TETANG EBP
“LANGKAH-LANGKAH EBP DI KEPERAWATAN”
Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Asep Zaenap Arifin NPM 23500311031
2. Hasnaeni Pasande NPM 2350311014
3. Restu Eka Wahyuni NPM 2350311022
4. Ricky Alwi Hermawan NPM 2350311033
5. Riko Sandra Putra NPM 2350311021
6. Sutisna Setiawan NPM 2350311029
2023
1
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah
EBP dengan Tugas telaah artikel dan textbook ini yang berjudul “Langkah-
langkah EBP di Keperawatan“ ini dengan tepat waktu.
Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
tugas mata kuliah EBP di Program Studi Magister Keperawatan Fakultas
Ilmu Dan Teknologi Kesehatan, Universitas Jendral Achmad Yani, Cimahi -
Bandung. Kelompok menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih
belum sempurna, hal ini dikarenakan keterbatasan dan kemampuan yang
kami miliki, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna untuk kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata tugas mata kuliah EBP ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa membalas budi kebaikan dan menjadikan pahala bagi semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan tugas ini hingga selesai.
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………………1
Kata pengantar………………………………………………………………….2
Daftar isi………………………………………………………………………...3
BAB I PENDALULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Tujuan........................................................................................................6
A. Kasus ........................................................................................................25
B. Jurnal.........................................................................................................26
C. Pembahasan ..............................................................................................27
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………29
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evidence-Based Practice adalah pendekatan sistematis untuk meningkatkan
kualitas praktik keperawatan dengan mengumpulkan bukti terbaik, Almaskari
(2017). Evidence adalah kumpulan fakta yang diyakini kebenarannya. Ada dua
bukti yang dihasilkan oleh evidence yaitu bukti eksternal dan internal. Evidence-
Based Practice in Nursing adalah penggunaan bukti ekternal dan bukti internal
(clinical expertise), serta manfaat dan keinginan pasien untuk mendukung
pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan, Chang, Jones, & Russell (2013).
Hal ini menuntut perawat untuk dapat menerapkan asuhan keperawatan yang
berbasis bukti empiris atau dikenal dengan Evidance Based Nursing Practice
(EBNP).
Kebijakan penerapan EBNP di Indonesia terdapat dalam Undang-Undang
Keperawatan Nomor 38 Tahun 2014 Pasal 2 huruf b yang menyatakan bahwa
praktik keperawatan berasaskan nilai ilmiah sebagaimana dijelaskan bahwa
praktik keperawatan harus dilandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi
yang diperoleh baik melalui penelitian, pendidikan maupun pengalaman praktik.
Meskipun kebijakan penerapan EBNP telah tertuang dalan UU Keperawatan
namun fenomena keperawatan dalam menerapkan EBNP masih terbilang rendah
di Indonesia. Banyaknya hasil penelitian keperawatan yang sudah dihasilkan di
institusi pendidikan namun belum optimal penyerapannya ke pelayanan praktik
keperawatan sehingga banyak perawat yang belum terpapar dengan penelitian.
Tingginya tuntutan secara internasional untuk meningkatkan keefektifan
klinik dan serta keefektifan biaya dalam kebijakan kesehatan telah menyoroti
kebutuhan akan layanan kesehatan agar dibangun berdasarkan penggunaan ilmu
pengetahuan berdasarkan hasil penelitian dengan baik. Pemerintah di berbagai
negara telah mendukung pembangunan sistem pelayanan kesehatan berdasarkan
hasil penelitian dimana keputusan yang dibuat oleh pelaksana pelayanan
4
kesehatan, manajer, pembuat keputusan, dan pasien berdasarkan pada ilmu
pengetahuan yang berkualitas tinggi.
5
yang digunakan untuk praktik dan kepemimpinan. Penelitian tentang dampak
pelatihan kepemimpinan keperawatan terhadap EBNP pada perawat manager
didapatkan bahwa sebelum mereka dilatih persepsi dan sikap mereka tentang
EBNP 62% positif dengan rincian 5% sangat setuju dan 69% setuju EBNP
diterapkan di pelayanan keperawatan. Namun pada saat setelah pelatihan 59%
perawat sangat setuju bahwa pelatihan EBNP membantu mereka dalam
mengambil keputusan berdasarkan pembuktian.
B. Tujuan
1) Apa definisi evidence based practice (EBP)?
2) Bagaimana tingkatan dan hierarki dalam penerapan EBP?
