Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PRAKTIK PROFESIONAL BIDAN


“PRAKTIK BERDASARKAN BUKTI”
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Praktik Profesional Bidan
Dosen Pembimbing : Eva Susanti, SST, M.Keb

Disusun Oleh Kelompok 8 :

1. Neta Pamela Dewi P01740322124


2. Nia Eni Kusrini P01740322125
3. Nurtrisna Novriyanti P01740322126

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PRODI D4 ALIH JENJANG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Praktik
Profesional Kebidanan sesuai dengan waktu yang telah diberikan, dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian
penyusun telah berusaha semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak
menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang ada.
Atas dukungan dari berbagai pihak akhirnya penunyusun bisa
menyelesaikan makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang mengajar mata kuliah Praktik
Profesional Bidan yang memberikan pengajaran dan arahan dalam penyusunan
makalah ini, dan tidak lupa kepada teman-teman semua yang telah ikut
berpartisipasi membantu penyusun dalam upaya penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Curup, Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan
1. Latar Belakang ..................................................................... 1
2. Rumusan Masalah................................................................. 2
3. Tujuan ................................................................................... 2

BAB II Tinjauan Pustaka


1. Praktik Berdasarkan Bukti.................................................... 3
2. Ciri-ciri Praktik Berdasarkan Bukti...................................... 4
3. Kelebihan Praktik Berdasarkan Bukti.................................. 4
4. Keterbatasan Praktik Berdasarkan Bukti.............................. 5
5. Tahapan-tahapan Praktik Berdasarkan Bukti....................... 5
6. Praktik Berdasarkan bukti Kebidanan.................................. 6
7. Prinsip Aplikasi Hasil Penelitian Dalam Metode PICO.......
8. Prinsip dan Langkah Dalam Evidance Based Midwifery Care
.............................................................................................. 9

BAB III Penutup


1. Kesimpulan ........................................................................... 15
2. Saran ..................................................................................... 15

Daftar Pustaka ………………………………………………………… 16

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir
kita sering mendengar tentang evidence based. Evidence based artinya
berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan
semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar
bukti. Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan. Hal ini
terjadi karena ilmu kedokteran dan kebidanan berkembang sangat pesat.
Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat
digantikan dengan temuan yang baru yang segera menggugurkan teori
yang sebelumnya.
Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera
ditinggalkan karena muncul pengujian – pengujian hipotesis baru yang
lebih sempurna. Misalnya saja pada dunia kebidanan adalah jika
sebelumnya diyakini bahwa posisi meneran secara telentang/litotomi
merupakan posisi yang biasanya atau rutin dipakai pada saat proses
persalinan, namun saat ini hal tersebut telah digugurkan oleh temuan yang
menunjukkan bahwa meneran dengan posisi telentang/litotomi dapat
mengakibatkan sindrome supine dan kurangnya oksigenisasi pada bayi
yang menyebabkan hipoksia.
Itulah evidence based, melalui paradigma baru ini maka pedekatan medik
barulah dianggap accountable apabila didasarkan pada temuan terkini yang
secara medic, ilmiah dan metodologi dapat diterima.
Kebanyakan bidan belum bisa melakukan hal itu dengan baik.
Mereka memberikan pelayanan terutama dalam asuhan kebidanan kepada
klien tidak didasarkan bukti – bukti atau mengikuti budaya saja yang
diketahuinya tanpa ada sumber – sumber bukti yang kuat dalam
membuktikan pelayanannya yang ia berikan. Hal ini mungkin akan
beresiko terhadap pasien. Intervensi yang tidak didasarkan pada
pengalaman atau bukti – bukti yang mendukung dan relevan

1
dengan pasien akan membahayakan jiwa pasien karena bidan sendiri
kurang aspek pengetahuan serta keterampilan dalam menyelesaikan
kondisi klinis pasien. Oleh sebab itu, pengumpulan bukti – bukti,
pengalaman dalam tindakan kebidanan, keterampilan serta pengetahuan
sangat penting dalam memberikan pelayanan yang bermutu dan
berkualitas bagi seorang pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu praktik berdasarkan bukti ?
2. Bagaimana ciri-ciri praktik berdasarkan bukti ?
3. Apa saja kelebihan praktik berdasarkan bukti ?
4. Apa keterbatasan praktik berdasarkan bikti ?
5. Bagaimana tahapan-tahapan praktik berdasarkan bukti ?
6. Bagaimana praktik berdasarkan bukti kebidanan ?

