Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH EVIDENCE BASED NURSING TENTANG

KONSEP EVIDENCE BASED PRACTICE NURSING

OLEH KELOMPOK 6 :

1. Belinda Natasia 213310717


2. Isra Hayati Oktavia Lisni 213310728
3. Rachma Fitriani 21331073
4. Rifqah Kinasih 213310739
5. Said agil barairoh 213310741
6. Sartika Zalendari 213310742

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Idrawati Bahar, M. Kep

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKES KEMENKES RI PADANG TAHUN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha ESA karena dengan
rahmat,karunia,serta taufik dan hidayahnya Penulis dapat menyelesaikan tugas kuliah
tentang”Konsep Evidence Based Practice Nursing” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Penulis berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah Penulis buat dimasa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi Penulis maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan Penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
dimasa depan.

Padang, 06 Agustus 2022

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.2 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah...............................................................................................................2

1.3 Tujuan Umum........................................................................................................................2

1.4 Tujuan Khusus.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3

2.1 Karakteristik EBPN................................................................................................................3

2.2 Elemen EBPN ........................................................................................................................6

2.3 Clinical judgement................................................................................................................10

2.4 Patient Vlues.........................................................................................................................15

BAB II PENUTUP.......................................................................................................................17

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................17

3.2 Saran.....................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Evidence dimulai pada tahun 1970 ketika arcie cochrane


menegaskan perlunya mengevaluasi pelayanan kesehatan berdasarkan
bukti-bukti ilmiah. Sejak itu berbagai istilah digunakan terkait dengan
evidence  diantaranya evidence based nursing. EBP dimulai dalam
kedokteran sebagai kedokteran berbasis bukti (EBM) dan kemudian
menyebar ke bidang lain seperti keperawatan, psikologi, pendidikan,
layanan informasi, dan lainnya.
Evidence-Based Practice (EBP), merupakan pendekatan yang dapat
digunakan dalam praktik perawatan kesehatan, yang berdasarkan evidence
atau fakta. Penggunaan evidence base dalam praktek akan menjadi dasar
scientific dalam pengambilan keputusan klinis sehingga intervensi yang
diberikan dapat dipertanggungjawabkan. EBP merupakan salah satu
perkembangan yang penting dalam dekade ini.
Untuk membantu sebuah profesi termasuk kedokteran
keperawatan sosial psikologi public health konseling dan profesi kesehatan
lainnya. EBP menyebabkan terjadinya perubahan besar pada literatur
merupakan proses yang panjang dan merupakan aplikasi berdasarkan fakta
terbaik untuk pengembangan dan peningkatan praktek lapangan.
Evidence-Based Practice in Nursing adalah penggunaan bukti ekternal dan
bukti internal (clinical expertise), serta manfaat dan keinginan pasien
untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan, Chang,
Jones, & Russell (2013). Hal ini menuntut perawat untuk dapat
menerapkan asuhan keperawatan yang berbasis bukti empiris atau dikenal
dengan Evidance Based Nursing Practice (EBNP).

1
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dikemukakan
rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini ialah :
1. Apasajakah Krakteristik dari EBPN?
2. Apasajakah Elemen EBPN ?
3. Apa itu Clinical Judgment pada EBPN?
4. Apakah itu Patient vlues pada EBPN?

1.3 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami


dan mempelajari tentang Konsep Evidence Based Practice Nursing.

1.4 Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah:
1. Agar pembaca mengetahui tentang Krakteristik dari EBPN
2. Agar pembaca mengetahui Elemen EBPN
3. Agar pembaca mengetahui Apa itu Clinical Judgment pada
EBPN
4. Agar pembaca mengetahui Apa itu Patient vlues pada
EBPN

