Anda di halaman 1dari 9

EVIDANCED BASED PRACTICE DALAM KEPERAWATAN DENGAN KASUS

“KASUS PASIEN JIWA YANG PUTUS MINUM OBAT DI RSJ”

KELOMPOK III:
FEBRIANI
SELVYANA TA’DUNG

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dan terimakasih kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah keperawatan yang
berjudul “Evidanced Based Practice dalam keperawatan jiwa”

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
sudah terkait dalam penyusunan tugas makalah ini karena telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk penyusunan makalah ini. Dengan segala kerendahan hati penulis
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makakah ini masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi penampilan mauppun kualitas penulisan. Oleh sebab itu , penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun jika terdapat kesalahan , kekurangan,
dan kata-kata yang kurang berkenan dalam makalah inii, dan tentu saja dengan kebaikan
bersama dan untuk bersama.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak dan pembaca.

Semarang, 13 September 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep Evidence Based Practiced (EBP) pada awalnya berasal dari imu
kedokteran yang selanjutnya diadopsi dan disesuaikan dengan ilmu keperawatan.
Penggunaan EBP menjadi sangat penting akhir-akhir ini karena isu patient centred
care yang semakin banyak digaungkan di dunia Kesehatan dan keperawatan.
Proses keperawatan yang dimilki oleh perawat dan juga petugas kesehatan lainnya
berfokus hanya pada pasien dan semua keputusan yang berhubungan dengan
Kesehatan dan perawatan pasien hanya diletakkan di tangan pasien. Artinya,
pasien memiliki hak penuh untuk menentukan pelayanan Kesehatannya yang
berdasarkan hasil diskusi dengan tenaga Kesehatan yang professional.
Tujuan dari EBP adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan,
yang selalu mendahulukan keselamatan pasien dan pada akhirnya membantu
untuk menurunkan hospital costs. EBP bukan merupakan satu-satunya Langkah
atau metode untuk memberikan pelayanan yang maksimal dan berkualitas. Tapi,
EBP merupakan salah satu langkah yang dapat menjamin pelayanan keperawatan
yang diberikan oleh perawat adalah berkualitas, tepat sasaran dan memang
didasarkan oleh studi yang kredibel dan dapat dipercaya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut :
1.Bagaimana konsep Evidence Based Practice dalam keperawatan?
2. Bagaimana Evidence Based Practice dalam Keperawatan Jiwa ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui konsep evidence based practice dalam keperawatan.


2. Untuk mengetahui evidence based practice dalam keperawatan jiwa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Evidance Based Practiced (EBP)


1. Definisi Evidance Based Practiced (EBP)
Evidance Based Practice (EBP) merupakan Upaya untuk mengambil
keputusan klinis berdasarkan sumber yang paling relevan dan valid. Dengan kata
lain, EBP merupakan jalan untuk mentransformasikan hasil penelitian ke dalam
praktek keperawatan sehingga perawat dapat meningkatkan rasa pedulinya
terhadap pasien. EBP merupakan suatu pendekatan memecahkan masalah untuk
mengambil keputusan dalam organsisasi pelayanan Kesehatan yang terintegrasi di
dalamnya adalah ilmu pengetahuan atau teori yang ada dengan pengalaman dan
bukti-bukti nyata yang baik (pasien dan praktis). Evidance Based Practice (EBP)
adalah penggunaan bukti terbaik saat ini secara sadar dan bijaksana dalam
hubungannya dengan keahlian klinis, nilai pasien, dan keadaan untuk memandu
keputusan perawatan Kesehatan. EBP merupakan pendekatan yang dapat
digunakan dalam praktik keperawatan Kesehatan, yang berdasarkan hasil
penelitian atau fakta dan bukan hanya asumsi untuk menuntun pengambilan
keputusan dalam proses keperawatan.
Haynes et al (1996) membuat suatu model keputusan klinis berdasarkan bukti
ilmiah. Pada model tersebut, terdapat 4 komponen yang dapat mempengaruhi
pengelolaan masalah yang dihadapi pasien yaitu :
a. Keahlian klinis merupakan elemen penting dalam mengaplikasikan aturan-
aturan dan panduan yang ada dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Bukti/hasil penelitian kunci penggunaan bukti/hasil adalah dengan
memastikan bahwa desain penelitian yang tepat digunakan untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Masing-masing desain penelitian
mempunyai tujuan, kekuatan, dan kelemahan.
c. Pilihan pasien terhadap asuhan perawatan dapat meliputi proses memilih
perawatan alternatif dan mencari second options. Dewasa ini pasien telah
mempunyai akses yang luas terhadap informais klinis dan menjadi lebih
sadar terhadap kondisi kesehatannya.
d. Sumber-sumber yang dimaksud dengan sumber-sumber disini adalah
sumber-sumber terhadap perawatan Kesehatan. Hampir seluruh keputusan
dalam keperawatan mempunyai implikasi terhadap sumber-sumber
terhadap perawatan, namun tidak dapat dilaksanakan dengan segera karena
keterbatasan biaya.