3) Apa hubungan antara evidence based practice (EBP) dengan decision
making?
4) Bagaimana model implementasi evidence based practice (EBP)?
5) Bagaimana cara pengkajian dan alat dalam evidence based practice (EBP)?
6) Bagaimana langkah-langkah dalam evidence based practice (EBP)?
7) Bagaimana pelaksanaan evidence based practice (EBP) pada keperawatan?
8) Apa saja hambatan pelaksanaan evidence based practice (EBP) pada
keperawatan?
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
menunjukkan sikap yang positif dalam mengaplikasikan evidence based namun
kemampuan dalam mencari literatur ilmiah masih sangat kurang. Beberapa
literatur menunjukkan bahwa evidence based practice masih merupakan hal baru
bagi perawat. oleh karena itu pengintegrasian evidence based kedalam kurikulum
sarjana keperawatan dan pembelajaran mengenai bagaimana mengintegrasikan
evidence based kedalam praktek sangatlah penting (Ashktorab et al., 2015).
Pentingnya evidence based practice dalam kurikulum undergraduate juga
dijelaskan didalam (Sin&Bleques, 2017) menyatakan bahwa pembelajaran
evidence based practice pada undergraduate student merupakan tahap awal dalam
menyiapkan peran mereka sebagai registered nurses (RN). Namun dalam
penerapannya, ada beberapa konsep yang memiliki kesamaan dan perbedaan
dengan evidence based practice. Evidence based practice atauevidence based
nursing yang muncul dari konsep evidence based medicinememiliki konsep yang
sama dan memiliki makna yang lebih luas dari RU atauresearch utilization(Levin
& Feldman, 2012).
Praktik klinis berdasarkan bukti melibatkan temuan pengetahuan dari
penelitian, review atau tinjauan kritis. EBP didefinisikan sebagai intervensi dalam
perawatan kesehatan yang berdasarkan pada fakta terbaik yang didapatkan. EBP
merupakan proses yang panjang, adanya fakta dan produk hasil yang
membutuhkan evaluasi berdasarkan hasil penerapan pada praktek lapangan.
EBP merupakan suatu pendekatan pemecahan masalah untuk pengambilan
keputusan dalam organisasi pelayanan kesehatan yang terintegrasi di dalamnya
adalah ilmu pengetahuan atau teori yang ada dengan pengalaman dan bukti-bukti
nyata yang baik (pasien dan praktisi). EBP dapat dipengaruh oleh faktor internal
dan eksternal serta memaksa untuk berpikir kritis dalam penerapan pelayanan
secara bijaksana terhadap pelayanan pasien individu, kelompok atau sistem.
Clinical Based Evidence atau Evidence Based Practice (EBP) adalah tindakan
yang teliti dan bertanggung jawab dengan menggunakan bukti (berbasis bukti)
yang berhubungan dengan keahlian klinis dan nilai-nilai pasien untuk menuntun
pengambilan keputusan dalam proses perawatan. EBP merupakan salah satu
perkembangan yang penting pada dekade ini untuk membantu sebuah profesi,
termasuk kedokteran, keperawatan, sosial, psikologi, public health, konseling dan
profesi kesehatan dan sosial.
8
EBP menyebabkan terjadinya perubahan besar pada literatur, merupakan
proses yang panjang dan merupakan aplikasi berdasarkan fakta terbaik untuk
pengembangan dan peningkatan pada praktek lapangan. Pencetus dalam
penggunaan fakta menjadi pedoman pelaksanaan praktek dalam memutuskan
untuk mengintegrasikan keahlian klinikal individu dengan fakta yang terbaik
berdasarkan penelitian sistematik. Beberapa ahli telah mendefinisikan EBP dalam
keperawatan sebagai.
1. Penggabungan bukti yang diperoleh dari hasil penelitian dan praktek klinis
ditambah dengan pilihan dari pasien ke dalam keputusan klinis.
2. Penggunaan teori dan informasi yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian
secara teliti, jelas dan bijaksana dalam pembuatan keputusan tentang
pemberian asuhan keperawatan pada individu atau sekelompok pasien dan
dengan mempertimbangkan kebutuhan dan pilihan dari pasien tersebut.
