Di susun oleh :
Kelompok 2
Kels 3D (N)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T atas Rahmat dan Karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul
“EBP (Evidance base practice) ‘’
Dimana dalam penulisan makalah ini kami berharap kepada pembaca agar
dapat memahami dan mengerti tentang EBP (Evidance base practice) . Dalam
penulisan makalah ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulisan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan
baik.
Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal itu
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran, yang bersifat membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami. Akhir kata kami meminta maaf, apabila
dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan yang mungkin dapat kita
maklumi bersama.
Bandung, 28
April 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang.................................................................................................4
Rumusan Masalah............................................................................................5
Tujuan………………………………………………………………………...5
BAB II Tinjauan teori
2.1 Konsep evidence Base practice................................................................6
2.2 Pico dalam Evidance Base Practice...........................................................7
2.3 Langkah-langkah dalam EBP...................................................................10
2.4 Searching for the evidance : strengies to help you conduct a succesfull search
........................................................................................................................21
2.5 Aplikasi Evidance Based Pratice In Nursing............................................22
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan...............................................................................................28
3.2 Saran.........................................................................................................28
Daftar Pustaka...................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kebanyakan perawat belum bisa melakukan hal itu dengan baik. Mereka memberikan
pelayanan terutama dalam asuhan keperawatan kepada klien tidak didasarkan bukti – bukti
atau mengikuti budaya saja yang diketahuinya tanpa ada sumber – sumber bukti yang kuat
dalam membuktikan pelayanannya yang ia berikan. Hal ini mungkin akan beresiko terhadap
pasien. Intervensi yang tidak didasarkan pada pengalaman atau bukti – bukti yang
mendukung dan relevan dengan pasien akan membahayakan jiwa pasien karena perawat
sendiri kurang aspek pengetahuan serta keterampilan dalam menyelesaikan kondisi klinis
pasien. Oleh sebab itu, pengumpulan bukti – bukti, pengalaman dalam tindakan
keperawatan, keterampilan serta pengetahuan sangat penting dalam memberikan pelayanan
yang bermutu dan berkualitas bagi seorang pasien.
Keterkaitan antara masalah yang dilakukan oleh perawat dalam praktik keperawatan
disebabkan karena perawat kurang mengaplikasikan EBP dalam tugasnya untuk memenuhi
pelayanan kesehatan. EBP menekankan kepada perawat agar profesional dalam
4
memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Profesional seorang perawat akan
memberikan keuntungan bagi pasien. Perawat harus menerapkan konsep EBP di dalam
praktik keperawatan karena EBP akan memberikan kefektivitasan dalam menangani segala
permasalahan yang ada berdasarkan bukti – bukti hasil riset penelitian yang telah dilakukan
berdasarkan penelitian.
1. Apa itu Konsep Evidance base pratice beserta contoh dalam dunia keperawatan ?
2. Apa itu PICO dalam evidance base practice ?
3. Apa saja The seven steps of evidence based pratice ?
4. How Searching for the evidance : strengies to help you conduct a succesfull search ?
5. Bagaimana Aplikasi evidance base practice in Nursing ?
1. Untuk mengetahui Apa itu Konsep Evidance base pratice beserta contoh dalam dunia
keperawatan .
2. Untuk mengetahui Apa itu PICO dalam evidance base practice.
3. Untuk mengetahui apa saja The seven steps of evidence based pratice .
4. Untuk mengetahui How Searching for the evidance : strengies to help you conduct a
succesfull search .
5. Untuk mengetahui Bagaimana Aplikasi evidance base practice in Nursing.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Clinical Based Evidence atau Evidence Based Practice (EBP) adalah tindakan yang
teliti dan bertanggung jawab dengan menggunakan bukti (berbasisbukti) yang
berhubungan dengan keahlian klinis dan nilai-nilai pasien untukmenuntun
pengambilan keputusan dalam proses perawatan (Titler, 2008). EBP merupakan salah
satu perkembangan yang penting pada dekade ini untuk membantu sebuah profesi,
termasuk kedokteran, keperawatan, sosial, psikologi, public health, konseling dan
profesi Kesehatan dan sosial lainnya (Briggs & Rzepnicki, 2004; Brownson et al.,
2002; Sackett et al., 2000).
2.1.2 Manfaat
2.1.3 Komponen
1. Bukti internal
Penilaian klinis
6
hasil dari proyek peningkatan kualitas dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan klinik
alasan klinis
2. Bukti eksternal
Hasil peneliti, teori-teori yang lahir dari peneliti, pendapat dari ahli, hasil dari
diskusi panel para ahli
Memberi manfaat terbaik untuk kondisi pasien saat itu dan meminimalkan
pembiayaan
KEKUATAN
KELEMAHAN
a. EPB in Nursing
1) Penggunaan pembuktian ilmiah terkini dan terbaik dalam memutuskan secara
konsisten, penjelasan yang eksplisit, bijaksana untuk memberi pelayanan keperawatan
kepada klien
2) Memanfaatkan bukti mutakhir yang sahih/benar dan penting dalam penatalaksanaan
perawatan klien
3) Melakukan integrasi : Kompetensi perawat – bukti yang benar dari riset keperawatan
– nilai-nilai klien.