C. Tujuan

1. Dapat mengetahui itu praktik berdasarkan bukti


2. Mengetahui ciri-ciri praktik berdasarkan bukti
3. Dapat menyebutkan kelebihan praktik berdasarkan bukti
4. Mengetahui keterbatasan praktik berdasarkan bikti
5. Mengetahui tahapan-tahapan praktik berdasarkan bukti
6. Mengetahui praktik berdasarkan bukti kebidanan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Praktik Berdasarkan Bukti


Arti kata evidence dalam Bahasa Indonesia adalah bukti. Bukti
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sesuatu yang menyatakan
kebenaran suatu peristiwa. Arti based dalam Bahasa Indonesia adalah
dasar atau berdasarkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
berdasarkan memiliki arti memakai sebagai dasar; beralaskan;
bersendikan. Sedangkan practice dalam Bahasa Indonesia mempunyai
arti praktek atau proses, dimana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
memiliki makna pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori.
Secara umum, Evidence-Based Practice adalah sebuah
pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan proses melalui
pertanyaan yang manakah bukti penelitian ilmiah yang berkualitas tinggi
yang dapat diperoleh dan diterjemahkan ke dalam keputusan praktik
terbaik untuk meningkatkan kesehatan (Steglitz, Warnick, Hoffman,
Johnston, & Spring, 2015). Sackett et al di dalam Gerrish et al (2006),
EBP adalah segala tindakan yang berbasis bukti, baik dalam pengobatan,
eksplisit dan bijaksana dalam penggunaan EBP untuk mengambil
keputusan dalam perawatan pasien.
Tujuan Praktik Berdasarkan bukti adalah memberi alat,
berdasarkan bukti-bukti-bukti terbaik yang ada, untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani gangguan kesehatan dan kepribadian (Stout &
Hayes, 2005 & Haynes, 1998). Artinya bahwa dalam memilih suatu
pendekatan pengobatan dan kepribadian, kita hendaknya secara empiris
melihat-lihat kajian penelitian yang telah divalidasikan secara empiris
yang menunjukkan keefektifan suatu pendekatan terapi tertentu pada diri
individu tertentu.

3
B. Ciri-ciri Praktik Berdasarkan Bukti
Timmermans dan Angell (2001) menunjukkan bahwa pertimbangan
klinis berbasis bukti memiliki lima ciri penting:
1. Terdiri atas bukti penelitian dan pengalaman klinis.
2. Ada keterampilan yang dilibatkan dalam membaca literatur yang
memerlukan kemampuan untuk mensintesakan informasi dan membuat
pertimbangan mengenai kualitas bukti-bukti yang ada.

3. Cara penggunaan informasi merupakan fungsi tingkat otoritas praktisi


di suatu organisasi dan tingkat keyakinannya terhadap keefektifan
informasi yang digunakan.

4. Bagian dari penggunaan EBP adalah kemampuan mengevaluasi secara


mandiri informasi yang digunakan dan menguji validitasnya dalam
konteks praktik masing-masing.

5. Pertimbangan klinis berbasis bukti didasarkan pada gagasan tentang


perilaku dan peran profesional dan terutama dipedomani oleh suatu
sistem nilai bersama.

C. Kelebihan Praktik Berdasarkan Bukti


Kelebihan dari EBP dalam praktek profesional adalah:
1. Memperoleh pengetahuan dan informasi sebanyak-banyaknya terhadap
suatu penyakit atau masalah yang dialami klien, sehingga akan
membantu klien dalam membuat keputusan alternatif dari sejumlah
pilihan penaganan masalah atau penyakit (Stout & Hayes, 2005).
2. Dengan Praktik berdasarkan bukti memungkinkan praktisi :
a. mengembangkan pedoman praktis yang bermutu yang bisa
diterapkan pada diri klien.