9
praktek keperawatan guna meningkatkan kualitas perawatan pasien tanpa
menggunakan bukti-bukti terbaik, praktek keperawatan akan sangat tertinggal
dan seringkali berdampak kerugian untuk pasien. Contohnya saja education
kepada ibu untuk menempatkan bayinya pada saat tidur dengan posisi pronasi
dengan asumsi posisi tersebut merupakan posisi terbaik untuk mencegah aspirasi
pada bayi ketika tidur. Namun berdasarkan evidence based menyatakan bahwa
posisi pronasi pada bayi akan dapat mengakibatkan resiko kematian bayi secara
tibatiba SIDS (Melnyk & Fineout, 2011).
Oleh karena itu, pengintegrasian evidence based practice kedalam kurikulum
pendidikan keperawatan sangatlah penting. Tujuan utama mengajarkan EBP
dalam pendidikan keperawatan pada level undergraduate student adalah
menyiapkan perawat profesional yang mempunyai kemampuan dalam
memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas berdasarkan evidence
based (Ashktorab, 2015).Pentingnya pelaksanaan EBP pada institusi pendidikan
yang merupakan cikal bakal atau pondasi utama dibentuknya perawat
profesional membutuhkan banyak strategi untuk bisa meningkatkan knowledge
dan skill serta pemahaman terhadap kasus real dilapangan. Diantaranya adalah
pengguanaan virtual based patients scenario dalam kegiatan problem based
learning tutorial yang akan bisa memberikan gambaran real terhadap kondisi
pasien dengan teknologi virtual guna meningkatkan knowledge dan critical
thinking mahasiswa.
Namun demikian untuk mengintegrasikan dan mengimplementasikan evidence
based kedalam praktik ada banyak hal yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan oleh seorang tenaga kesehatan yang profesional yaitu apakah
evidence terbaru mempunyai konsep yang relevan dengan kondisi dilapangan
dan apakah faktor yang mungkin menjadi hambatan dalam pelaksanaan evidence
based tersebut dan berapa biaya yang mungkin perlu disiapkan seperti misalnya
kebijakan pimpinan, pendidikan perawat dan sumberdaya yang ahli dalam
menerapkan dan mengajarkan EBP, sehingga tidak semua evidence bisa
diterapkan dalam membuat keputusan atau mengubah praktek (Salminen et al.,
2014).
10
C. Tingkatan dan Hierarki dalam Penerapan EBP
Tingkatan evidence disebut juga dengan hierarchy evidence yang digunakan
untuk mengukur kekuatan suatu evidence dari rentang bukti terbaik sampai
dengan bukti yang paling rendah. Tingkatan evidence ini digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam EBP. Hierarki untuk tingkatan evidence yang ditetapkan oleh
Badan Kesehatan Penelitian dan Kualitas (AHRQ), sering digunakan dalam
keperawatan (Titler, 2011). Adapun level of evidence tersebut adalah sebagai
berikut.
Hierarki dalam penelitian ilmiah terdapat hierarki dari tingkat
kepercayaannya yang paling rendah hingga yang paling tingi. Di bawah ini mulai
dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi.
1. Laporan fenomena atau kejadian-kejadian yang kita temui sehari-hari.
2. Studi kasus.
3. Studi lapangan atau laporan deskriptif.
4. Studi percobaan tanpa penggunaan teknik pengambilan sampel secara acak
(random).
5. Studi percobaan yang menggunakan setidaknya ada satu kelompok
pembanding, dan menggunakan sampel secara acak.
6. Systemic reviews untuk kelompok bijak bestari atau meta-analisa yaitu
pengkajian berbagai penelitian yang ada dengan tingkat kepercayaan yang
tinggi.
11
diimplementasikan kedalam dunia nyata atau dunia praktek dan apakah seorang
dokter atau klinisi akan mampu mencapai hasil yang sama dengan yang dihasilkan
dalam penelitian tersebut. Berbeda dengan bukti eksternal bukti internal
merupakan hasil dari insiatif praktek seperti manajemen hasil dan proyek
perbaikan kualitas (Melnyk & Fineout, 2011).