7
4) Pedoman perawat untuk mengambil keputusan klinis yang diaplikasikan di dalam
praktik keperawatan
5) EPB menjawab pertanyaan klinis yang berasal dari hasil-hasil riset yang telah di nilai
“ VIA” untuk perubahan pada praktik keperawatan
6) EPB disintesis dan direview dari berbagai studi, bukan hanya dari satu studi
penelitian
b. Penilaian VIA (Validity, Importance, Apllicability)
1) Validity
a. Metode : hasil penelitian sahih?
b. Desain, sampel, besar sampel, kriteria inklusi dan eksklusi, randomisasi,
pengukuran, dan sebagainya
2) Importance
a. Hasil : apakah hasil penelitian ini penting?
b. Karekteristik subyek, beban proporsi, beda mean, nilai p, dan sebagainya
3) Applicability
a. Pembahasan : apakah hasil penelitian dapat diterapkan di Indonesia/unit tertentu?
b. Karekteristik pasien, fasilitas, biaya, dan sebagainya
c. Proses EPB
1) Buat pertanyaan klinis
2) Terlusur bukti ilmiah yang mendukung
3) Telaah bukti ilmiah yang telah didapat
4) Integrasikan bukti il miah tersebut dengan keahlian klinis perawat, keunikan respon
biologis dan nilai-nilai pasien
5) Aplikasi ditatanan pelayanan lakukan perubahan praktik
6) Desiminasi hasil EPB
d. Buat Pertanyaan Penelitian yang akan dicari
P : Problem atau Population
Siapa pasien/klien?
Apakah individu, keluarga, komunitas atau kelompok?
Apakah ada pengelompokan usia atau jenis kelamin?
Apakah masalah khusus kesehatannya?
8
Misalnya : Kejang demam (problem), anak usia sekolah (population)
I : Intervention
Hal apakah yang dimanipulasi oleh penelitian? (variabel independen)
Isu kesehatan apa yang terkait? Promitif, preventif, kuratif, rehabilitative?
Stretegi manajemen apa yang disoroti atau dibandingkan?
Kemungkinan ada tiga kelompok intervensi : intervensi, alternative intervensi,
kontrol
C : Comparison Intervention
Apakah intervensi dibandingkan? Atau adakah kelompok kontrol?
C : tidak harus ada PI(C)O
O : Outcome
Apakah konsekuensi/dampak bagi pasien terhadap intervensi yang diberikan?
Menu njukkan variabel dependen atau hasil dari penelitian
e. Ciri EBP yang baik
1) Berasal dari proposal yang memiliki masalah penelitian yang “benar-benar masalah”
bukan “keinginan peneliti”
2) Menggunakan “good science” untuk menyelesaikannya dengan menggunakan metode
penelitian yang sistematik
3) Menggunakan “good communication” untuk menulis dan mempublikasikannya
9
Isu yang berkembang di masyarakat bahwa sebagian masyarakat menolak
vaksinasi MR (Mumps & Rubella) karena khawatir akan terjadi autis
Jawab :
P: Population/patient : anak yang mendapatkan vaksin MR
I : Intervention/indicator : Vaksinasi MR
C : Comparator / control :Tidak mendapatkan vaksinasi MR
O : Outcome : Autis
Berdasarkan (Melnyk et al., 2014) ada beberapa tahapan atau langkah dalam
proses EBP. Tujuh langkah dalam evidence based practice (EBP) dimulai dengan
semangat untuk melakukan penyelidikan atau pencarian (inquiry) personal. Budaya EBP
dan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting untuk tetap mempertahankan
timbulnya pertanyaan-pertanyaan klinis yang kritis dalam praktek keseharian. Langkah-
langkah dalam proses evidance based practice adalah sebagai berikut:
Jika diuraikan 7 langkah dalam proses evidence based practice adalah sebagai berikut:
Inquiry adalah semangat untuk melakukan penyelidikan yaitu sikap kritis untuk selalu
bertanya terhadap fenomena-fenomena serta kejadian-kejadian yang terjadi saat praktek
dilakukan oleh seorang klinisi atau petugas kesehatan dalam melakukan perawatan
kepada pasien. Namun demikian, tanpa adanya budaya yang mendukung, semangat untuk
10
menyelidiki atau meneliti baik dalam lingkup individu ataupun institusi tidak akan bisa
berhasil dan dipertahankan. Elemen kunci dalam membangun budaya EBP adalah
semangat untuk melakukan penyelidikan dimana semua profesional kesehatan didorong
untuk mempertanyakan kualitas praktek yang mereka jalankan pada saat ini, sebuah
pilosofi, misi dan sistem promosi klinis dengan mengintegrasikan evidence based
practice, mentor yang memiliki pemahaman mengenai evidence based practice, mampu
membimbing orang lain, dan mampu mengatasi tantangan atau hambatan yang mungkin
terjadi, ketersediaan infrastruktur yang mendukung untuk mencari informasi atau lieratur
seperti komputer dan laptop, dukungan dari administrasi dan kepemimpinan, serta
motivasi dan konsistensi individu itu sendiri dalam menerapkan evidence based practice
(Tilson et al, 2011).