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik EBPN

EBP adalah integrasi penelitian dan penilaian klinis yang


digunakan untuk mengevaluasi dan mengelola masalah pasien (Sackett,
Rosenberg, Gray, Haynes, & Richardson, 1996). Elemen kunci dari EBP
adalah penelitian yang relevan secara klinis yang berpusat pada pasien dan
penilaian klinis yang mencakup keahlian klinis dan menggabungkan
karakteristik dan preferensi khusus pasien.
EBP bukanlah pendekatan "buku masak" untuk perawatan, juga
tidak dirancang sebagai alat pemotongan biaya perawatan kesehatan
(Sackett et al., 1996). EBP tidak menggantikan penilaian klinis; namun,
EBP dapat mengarahkan kebijakan perawatan kesehatan. EBP telah
ditinjau dan dibahas dalam sistem pemberian perawatan kesehatan selama
beberapa dekade, namun masih diselimuti kontroversi.Beberapa
berpendapat bahwa bukti terbaik tidak selalu relevan dengan pasien atau
praktik tertentu dan tidak dapat menggantikan pengambilan keputusan
klinis (Avorn & Fischer, 2010; Ubbink, Guyatt, & Vermeulen, 2013).
Argumen ini cacat: EBP adalah template untuk membuat keputusan klinis,
bukan resep untuk perawatan pasien. Pengalaman klinis tidak dirampas
oleh penelitian; bukan, bukti penelitian berfungsi sebagai pelengkap atau
tambahan untuk penilaian dokter.
Asimilasi EBP ke dalam perawatan kesehatan, praktisi
menggabungkan lima langkah: (1) mengajukan pertanyaan, (2)
mengumpulkan data, (3) menilai penelitian secara kritis, (4)
mengintegrasikan temuan ke dalam praktik, dan (5) mengevaluasi hasil
dari keputusan yang dibuat (Cleary-Holdforth & Leufer, 2008). Penyedia
layanan kesehatan tidak harus mengikuti setiap langkah. Misalnya, dokter

3
mengidentifikasi pertanyaan, tetapi tinjauan sistematis atau pedoman
praktik telah menyelesaikan sintesis literatur. Peran penting APRN saat ini
adalah penerapan temuan penelitian ke dalam praktik.
a. Karakteristik Pertanyaan atau Masalah Klinis
Mengidentifikasi masalah atau mendefinisikan pertanyaan adalah
awal dari proses eksplorasi. Meskipun ada beberapa model untuk
merumuskan pertanyaan dengan jelas, pendekatan paling sederhana
adalah PICO (populasi/masalah, intervensi, intervensi perbandingan, dan
hasil; Cleary-Holdforth & Leufer, 2008). Populasi/masalah mengacu
pada pasien atau kondisi yang diinginkan. Saat dokter mulai
merumuskan pertanyaan, mereka harus mengidentifikasi karakteristik
paling penting dari pasien (misalnya, usia, ras, jenis kelamin) atau atribut
kondisi yang akan diperiksa dalam penelitian.
Intervensi mencari jawaban atas apa yang dokter ingin lakukan,
seperti mengidentifikasi indikator prognostik, terapi obat, atau tes
diagnostik yang akan dilakukan. Perbandingan membahas terapi
alternatif (misalnya, perbedaan antara dua obat) atau pendekatan
(misalnya, pilihan tes diagnostik), meskipun dalam beberapa kasus tidak
diperlukan perbandingan atau pilihan alternatif. Hasil menjawab apa
yang harus dicapai dan apa efek (positif atau negatif) dari intervensi
tersebut.
b. Sumber Jawaban
Ketika praktisi telah mengartikulasikan pertanyaan dengan jelas,
langkah selanjutnya adalah mencari jawaban. Beberapa database
elektronik, seperti Cumulative Index of Nursing and Allied Health
Literature (CINAHL), MEDLINE, Database of Abstracts of Review of
Effects (DARE), Cochrane Library, dan lain-lain, dapat menjadi alat
yang berguna dalam mencari informasi.
Untuk memahami relevansi dan validitas penelitian, praktisi harus
terbiasa dengan tingkat studi penelitian.Hirarki penelitian untuk
intervensi bergerak dari RCT, sering dipandang sebagai memberikan