4
b. mengidentifikasi literatur yang cocok yang bisa dijadikan bahan
diskusi bersama klien
c. berkomunikasi dengan para profesional lain dari kerangka acuan
atas panduan pengetahuan
d. meneruskan proses pembelajaran diri sendiri sehingga dihasilkan
kemungkinan pengobatan terbaik bagi klien (Hines, 2000).

D. Keterbatasan Praktik Berdasarkan Bukti


1. Keterbatasan Praktik Berdasarkan Bukti dalam praktek profesional
adalah: Keterbatasan ekonomi dan dorongan yang kontra produktif
bersaing dengan sejumlah bukti yang berfungsi sebagai faktor penentu
keputusan (Burns, 1999).
2. Literatur yang relevan mungkin tidak dapat diakses. Waktunya tidak
cukup untuk melakukan tinjauan yang cermat terhadap bukti-bukti yang
ada (mungkin sangat banyak jumlahnya) yang relevan dengan masalah
klinis yang mendesak (Americal Medical Assosiation atau disingkat
AMA, 1992).

E. Tahapan-tahapan Praktik Berdasarkan Bukti


Praktik Berdasarkan Bukti sebagai proses penelitian yang
teratur ketika menentukan suatu keputusan rasional sehingga bisa
memberikan hasil parktik yang terbaik (Newhouse, et al., 2005). Proses
penelitian yang teratur dan bertahap akan memberikan kepastian
dalam menerima bukti terbaik sehingga bisa diterapkan ketika
memberikan asuhan Kebidanan pada klien. Ada lima tahapan dalam
melakukan Praktik Berdasarkan Bukti (Eizenberg, 2010) :
1. Merumuskan kerangka pertanyaan klinis
2. Mengumpulkan bukti terbaik dan paling relevan
3. Mengevaluasi bukti yang telah dikumpulkan secara kritis
4. Menggabungkan bukti penelitian dengan keahlian klinis
5. Mengevaluasi keputusan hasil paraktik.

5
F. Praktik Berdasarkan Bukti Kebidanan
Praktik berdasarkan bukti kebidanan atau evidence based
midwifery merupakan dalam rangka untuk membantu mengembangkan
professional dan alamiah dasar untuk bidan berorientasi. Adapun praktik
berdasarkan bukti kebidanan yaitu :
1. Penggunaan Panduan atau Protokol Kebidanan
Penggunaan panduan atau protocol kebidanan didasarkan pada
suatu bukti-bukti yang relevan terhadapa pasien mengenai suatu
permasalah kondisi klinisnya. Dalam hal ini pasien tidak bersifat
individualitas bergantung pada bidan saja. Akan tetapi, pasien juga
perlu dan berhak mengetahui suatu tindakan yang akan diberikan
kepadanya. Bidan akan menggali semua bukti-bukti yang mendukung
pasien dalam proses pelayanannya dibidang asuhan kebidanan.
Kondisi klinis yang dialami oleh pasien akan memberikan tantangan
baru bagi bidan untuk mengatasinya dengan ilmu, pengetahuan
ataupun keahliannya di bidang klinis tersebut. Penyelesaian ini
tentunya didasarkan pada EBP dalam kebidanan. Dengan
diberlakukannya EBP di setiap tindakan kebidanan akan memberikan
output yang terbaik bagi pasien dan tidak merugikan pasien.
Penggabungan keahlian klinis harus seimbang dengan resiko
dan manfaat dari tindakan klinis yang diberikan kepada pasien. Resiko
yang mungkin terjadi dapat teratasi dengan keprofesionalitasan serta
keahlian seorang bidan sehingga tidak menimbulkan masalah yang
terjadi bagi pasien di dalam pelayanan kesehatan. Keuntungan akan
didapatkan seorang pasien. Seperti yang kita ketahui bahwa pasien
adalah manusia yang unik serta berbeda-beda sifat dan
karakteristiknya. Kita mengetahui bahwa di dalam diri pasien terdapat