Dalam (Grove et al., 2012) EBP dijelaskan bahwa clinical expertise yang
merupakan komponen dari bukti internal adalah merupakan pengetahuan dan skill
tenaga kesehatan yang profesional dan ahli dalam memberikan pelayanan. Hal
atau kriteria yang paling menunjukkan seorang perawat ahli klinis atau clinical
expertise adalah pengalaman kerja yang sudah cukup lama, tingkat pendidikan,
literatur klinis yang dimiliki serta pemahamannnya terhadap research. Sedangkan
patient preference adalah pilihan pasien, kebutuhan pasien harapan, nilai,
hubungan atau ikatan, dan tingkat keyakinannya terhadap budaya. Melalui proses
EBP, pasien dan keluarganya akan ikut aktif berperan dalam mengatur dan
memilih pelayanan kesehatan yang akan diberikan. Kebutuhan pasien bisa
dilakukan dalam bentuk tindakan pencegahan, health promotion, pengobatan
penyakit kronis ataupun akut, serta proses rehabilitasi. Beberapa komponen dari
EBP dan dijadikan alat yang akan menerjemahkan bukti kedalam praktek dan
berintegrasi dengan bukti internal untuk meningkatkan kualitas.
Meskipun evidence atau bukti yang dianggap paling kuat adalah penelitian
systematic riview’s dari penelitian-penelitian RCT namun penelitian deskriptif
ataupun kualitatif yang berasal dari opini leader juga bisa dijadikan landasan
untuk membuat keputusan klinis jikamemang penelitian sejenis RCT tidak
tersedia. Begitu juga dengan teori-teori, pilihan atau nilai pasien untuk membuat
keputusan klinis guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien. Klinisi
sering kali bertanya bagaimana bukti dan jenis bukti yang bisa dibutuhkan sampai
bisa merubah praktek. Level dan kualitas evidenceatau bukti bisa dijadikan dasar
dan meningkatkan kepercayaan diri seorang klinisi untuk merubah praktek
(Dicenso et al., 2014).
12
E. Model Implementasi Evidence Based Practice
1. Model Settler
Merupakan seperangkat perlengkapan/media penelitian untuk meningkatkan
penerapan evidence based 5 langkah dalam Model Settler :
Fase 1. Persiapan
Fase 2. Validasi
Fase 3. Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan
Fase 4. Translasi dan aplikasi
Fase 5. Evaluasi
2. Model IOWA Model of Evidence Based Practice to Promote Quality Care
Model EBP IOWA dikembangkan oleh Marita G. Titler, PhD, RN, FAAN,
Model IOWA diawali dari pemicu/masalah. Pemicu/masalah ini sebagai fokus
ataupun fokus masalah. Jika masalah mengenai prioritas dari suatu organisasi,
tim segera dibentuk. Tim terdiri dari stakeholders, klinisian, staf perawat, dan
tenaga kesehatan lain yang dirasakan penting untuk dilibatkan dalam EBP.
Langkah selanjutnya adalah menyintesis EBP. Perubahan terjadi dan
dilakukan jika terdapat cukup bukti yang mendukung untuk terjadinya
perubahan . kemudian dilakukan evaluasi dan diikuti dengan diseminasi (Jones
& Bartlett, 2004).
3. Model Konseptual Rosswurm & Larrabee
Model ini disebut juga dengan model evidence based practice change yang
terdiri dari 6 langkah yaitu.
Tahap 1. Mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis.
Tahap 2. Tentukan evidence terbaik.
Tahap 3. Kritikal analisis evidence.
Tahap 4. Desain perubahan dalam praktek.
Tahap 5. Implementasi dan evaluasi perubahan.
Tahap 6. Integrasikan dan maintenance perubahan dalam praktek.
Model ini menjelaskan bahwa penerapan evidence based nursing ke lahan
paktek harus memperhatikan latar belakang teori yang ada, kevalidan dan
kereliabilitasan metode yang digunakan, serta penggunaan nomenklatur yang
standar.
13
F. Pengkajian dan Alat dalam EBP
Terdapat beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki tenaga kesehatan
profesional untuk dapat menerapkan praktek klinis berbasis bukti, yaitu.
1. Mengidentifikasi gap/kesenjangan antara teori dan praktek
2. Memformulasikan pertanyaan klinis yang relevan
3. Melakukan pencarian literator yang efisien
4. Mengaplikasikan peran dari bukti, termasuk tingkatan/hierarki dari bukti
tersebut untuk menentukan tingkat validitasnya
5. Mengaplikasikan temuan literator pada masalah pasien, dan
6. Mengerti dan memahami keterkaitan antara nilai dan budaya pasien dapat
mempengaruhi keseimbangan antara potensial keuntungan dan kerugian dari
pilihan manajemen/terapi.