4
bukti terbaik, pendapat ahli, paling tidak disukai, atau terendah pada
kontinum.
RCT-N dari satu (setiap subjek dipelajari baik dalam kelompok
intervensi dan kontrol dan karena itu berfungsi sebagai kontrolnya
sendiri) adalah standar emas untuk penelitian klinis (Miser,
2006b).Tingkat berikutnya mencakup studi integratif, yang merangkum
dan menarik kesimpulan dari serangkaian studi utama.Studi integratif ini
dapat bersifat nonsistematis (ditulis oleh seorang ahli di bidang yang
diminati; pendekatan yang paling tidak disukai), atau tinjauan sistematis
yang lebih tepat yang mencakup meta-analisis dan pedoman praktik
klinis. Tingkat ketiga dan keempat termasuk RCT yang dilakukan di
beberapa pusat dan di satu pusat, masing-masing. Kohort, kasus kontrol,
cross-sectional, laporan kasus, seri kasus, dan akhirnya pendapat ahli
adalah tingkat penelitian yang tersisa (Miser, 2006b).
Hirarki ini mungkin tidak sesuai untuk pertanyaan yang berfokus
pada diagnosis atau skrining, prognosis, atau penyebab. Misalnya, jika
praktisi tertarik pada prognosis, desain studi yang paling tepat adalah
studi kohort longitudinal. Jika penyebab adalah masalahnya, maka studi
kohort atau kasus kontrol akan menjadi desain yang lebih disukai (Miser,
2006a).
Meskipun RCT dipandang oleh banyak orang sebagai standar
emas dalam pengambilan keputusan klinis, kontribusi studi kualitatif
tidak boleh diremehkan. Data kualitatif diperlukan untuk menjawab
pertanyaan mengapa, bagaimana, dan kapan dan jarang disertakan dalam
RCT dengan cukup detail untuk menerapkan intervensi secara konsisten
(Wilson & Fridinger, 2008).
Validitas internal penelitian bergantung pada analisis kritis
terhadap maksud penelitian dan metodologi yang digunakan untuk
menguji hasil; validitas eksternal, sebaliknya, dinilai dengan menjawab
pertanyaan tentang generalisasi untuk populasi yang lebih besar (Miser,

5
2006a). Dari analisis ini, dokter kemudian dapat membedakan relevansi
bukti yang berkaitan dengan pasien, populasi, atau masalah tertentu
Adapun karakteristik dari evidence based nursing antara lain:
1. Karakteristik penelitian : Penelitian yang dilakukan oleh
perawat kadang tidak dapat menjamin bahwa hal tersebut dapat
diterapkan dalam praktek sehari-hari. Hal ini terkait dengan
desain penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data,
atau analisis data yang digunakan.
2. Karakteristik dari cara adopsi / perawat : Nilai penelitian
keperawatan, kemampuan dan kesadaran perawat.
3. Karakteristik organisasi / tempat kerja: Setting, hambatan dan
keterbatasan. Di beberapa tempat, suasana kerja tidak
mendukung adanya penggunaan hasil penelitian. Dibutuhkan
semangat untuk selalu ingin tahu terhadap hal baru dan
keterbukaan.
4. Karakteristik dari inovasi : Kualitas penelitian.
5. Karakteristik dari pola komunikasi : Cara penyampaian dan
akses ke penelitian.
6. Karakteristik profesi keperawatan : Menggabungkan antara
perawat klinisi dan perawat penelitian untuk berinteraksi dan
berkolaborasi terkait penelitian.

2.2 Elemen EBPN

Salah satu tujuan utama komunitas medis adalah menangani masalah


kesehatan secara efektif sambil memberikan perawatan terbaik. Untuk
menyelaraskan dengan tujuan ini, industri perawatan kesehatan telah
mengadopsi sejumlah metode dan protokol, salah satunya adalah praktik
berbasis bukti. Praktik berbasis bukti adalah pendekatan perawatan tiga
cabang yang memanfaatkan keahlian klinis bersama dengan penelitian
terkemuka dan perawatan pasien secara keseluruhan. Bagi mereka yang