6
banyak faktor pendukung atau sejahtera kondisi pasien, salah satunya
adalah kebudayaan.
Kebudayaan sangat penting untuk diperhatikan terutama saat
pemberian asuhan kebidanan, bidan harus mengerti mengenai variasi
budaya yang dimiliki oleh seorang pasien karena bisa jadi kondisi
klinis yang dialami pasien berkaitan dengan variasi kebudayaan.
Meskipun EBP mencegah perhatian mengenai masalah kebudayaan,
tetapi asuhan kebidanan perlu mempertimbangkan hal ini dalam
kondisi dan situasi apapun. Keunikan seorang pasien harus
diperhitungkan oleh bidan terutama keadaan klinisnya, kondisinya
serta preferensi komorbiditasnya. Hal tersebut yang telah saya
jabarkan merupakan salah satu komponen terpenting dalam
pengaplikasian EBP
2. Intervensi berdasarkan Hasil Peneletian
Bidan pastinya akan memberikan suatu intervensi kepada
pasiennya. Intervensi yang diberikan bukan sembarangan intervensi.
Akan tetapi, intervensi yang diberikan berdasarkan bukti-bukti yang
mendukung suatu tindakan tersebut diberikan kepada pasien. Bukti -
bukti tersebut dapat digali dengan adanya suatu kasus yang telah
ditemukan solusinya sesuai dengan tahapan-tahapan berdasarkan EBP
baik dalam bentuk diskusi maupun kerja sama. Selain itu, peran bidan
dalam memberikan intervensi harus memusatkan kepada kenyamanan
dan sepengetahuan pasien sehingga terjadi suatu hubungan saling
percaya yang dihasilkan di kedua belah pihak.
Dalam praktik EBP sangat menjunjung tinggi kompetensi,
pengetahuan, serta keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan
terhadap pasien. Dalam suatu pelayanan khususnya pada praktik
kebidanan tentunya dalam pemberian asuhan kebidanan ataupun
intervensi tidak hanya menganut terhadap hal-hal umum saja
melainkan sumber-sumber ilmiah yang relevan dan terpecaya yang
dapat diakses melaui internet mengenai kondisi klinis pasien sehingga

7
pemberian intervensi bermutu dan berkualitas dapat diberikan
berdasarkan bukti -bukti yang tertera. Hasil penelitian juga sangat
diperlukan dalam intervensi kepada pasien. Selain itu, hasil penelitian
merupakan salah satu bentuk bukti terhadap pengimplementasian
EBP.
Hal ini dapat dibuktikan dengan penerapan hasil penelitian
terhadap kasus yang terjadi. Namun demikian, hasil penelitian yang
tertera harus mempunyai korelasi dengan kondisi klinis pasien dalam
proses penanganannya. Bidan perlu memerhatikan hasil penelitian
tersebut yang relevan dengan pasien sehingga dalam proses
penanganannya dapat diberikan yang terbaik dan bermutu.

G. Prinsip Aplikasi Hasil Penelitian Dalam Metode PICO


1. Data base pencarian
Berbagai penelitian dapat dicari melalui berbagai situs
a. Membangun strategi pencarian Database yang efektif dengan
metode PICO
P (Pasien populasi dan masalah), I ( intervensi, faktor
prognosis atau keterpajanan), C ( pembanding atau kontrol), O
(keluaran). Ini adalah pertanyaan tentang intervensi. Tidak semua
pertanyaan klinis tentang intervensi. Di bawah ini jenis-jenis
pertanyaan mungkin timbul:
1) Apa yang menyebabkan masalah? - Etiologi, faktor risiko
2) Berapa frekuensi dari masalah? – frekuensi
3) Apakah orang ini memiliki masalah? – diagnosis
4) Siapa yang akan mendapatkan masalah? - Prognosis, prediksi
Contohnya PICO “Nyeri Persalinan”
P (problem dan patien ) : Pasien atau subjeknya adalah ibu
bersalin. Sedangkan yang menjadi masalah adalah nyeri
persalinan yang dialami oleh ibu persalinan

