Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

KONSEP TEORITIS PRAKTEK KEPERAWATAN BERBASIS BUKTI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Dosen Pengampu: Ns. Erni Suprapti, M. Kep

Disusun Oleh:

DYAH DEWI AYU ANDINI

20101440121021

PRODI D-III KEPERAWATAN

STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG

2023

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan adalah pelayanan utama dari rumah sakit. Hal ini
terjadi karena pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam kepada pasien
yang membutuhkannya, berbeda dengan pelayanan medis dan kesehatan lain
yang hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat dalam memberikan
pelayanan kesehatan kliennya. Dengan demikian pelayanan keperawatan
perlu ditingkatkan kualitasnya secara terus-menerus dan berkesinambungan
sehingga pelayanan rumah sakit akan meningkat juga seiring dengan
peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. (Ritizza, 2013).
Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran
dan fungsi dari manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen
keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh manajer/
pengelola keperawatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan serta mengawasi sumber daya maupun sumber dana sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien baik kepada klien,
keluarga dan masyarakat. (Donny, 2014).
Untuk memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien baik
bagi klien ataupun rumah sakit/ tempat praktek beberapa sudah menerapkan
ilmu praktik professional salah satunya evidence Based Practice (EBP) untuk
mengambil keputusan klinis berdasarkan sumber yang paling relevan dan valid.
Oleh karena itu EBP mentransformasikan hasil penelitian ke dalam praktek
sehingga perawat dapat meningkatkan “quality of care” terhadap pasien. Selain
itu implementasi EBP juga akan menurunkan biaya perawatan yang memberi
dampak positif tidak hanya bagi pasien, perawat, tapi juga bagi institusi
pelayanan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi praktek berbasis bukti (EBP)?
2. Bagaimana sejaran praktek berbasis bukti?
3. Bagaimana praktek berbasis bukti?

1
4. Apa itu praktek berbasis bukti?
5. Peran dan tujuan dari praktek berbasis bukti?
6. Apa komponen Kunci Praktek Berbasis Bukti?
7. Bagaimana model praktek berbasis bukti?
8. Apa keuntungan dan kerugian penggunaan praktek berbasis bukti?
9. Apa faktor yang mempengaruhi praktek berbasis bukti?
10. Bagaimana pengambilan keputusan dan praktik berbasis bukti?
11. Bagaimana langkah Planning Of Acction (POA)?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk menjelaskan dan menelaah tentang
konsep praktik keperawatan berdasarkan bukti.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Praktek berbasis bukti (EBP) adalah istilah bagi dokter, perawat, sekutu
kesehatan, dan prfesional kesehatan lain. Semakin banyak harapan oleh layanan
kesehatan, manajer, pasien, dan konsumen lain, bahwa bukti terbaik yang
digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan klinis dan memberikan
hasil terbaik bagi pasien.
EBP adalah pendekatan interdisipliner untuk perawatan pasien, dimulai
dalam kedokteran sebagai kedokteran berbasis bukti (EBM) lalu menyebar ke
bidang lain seperti keperawatan, psikologi, pendidikan, layanan informasi.
Pelopor awal EBM, mendefinisikan pertama EBP, definisi proses yang tersedia
dengan keahlian klinis dan nilai-nilai dan keadaan unik pasien. Istilah-istilah
didefinisikan sebagai:
1. Bukti klinis terbaik yang tersedia: penelitian yg relevan secara klinis
diambil dari studi dengan kemungkinan bias yang paling kecil
2. Keahlian klinis individu: penggunaan pengalaman masa lalu untuk
memungkinkan diagnosis yg akurat, pilihan perawatan yang paling tepat
dan, bentuk pelawatan optimal
3. Nilai dan harapan pasien: kondisi klinis pasien, masalah individu,
preferensi dan harapan
4. Bias: Penyimpangan pengukuran dari nilai sebenarnya yg mengarah ke
estimasi efek perawatan yang berlebihan atau kurang
EBP adalah kerangka kerja untuk menguji, mengevaluasi, dan menerapkan
temuan penelitian dengan tujuan meningkatkan pelayanan keperawatan yang
akan diberikan kepada pasien. secara internasional telah diakui sebagai
pendekatan yang bersifat dapat menyelesaikan permasalahan serta menekankan
pada penerapan penelitian yang terbaik untuk membantu perawat profesional
dan calon perawat profesional mendapatkan ilmu yang terbaru (Stokke et al.,
2014 dan Chang & Crowe, 2011).
B. Sejarah Praktik Berbasis Bukti