Sebelum memulai dalam tahapan yang sebenarnya didalam EBP, harus ditumbuhkan
semangat dalam penelitian sehingga klinikan akan lebih nyaman dan tertarik mengenai
pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan perawatan pasien
Menurut (Newhouse et al., 2007) dalam mencari jawaban untuk pertanyaan klinis yang
muncul, maka diperlukan strategi yang efektif yaitu dengan membuat format PICO.
a) P adalah pasien, populasi atau masalah baik itu umur, gender, ras atapun penyakit
seperti hepatitis dll.
b) I adalah intervensi baik itu meliputi treatment di klinis ataupun pendidikan dan
administratif. Selain itu juga intervensi juga dapat berupa perjalanan penyakit
ataupun perilaku beresiko seperti merokok.
c) C atau comparison merupakan intervensi pembanding bisa dalam bentuk terapi,
faktor resiko, placebo ataupun non-intervensi.
d) O atau outcome adalah hasil yang ingin dicari dapat berupa kualitas hidup, patient
safety, menurunkan biaya ataupun meningkatkan kepuasan pasien
11
Menurut (Bostwick et al., 2013) menyatakan bahwa pada langkah selanjutnya membuat
pertanyaan klinis dengan menggunakan format PICOT yaitu P(Patient atau populasi),
I(Intervention atau tindakan atau pokok persoalan yang menarik), C(Comparison
intervention atau intervensi yang dibandidngkan), O(Outcomeatau hasil) serta T(Time
frame atau kerangka waktu). Contohnya adalah dalam membentuk pertanyaan sesuai
PICOT adalah pada Mahasiswa keperawatan(population) bagaimana proses pembelajaran
PBL tutotial (Intervention atau tindakan) dibandingkan dengan small group discussion
(comparison atau intervensi pembanding) berdampak pada peningkatan critical thinking
(outcome) setelah pelaksanaan dalam kurun waktu 1 semester (time frame). Ataupun
dalam penggunaan PICOT non intervensi seperti bagaimana seorang ibu baru
(Population) yang payudaranya terkena komplikasi (Issue of interest) terhadap
kemampuannya dalam memberikan ASI (Outcome) pada 3 bulan pertama pada saat bayi
baru lahir. Hasil atau sumber data atau literatur yang dihasilkan akan sangat berbeda jika
kita menggunakanpertanyaan yang tidak tepat makan kita akan mendapatkan berbagai
abstrak yang tidak relevan dengan apa yang kita butuhkan (Melnyk & Fineout, 2011).
Kata kunci yang sudah disusun dengan menggunakan picot digunakan untuk memulai
pencarian bukti terbaik. Bukti terbaik adalah dilihat dari tipe dan tingkatan penelitian.
Tingkatan penelitian yang bisa dijadikan evidence atau bukti terbaik adalah meta-analysis
dan systematic riview. Systematic riview adalah ringkasan hasil dari banyak penelitian
yang memakai metode kuantitatif. Sedangkan meta-analysis adalah ringkasan dari banyak
penelitian yang menampilkan dampak dari intervensi dari berbagai studi. Namun jika
meta analisis dan systematic riview tidak tersedia maka evidence pada tingkatan
selanjutnya bisa digunakan seperti RCT. Evidence tersebut dapat ditemukan pada
12
beberapa data base seperti CINAHL, MEDLINE, PUBMED, NEJM dan COHRANE
LIBRARY (Melnyk & Fineout, 2011).
Ada 5 tingkatan yang bisa dijadikan bukti atau evidence (Guyatt&Rennie, 2002) yaitu:
Dalam mencari best evidence, hal yang sering menjadi hambatan dalam proses pencarian
adalah keterbatasan lokasi atau sumber database yang free accsess terhadap jurnal-jurnal
penelitian. Namun demikian seiring dengan perkembangan teknologi, berikut contoh databased
yang free accsess dan paling banyak dikunjungi oleh tenaga kesehatan yaitu MIDIRS,CINAHL,
Pubmed, cohrane library dan PsycINFO serta Medline. Berikut adalah contoh pertanyaan EBP
beserta data based yang disarankan, diantaranya adalah (Schneider & Whitehead, 2013).