14
H. Langkah-langkah dalam EBP
1) Langkah 1 (Kembangkan Semangat Penelitian)
Sebelum memulai dalam tahapan yang sebenarnya di dalam EBP, harus
ditumbuhkan semangat dalam penelitian sehingga klinik akan lebih nyaman
dan tertarik mengenai pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan perawatan
pasien Inquiry adalah semangat untuk melakukan penyelidikan yaitu sikap
kritis untuk selalu bertanya terhadap fenomena-fenomena serta kejadian-
kejadian yang terjadi saat praktek dilakukan oleh seorang klinisi atau petugas
kesehatan dalam melakukan perawatan kepada pasien. Namun demikian,
tanpa adanya budaya yang mendukung, semangat untuk menyelidiki atau
meneliti baik dalam lingkup individu ataupun institusi tidak akan bisa berhasil
dan dipertahankan. Elemen kunci dalam membangun budaya EBP adalah
semangat untuk melakukan penyelidikan dimana semua profesional kesehatan
didorong untuk memepertanyakan kualitas praktek yang mereka jalankan
pada saat ini, sebuah pilosofi, misi dan sistem promosi klinis dengan
mengintegrasikan evidence based practice, mentor yang memiliki
pemahaman mengenai evidence based practice, mampu membimbing orang
lain, dan mampu mengatasi tantangan atau hambatan yang mungkin terjadi,
ketersediaan infrastruktur yang mendukung untuk mencari informasi atau
lieratur seperti komputer dan laptop, dukungan dari administrasi dan
kepemimpinan, serta motivasi dan konsistensi individu itu sendiri dalam
menerapkan evidence based practice (Tilson et al, 2011)
15
yang relevan dengan pertanyaan klinis. Menggunakan skenario kasus pada
waktu respons cepat sebagai contoh, cara untuk membingkai pertanyaan
tentang apakah penggunaan waktu tersebut akan menghasilkan hasil yang
positif akan menjadi: “Di rumah sakit perawatan akut (populasi pasien),
bagaimana memiliki time respon cepat (intervensi) dibandingkan dengan
tidak memiliki time respon cepat (perbandingan) mempengaruhi jumlah
serangan jantung (hasil) selama periode tiga bulan (waktu)?”
16
menggunakan pertanyaan yang tidak tepat makan kita akan mendapatkan
berbagai abstrak yang tidak relevan dengan apa yang kita butuhkan (Melnyk
& Fineout, 2011).
17
Tingkatan penelitian yang bisa dijadikan evidence atau bukti terbaik adalah
metaanalysis dan systematic riview. Systematic riview adalah ringkasan hasil
dari banyak penelitian yang memakai metode kuantitatif. Sedangkan meta-
analysis adalah ringkasan dari banyak penelitian yang menampilkan dampak
dari intervensi dari berbagai studi. Namun jika meta analisis dan systematic
riview tidak tersedia maka evidence pada tingkatan selanjutnya bisa
digunakan seperti RCT. Evidence tersebut dapat ditemukan pada beberapa
data base seperti CINAHL, MEDLINE, PUBMED, NEJM dan
COHRANE LIBRARY (Melnyk & Fineout, 2011).
Ada tingkatan yang bisa dijadikan bukti atau evidence (Guyatt&Rennie,
2002) yaitu:
a) Bukti yang berasal dari meta-analysis ataukah systematic riview.
b) Bukti yang berasal dari disain RCT.
18
systemayic review, sehingga jumlah informasi yang ditawarkan terbatas atau
dalam jumlah kecil berkisar 3 jutaan citation namun sangat direkomendasikan
untuk menjadi databased pertama dalam mencari jawaban dari pertanyaan
klinis. Sedangkan CINAHL dan MEDLINE merupakan databased yang
paling komprehensif untuk menemukan berbagai jurnal atau informasi
kesehatan baik itu kedokteran, keperawatan, kedokteran gigi ataupun farmasi
dengan berbagai level evidence. MEDLINE merupakan databasedfree charge
yang terhubung dengan Pubmed databased (Dicenso et al., 2014). Sedangkan
CINAHL merupakan konten artikel jurnal, buku, ataupun disertasi dan bisa
temukan baik melalui databased langsung ataukah melalui MEDLINE.
Sedangkan PsycINFO merupakan databased yang lebih banyak
mempublikasikan literatur pendidikan dalam aspek psikologi, psikiatri,
neuroscience untuk pertanyaan klinis. Sedangkan Pubmed merupakan
bibliografic database yang berisi kontenfree akses dan berbayar serta
mempunyai link dengan database
MEDLINE(Melnyk et al., 2014).
