Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK NEONATUS, BAYI,


BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH DENGAN IKTERUS
FISIOLOGIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Prasekolah

Oleh:

FEYLA ENGGAR W.N


NIM P01740523061

Pembimbing Akademik

Kurniyati, SST, M.Keb


NIP. 197204121992022001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES
BENGKULU
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan

“ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK NEONATUS, BAYI,


BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH DENGAN IKTERUS
FISIOLOGIS”

Oleh:

FEYLA ENGGAR W.N


NIM P01740523061

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Kurniyati, SST, M.Keb Reni Roniati, Str, Keb. SKM


NIP. 197204121992022001 NIP.197005041989122001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Diah Eka Nugraheni, SST, M.Keb


NIP. 198012102002122002

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.

Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Praktik Asuhan

Kebidanan Holistik Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah . Laporan ini

terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bunda Yuniarti,S,ST,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes


Kemenkes Bengkulu.
2. Bunda Diah Eka Nugraheni,M,Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
3. Bunda Kurniyati, SST,M.Keb selaku Pembimbing Akademik.
4. Bidan Reni Roniati, Str. Keb. SKM selaku Pembimbing Lahan.

Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari


bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir
kata, penulis berharap semoga laporan pendahuluan ini bermanfaat bagi semua
pihak.

Curup, September 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................4
A. Pengertian Ikterus Fisiologis...............................................................................4
B. Etiologi..................................................................................................................5
C. Patofisiologi...........................................................................................................6
D. Gejala Klinik........................................................................................................6
E. Komplikasi.............................................................................................................7
F. Tata Laksana........................................................................................................7
G. Karakteristik Ikterus Fisiologis.......................................................................8
BAB II...............................................................................................................................9
TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN............................................................................9
A. Pengkajian Data Subjektif dan Objektif............................................................9
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

3
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Ikterus Fisiologis


Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan lain akibat
penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih
dari 5 mg/dl dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan fungsional
dari hepar, sistem billiary, atau sistem hematologi. Ikterus dapat terjadi baik
karena peningkatan billirubin indirek (unconjugated) dan direk (conjugated)
(Rukiyah dan Yulianti, 2013).
Kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 ml/dl
dan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) 10 mg/dl dan akan abnormal
pada hari ke 14 (Sembiring, 2017). Ikterus fisiologis timbul pada hari kedua
dan hari ketiga dan menghilang pada minggu pertama, selambat-
lambatnya adalah 10 hari pertama setelah lahir. Kadar bilirubin indirek tidak
melebihi 10 mg % pada neonatus yang cukup bulan dan 12,5 mg % untuk
neonatus yang kurang bulan, kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak
melebihi 5 mg% setiap hari, kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%
(Hidayat, 2011).
Walaupun pada bayi dalam umur 10 hari pertama terjadi destruksi eritorit
dalam jumlah yang besar, namun tidak akan terjadi Ikterus bila fungsi hati
sudah matang, aliran bilirubin dari usus kembali ke hati juga merupakan factor
penyebab timbulnya Ikterus fisiologis (Oswari Hanifah, 2017 ). Factor lain
yang mempengaruhi terhadap terjadinya peningkatan bilirubin adalah
hipoksia, minum air susu ibu (ASI), penyakit membrane hialin (HMD),
hipoglikemia, asidosis, hipotermia dan hipoprotemia, keadaan tersebut juga
merupakan predisposisi untuk terjadinya kren Ikterus walau kadar bilirubin
tidak terlalu tinggi. ( Bijanti Retno,2010).

4
B. Etiologi
Etiologi peningkatan bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir
karena hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak
dan berumur lebih pendek. Fungsi hepar yang belum sempurna sehingga
penurunan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi. Kejadian ikterus atau
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir disebabkan oleh disfungsi hati pada
bayi baru lahir sehingga organ hatipada bayi tidak dapat berfungsi maksimal
dalam melarutkan bilirubin ke dalam air yang selanjutkan disalurkan ke
empedu dan diekskresikanke dalam usus menjadi urobilinogen. Hal tersebut
meyebabkan kadar bilirubin meningkat dalam plasma sehingga terjadi ikterus
pada bayi baru lahir (Anggraini, 2016). Secara garis besar etiologi itu dapat
dibagi sebagai berikut :
a. Ikterus akibat air susu ibu (ASI) merupakan hiperbilirubinemia tidak
terkonjugasi yang mencapai puncaknya terlambat (biasanya menjelang
hari ke 5-6). Dapat dibedakan dari penyebab lain dengan reduksi kadar
bilirubin yang cepat bila disubstitusi dengan susu formula selama 1-2
hari. Hal ini untuk membedakan ikterus pada bayi yang disusui ASI
selama minggu pertama kehidupan. Sebagian bahan yang terkandung
dalam ASI (beta glucoronidase) akan memecah bilirubin menjadi
bentuk yang larut dalam lemak sehingga bilirubin indirek akan
meningkat dan kemudian akan diresorbsi oleh usus. Bayi yang
mendapat ASI bila dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu
formula, mempunyai kadar bilirubin yang lebih tinggi berkaitan
dengan penurunan asupan pada beberapa hari pertama kehidupan.
Pengobatannya bukan dengan menghentikan pemberian ASI
melainkan dengan meningkatkan frekuensi pemberian (Sembiring Br
J,2019).