6
berada dalam perawatan kesehatan, penting untuk memahami praktik
berbasis bukti dan perannya dalam memberikan perawatan kesehatan yang
berkualitas.
Haynes et al (1996) membuat suatu model keputusan klinis
berdasarkan bukti ilmiah. Pada model tersebut, terdapat 4 komponen yang
dapat mempengaruhi pengelolaan masalah yang dihadapi pasien, yaitu
penguasaan klinis, pilihan pasien terhadap alternatif bentuk perawatan,
hasil penelitian klinis, dan sumber-sumber yang tersedia.
Keterangan masing-masing komponen:
a. Perawatan Pasien Secara Keseluruhan
Langkah pertama dalam proses praktik berbasis bukti adalah pasien
dan perawat bertemu dan mengidentifikasi masalah kesehatan. Ini dapat
membantu merumuskan pertanyaan yang perlu dijawab sambil mencari
bukti yang tepat untuk pilihan pengobatan. Dalam langkah pertama ini,
salah satu metode yang paling umum untuk mendefinisikan pertanyaan
adalah PICO, yang merupakan singkatan dari Populasi (kelompok
tempat pasien berada), Intervensi (pilihan pengobatan
dipertimbangkan), Perbandingan (alternatif untuk membandingkan
dengan intervensi) dan Hasil yang diinginkan .Saat bertemu dengan
pasien, perawat juga akan berusaha mengembangkan pemahaman
tentang preferensi pribadi pasien, nilai-nilai, dan harapan keseluruhan
untuk proses perawatan.
b. Riset Terkemuka
Setelah bertemu dengan pasien, pemimpin perawat akan memasuki
langkah kedua dari proses praktik berbasis bukti, memeriksa jurnal
medis peer-review dan/atau dokumentasi yang relevan secara klinis
untuk mengungkap pilihan pengobatan untuk disajikan kepada pasien.
Melalui proses ini, pemimpin perawat terus mempertimbangkan nilai
dan harapan pasien untuk mengembangkan rencana perawatan yang
unik bagi pasien.

7
Ketika perawat tidak dapat mengungkap bukti langsung, mereka
dapat mengandalkan dua metode penemuan bukti lain untuk
menemukan wawasan yang diperlukan untuk menginformasikan pilihan
pengobatan - tinjauan sistematis dan studi individu. Tinjauan sistematis
terdiri dari berbagai penilaian ilmiah (ditinjau secara sistematis oleh
komunitas medis) yang berhubungan dengan masalah medis tertentu
yang dihadapi pasien. Studi individu tidak banyak dikutip atau ditinjau
dalam komunitas medis, tetapi memberikan wawasan pribadi yang unik
berdasarkan kasus per kasus.
c. Pengalaman Klinis
Setelah mengungkap penelitian, pemimpin perawat memasuki
langkah ketiga dari proses praktik berbasis bukti, di mana mereka
memanfaatkan pengalaman klinis dan nilai pasien mereka untuk
mengevaluasi bukti. Mengevaluasi penelitian terkemuka secara efektif
adalah bagian penting dari proses praktik berbasis bukti karena
memastikan bahwa pemimpin perawat memberikan perawatan yang
paling canggih dan efektif kepada pasien mereka. Ketika mengevaluasi
bukti medis, perawat harus mengingat tiga hal: relevansi dengan
masalah atau pertanyaan kesehatan tertentu, pertimbangan siapa yang
menulis dan menerbitkan bukti medis dan perawatan pasien mereka
secara keseluruhan.
Karena pemahaman mereka tentang perawatan, pemimpin perawat
mungkin dapat mengambil komponen dari sejumlah dokumen
penelitian untuk membentuk rencana perawatan yang unik untuk
pasien. Mempertimbangkan hal ini, pengalaman klinis dapat dianggap
sebagai jembatan yang menghubungkan penelitian terkemuka dengan
komponen pertama, perawatan pasien secara keseluruhan.

8
d. Membuat Keputusan
Setelah menyelesaikan tiga komponen proses praktik berbasis
bukti, pemimpin perawat dan pasien bertemu untuk membuat keputusan
pengobatan akhir, dengan mempertimbangkan semua temuan.
Keputusan pengobatan akhir menandai selesainya praktik berbasis
bukti. Melalui pendekatannya yang seimbang, praktik berbasis bukti
berfungsi untuk menyediakan metode yang lebih efektif dan
dipersonalisasi untuk manajemen pasien, serta meningkatkan hasil
keseluruhan dan komunikasi pasien.
Karena industri perawatan kesehatan terus berkembang menuju
perawatan dan perawatan kesehatan yang dipersonalisasi, penggunaan
praktik berbasis bukti dapat sangat bermanfaat bagi penyedia dan
pasien. Untuk mencapai hal ini, penyedia layanan kesehatan harus terus
bekerja sama dengan pasien selama proses untuk meningkatkan
perawatan dan hasil pasien secara keseluruhan.