19
b) Menentukan sumber atau database terbaik untuk mencari informasi yang
tepat
c) Mengembangkan beberapa strategi dalam melakukan pencarian dengan
controlled vocabularries, menggunakan bolean operator, serta
limit.controlled vocabularries yang dapat menuntun kita untuk
memasukkan input yang sesuai dengan yang ada pada database. Seperti
misalnya MeSH pada Pubmed serta CINAHL Subject Heading pada
database CINAHL. menggunakan bolean operator misalnya AND, OR,
NOT. AND untuk mencari 2 tema atau istilah, OR untuk mencari selain
dari salah satu atau kedua istilah tersebut. Namun jika dikombinasikan
dengan controlled vocabularries, OR akan memperluas pencarian, serta
AND akan mempersempit pencarian. Setelah itu untuk lebih spesifik dan
fokus lagi dapat digunakan dengan menggunakan limit yang sesuai
seperti umur, bahasa, tanggal publikasi. Contohnya adalah limit terakhir
5 tahun untuk jurnal atau english or american only.
d) Melakukan evaluasi memilih evidence dengan metode terbaik dan
menyimpan hasil
Sedangkan menurut (Bowman et al., dalam levin & feldman, 2012)
khususnya pada level undergraduate student, ada beberapa contoh
evidence yang dapat digunakan dalam terapi dan prognosis yaitu:
Beberapa contoh tingkatan evidence tersebut dapat menjadi contoh atau dasar
dan pedoman yang digunakan oleh mahasiswa undergraduatedalam memilih
evidence yang tepat. Karena undergraduate student tidak memiliki
kemampuan dalam melakukan kritik atau melihat tingkat kekuatan dan
kelemahan literatur penelitian, maka dalam pembelajaran evidence based
practice mahasiswa diarahkan untuk memilih literatur berdasarkan tingkatan
evidence terbaik terlebih dahulu.Jika beberapa evidence terbaik tidak dapat
ditemukan, maka langkah selanjutnya adalah memilih literatur yang telah
diseleksi pada beberapa databased seperti MEDLINE dan CINAHL atau
pada pubmed search engine (Levin & Feldman, 2012).
20
Setelah artikel yang dipilih untuk review, mereka harus cepat dinilai
untuk menentukan yang paling relevan, valid, terpercaya, dan berlaku untuk
pertanyaan klinis. Studi-studi ini adalah “studi kiper.” Salah satu alasan
perawat khawatir bahwa mereka tidak punya waktu untuk menerapkan EBP
adalah bahwa banyak telah diajarkan proses mengkritisi melelahkan,
termasuk penggunaan berbagai pertanyaan yang dirancang untuk
mengungkapkan setiap elemen dari sebuah penelitian. Penilaian kritis yang
cepat menggunakan tiga pertanyaan penting untuk mengevaluasi sebuah studi.
a) Validity (Apakah hasil penelitian valid)
Evidence atau penelitian tersebut dikatakan valid adalah jika penelitian
tersebut menggunakan metode penelitian yang tepat Ini pertanyaan
validitas studi berpusat pada apakah metode penelitian yang cukup ketat
untuk membuat temuan sedekat mungkin dengan kebenaran. Sebagai
contoh, apakah para peneliti secara acak menetapkan mata pelajaran
untuk pengobatan atau kelompok kontrol dan memastikan bahwa
mereka merupakan kunci karakteristik sebelum perawatan? Apakah
instrumen yang valid dan reliabel digunakan untuk mengukur hasil
kunci?
b) Reliability (Apakah hasilnya bisa dikonfirmasi)
Reliabel maksudnya adalah konsistensi hasil yang mungkin didapatkan
dalam membuat keputusan klinis dengan mengimplementasikan
evidence tersebut, apakah intervensi tersebut dapat dikerjakan serta
seberapa besar dampak dari intervensi yang mungkin didapatkan.
Untuk studi intervensi, pertanyaan ini keandalan studi membahas
apakah intervensi bekerja, dampaknya pada hasil, dan kemungkinan
memperoleh hasil yang sama dalam pengaturan praktek dokter sendiri.