13
matang lebih beresiko terkena depresi Medline
postpartum dibandingkan dengan ibu
usia muda ?
Beberapa databased yang disebutkan diatas memuat berbagai literatur kesehatan dari
berbagai sumber. Beberapa diantaranya adalah free of charge, cost, atau keduanya.
Seperti misalnya cohrane databased merupakan organisasi non-profit. Namun demikian
jenis informasi yang diberikan adalah systematic review, sehingga jumlahinformasi yang
ditawarkan terbatas atau dalam jumlah kecil berkisar 3 jutaan citation namun sangat
direkomendasikan untuk menjadi databased pertama dalam mencari jawaban dari
pertanyaan klinis. Sedangkan CINAHL dan MEDLINE merupakan databased yang
paling komprehensif untuk menemukan berbagai jurnal atau informasi kesehatan baik itu
kedokteran, keperawatan, kedokteran gigi ataupun farmasi dengan berbagai level
evidence. MEDLINE merupakan databasedfree charge yang terhubung dengan Pubmed
databased (Dicenso et al., 2014). Sedangkan CINAHL merupakan konten artikel jurnal,
buku, ataupun disertasi dan bisa temukan baik melalui databased langsung ataukah
melalui MEDLINE. Sedangkan PsycINFO merupakan databased yang lebih banyak
mempublikasikan literatur pendidikandalam aspek psikologi, psikiatri, neuroscience
untuk pertanyaan klinis. Sedangkan Pubmed merupakan bibliografic database yang berisi
14
kontenfree akses dan berbayar serta mempunyai link dengan database
MEDLINE(Melnyk et al., 2014).
Dalam (Kluger, 2007) dicontohkan cara melakukan pencarian evidence dari beberapa sumber
atau databased yang ada yaitu:
a) Mencari kata kunci, sinonim, atau yang mempunyai hubungan dengan pertanyaan yang
sudah disusun dengan PICO format.
b) Menentukan sumber atau database terbaik untuk mencari informasi yang tepat.
c) Mengembangkan beberapa strategi dalam melakukan pencarian dengan controlled
vocabularries, menggunakan bolean operator, serta limit. Controlledvocabularries yang
dapat menuntun kita untuk memasukkan input yang sesuai dengan yang ada pada
database. Seperti misalnya MeSH pada Pubmed serta CINAHL Subject Heading pada
database CINAHL. menggunakan bolean operator misalnya AND, OR, NOT. AND untuk
mencari 2 tema atau istilah, OR untuk mencari selain dari salah satu atau kedua istilah
tersebut. Namun jika dikombinasikan dengan controlled vocabularries, OR akan
memperluas pencarian, serta AND akan mempersempit pencarian. Setelah itu untuk lebih
spesifik dan fokus lagi dapat digunakan dengan menggunakan limit yang sesuai seperti
umur, bahasa, tanggal publikasi. Contohnya adalah limit terakhir 5 tahun untuk jurnal
atau english or american only.
d) Melakukan evaluasi memilih evidence dengan metode terbaik dan menyimpan hasil.
15
Sedangkan menurut (Bowman et al., dalam levin & feldman, 2012) khususnya pada level
undergraduate student, ada beberapa contoh evidence yang dapat digunakan dalam terapi dan
prognosis yaitu:
Beberapa contoh tingkatan evidence tersebut dapat menjadi contoh atau dasar dan
pedoman yang digunakan oleh mahasiswa undergraduatedalam memilih evidence yang
tepat. Karena undergraduate student tidak memiliki kemampuan dalam melakukan kritik
atau melihat tingkat kekuatan dan kelemahan literatur penelitian, maka dalam
pembelajaran evidence based practice mahasiswa diarahkan untuk memilih literatur
berdasarkan tingkatan evidence terbaik terlebih dahulu. Jika beberapa evidence terbaik
tidak dapat ditemukan, maka langkah selanjutnya adalah memilih literatur yang telah
diseleksi pada beberapa databased seperti MEDLINE dan CINAHL atau pada pubmed
search engine (Levin & Feldman, 2012).
16
melakukan appraisal atau penilaian terhadap evidence tersebut. Untuk melakukan
penilaian ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan diantaranya adalah (Polit & Beck,
2013) :
a) Evidence quality adalah bagaimana kualitas bukti jurnal tersebut? (apakah tepat atau
rigorous dan reliable atau handal)
b) What is magnitude of effect? (seberapa penting dampaknya?)
c) How pricise the estimate of effect? Seberapa tepat perkiraan efeknya?
d) Apakah evidence memiliki efek samping ataukah keuntungan?
e) Seberapa banyak biaya yang perlu disiapkan untuk mengaplikasikan bukti?
f) Apakah bukti tersebut sesuai untuk situasi atau fakta yang ada di klinis?