Adapun elemen dari evidence based nurisng ini antara lain:


1. Mengajak semua petugas kesehatan untuk menanyakan
kembali praktik kesehatan yang sedang mereka lakukan.
2. Memasukkan EBP dalam visi, misi dan promosi yang
dilakukan oleh institusi kesehatan.
3. Adanya mentor serta kadernya yang mempunyai
kemampuan dalam EBP dan kemampuan untuk mengatasi
hambatan terkait dengan pertumbuhan dalam individu dan
institusi.
4. Adanya infrastruktur yang menyediakan alat-alat untuk
pengembangan EBP.
5. Dukungan administrasi dan adanya leadership yang
menilai, menentukan EBP model, serta menyediakan
sumber daya yang diperlukan untuk mempertahankan
budaya EBP.

9
6. Secara teratur mengenali atau mengidentifikasi individu
atau kelompok-kelompok yang secara positif dan
melakukan EBP.

2.3 Clinical Judgment ( Penilaian Klinis )

Kesalahan dalam diagnosis merupakan masalah serius dalam


perawatan kesehatan dari perspektif keselamatan pasien serta sudut
pandang kewajiban medis. Data klaim tertutup MedPro menunjukkan
bahwa tuduhan yang terkait dengan kesalahan diagnostik lazim terjadi di
seluruh spesialisasi dan lokasi perawatan kesehatan.Data klaim tertutup
juga menunjukkan bahwa penilaian klinis merupakan faktor risiko utama
dalam dugaan terkait diagnosis.
Penilaian klinis mengacu pada proses berpikir (penalaran klinis)
yang memungkinkan penyedia layanan kesehatan untuk sampai pada
kesimpulan (pengambilan keputusan klinis) berdasarkan informasi objektif
dan subjektif tentang pasien. Sebuah artikel di Journal of Evaluation in
Clinical Practice menjelaskan bahwa “Penilaian klinis dikembangkan
melalui praktik, pengalaman, pengetahuan, dan analisis kritis
berkelanjutan. Ini meluas ke semua bidang medis: diagnosis, terapi,
komunikasi, dan pengambilan keputusan.
Penilaian Klinis adalah proses dimana perawat memutuskan data
yang akan dikumpulkan tentang klien, membuat interpretasi data, sampai
pada diagnosis keperawatan, dan mengidentifikasi tindakan keperawatan
yang tepat; ini melibatkan pemecahan masalah, pengambilan keputusan,
dan pemikiran kritis.Penilaian Klinis melibatkan empat aspek kunci:
memperhatikan, menafsirkan, akting dan mencerminkan.
Penilaian klinis dapat melibatkan baik otomatis, penalaran intuitif
dan analitis, penalaran reflektif. Jenis penalaran ini tidak saling eksklusif;
penyedia layanan kesehatan mungkin mengubah strategi penilaian mereka
berdasarkan keadaan yang mereka hadapi. Selanjutnya, karena proses

10
kognitif yang terlibat dalam penilaian klinis kompleks, mereka rentan
terhadap berbagai kesalahan kognitif, seperti heuristik/bias kognitif yang
salah dan pengaruh afektif.
1. Heuristik yang Salah dan Bias Kognitif
Istilah "heuristik" mengacu pada jalan pintas mental dalam
proses berpikir yang membantu menghemat waktu dan tenaga. Jalan
pintas ini adalah bagian penting dari pemikiran, tetapi mereka juga
rentan terhadap kesalahan.Bias kognitif terjadi ketika heuristik
menyebabkan pengambilan keputusan yang salah.Beberapa bias umum
termasuk yang tercantum di bawah ini:
 Penahan. Penahan mengacu pada penilaian cepat atau
kecenderungan untuk mendiagnosis berdasarkan gejala pertama
atau kelainan laboratorium.
 Kurang penyesuaian. Under-adjustment adalah ketidakmampuan
untuk merevisi diagnosis berdasarkan data klinis tambahan.
 Penutupan prematur. Penutupan dini mengacu pada penghentian
proses pengumpulan data (misalnya, riwayat pasien, riwayat
keluarga, dan daftar obat) sebelum semua informasi diketahui.
 Efek keutamaan. Pada primacy effect, provider memiliki
kecenderungan untuk menunjukkan bias terhadap informasi awal.
 Konfirmasi. Bias konfirmasi terjadi jika dokter memanipulasi
informasi selanjutnya agar sesuai dengan diagnosis awal.
 Ketersediaan. Bias ketersediaan dapat terjadi jika seorang dokter
menganggap diagnosis lebih mungkin karena itu adalah yang
terdepan dalam pikirannya. Pengalaman masa lalu dan kasus baru-
baru ini, sering, atau menonjol semuanya dapat berperan dalam
bias ketersediaan.
 Terlalu percaya diri. Bias terlalu percaya diri mengacu pada
penilaian yang berlebihan dari pengetahuan dan keterampilan
individu itu sendiri, serta ketidakmampuan untuk mengidentifikasi
kesenjangan pengetahuan.Bias terlalu percaya diri mungkin