3
Pada tahun 1972, Profesor Archie Cochrane, seorang dokter dan peneliti
medis di Inggris, menyoroti fakta bahwa sebagian besar keputusan perawatan
tidak didasarkan pada tinjauan sistematis bukti klinis. Dia mengusulkan agar
para peneliti harus berkolaborasi secara internasional untuk meninjau semua uji
klinis terbaik berdasarkan spesialisasi. Menyoroti kesenjangan yang ada antara
penelitian dan praktik klinis dan mulai meyakinkan praktisi tentang manfaat dari
pendekatan berbasis bukti. Perpustakaan Cochrane tetap menjadi salah satu
sumber paling berpengaruh dari bukti yang ditinjau secara sistematis hari ini.
Istilah 'kedokteran berbasis bukti' dikenalkan oleh Gordon Guyatt dan
timnya pada tahun 1991 untuk menggeser penekanan dalam pengambilan
keputusan klinis dari 'intuisi, pengalaman klinis tidak sistematis, dan alasan
patofisiologis' menjadi penelitian ilmiah, yang relevan secara klinis. Pada tahun
1996, DL Sackett, seorang dokter Kanada-Amerika dan pendiri departemen
epidemiologi klinis pertama di McMaster University di Ontario, menjelaskan
bahwa pengambilan keputusan klinis berbasis bukti adalah kombinasi tidak
hanya bukti penelitian tetapi juga keahlian klinis, juga sebagai nilai dan keadaan
unik dari masing-masing pasien.
Dalam hal bukti penelitian, penting untuk dicatat bahwa 'yang terbaik
tersedia' mungkin berbeda untuk setiap situasi. Sejumlah besar informasi baru
terus-menerus dihasilkan, dan bukti konklusif tidak ada untuk setiap pertanyaan
klinis.
C. Langkah-Langkah Praktik Berbasis Bukti
Praktek berbasis bukti (EBP) adalah proses yang melibatkan menemukan dan
menerapkan temuan penelitian untuk praktik klinis, dimulai ketika masalah
klinis atau pertanyaan muncul berhubungan dengan perawatan pasien.

Ajukan Bangun pertanyaan klinis dengan baik yang berasa; dari


pertanyaan kasus ini
Dapatkan bukti Pilih sumber daya yg sesuai dan lakukan pencarian untuk
dapat bukti.

Menilai bukti Untuk validitas (kedekatan dengan kebenaran) dan

4
penerapan (kegunaan dalam praktik klinis).

Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan


Terapkan bukti
preferensi pasien dan berlaku untuk praktik
Nilai efeknya Evaluasi kinerja dan keberhasilan perubahan dalam praktik

D. Praktek Berbasis Bukti


1. Fokus hanya pada uji coba terkontrol secara acak EBP menggunakan
bukti 'terbaik yang tersedia', karena 'sebaik mungkin'. Mungkin tidak
tersedia atau tidak sesuai. Ketika bukti kualitas jarang atau tidak tersedia,
dokter perlu menggunakan bukti yang tersedia, bahkan jika itu terbatas.
2. Berfokus pada statistik EBP pada perolehan dan penerapan bukti terbaik
yang tersedia dari berbagai sumber. Meskipun pemahaman tingkat tinggi
tentang istilah statistik penting dalam menafsirkan hasil studi, EBP
bukan tentang melakukan statistik.
3. Pencarian untuk efektivitas biaya Fokusnya adalah pada efektivitas,
bukan biaya (meskipun sering memilih praktik berbasis bukti akan
mengurangi biaya dalam jangka panjang dengan menghindari potensi
bahaya).
4. Obat resep masakan' EBP dimaksudkan untuk memberikan pilihan opsi
yang efektif untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda, bukan hanya satu
opsi. Bukti bukan arahan tetapi memberikan dokter dengan informasi
tentang probabilitas, indikasi, dan kesimpulan tentatif. Tujuannya
mengurangi variasi yang tidak sesuai dalam praktek dan
mempertimbangkan nilai-nilai, preferensi, dan keadaan pasien.
5. Dimaksudkan untuk membatasi otonomi dokter, keahlian dokter sangat
penting dalam menafsirkan dan menerapkan sumber bukti secara tepat.
Dokter tetap bertanggung jawab atas pilihan dalam perawatan klinis,
setelah mengintegrasikan keinginan pasien dengan bukti terbaik yang
tersedia.
E. Peran dan Tujuan dari Praktek Berbasis Bukti