Sedangkan kriteria penilaian evidence menurut (Bernadette & Ellen, 2011) yaitu:
a) Validity
Evidence atau penelitian tersebut dikatakan valid adalah jika penelitian tersebut
menggunakan metode penelitian yang tepat. Contohnya adalah apakah variabel
pengganggu dan bias dikontrol dengan baik, bagaimana bagaimana proses random pada
kelompok kontrol dan intervensi, equal atau tidak
b) Reliability
Reliabel maksudnya adalah konsistensi hasil yang mungkin didapatkan dalam membuat
keputusan klinis dengan mengimplementasikan evidence tersebut, apakah intervensi
tersebut dapat dikerjakan serta seberapa besar dampak dari intervensi yang mungkin
didapatkan.
c) Applicability
17
Namun demikian dalam (Hande et al., 2017) dijelaskan bahwa critical appraisal
merupakan proses yang sangat kompleks. Level atau tingkat critical appraisal sangat
dipengaruhi oleh kedalaman dan pemahaman individu dalam menilai evidence. Tingkat
critical appraisal pada mahasiswa sarjana adalah identifikasi tahapan yang ada dalam
proses penelitian kuantitatif. Namun padabeberapa program sarjana, ada juga yang
mengidentifikasi tidak hanya kuantitatif namun juga proses penelitian kualitatif.
Sedangkan pada master student, tingkatan critical apraisalnya tidak lagi pada tahap
identifikasi, namun harus bisa menunjukkan dan menyimpulkan kekuatan dan
kelemahan, tingkat kepercayaan evidence serta pelajaran yang dapat diambil dari
pengetahuan dan praktek. Jika dijabarkan, ada 2 tahap dalam melakukan critical apraisal
yaitu:
Sedangkan menurut (Burns & Grove, 2008), critical appraisal pada tahap sarjana adalah
comprehension yang dimaknai sama dengan tahap mengidentifikasi setiap tahap dalam
proses penelitian, serta comparison yaitu menyimpulkan secara umum kesesuaian peneliti
dalam mengikuti aturan penelitian yang benar serta sejauhmana peneliti menjelaskan
setiap elemen atau tahapan penelitian.
b) Menetukan tingkat kekuatan dan kelemahan penelitian (Strength and weakness of study)
Dalam melakukan critical appraisal, langkah selanjutnya atau next level yang merupakan
tahapan lanjutan untuk master’s student adalah menentukan kekuatan dan kelemahan
18
penelitian. Untuk bisa melakukan critical appraisal pada tahapan ini kita harusbisa
memahami masing-masing tahapan penelitian serta membandingkan tahapan penelitian
yang ada dengan tahapan penelitian yang seharusnya. Untuk menentukan tingkat
kekuatan dan kelemahan evidence kita harus bisa memahami sejauh mana peneliti
mengikuti aturan penelitian yang benar. Selain itu juga, penguasaan terhadap kajian dan
konsep logis serta keterkaitan antar tiap elemen harus bisa dianalisa. Sehingga pada
akhirnya kita dapat menyimpulkan tingkat validitas dan reliabilitas evidence atau jurnal
dengan melihat tingkat kesesuaian, keadekuatan, dan representatif atau tidaknya proses
dan kompenen penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti (Burns & Grove, 2008).
Penilaian kritis yang cepat menggunakan tiga pertanyaan penting untuk mengevaluasi sebuah
studi :
a) Apakah hasil penelitian valid? Ini pertanyaan validitas studi berpusat pada apakah
metode penelitian yang cukup ketat untuk membuat temuan sedekat mungkin dengan
kebenaran. Sebagai contoh, apakah para peneliti secara acak menetapkan mata pelajaran
untuk pengobatan atau kelompok kontrol dan memastikan bahwa mereka merupakan
kunci karakteristik sebelum perawatan? Apakah instrumen yang valid dan reliabel
digunakan untuk mengukur hasil kunci?
b) Apakah hasilnya bisa dikonfirmasi? Untuk studi intervensi, pertanyaan ini keandalan
studi membahas apakah intervensi bekerja, dampaknya pada hasil, dan kemungkinan
memperoleh hasil yang sama dalam pengaturan praktek dokter sendiri. Untuk studi
kualitatif, ini meliputi penilaian apakah pendekatan penelitian sesuai dengan tujuan
penelitian, bersama dengan mengevaluasi aspek-aspek lain dari penelitian ini seperti
apakah hasilnya bisa dikonfirmasi.
c) Akankah hasil membantu saya merawat pasien saya? Ini pertanyaan penelitian penerapan
mencakup pertimbangan klinis seperti apakah subyek dalam penelitian ini mirip dengan
pasien sendiri, apakah manfaat lebih besar daripada risiko, kelayakan dan efektivitas
biaya, dan nilai-nilai dan preferensi pasien. Setelah menilai studi masing-masing, langkah
berikutnya adalah untuk mensintesis studi untuk menentukan apakah mereka datang ke
kesimpulan yang sama, sehingga mendukung keputusan EBP atau perubahan.
