu Kartika Wulan Sari

13
Ringkasan Rasa nyeri pada pasien kritis merupakan masalah nyata dan
Jurnal mengganggu pada pasien kritis. Beberapa kondisi pada pasien
kritis adalah penurunan tingkat kesadaran, pergerakan tubuh
terbatas, dan tidak bisa mengungkapkan apa yang dirasakan
termasuk rasa nyeri yang dialaminya. Nyeri tersebut disebabkan
pengkajian nyeri pada pasien kritis dengan penurunan kesadaran
menjadi tantangan bagi perawat.

Penyebab nyeri yang beberapa diidentifikasi diantaranya


traumatik injuri, tindakan standar prosedur (pengangkatan tube,
mobilisasi dini, suction endotrakeal dan tindakan invasif
lainnya), penyakit akut, pembedahan, peralatan invasif (Barr et
al., 2013). Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi respon
nyeri pada pasien apalagi dengan pengkajian nyeri yang tidak
tepat dapat menyebabkan tidak dikenalnya masalah nyeri
sehingga nyeri tidak tertangani (Suwardianto, 2013).

Peran perawat untuk mendeteksi dan mengkaji faktor lingkungan


dalam hal ini adalah saat pasien tidur yang sering disebut dengan
sleep hygiene. Hal ini yang menyebabkan pengkajian nyeri di
area keperawatan kritis merupakan hal yang sangat kompleks.
Perawat dalam memahami dan mengidentifikasi pasien kritis
untuk memahami kondisi pasien kritis selanjutnya sangatlah
penting dan mendukung pemulihan pasien.

Tujuan Untuk mengetahui gambaran nyeri pasien kritis dengan sleep


Penelitian hygiene care di Ruangan Perawatan Kritis.

Kelebihan 1. Kelebihan
dan Teknik yang digambarkan dalam penelitan dilakukan dengan
Kekurangan mudah dan tidak membutuhkan alat ataupun biaya

2. Kekurangan

14
Tidak ada pembanding dengan penelitian yang sebelumnya
dilaukan, sehingga tidak terlihat perbedaannya.

2. Pembahasan
a. Patient/population/problem
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik, untuk mengukur
atau memberikan gambaran berdasarkan variabel yang telah ditentukan
menggunakan instrument kuesioner dengan sampel data berjumlah 170
pasien kritis yang dirawat di ICU membuat sabuah kesimpulan hasil yang
didapatkan.
b. Intervention/ treatment
Pada penelitian ini intervensi yang dilakukan pada 170 pasien yang kritis
yang telah terpasang ventilator mekanik untuk mengetahui tingkat nyeri
dengan pengukuran CPOT dengan pemberian sleep hygiene dengan hasil
yang didapatkan nilai mean variabel tidak normal, yaitu suhu (38,9 c),
tekanan darah (119,64/74,56 mmHg), frekuensi nadi 107,58 x/menit) dan
frekuensi napas (26,34 x/menit) menunjukkan proses tidur penting untuk
mendukung hemodinamik pasien kritis yang dirawat di ICU.
c. Comperasion Intervention/ treatment

Komporasi jurnal ini adalah jurnal ini menghubungkan antara masalah


dengan intervensi dalam perbaikan hemodinamik pasien kritis yang
dirawat di ruangn ICU yaitu pasien yang dirawat diruang ICU
menggunakan ventilator mekanik tanpa penerapan sleep hygiene. Penilaian
dari intervensi yang dilakukan didapatkan hasil nilai tidak normal dimana,
sehingga menunjukkan proses tidur mendukung dalam peningkatan
hemodinamik pasien kritis. Serta pengukuran tingkat nyeri menggunakan
CPOT menunjukkan gambaran hampir seluruh responden menunjukkan
tolerating ventilator or movement (72,9%) serta didapatkan sebagian besar
pengkajian muscle tension menunjukkan relaxed (51,8%) dan hasil skala
nyeri berdasarkan CPOT sebagian besar responden memilki mild pain
sebanyak 64 responden (37,8%) dari 170 responden. Fokus utama
penatalaksanaan pasien kritis yang dirawat di ruang ICU untuk mengetahui