11
diakibatkan oleh kurangnya umpan balik yang terkait dengan
akurasi diagnostik, yang pada gilirannya dapat menyebabkan
dokter melebih-lebihkan ketepatan diagnostik mereka.Dengan
demikian, para peneliti menyarankan bahwa terlalu percaya diri
dapat meningkat ketika tingkat keahlian dokter meningkat.
2. Pengaruh Afektif
Sedangkan bias kognitif adalah penyimpangan dalam berpikir,
istilah "pengaruh afektif" mengacu pada emosi dan perasaan yang
dapat mempengaruhi penilaian klinis.Prasangka dan stereotip tentang
pasien mungkin mempengaruhi bagaimana penyedia layanan
kesehatan memandang keluhan dan gejala pasien.Misalnya, jika
seorang pasien memiliki riwayat penyalahgunaan zat, penyedia
mungkin memandang keluhan tentang rasa sakit sebagai perilaku
mencari obat. Meskipun impuls ini mungkin akurat, pasien berpotensi
memiliki masalah klinis yang sah.
Selain itu, faktor-faktor tertentu dapat memicu perasaan negatif
tentang pasien yang dapat menyebabkan penyedia secara tidak sengaja
menilai atau menyalahkan pasien atas gejala atau kondisinya.Misalnya,
obesitas pasien mungkin dikaitkan dengan kemalasan atau
ketidakpedulian umum terhadap kesehatan dan kebugaran. Demikian
juga, seorang pasien yang tidak patuh dengan perawatan lanjutan
mungkin dianggap sulit pada kenyataannya, ketidakpatuhan mungkin
terkait dengan masalah keuangan.
Dalam sebuah artikel berjudul “Mengapa Dokter Membuat
Kesalahan,” Dr. Jerome Groopman membahas bagaimana perasaan
negatif dapat menyebabkan bias atribusi, sejenis pengaruh afektif. Dr.
Groopman mencatat bahwa jenis bias ini menyebabkan banyak
kesalahan diagnostik pada pasien usia lanjut. Misalnya, dokter
mungkin memiliki kecenderungan untuk menghubungkan gejala
pasien lanjut usia dengan usia lanjut atau keluhan kronis, daripada
mengeksplorasi penyebab potensial lainnya.

12
Perasaan positif tentang pasien juga dapat mempengaruhi
keputusan diagnostik. Dalam bias hasil, misalnya, penyedia mungkin
mengabaikan data klinis tertentu untuk memilih diagnosis dengan hasil
yang lebih baik. Dengan demikian, dokter menempatkan nilai lebih
pada apa yang dia harapkan akan terjadi, daripada apa yang mungkin
terjadi secara realistis.
Selain perasaan positif dan negatif tentang pasien, karakteristik
penyedia dan pasien seperti usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi,
dan etnis juga dapat memengaruhi proses diagnostik.
Mempertimbangkan bahwa penelitian telah menunjukkan berbagai
bias, baik eksplisit maupun implisit, terkait dengan ras, etnis, jenis
kelamin, dan faktor lain dalam pengelolaan nyeri pasien. Berbagai
faktor lain juga dapat mempengaruhi penalaran dokter secara efektif,
seperti:
 Keadaan lingkungan, misalnya, tingkat kebisingan yang tinggi
atau gangguan yang sering terjadi
 Kurang tidur, lekas marah, kelelahan, dan stres
 Gangguan suasana hati, variasi suasana hati, dan gangguan
kecemasan
Interaksi kompleks antara pengaruh ini dan bias kognitif
dapat memiliki efek mendalam pada penalaran klinis dan
pengambilan keputusan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan
berbagai penyimpangan dalam penilaian klinis.