19
5) Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk membuat
keputusan klinis terbaik
Sesuai dengan definisi dari EBP, untuk mengimplementasikan EBP ke dalam praktik
klinis kita harus bisa mengintegrasikan bukti penelitian dengan informasi lainnya.
Informasi itu dapat berasal dari keahlian dan pengetahuan yang kita miliki, ataukah dari
pilihan dan nilai yang dimiliki oleh pasien. Selain itu juga, menambahkan penelitian
kualitatif mengenai pengalaman atau perspektif klien bisa menjadi dasar untuk
mengurangi resiko kegagalan dalam melakukan intervensi terbaru (Polit & Beck, 2013).
Bukti penelitian saja tidak cukup untuk membenarkan perubahan dalam praktek.
Keahlian klinis, berdasarkan penilaian pasien, data laboratorium, dan data dari program
manajemen hasil, serta preferensi dan nilai-nilai pasien adalah komponen penting dari
EBP. Tidak ada formula ajaib untuk bagaimana untuk menimbang masing-masing
elemen; pelaksanaan EBP sangat dipengaruhi oleh variabel kelembagaan dan klinis.
Misalnya, ada tubuh yang kuat dari bukti yang menunjukkan penurunan kejadian depresi
pada pasien luka bakar jika mereka menerima delapan sesi terapi kognitif-perilaku
sebelum dikeluarkan dari rumah sakit. Anda ingin pasien Anda memiliki terapi ini dan
begitu mereka. Tapi keterbatasan anggaran di rumah sakit Anda mencegah
mempekerjakan terapis untuk menawarkan pengobatan. Defisit sumber daya ini
menghambat pelaksanaan EBP.
Evaluasi terhadap pelaksanaan evidence based sangat perlu dilakukan untuk mengetahui
seberapa efektif evidence yang telah diterapkan, apakah perubahan yang terjadi sudah
sesuai dengan hasil yang diharapkan dan apakah evidence tersebut berdampak pada
peningkatan kualitas kesehatan pasien (Melnyk & Fineout, 2011).
20
7) Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)
Langkah terakhir dalam evidence based practice adalah menyebarluaskan hasil. Jika
evidence yang didapatkan terbukti mampu menimbulkan perubahan dan memberikan
hasil yang positif maka hal tersebut tentu sangat perlu dan penting untuk dibagi (Polit &
Beck, 2013)
2.4 Searching for the evidance : strengies to help you conduct a succesfull search
Cari Bukti Terbaik dengan menggunakan mesin pencari dalam data data base penelitian
yang tepat
5 tingkatan yang bisa dijadikan bukti atau evidence (Guyatt&Rennie, 2002) yaitu:
1) Bukti yang berasal dari meta-analysis atau systematic review.
2) Bukti yang berasal dari disain RCT.
3) Bukti yang berasal dari kontrol trial tanpa randomisasi.
21
4) Bukti yang berasal dari kasus kontrol dan studi kohort.
5) Bukti dari systematic reviewyang berasal dari penelitian kualitatif dan diskriptif.
6) Bukti yang berasal dari single-diskriptif atau kualitatif study.
7) Bukti yang berasal dari opini dan komite ahli
1. Implementasi Avidence Basic Pratice Nursing dalam manajement nyeri pada pasien
dengan reumatik
Hasil pengkajian terhadap pasien adalah sebagai berikut: pasien adalah seorang
wanita berusia 66 tahun telah mengalami penyakit reumatik sejak 3 tahun yang lalu
dan pasien telah mengenal masalah kesehatan yang dialami itu sendiri namun belum
mengerti mengenai cara dalam melakukan perawatan pada penyakit reumatik yang
dialami itu sendiri. Saat ini pasien jarang melakukan pemeriksaan kesehatannya ke
pelayanan kesehatan. Jika pasien mengalami nyeri pada sendinya ia hanya
mengoleskan krim yang dibelinya di toko obat terdekat. Hal ini sejalan dengan
22
penelitian yang mengatakan bahwa masih ada 43.5% lansia memiliki pengetahuan
yang kurang baik dalam manajemen nyeri (Kartika, 2019).
Tabel 1 menunjukkan penurunan skala nyeri yakni dari skala nyeri pada angka
6 (nyeri sedang) pada hari pertama ke skala nyeri 3 (nyeri ringan) pada hari ke-3.
Hasil implementasi ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sunarti &
Alhuda, 2018) dimana penelitian yang mereka lakukan dengan memberikan
kompres hangat jahe merah 20 menit selama 3 hari pada pasien dari skala nyeri
sangat berat menjadi berat sebanyak 4 orang (20%), dari nyeri berat menjadi nyeri
sedang sebanyak 6 orang (30%), nyeri sedang ke ringan sebanyak 8 orang (40 %),
dan nyeri ringan ke tidak nyeri sebanyak 2 orang(10%).