15
gambaran gambaran nyeri pasien kritis dengan sleep hygiene care di
Ruangan Perawatan Kritis yang akhirnya dapat memperbaiki
hemodinamik pasien kritis yang dirawat di ruang ICU.
d. Outcome
Pada penelitian ini memberikan gambaran bahwa proses tidur dalam
penerapan sleep hygiene pada pasien kritis yang dirawat diruang ICU
terhadap timbulnya kebisingan yang disebabkan oleh pemasangan alat
ventilator mekanik sangat berpengaruh dalam peningkatan hemodinamik
pasien yang harus dipantau, serta tingkat skala nyeri yang di ukur
berdasarkan CPOT juga menjadi pengukuran untuk mencapai kondisi yang
optimal dengan mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien. Asuhan
keperawatan dapat dikembangkan berdasarkan hasil penelitian ini, karena
bagi perawatan praktisi hasil penelitian ini dapat diterapkan pada proses
penerapan sleep hygiene dengan pengaturan lingkungan yang nyaman,
suhu, pencahayaan serta kebisingan yang ditimbulkan dari pemasangan
ventilator mekanik yang juga menjadi salah satu penyebab nyeri akibat
tindakan invasive serta lingkungan yang tidak mendukung serta
mempengaruhi hemodinamik pasien, sehingga proses tidur menjadi hal
yang harus diperhatian dalam pemberian asuhan keperawatan dalam
mengoptimalkan tingkat nyeri yang dirasakan.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Evidence Based Practice (EBP) merupakan upaya untuk mengambil
keputusan klinis berdasarkan sumber yang paling relevan dan valid yang
bertujuan untuk memberikan data pada perawat praktisi berdasarkan bukti
ilmiah agar dapat memberikan perawatan secara efektif dengan menggunakan
hasil penelitian yang terbaik, menyelesaikan masalah yang ada di tempat
pemberian pelayanan terhadap pasien, mencapai kesempurnaan dalam
pemberian asuhan keperawatan dan jaminan standar kualitas dan untuk
memicu adanya inovasi dan bermanfaat sebagai jembatan antara penelitian
dan praktik keperawatan.

Pasien kritis dapat menginterpretasikan pengalaman nyeri tanpa


mengungkapkannya. Pasien kritis mengalami rasa nyeri karena lingkungan,
tindakan, dan respon dari penyakitnya. Sleep hygiene merupakan modifikasi
lingkungan saat pasien tidur malam. Modifikasi lingkungan berupa pengaturan
suhu, kebisingan dan pencahayan. Hal ini menunjukkan bahwa proses istirahat
tidur penting untuk mendukung hemodinamik pasien dan berespon pada
penurunan nyeri. Sehingga peran perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan perlu terus didukung dalam mencapai asuhan keperawatan
mengurangi nyeri yang optimal.

3.2 Saran
Penerapan EBP perlu ditingkatkan kembali dalam praktik keperawatan
khususnya dalam intervensi kepada pasien. Karena ketika EBP dilakukan
dengan baik, maka pasien yang dirawat akan menerima dampak yang baik
pula. Maka dari itu, pengetahuan mengenai EBP harus di perlu diperhatikan
bagi para tenaga kesehatan khususnya perawat yang dituntut untuk
profesionalitas tinggi dengan berbagai kompetensi dan skill.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bostwick, L. (2013.). Evidence-Based Practice Clinical Evaluation Criteria for


Bachelor of Science in Nursing Curricula A Dissertation submitted (PhD
Thesis). College of Saint Mary.

Dwi Hapsari, Elsi S.Kp, M.S., D.S. Pengantar Evidance Based Nursing. Jurnal
Blok 1.1

Hsieh, S.-I., Hsu, L.-L., & Huang, T.-H. (2016). The effect of integrating
constructivist and evidence-based practice on baccalaureate nursing
student’s cognitive load and learning performance in a research course.
Nurse Education Today, 42, 1–8. https://doi.org/10.1016/j.nedt.2016.03.025

LoBiondo-Wood, G., & Haber, J. (2006). Nursing research: Methods and critical
appraisal for evidence-based practice

Macnee CL, McCabe S. (2011) Understanding nursing research: Using research in


evidence-based practice. Philadelphia: Williams & Wilkins

Madarshahian, F., Hassanabadi, M., & Khazayi, S. (2012). Effect of evidence-


based method clinical educationon patients care quality and their satisfaction.
Education Strategies in Medical Sciences, 4(4), 189-193.

Melnyk, B. M., & Fineout-Overholt, E. (2011). Evidence-based practice in nursing


& healthcare: a guide to best practice (2nd ed). Philadelphia: Wolters
Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.

Suwardianto, H. Sari Wulan, K, A, D. (2019). Nyeri Pasien Kritis Pada Intervensi


Sleep Hygiene Care Di Intensive Care Unit. 5(2). 2407-7232.

18

Anda mungkin juga menyukai