5
Evidence-based practice bertujuan mencapai peningkatan pada
perawatan pasien, konsistensi perawatan pasien, hasil perawatan pasien dan
pengendalian biaya. Penerapan evidence-based practice sangat penting bagi
perawat dalam berkomunikasi secara efektif dengan pasien dan tim kesehatan
dalam pengambilan keputusan dan rencana perawatan yang akan diberikan,
menerapkan EBP dipelayanan kesehatan dapat menurunkan angka kematian,
angka kesakitan dan kesalahan medis (Melnyk, Fineout-Overholt et al., 2012).
Penggunaan (EBP) memastikan bahwa praktik klinis didasarkan pada
bukti kuat dan manfaat pasien sebagai hasilnya. Menggunakan EBP
menghasilkan rekomendasi dan praktik klinis yang lebih konsisten di seluruh
layanan kesehatan. Proses EBP biasanya dipicu oleh konsultasi dengan pasien
atau klien yang menimbulkan pertanyaan tentang efek perawatan atau
perawatan, pilihan tes diagnostik, kemungkinan hasil suatu penyakit atau
kondisi, atau latar belakang gangguan. Untuk melakukan EBP, dokter atau
manajer perlu memulai dengan mengajukan pertanyaan tentang perawatan,
misalnya: 'apakah perawatan ini efektif?' Proses ini kemudian dilanjutkan ketika
bukti diakses, dinilai, dan akhirnya dipraktikkan.
F. Komponen Kunci Praktek Berbasis Bukti
Menurut Drisko (2017) mengembangkan evidence-based practice model
kontemporer dan menyatakan bahwa evidencebased practice ada 4 komponen,
yaitu pertama, keadaan klinis klien saat ini; kedua, bukti penelitian terbaik yang
relevan; ketiga; nilai dan preferensi klien; keempat, keahlian klinis dari praktisi.
Menurut Melnyk & Overholt (2011) ada 3 komponen dalam EBP,
pertama, bukti eksternal berupa hasil penelitian, teori-teori dari hasil penelitian,
pendapat dari ahli dan hasil diskusi panel para ahli; kedua, bukti internal berupa
penilaian klinis, hasil dari proyek meningkatan kualitas pelayanan klinik,
penggunaan sumber daya tenaga kesehatan yang diperlukan untuk melakukan
perawatan; ketiga, memberikan manfaat terbaik untuk kondisi pasien saat itu dan
meminimalkan pembiayaan.
G. Model Praktek Berbasis Bukti
Menurut Leen, Bell & McQuillan (2014) menggambarkan beberapa model yang
diterapkan yakni:

6
1. Mode Johns Hopkins: tahap awal yaitu mengidentifikasi evidence-based
practice, lalu bentuk tim, memperoleh, menilai dan meringkas adanya
bukti-bukti yang akan direkomendasi dalam praktik mulai dari
pelaksanakan sampai evaluasi.
2. Model Stetler: pertama, persiapan penelitian bukti; kedua, validasi dari
temuan; ketiga, sintesis dari temuan dan kumulatif keputusan mengenai
dilakukan atau tidak untuk perubahan pelaksanakan dalam praktik;
keempat, terjemahan dan praktis penerapan temuan; kelima, evaluasi.
3. Model IOWA: pertama, evaluasi pengetahuan dan pencetus terjadinya
suatu masalah; kedua, mengumpulkan dan kritik bukti; ketiga, keputusan
mengenai dilakukan atau tidak perubahan dalam praktik dan apakah
memang pantas dimiliki kemudian; keempat, evaluasi dari struktur,
proses dan hasil.
H. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Praktek Berbasis Bukti (EBP)
Menurut Yates (2012) keuntungan dari evidence-based practice ialah
membantu perawat/mahasiswa dalam membuat keputusan klinis dilahan praktek
berdasarkan pengalaman pribadi atau orang lain serta biaya yang digunakan
dalam implementasi evidence-based practice tidak banyak, sedangkan kerugian
dari evidence-based practice adalah waktu yang digunakan lebih banyak dan
kerja yang ekstra dalam mengambil keputusan klinis. Perawat atau mahasiswa
akan lebih banyak pekerjaan dalam menentukan intervensi yang akan diberikan
pada pasien.
I. Faktor yang Mempengaruhi Praktek Berbasis Bukti (EBP)
Menurut Ligita (2012) dan Tilson, et al., (2011) perawat atau tenaga
kesehatan lainnya harus memberikan pelayanan terbaik kepada setiap pasien
dengan menilai keadaan sekitar atau lingkungan pasien, kondisi pasien dan
tujuan klinis yang akan diberikan kepada pasien sebelum membuat keputusan
klinis yang terbaik dan tenaga kesehatan harus mengacu pada hasil-hasil
penelitian terkini dan terbaik. Faktor-faktor yang mendukung dalam penerapan
EBP di lahan praktik yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku.
Menurut Shi, Chesworth, Law, Haynes dan MacDermid (2014) perilaku
penggunaan evidence-based practice mengacu pada apakah tenaga kesehatan

7
dapat menerapkan pengetahuan tentang evidence-based practice untuk masalah
klinis dilahan praktek.
J. Berbagai Pengambilan Keputusan dan Praktik Berbasis Bukti
Hoffman dan Glasziou menyarankan bahwa, "Praktek berbasis bukti
otentik tidak dapat terjadi jika keputusan klinis dibuat tanpa pertimbangan
preferensi, nilai, dan keadaan pasien atau jika pasien tidak, setidaknya, diundang
untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan"(Hoffman T,dkk,2016).
Manfaat pengambilan keputusan bersama mencakup peningkatan pengetahuan
pasien dan pemahaman risiko; komunikasi dokter dan pasien yang lebih baik;
peningkatan kepatuhan pasien; dan pengurangan variasi dalam praktik,
penggunaan obat-obatan, tes, dan perawatan yang tidak tepat.
Berbagai alat pendukung keputusan sekarang ada termasuk alat bantu
keputusan, materi pendidikan, pamflet instruksional, kotak keputusan atau fakta,
video, kalkulator risiko, kisi opsi, daftar pertanyaan cepat, ringkasan bukti, dan
kerangka kerja komunikasi.
K. Langkah Planning Of Action (POA)
1. Mengidentifikasi masalah dengan pernyataan masalah (Diagram 6 kata:
What, Who, When, Where, Why, How), sebagai berikut:
a. Masalah apa yang terjadi?
b. Dimana masalah tersebut terjadi?
c. Kapan masalah tersebut terjadi?
d. Siapa yang mengalami masalah tersebut?
e. Mengapa msalah tersebut terjadi?
f. Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut?
2. Setelah masalah diidentifikasi, tentukan solusi apa yang bisa dilakukan.
3. Menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK). Menurut Supriyanto dan
Nyoman(2007), beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menyusun Plan of Action atau Rencana Usulan
Kegiatan (RUK), antara lain:
a. Pembahasan Ulang Masalah Setelah menentukan masalah dan
melakukan analisis penyebab masalah,
dapat dilihat keadaan atau situasi yang ada saat ini dan mencoba