Kompres hangat jahe merah itu sendiri dapat mengurangi rasa nyeri dikarenakan
adanya kandungan air dan minyak pada jahe yang tidak menguap, sehingga berfungsi
sebagai enhancer yang dapat meningkatkan permeabilitas oleoresin dan menembus kulit
dan memiliki potensi anti-inflamasi dan antioksidan yang kuat (Masyhurrosyidi et al.,
2014). Oleoresin atau zingerol juga dapat menghambat sintesis enzim prostaglandin
sehingga nyeri dapat mereda dan radang menjadi berkurang. Prostaglandin adalah suatu
senyawa pada tubuh yang menjadi mediator nyeri itu sendiri dari peradangan atau
inflamasi, prostaglandin terbentuk dari asam arakidunat pada sel-sel tubuh dengan
bantuan enzim cyclooxygenasi (COX), dengan cara menghambat enzim cyclooxygenasi
sehingga prostaglandin tidak dapat terbentuk (Bawarodi, Rottie, & Malara, 2017).
23
Hasil implemetasi EBN terapi kompres hangat jahe merah menunjukkan hasil yang
diharapkan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien dengan reumatik.
Pemberian terapi kompres hangat jahe merah selama 3 hari menunjukkan adanya
penurunan pada skala nyeri pasien dari nyeri dengan skala 6 menjadi nyeri dengan skala
3 setelah intervensi dilaksanakan. EBN ini direkomendasikan untuk dilakukan kepada
pasien reumatik agar mendapatkan hasil perawatan maksimal.
2. Penerapan Evidence Based Pratice in Nursing Sistematik Oral Care pada Pasien
Gangguan Neurologi
24
dalam penerapan Eviden Based Nursing (EBN) dikarenakan kesesuaian antara oral care
based on evidence dengan oral care tradisional.
Pada penelitian ini merekomendasikan alat ukur dari Eliers et al sebagai alat ukur
yang paling bagus dan bermanfaat secara klinis berdasarkan indicator yang digunakan.
Pengkajian kebersihan gigi dan mulut pasien tidak dilakukan setiap hari tetapi
dilakukan setiap 1 minggu sekali pada pasien dengan gangguan ringan atau sesuai
perubahan kondisi pasien dan 2 kali seminggu pada pasien dengan gangguan sedang
sampai berat dan disesuaikan dengan perubahan kondisi pasien (Chan et al., 2011)Pada
penerapan EBN ini format pengkajian kebersihan gigi dan mulut menggunakan OAG
dengan pertimbangan sudah teruji secara penelitian dan sesuai dengan kondisi pasien di
rumah sakit terutama pada pasien dengan gangguan neurologi.
Pelaksanaan yang ada di ruangan selama ini secara tradisional menggunakan kasa
deeper untuk melakukan oral care dari pada menggunakan sikat gigi. Pada penerapan
EBN ini karena foam swab belum tersedia, penggunaan kasa masih digunakan pada
individu yang tidak dapat menoleransi penggunaan sikat gigi. Posisi yang
direkomendasikan pada saat melakukan oral care adalah 30° atau semirekumben
dengan posisi miring untuk mencegah adanya aspirasi (Prendergast et al., 2012).
Frekuensi oral care pada beberapa penelitian diatas minimal dilakukan setiap 12 jam
sampai setiap 4 jam sesuai kondisi kebersihan gigi dan mulut pasien (Ames et al., 2011;
Chan et al., 2011; Prendergast et al., 2012).
Kegiatan oral care yang sistematis ini berdasarka evidence yang ada secara
signifikan mempengaruhi kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut pasien. Hasil ini
dibuktikan dengan hasil analisis pada pembuktian ilmiah ini yang menunjukka p value
sebesar 0,004.Pada penerapan EBN ini pelaksaanaan awal dilakukan dengan melakukan
pengkajian kebersihan rongga mulut. Hasil dari pengkajian kebersihan rongga gigi dan
mulut didapatkan hasil 15,2h. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien
mengalami gangguan sedang. Hal ini mengindikasikan bawah rata-rata pasien
menunjukkan gangguan kesehatan rongga mulu sedang. Pengkajian gigi dan mulut
yang terstandar sangat penting untuk menghindari subjektifitas dalam menilai
kebersihan gigi dan mulut ketika akan melakukan kegitan oral care (Chan et al., 2011) .