Untuk studi kualitatif, ini meliputi penilaian apakah pendekatan
penelitian sesuai dengan tujuan penelitian, bersama dengan
mengevaluasi aspek-aspek lain dari penelitian ini seperti apakah
hasilnya bisa dikonfirmasi.
c) Applicability (Akankah hasil membantu saya merawat pasien saya)
21
Applicable maksudnya adalah kemungkinan hasilnya bisa di
implementasikan dan bisa membantu kondisi pasien Ini pertanyaan
penelitian penerapan mencakup pertimbangan klinis seperti apakah
subyek dalam penelitian ini mirip dengan pasien sendiri, apakah
manfaat lebih besar daripada risiko, kelayakan dan efektivitas biaya,
dan nilai-nilai dan preferensi pasien. Setelah menilai studi masing-
masing, langkah berikutnya adalah untuk menyintesis studi untuk
menentukan apakah mereka datang ke kesimpulan yang sama, sehingga
mendukung keputusan EBP atau perubahan.
22
yang tepat dan efektif untuk pasien. Tingkat keberhasilan pelaksanaan EBP
proses sangat dipengaruhi oleh evidence yang digunakan serta tingkat
kecakapan dalam melalui setiap proses dalam EBP
23
6) Langkah 6 (Evaluasi hasil Keputusan Praktek atau Perubahan
Berdasarkan Bukti)
Setelah menerapkan EBP, penting untuk memantau dan mengevaluasi setiap
perubahan hasil sehingga efek positif dapat didukung dan yang negatif
diperbaiki. Hanya karena intervensi efektif dalam uji ketat dikendalikan tidak
berarti ia akan bekerja dengan cara yang sama dalam pengaturan klinis.
Pemantauan efek perubahan EBP pada kualitas perawatan kesehatan dan hasil
dapat membantu dokter melihat kekurangan dalam pelaksanaan dan
mengidentifikasi lebih tepat pasien mana yang paling mungkin untuk
mendapatkan keuntungan. Ketika hasil berbeda dari yang dilaporkan dalam
literatur penelitian, pemantauan dapat membantu menentukan.
Evaluasi terhadap pelaksanaan evidence based sangat perlu dilakukan untuk
mengetahui seberapa efektif evidence yang telah diterapkan, apakah
perubahan yang terjadi sudah sesuai dengan hasil yang diharapkan dan
apakah evidence tersebut berdampak pada peningkatan kualitas kesehatan
pasien (Melnyk & Fineout, 2011).
24
searching for evidence, appraising the evidence, interpreting the evidence
atau membandingkan antara literatur yang diperoleh dengan nilai yang dianut
pasien dan merencanakan pelaksanaan evidence kedalam praktek, serta
evaluating your application of the evidence atau mengevaluasi sejauh mana
evidence tersebut dapat menyelesaikan masalah klinis.
25
BAB III
APLIKASI SPO
A. KASUS
Rumah sakit jiwa M yang terletak di kota B sering mendapatkan pasien yang
datang dengan masalah yang sama, yaitu tidak mampu beradaptasi dengan
lingkungan diluar rumah sakit dan tidak disiplin minum obat. Rumah sakit jiwa
M masih menerapkan kebijakan untuk rawat terpisah antara pasien dan
keluarganya. Pasien juga wajib untuk mengenakan pakaian yang diberikan oleh
rumah sakit. Pasien tinggal bersama pasien lainnya dalam bangsal
keperawatan. Gaya perawatan seperti ini dapat digolongkan sebegai perawatan
tradisional. Meskipun rumah sakit sudah menerapkan kebijakan untuk
pembatasan hari rawat, tapi rumah sakit juga tidak dapat melakukan apa-apa,
karena pasien yang kebanyakan adalah pasien yang sama/pasien lama terus
datang dan terkadang datang dengan masalah yang sangat serius dan
membutuhkan perawatan rawat inap atau inpatient. Rumah sakit sudah
melakukan banyak cara seperti melatih pasien untuk melakukan asuhan
keperawatan jiwa kepada pasien dan juga kepada keluarga dengan
melakukan home visit. Pasien dan keluarga bahkan sudah diajarkan untuk
menghafal obat-obatan yang harus diminum secara rutin oleh pasien. Tapi,
semua hal yang diupayakan tetap tidak dapat menurunkan jumlah pasien yang
kembali ke rumah sakit (lagi). Kepala rumah sakit bahkan mengatakan bahwa,
“Terapi gagal!”. Untuk memecahkan masalah ini, Perawat Y yang merupakan
kepala ruangan A membawa gagasan agar manajemen rumah sakit mulai
menerapkan atau menggunakan Millieu Therapy untuk merawat pasien.
Manajemen rumah sakit setuju dengan ide ini dan mulai mendiskusikan
persiapannya.