Kata penilaian dapat diartikan sebagai suatu kemampuan


untuk membuat keputusan logis atau rasional dan menentukan
apakah suatu tindakan yang akan dilakukan benar atau salah.
Sedangkan kata klinis berkaitan dengan klinik atau tempat
perawatan, didasarkan pada observasi dan peralatan klien yang
sebenarnya yang dibedakan antara konsep teori dan ekstensi mental
dan terdiri atas tanda-tanda klinis dari suatu masalah kesehatan.

13
Saat data terkumpul, langkah selanjutnya dalam asesmen
adalah menentukan arti dari data tersebut. Jika informasi tersebut
berguna dalam penyampaian tujuan asesmen, maka informasi itu
akan dipindahkan dari kata kasar menjadi format interpretatif.
Langkah tersebut biasanya disebut pemrosesan data asesmen atau
clinical judgment.

Penilaian klinis merupakan penerapan informasi berdasarkan


pengamatan aktual pada klien yang dikombinasikan dengan data
subjektif dan objektif yang mengarah pada kesimpulan akhir atau
analisis atau diagnosis. Dapat diartikan juga sebagai suatu proses
dimana perawat menetapkan data-data mengenai keadaan klien yang
akan dikumpulkan, kemudian membuat implementasi data, dan
diakhiri dengan penetapan diagnosis keperawatan, kemudian
mengidentifikasi tindakan keperawatan yang tepat. Hal ini termasuk
proses pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan berpikir
kritis. Maka penilaian klinis merupakan bagian dari proses berpikir
kritis. Klinisi cenderung melihat data asesmen melalui tiga cara
yaitu:

1. Data dilihat sebagai sampel dari perilaku klien.


2. Data dilihat sebagai korelasi dengan aspek lain dalam hidup
klien.
3. Data dilihat sebagai tanda (sign) yang lain, untuk mengetahui
karakteristik klien yang masih kurang jelas.

Pengambilan keputusan klinis menurut WHO :

Keputusan yang diambil berdasarkan kebutuhan dan masalah


yang dihadapi klien, sehingga semua tindakan yang dilakukan tepat
dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi klient yang bersifat
antisipasi, emergency dan atau yang rutin.

Manfaat pengambilan keputusan klinis yang benar dan tepat yaitu:

14
2. Menghindari pekerjaan atau tindakan rutin yang tidak sesuai
dengan kebutuhan.
3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan diberikan.
4. Membiasakan berpikir dan bertindak standar tempat.
5. Memberikan kepuasan pelanggan.

Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan klinis:

1. Pengkajian
2. Diagnosis
3. Perencanaan
4. Inteensi
5. Evaluasi

2.4 Patient Values ( Nilai Pasien)

Setiap pasien dari manapun berasal, dari suku atau agama apapun,
tentu mempunyai nilai-nilai yang unik tentang status kesehatan dan
penyakitnya. Pasien juga tentu mempunyai harapan-harapan atas upaya
penanganan dan pengobatan yang diterimanya. Hal ini harus dipahami benar
oleh seorang klinik atau praktisi medik agar setiap upaya pelayanan kesehatan
yang dilakukan selain dapat diterima dan didasarkan pada bukti-bukti ilmiah
juga mempertimbangkan nilai-nilai subjektif yang dimiliki oleh pasien.

Nilai pasien merupakan dasar evaluasi pelayanan kesehatan, yang


hanya berperan untuk meningkatkan nilai pasien. Di dunia di mana ada
sumber daya yang terbatas perawatan medis dijatah, akibatnya menjadi
penting untuk memaksimalkan nilai pasien yang diperoleh per dol yang
dihabiskan. Agar hal ini dapat dicapai perlu untuk menentukan nilai pasien
secara akurat bukan untuk menyimpulkan apa yang mungkin terjadi.

Nilai pasien dapat diukur melalui pendekatan yang jelas adalah dengan
mengabaikan ukuran Fisik status kesehatan dan menentukan nilainya secara

15
langsung. Pendekatan berbasis kebutuhan untuk penilaian kualitas hidup
diusulkan pada tahun 1990-an. Model pengukuran tumbuh dari penelitian
kualitatif tentang dampak depresi pada kehidupan pasien.