2. Tujuan Evidance Based Practiced ( EBP) :


a. Memberikan data pada perawat praktisi berdasarkan bukti ilmiah agar dapat
memberikan perawatan secara efektif dengan menggunkan hasill penelitian
yang terbaik, menyelesaikan maslah yang ada di tempat pemberian pelayanan
terhadap pasien, mencapai kesempurnaan dalam pemberian asuhan
keperawatan dan jaminan standar kualitas dan untuk memicu adanya inovasi
(Grinspun, 2002).
b. Menurut Stout & Hayes (2005), EBP bertujuan untuk memberi alat,
berdasarkan bukti-bukti terbaik untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
gangguan Kesehatan.

3. Manfaat Evidance Based Practiced (EBP) :


a. Menjadi jembatan antara penelitian dan praktik keperawatan.
b. Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk
c. Mencegah terjadinta informasi yang overload terkait hasil-hasil penelitian
d. Mengeliminasi budaya layanan Kesehatan dimana praktik.
e. Berbasis bukti
f. Meningkatkan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan
g. Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat penting untuk
meningkatkan kualitas pada perawatan pasien.

4. Persyaratan dalam Penerapan EBP


Dalam menerapkan EBP, perawat harus memahami konsep penelitian dan tahu
bagaimana secara akurat mengevaluasi hasil penelitian. Konsep penelitian
meliputi anatara lain proses/langkah-langkah dalam penelitian kuantitaif dan
penelitian kualitatif, etika penelitian, desain penelitian, dan sebagainya.
Tingkatan Hirarki dari penerapan EBP digunakan untuk mengukur kekuatan suatu
evidence dari rentang tingkatan rendah menuju ke tingkatan tinggi :
a. Laporan fenomena atau kejadian-kejadian yang kita temui sehari- hari.
b. Studi Kasus
c. Studi lapangan atau laporan deskriptif
d. Studi percobaan yang menggunakan setidaknya satu kelompok pembanding
dan menggunan sampel secara acak.
e. Studi percobaan tanpa menggunakan tekhnik pengambilan sampel secara
acak.
f. Systemic review untuk kelompok bijak bestari atau metanalisa yaitu
pengkajian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.

5. Langkah- langkah Dalam EBP


a. Langkah 1 : Kembangkan semangat penelitian
b. Langkkah 2 : Ajukan pertanyaan klinis dalam format PICOT
1. Populasi Pasien (P) : siapa yang menjadi populasi yang menderita masalah
?
2. Intervensi (I) : Intervensi keperawatan seperti apa yang menyebabkan
masalah bagi pasien, bagi organisasi, dan bagi perawat ?
3. Perbandingan Intervensi/ Comparison (C) : intervensi standar yang biasa
dilakukan.
4. Hasil yang diharapkan/ Outcome (O) : berupa pengetahuan, praktik/proses
dan pasien.
5. Batas waktu / Time (T) : berapa waktu yang diperlukan.
c. Langkah 3 : cari bukti terbaik
d. Langkah 4 : Kritis menilai bukti
1. Apakah hasil penelitian valid ?
2. Apakah hasilnya dapat dikonfirnmasi?
3. Akankah hasil dapat membantu saya merawat pasien saya ?
e. Langkah 5 : mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan preferensi
pasien dan nilai-nilai.
f. Langkah 6 : evaluasi hasil keputusan praktek atau perubahan berdasarkan
bukti setelah menerapkan
g. Langkah 7 : Menyebarluaskan hasil EBP.
BAB III
STUDI KASUS