25
3. Management nyeri Non Invasif Pada Ibu Post Partum dengan pendekatan Evidance
Based Practice
Intervensi nyeri non invasive yang ditetapkan adalah masase pada wajah dan bahu
serta interaksi dengan bayi. Masase bertujuan untuk menstimulasi produksi endhorpin
dan dinorpin yang berfungsi untuk memblokade tranmisi nyeri melalui system control
desenden. Sedangkan interaksi dengan bayi merupakan media distraksi yang
bermaksud untuk mendominasi impuls yang masuk dalam system control asenden
sehingga dapat menutup pintu gerbang penghantar nyeri.Pada evidence based terdapat
perbedaan pada area masase dan media distraksi. Area masase dipilih pada wajah dan
bahu dengan pertimbangan adanya pemetaan nyeri yaitu area 1, 2, 3, 4, dan 5. Area 1
dan 2 adalah area wajah yang merupakan area yang selalu mengalami ketegangan pada
saat nyeri berlangsung, dengan melakukan masase pada daerah ini diharapkan dapat
menjadi rileks sehingga dapat memutuskan mata rantai siklus takut-tegang-nyeri.
Sedangkan area 3,4,5 adalah area yang dikeluhkan sebagai area nyeri. (Hamilton, 1998;
Bobak, 2005; Strong, et all, 2002). Media distraksi yang digunakan adalah interaksi
dengan bayi, media ini mempunyai banyak manfaat, selain untuk mengalihkan pusat
perhatian dari nyeri media ini juga dapat dipakai untuk meningkatkan pembentukan
bonding attachment.
Interaksi dengan bayi merupakan media bonding. Bonding didefi nisikan sebagai
suatu ketertarikan mutual pertama antar individu, misalnya antara orangtua dan anak, saat
pertama kali mereka bertemu. Attachmentterjadi pada periode kritis seperti pada
kelahiran (Bobak, 2005). Hal ini menjelaskan suatu perasaan saling menyayangi atau
loyalitas yang mengikat individu dengan individu lain yang bersifat unik, spesifik, dan
bertahan lama. Proses kasih sayang dijelaskan sebagai sebagaisesuatu yang linear,
dimulai saat ibu hamil, semakin menguat pada periode pasca partum, dan begitu
terbentuk akan menjadi konstan dan konsisten. Ikatan ini sangat penting bagi kesehatan
fisik dan mental sepanjang rentang kehidupan.
26
konsep teori yaitu prinsip stimulasi kutaneus dan distraksi. Namun pada evidence based
terdapat perbedaan pada area masase dan media distraksi. Area masase dipilih pada
wajah dan media distraksi yang digunakan adalah interaksi dengan bayi, Evaluasi pada
evidence based didapatkan bahwa nyeri dapat berkurang menjadi skala 2, wajah dan
mobilisasi menjadi lebih rileks.
Demam didefinisikan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal >37,5°C sebagai
akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Pentingnya kompres adalah
untuk menurunkan suhu tubuh pada anak demam. Badan kesehatan dunia (WHO)
memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan
500-600 ribu kematian tiap tahunnya. Karya Tulis Ilmiah ini berupa studi kasus dengan
proses keperawatan, rencana tindakan yang dilakukan adalah penerapan kompres
bawang merah karena bawang merah dapat digunakan sebagai obat tradisional yang
memiliki efek yang tidak kalah ampuh dengan obat-obatan kimia. Penulis memberikan
asuhan keperawatan kepada dua pasien anak demam yang diberikan kompres bawang
merah. Tujuannya adalah untuk mengetahui efektifitas kompres bawang merah pada
anak demam. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode studi
kasus, sample berjumlah dua pasien. Hasil dari masalah keperawatan dengan anak
demam dapat teratasi dengan menunjukkan terdapat penurunan suhu tubuh setelah
diberikan kompres bawang merah. Penulis menyimpulkan ada pengaruh terhadap
pemberian kompres bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam.
BAB III
PENUTUP
27
3.1 Kesimpulan
Namun dalam pelaksanaan penerapan evidence based practice ini sendiri tidaklah mudah,
hambatan utama dalam pelaksanaannya yaitu kurangnya pemahaman dan kurangnya
referensi yang dapat digunakan sebagai pedoman pelaksanaan penerapan EBP itu sendiri.
3.2.Saran
Dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang baik, serta
mengambil keputusan yang bersifat klinis hendaknya mengacu pada SPO yang dibuat
berdasarkan teori-teori dan penelitian terkini. Evidence based practice dapat menjadi panduan
dalam menentukan atau membuat SPO yang memiliki landasan berdasarkan teori, penelitian,
serta pengalaman klinis baik oleh petugas kesehatan maupun pasien.
DAFTAR PUSTAKA
28
Referensi : https://id.scribd.com/document/436106772/7-step-EBP diakses 27 april 2021 pukul
22.10 WIB
https://id.scribd.com/presentation/482584441/Konsep-Praktik-Keperawatan-Berbasis-Bukti
Rokom. 2012. Penguatan Perawat dalam Evidance Basic Pratice. Kemenkes RI diakses pada
27 April 2021 https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20120512/384131/penguatan-
perawat-dalam-evidence-based-practice/
29
30