Salah satu nilai kehati-hatian yang penting dari nilai Pasien adalah
kesejahteraan mereka menerapkan bukti terbaik kepada masing-masing
pasien, memerlukan perhatian pada nilai spesifik mereka, kesesuaian dengan
perawatan dan pengobatan dapat berarti perawatan dan pengobatan yang
hemat biaya-biaya, kualitas atau peralatan bernilai tinggi. Selain itu perhatian
terhadap nilai-nilai pasien merupakan perhatian moral, jadi ada tiga jenis nilai
dalam praktik keperawatan berbasis bukti:

1. Kehati-hatian
2. Ekonomi
3. Moral

Terkadang keempat nilai estetika dihitung dan nilai agama disertakan.


Value dalam pelayanan kesehatan didefinisikan sebagai outcome pelayanan
kesehatan ( baik outcome klinis dan kepuasan pasien ) dibagi dengan biaya
untuk menyediakan pelayanan tersebut.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Evidence based practice adalah penggunaan teori dan informasi
yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian secara teliti, jelas dan
bijaksana dalam pembuatan keputusan tentang pemberian asuhan
keperawatan pada individu atau sekelompok pasien dan dengan
mempertimbangkan kebutuhan dan pilihan dari pasien tersebut (Ingersoll
G, 2000).
Adapun beberapa model yang sering digunakan dalam
mengimplementasikan Evidence Based Practice adalah Iowa model,
Stetler model, ACE STAR model, John Hopkins evidencebased practice
model, rosswurm dan larrabee’s model serta evidence based practice
model for stuff nurse. Sedangkan beberapa karakteristik tiap-tiap model
yang dapat dijadikan landasan dalam menerapkan Evidence Based Practice
yang sering digunakan yaitu IOWA model yang digunakan untuk dapat
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, digunakan dalam berbagai
akademik dan setting klinis.

B. Saran
Penggunaan evidence based practice di berbagai profesi bidang
kesehatan sebaiknya ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas profesi
kesehatan di Indonesia. Khususnya dibidng keperawatan, penerapan
evidence based nursing di profesi keperawatan masi tergolong rendah.
Untuk itu perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
profesi keperawatan. EBP ini menuntut seorang perawat untuk dapat
berfikir critis.

17
Daftar Pustaka

Murni, Arina Widya. 2017. Evidence Based Practice. Padang : Unand

Hapsari, Elsi Dwi. 2011. Pengantar Evidence Based Nursing. Jawa Tengah: UGM

Stephen, P. Mckenna. 2018. Patient Value. Journal Of Medical Economies : Vol.


21, 2018-Issue 5

Kostania, Gita. 2015. Critical Thinking, Clinical Judgment Dan Evidence Based
Health Care. Oshigita’s Page Cobarrus College Of Health Sciences.2022.
ADN:ClinicalJudgment.https://cabarruscollege.libguides.com/c.php?
g=906250&p=6554022 {Diakses pada 6 Agustus 2022}
Ebrary.net.Evidence-Based Practice.https://ebrary.net/8254/education/evidence-
based_practice {Diakses pada 6 Agustus 2022}
Hapsari, E. D. (2011). Pengantar Evidence Based Nursing. Proseding
SentinaiNasioinal’Keperawatan PPNI Jawa Tengah, 1–8.
Laura M. Cascella, MA.Clinical Judgment:What Is It, And How Does It
Contribute TO Diagnostic Errors?. https://www.medpro.com/clinical-
judgment-cah-removed#:~:text=Clinical%20judgment%20refers%20to
%20the,subjective%20information%20about%20a%20patient.{Diakses
pada 6 Agustus 2022}
Norwich University Online.2017.What Is Evidance Based Practice ?.
https://online.norwich.edu/academic-programs/resources/what-is-
evidence-based-practice . {Diakses pada 6 Agustus 2022}
Administrator. 2018. EMB. https://rsdalihsan.jabarprov.go.id/page/900-Evidence-
Based-Bedicine-EBM, diakses pada tanggal (05 Agustus 2022)

Anda mungkin juga menyukai