8
I (intervention) : Intervensi atau perlakuan yang diberikan
adalah berupa pemberian terapi hangat menggunakan kompres
hangat, zith bag, air hangat dalam botol, kain hangat yang
diberikan di daerah lumbal ibu bersalin
C (comparation) : Akan dilakukan perbandingan pada
kelompok yang diberikan intervensi dan yang tidak diberikan
intervensi sehingga disini komprasinya adalah yang tidak
mendapat perlakuan apapun.
O (Outcome) : Outcome atau hasil yang di harapkan
adalah penurunan rasa nyeri persalinan, menambah
kenyamanan ibu saat bersalin juga media dukungan oleh
keluarga kepada ibu bersalin karena metode ini dapat
dilakukan oleh keluarga.
PICO adalah metode menganalisis komponen dari sebuah
pertanyaan yang berkaitan dengan praktek klinis jika ingin
mencari jawaban berdasarkan bukti. PICO terdiri dari empat
komponen. Cobalah untuk menggunakan semua bagian dari
pertanyaan dalam strategi pencarian, jika memungkinkan.
1. Membangun Strategi Pencarian yang Efektif
Berlatih mencari bukti terbaik yang tersedia melalui strategi
pencarian yang efektif. Langkah pertama dalam menyiapkan strategi
pencarian adalah untuk merumuskan pertanyaan pencarian. Gunakan
model PICO untuk merumuskan pertanyaan pencarian dan mengatur
strategi pencarian. Langkah berikutnya dalam mendirikan strategi
pencarian yang efektif untuk mencari bukti-bukti untuk praktik

H. Prinsip dan Langkah Dalam Evidance Based Midwifery Care


Timmermans dan Angell (2001) menunjukkan bahwa pertimbangan
klinis berbasis bukti memiliki lima ciri penting:
1. Terdiri atas bukti penelitian dan pengalaman klinis.

9
2. Ada keterampilan yang dilibatkan dalam membaca literatur yang
memerlukan kemampuan untuk mensintesakan informasi dan
membuat pertimbangan mengenai kualitas bukti-bukti yang ada.
3. Cara penggunaan informasi merupakan fungsi tingkat otoritas
praktisi di suatu organisasi dan tingkat keyakinannya terhadap
keefektifan informasi yang digunakan.
4. Bagian dari penggunaan EBP adalah kemampuan mengevaluasi
secara mandiri informasi yang digunakan dan menguji validitasnya
dalam konteks praktik masing-masing
Pertimbangan klinis berbasis bukti didasarkan pada gagasan tentang
perilaku dan peran profesional dan terutama dipedomani oleh suatu sistem
nilai bersama.
Berdasarkan (Melnyk et al., 2014) ada beberapa tahapan atau langkah
dalam proses EBP. Langkah-langkah dalam proses evidance based practice
adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry)
Inquiry adalah semangat untuk melakukan penyelidikan yaitu sikap
kritis untuk selalu bertanya terhadap fenomena fenomena serta
kejadian-kejadian yang terjadi saat praktek dilakukan oleh seorang
klinisi atau petugas kesehatan dalam melakukan perawatan kepada
pasien. Namun demikian, tanpa adanya budaya yang mendukung,
semangat untuk menyelidiki atau meneliti baik dalam lingkup individu
ataupun institusi tidak akan bisa berhasil dan dipertahankan.
Elemen kunci dalam membangun budaya EBP adalah semangat
untuk melakukan penyelidikan dimana semua profesional kesehatan
didorong untuk memepertanyakan kualitas praktek yang mereka
jalankan pada saat ini, sebuah pilosofi, misi dan sistem promosi klinis
dengan mengintegrasikan evidence based practice, mentor yang
memiliki pemahaman mengenai evidence based practice, mampu
membimbing orang lain, dan mampu mengatasi tantangan atau
hambatan yang mungkin terjadi, ketersediaan infrastruktur yang

10
mendukung untuk mencari informasi atau lieratur seperti komputer dan
laptop, dukungan dari administrasi dan kepemimpinan, serta motivasi
dan konsistensi individu itu sendiri dalam menerapkan evidence based
practice (Tilson et al, 2011).