26
P= Terjadi peningkatan dan tidak ada tanda-tanda penurunan jumlah pasien
lama yang masuk ke rumah sakit karena masalah tidak mampu beradaptasi dan
gagal manajemen obat.
I= Perawatan tradisional yang masih memisahkan keluarga dengan pasien.
C= Millieu therapy; meningkatkan fungsi lingkungan sebagai media untuk
mencapai kesembuhan.
O= pasien mampu beradaptasi dengan cepat dan mudah dari lingkungan rumah
sakit menuju lingkungan rumah/social diluar rumah sakit.
T= Masa perawatan pasien di rumah sakit.
B. JURNAL
1) Pengetahuan, Sikap Dan Kesiapan Mahasiswa Program Profesi Ners
Dalam Penerapan Evidence Based Practice (Hasniatisari Harun,Dosen
Fakultas Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
2016)
Evidence Based Practice menjadi suatu pola kerja dimana bukti ilmiah
terbaik yang didapat melalui penelitian, pengalaman klinik perawat serta
pilihan pasien dalam menentukan keputusan klinik bagi pelayanan
kesehatan menjadi landasan dalam pemberian asuhan keperawatan. Hasil
penelitian ini menunjukan lebih dari setengah responden sebanyak 68%
mempunyai pengetahuan yang baik terkait penerapan evidence based
practice. Pemahaman terkait konsep Evidence-based Practice sangat
diperlukan untuk dapat mengembangkan dan mengaplikasikan model
Evidence-based Practice dengan tepat.
27
2) Tantangan Perawat Manager Dalam Penerapan Evidence Based Nursing
Practice / EBP (Tina RahayuSilitonga,Magister Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2019)
Tantangan perawat manager dalam penerapan evidence based nursing
practice (EBNP) bahwa perawat manager harus mampu meningkatkan
pendidikan agar perawat mampu memebrikan pelayanan keperawatan yang
lebih baik lagi.
C. PEMBAHASAN
Pelaksanaan EBP pada Keperawatan
1. Mengakui status atau arah praktek dan yakin bahwa pemberian perawatan
berdasarkan fakta terbaik akan meningkatkan hasil perawatan klien.
2. Implementasi hanya akan sukses bila perawat menggunakan dan mendukung
“pemberian perawatan berdasarkan fakta”.
3. Evaluasi penampilan klinik senantiasa dilakukan perawat dalam penggunaan
EBP.
4. Praktek berdasarkan fakta berperan penting dalam perawatan kesehatan.
5. Praktek berdasarkan hasil temuan riset akan meningkatkan kualitas praktek,
penggunaan biaya yang efektif pada pelayanan kesehatan.
6. Penggunaan EBP meningkatkan profesionalisme dan diikuti dengan evaluasi
yang berkelanjutan.
7. Perawat membutuhkan peran dari fakta untuk meningkatkan intuisi, observasi
pada klien dan bagaimana respons terhadap intervensi yang diberikan. Dalam
tindakan diharapkan perawat memperhatikan etnik, sex, usia, kultur dan status
kesehatan.
28
7. Salah pengertian tentang proses.
8. Kualitas dari fakta yang ditemukan.
9. Pentingnya pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana untuk menggunakan
literatur hasil penemuan untuk intervensi praktek yang terbaik untuk diterapkan
pada klien.
29
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan konsep evidence based practice di atas,
dapat disimpulkan bahwa ada 3 faktor yang seacara garis besar
menentukan tercapainya pelaksanaan praktek keperawatan yang lebih baik
yaitu, penelitian yang dilakukan berdasarkan fenomena yang terjadi di
kaitkan dengan teori yang telah ada, pengalaman klinis terhadap suatu
kasus, dan pengalaman pribadi yang bersumber dari pasien.
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, maka di harapkan
pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan khususnya pemberian asuhan
keperawatan dapat di tingkatkan terutama dalam hal peningkatan
pelayanan kesehatan atau keperawatan, pengurangan biaya (cost effective)
dan peningkatan kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan.
Namun dalam pelaksanaan penerapan evidence based practice ini
sendiri tidaklah mudah, hambatan utama dalam pelaksanaannya yaitu
kurangnya pemahaman dan kurangnya referensi yang dapat digunakan
sebagai pedoman pelaksanaan penerapan EBP itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Ellen Fineout-Overholt RN, PhD and Linda Johnston RN, PhD. 2011. Teaching
EBP: Implementation of Evidence: Moving from Evidence to Action.