A. Evidence Based Practice Dalam Keperawatan Jiwa


Salah satu Tindakan keperawatan dalam keperawatan jiwa yang dapat dilakukan
dalam masalah keperawatan jiwa adalah kasus pasien jiwa yang putus minum obat di
RSJ:

1. Analisis Jurnal

Judul Penelitian Hubungan Putus Pengobatan dan dukungan keluarga dengan kejadian
amuk pada pasien gangguan jiwa
Tahun 2022
Peneliti Maharani Elvia
Ringkasan Jurnal Pada Jurnal diatas dijelaskan bahwa pasien yang mengalami gangguan
jiwa merupakan bentuk gangguan dalam fungsi alam pikiran. Dan
salah satu bentuk gangguan jiwa adalah Skizofrenia yang memiliki ciri
sewaktu-waktu bisa menyebabkan pasein mengamuk, untuk itu
diperlukan dukungan keluarga dan pengawasan minum obat oleh
petugas Kesehatan hal ini didukung dengan hasil penelitian oleh
penulis menunjukan semakin lama putus pengobatan dan rendahnya
dukungan social akan meningkatkan resiko kejadian amuk pada pasien
dengan gangguan jiwa.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi hubungan antara putus
pengobatan dan dukungan keluarga dengan kejadian amuk pada pasien
dengan gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.

Kelebihan dan - Kelebihan dari Jurnal ini adalah :


Kekurangan Tekhnik ini mufsh dilakukan dan tidak membutuhkan biaya
ataupun alat.
- Kekurangan dari Jurnal ini adalah :
Tidak ada kelompok eksperimen dan juga resiko ancaman saat
penelitian tidak diperhatikan sehingga dapat melukai peneliti.

2.Pembahasan

a. Problem (P)

Karya Ilmiah ini dengan menggunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan waktu
cross sectional.Tekhnik pengambilan sampel menggunkan nonprobability sampling :
consecutive sampling dengan jumlah sampel 30 keluarga. Uji statistic yang digunakan adalah
uji korelasi Kendall’s Tau dengan tingkat signifikasi p = 0.05.

b.Intervensi (I)

Tindakan keperawatan pada klien dengan pendekatan waktu di pasien jiwa dengan putus
pengobatan di rumah sakit jiwa menur Surabaya dilakukan Sebagian besar pasien dari segi
usia sebanyak 9 keluarga (30%) berusia 46-55 tahun.

c.Comparison (C)

1) Faktor yang mempengaruhi kekambuhan orang dengan gangguan jiwa. (Emilia


Puspitasari, 2017)
Hasil : penyebab penyakit gangguan jiwa dapat dikambuh dikarenakan putus obat,
kepribadian tertutup, dan kegagalan.
2) Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Obat Terhadap Kepatuhan Minum Obat
Pada Pasien Gangguan Jiwa di Desa Banaran Kulon Progo Yogyakarta (Misnan,
2014)
Hasil : Ada pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang obat terhadap kepatuhan minum
obat pada pasien dengan gangguan jiwa di Desa Banaran Kulon Progo Yogyakarta.
3) Hubungan Peran Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Gangguan Jiwa di
Klinik Rawat Jalan RSJ Daerah Abepura (Indrawaty Ismail, 2022)
Hasil :ditemukan adanya hubungan antara peran keluarga dengan kepatuhan minum
obat pasien gangguan jiwa di RSJD Abepura.

d.Outcome (O)

Berdasarkan hasil uji statistic Kendall’s Tau putus pengobatab dengan kejadian amuk
pada pasien jiwa menunjukan nilai signifikan p – value = 0,002 sehingga ada hubungan
antara putus pengobatan dengan kejadian amuk pada pasien dengan gangguan jiwa.
Diharapkan dukungan keluarga mampu menjadi solusi dalam membantu mengurangi
kekambuhan pasien.

Anda mungkin juga menyukai