1. Mengajukan pertanyaan PICO(T) question


Menurut (Newhouse et al., 2007) dalam mencari jawaban untuk
pertanyaan klinis yang muncul, maka diperlukan strategi yang efektif
yaitu dengan membuat format PICO. P adalah pasien, populasi atau
masalah baik itu umur, gender, ras atapun penyakit seperti hepatitis dll.
I adalah intervensi baik itu meliputi treatment di klinis ataupun
pendidikan dan administratif. C atau comparison merupakan intervensi
pembanding bisa dalam bentuk terapi, faktor resiko, placebo ataupun
nonintervensi. Sedangkan O atau outcome adalah hasil yang ingin
dicari dapat berupa kualitas hidup, patient safety, menurunkan biaya
ataupun meningkatkan kepuasan pasien. (Bostwick et al., 2013)
Sedangkan dalam lobiondo & haber, (2006) dicontohkan cara
memformulasikan pertanyaan EBP yaitu pada lansia dengan fraktur
hip(patient/problem), apakah patientanalgesic control (intervensi) lebih
efektif dibandingkan dengan standard of care nurse administartif
analgesic(comparison) dalam menurunkan intensitas nyeri dan
menurunkan LOS (Outcome).
2. Mencari bukti-bukti terbaik
Ada 5 tingkatan yang bisa dijadikan bukti atau evidence
(Guyatt&Rennie, 2002) yaitu :
a. Bukti yang berasal dari meta-analysis ataukah systematic riview.
b. Bukti yang berasal dari disain RCT.
c. Bukti yang berasal dari kontrol trial tanpa randomisasi.
d. Bukti yang berasal dari kasus kontrol dan studi kohort.

11
e. Bukti dari systematic riview yang berasal dari penelitian
kualitatif dan diskriptif.
f. Bukti yang berasal dari single-diskriptif atau kualitatif study.
g. Bukti yang berasal dari opini dan komite ahli.

3. Melakukan Penilaian (Appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan


Setelah menemukan evidence atau bukti yang terbaik, sebelum di
implementasikan ke institusi atau praktek klinis, hal yang perlu kita
lakukan adalah melakukan appraisal atau penilaian terhadap evidence
tersebut. Untuk melakukan penilaian ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan diantaranya adalah (Polit & Beck, 2013) :
a. Evidence quality adalah bagaimana kualitas bukti jurnal tersebut?
(apakah tepat atau rigorous dan reliable atau handal)
b. What is magnitude of effect? (seberapa penting dampaknya?)
c. How pricise the estimate of effect? Seberapa tepat perkiraan
efeknya?
d. Apakah evidence memiliki efek samping ataukah keuntungan?
e. Seberapa banyak biaya yang perlu disiapkan untuk
mengaplikasikan bukti?
f. Apakah bukti tersebut sesuai untuk situasi atau fakta yang ada di
klinis?
Namun demikian dalam (Hande et al., 2017) dijelaskan bahwa
critical appraisal merupakan proses yang sangat kompleks. Level atau
tingkat critical appraisal sangat dipengaruhi oleh kedalaman dan
pemahaman individu dalam menilai evidence.
Tingkat critical appraisal pada mahasiswa sarjana adalah
identifikasi tahapan yang ada dalam proses penelitian kuantitatif.
Namun pada beberapa program sarjana, ada juga yang
mengidentifikasi tidak hanya kuantitatif namun juga proses penelitian

12
kualitatif. Sedangkan pada master student, tingkatan critical
apraisalnya tidak lagi pada tahap identifikasi, namun harus bisa
menunjukkan dan menyimpulkan kekuatan dan kelemahan, tingkat
kepercayaan evidence serta pelajaran yang dapat diambil dari
pengetahuan dan praktek.

4. Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien


Untuk membuat keputusan klinis terbaik. Sesuai dengan definisi
dari EBP, untuk mengimplementasikan EBP ke dalam praktik klinis
kita harus bisa mengintegrasikan bukti penelitian dengan informasi
lainnya. Informasi itu dapat berasal dari keahlian dan pengetahuan
yang kita miliki, ataukah dari pilihan dan nilai yang dimiliki oleh
pasien. Selain itu juga, menambahkan penelitian kualitatif mengenai
pengalaman atau perspektif klien bisa menjadi dasar untuk mengurangi
resiko kegagalan dalam melakukan intervensi terbaru (Polit & Beck,
2013).
Setelah mempertimbangkan beberapa hal tersebut maka langkah
selanjutnya adalah menggunakan berbagai informasi tersebut untuk
membuat keputusan klinis yang tepat dan efektif untuk pasien. Tingkat
keberhasilan pelaksanaan EBP proses sangat dipengaruhi oleh
evidence yang digunakan serta tingkat kecakapan dalam melalui setiap
proses dalam EBP (Polit & Beck, 2008).
Setelah menerapkan EBP, penting untuk memantau dan
mengevaluasi setiap perubahan hasil sehingga efek positif dapat
didukung dan yang negatif diperbaiki.
5. Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP
Evaluasi terhadap pelaksanaan evidence based sangat perlu dilakukan
untuk mengetahui seberapa efektif evidence yang telah diterapkan,
apakah perubahan yang terjadi sudah sesuai dengan hasil yang