8
menggambarkan keadaan tersebut nantinya sesuai dengan yang
diharapkan.
b. Perumusan Tujuan Umum Dengan melihat situasi yang ada saat
ini dengan gambaran situasi yang
diharapkan nantinya dan juga atas dasar tujan umum
pembangunan kesehatan, maka dapat dirumuskan tujuan umum
program atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Tujuan umum
adalah suatu pernyataan yang bersifat umum dan luas yang
menggambarkan hasil akhir (outcome atau dampak) yang
diharapkan.
c. Perumusan Tujuan Khusus Tujuan khusus merupakan pernyataan
yang bersifat spesifik, dapat diukur
(kuantitatif) dengan batas waktu pencapaian untuk mencapai
tujuan umum. Bentuk pernyataan dalam tujuan khusus sifatnya
positif, merupakan keadaan yang diinginkan. Penentuan indikator
tujuan khusus program dapat menggunakan kriteria SMARTS
(Smart, Measurable, Attainable, Realistic, Time-bound,
Sustainable)
4. Penentuan Kriteria Keberhasilan Penentuan kriteria keberhasilan atau
biasa disebut indikator keberhasilan dari
suatu rencana kegiatan, perlu dilakukan agar organisasi tahu seberapa
jauh program atau kegiatan yang direncanakan tersebut berhasil atau
tercapai. Pada program kegiatan yang diusulkan harus mengandung
unsur 5W+1H, yaitu:
a. Who : Siapa yang harus bertanggung jawab untuk melaksanakan
rencana kegiatan?
b. What : Pelayanan atau spesifik kegiatan yang akan dilaksanakan
c. How Much : Berapa banyak jumlah pelayanan atau kegiatan yang
spesifik?
d. Whom : Siapa target sasaran atau populasi apa yang terkena
program?

9
e. Where : Dimana lokasi atau daerah dimana aktivitas atau
program dilaksanakan?
f. When : Kapan waktu pelaksanaan kegiatan atau program?
Rencana Usulan Kegiatan (RUK) disusun dalam bentuk matriks
(Gantt Chart) yang berisikan rincian kegiatan, tujuan, sasaran,
target, waktu, besaran kegiatan (volume), dan hasil yang
diharapkan.
5. Langkah keempat, Bersama-sama dengan pihak yang berkepentingan
menguji dan melakukan validasi rencana kegiatan untuk mendapatkan
kesepakatan dan dukungan. (Yuan,2016)

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pelayanan keperawatan adalah pelayanan utama dari rumah sakit. Hal ini
terjadi karena pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam kepada pasien
yang membutuhkan. Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh
proses, peran dan fungsi dari manajemen pelayanan keperawatan, karena
manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan
oleh manajer/ pengelola keperawatan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan serta mengawasi sumber daya maupun sumber
dana. Untuk memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien baik
bagi klien ataupun rumah sakit/ tempat praktek beberapa sudah menerapkan
ilmu praktik professional salah satunya evidence Based Practice (EBP)
mentransformasikan hasil penelitian ke dalam praktek sehingga perawat dapat
meningkatkan “quality of care” terhadap pasien untuk mengambil keputusan
klinis berdasarkan sumber yang paling relevan dan valid.
B. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa ataupun masyarakat
agar dapat meningkatkan praktek keperawatan berbasis bukti serta
menerapkannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Rosyidah, Inayatur and Prasetyaningati, Dwi (2019) Modul Pembelajaran S1


Keperawatan Semester 8. [Teaching Resource].
https://repo.itskesicme.ac.id/4441/2/EBP.pdf
Herdiansyah H. 2019. Konsep Teoritis Penjaminan Mutu Dan Praktek
Keperawatan Berbasis Bukti.
https://id.scribd.com/document/439638879/KONSEP-TEORITIS-
PENJAMINAN-MUTU-DAN-PRAKTEK-KEPERAWATAN-
BERBASIS-BUKTI-docx
Afrilia E, Edoardo L, Jumrotul M, at all. 2018. Manajemen Keperawatan
Konsep Teoritis Praktek Keperawatan Berbasis Bukti. Akademi
Keperawatan Pemerinta Kota Pasuruan.
https://pdfcoffee.com/manajemen-keperawatan-konsep-teoritis-praktek-
keperawatan-berbasis-bukti-pdf-free.html
Yuan, H., 2016. Planning Of Action (POA) & Implementasi
Manajemen Keperawatan. Scribd. Available at:
https://id.scribd.com/document/330652316/Makalah-Plan-of-Action-
Manajemen [Accessed January 13, 2017].
https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/2013/Bab%202.pdf?
sequence=3&isAllowed=y.

12

Anda mungkin juga menyukai