13
diharapkan dan apakah evidence tersebut berdampak pada peningkatan
kualitas kesehatan pasien (Melnyk & Fineout, 2011)
6. Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)
Langkah terakhir dalam evidence based practice adalah
menyebarluaskan hasil. Jika evidence yang didapatkan terbukti mampu
menimbulkan perubahan dan memberikan hasil yang positif maka hal
tersebut tentu sangat perlu dan penting untuk dibagi (Polit & Beck,
2013).
Namun selain langkah-langkah yang disebutkan diatas, menurut (Levin
& Feldman, 2012) terdapat 5 langkah utama evidence based practicedalam
setting akademikyaitu Framing the question (menyusun pertanyaan klinis),
searching for evidence, appraising the evidence, interpreting the evidence
atau membandingkan antara literatur yang diperoleh dengan nilai yang
dianut pasien dan merencanakan pelaksanaan evidence kedalam praktek,
serta evaluating your application of the evidence atau mengevaluasi sejauh
mana evidence tersebut dapat menyelesaikan masalah klinis.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Praktik Berdasarkan Bukti sangat perlu diaplikasikan di dalam
praktik kebidanan terutama dalam pemberian asuhan kebidanan kepada
klien. Dengan mengaplikasikan EBM di dalam tindak kebidanan akan
memberikan pelayanan yang terbaik dan berkualitas dalam kondisi klinis
pasien. Keadaan sehat pasien sangat berkaitan dengan Tindakan kebidanan
yang diberikan oleh bidan.
Dalam pembelian layanan kebidanan yang didasarkan pada EBP
menekankan pada bukti – bukti yang ada sekaligus relevansi terhadap
kondisi klinis pasien. Bukti – bukti yang dapat ditemukan dapat berasal
dari sumber – sumber riset hasil penelitian yang telah dilakukan. Selain
itu, bukti – bukti juga dapat ditemukan melalui internet dengan mencari
jurnal penelitian atau artikel ilmiah yang relevan dengan masalah atau
kondisi klinis dari paien.
Bidan dalam mengaplikasikan atau mengimplementasikan EBP
dalam pelayanan kesehatan bergantung kepada pengetahuan, keterampilan
serta kompetensi nya. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pemberian
pelayanan kesehatan berdasarkan EBP. Dengan adanya komponen –
komponen pendukung EBP dalam pelayanan kesehatan dapat diberikan

15
secara professional serta meminimlaisir terjadinya insiden dalam praktik
kebidanan.

B. Saran
Penerapan EBP perlu ditingkatkan kembali dalam praktik kebidanan
khususnya dalam intervensi kepada pasien. Maka dari itu, pengetahuan
mengenai EBP harus perlu diperhatikan bagi para tenaga kesehatan
khususnya bidan yang dituntut untuk profesionalitas tinggi dengan
berbagai kompetensi dan skill.
DAFTAR PUSTAKA

Lusiana, Novita.2015. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kebidanan.


Yogyakarta : Deepublish
Melnyk B, Fineout0overholt E. 2005. Evidence-Based Practice in Nursing
and Health Care:A Guide to Best Practice. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Polit D.F., Beck C.T 2004. Nursing Reasearch: Principles and Methods.
ED 7. Philadelpihia: JB Lippincott.
Newhouse R, et al. 2005. “Evidance-Based Practice: A Practical Appoarch
to Implementation.” J Nurs Adm, 35 (1): 35.
Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan,
EGC : Jakarta..
Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan
Resusitasi, Jakarta.
Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.
Yuniati I. 2011. Filosofi Kebidanan. Bandung: Program Pascasarjana
Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran 
Universitas Padjadjaran Bandung
Saifuddin AB, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

16
17

Anda mungkin juga menyukai