5
C. Patofisiologi
Sel-sel darah merah yang telah tua dan rusak akan dipecah menjadi
bilirubin, yang oleh hati akan dimetabolisme dan dibuang melalui feses.
Didalam usus juga terdapat banyak bakteri yang mampu mengubah bilirubin
sehingga mudah dikeluarkan oleh feses. Hal ini terjadi secara normal pada
orang dewasa. Pada bayi baru lahir, jumlah bakteri pemetabolisme bilirubin
ini masih belum mencukupi sehingga ditemukan bilirubin yang masih beredar
dalam tubuh tidak dibuang bersama feses. Begitu pula dalam usus bayi
terdapat enzim glukorinil transferase yang mampu mengubah bilirubin dan
menyerap kembali bilirubin kedalam darah sehingga makin memperparah
akumulasi bilirubin dalam badannya. Akibatnya pigmen tersebut akan
disimpan dibawah kulit, sehingga kulit bayi menjadi kuning. Biasanya dimulai
dari wajah, dada, tungkai dan kaki menjadi kuning.
Biasanya hiperbilirubinemia dan sakit kuning akan menghilang setelah
minggu pertama. Kadar bilirubin yang sangat tinggi biasanya disebabkan
pembentukan yang berlebihan atau gangguan pembuangan bilirubin. Kadang
pada bayi cukup umur yang diberi susu ASI, kadar bilirubin meningkat secara
progresif pada minggu pertama, keadaan ini disebut jaundice ASI.
Penyebabnya tidak diketahui dan hal ini tidak berbahaya, jika kadar bilirubin
sangat tinggi mungkin perlu dilakukan terapi yaitu terapi sinar dan transfusi
tukar. ( Widagdo, 2012 ).

D. Gejala Klinik
Ikterus ini memiliki tanda-tanda berikut :
1. Timbul pada hari ke dua dan ketiga setelah bayi lahir
2. Kadar biliburin Indirect tidak lebih dari 10 mg% pada neonatus cukup
bulan dan 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan
3. Kecepatan peningkatan kadar biliburin tidak lebih dari 5 mg% per hari
4. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama
5. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis
6. Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg%

6
E. Komplikasi
Kern ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat adanya bilirubin indirect
pada otak.Kern ikterus ditandai dengan kadar bilirubin darah yang tinggi (>20
mg% pada bayi cukup bulan atau >18 mg% pada bayi berat lahir rendah)
disertai dengan gejala kerusakan otak berupa mata berputar,letargi,kejang,tak
mau mengisap,tonus otot meningkat ,leher kaku dan sianosis,serta dapat juga
diikuti dengan gangguan berbicara dan retardasi mental di kemudian hari
(Dewi,2012).

F. Tata Laksana
Ikterus yang berhubungan dengan pemberian ASI disebabkan oleh
peningkatan bilirubin indirek. Ada 2 jenis ikterus yang berhubungan dengan
pemberian ASI, yaitu: a. Jenis pertama: ikterus yang timbul dini (hari kedua
atau ketiga) dan disebabkan oleh asupan makanan yang kurang karena
produksi ASI masih kurang pada hari pertama. b. Jenis kedua: ikterus yang
timbul pada akhir minggu pertama, bersifatfamilial disebabkan oleh zat yang
ada di dalam ASI. Iketrus karena ASI pertama kali didiskripsikan pada tahun
1963. Karakteristik ikterus karena ASI adalah kadar bilirubin indirek yang
masih meningkat setelah 4-8 hari pertama, berlangsung lebih lama dari ikerus
fisiologis yaitu sampai 3-12 minggu dan tidak ada penyebab lainnya yang
dapat menyebabkan ikterus. Ikterus karena ASI berhubungan dengan
pemberian ASI dari seorang ibu tertentu dan biasanya akan timbul ikterus
pada setiap bayi yang disusukannya. Selain itu, ikterus karena ASI juga
bergantung kepada kemampuan bayi mengkonjugasi bilirubin indirek
(misalnya bayi prematur akan lebih besar kemungkinan terjadi ikterus). Untuk
mengurangi terjadinya ikterus dini perlu tindakan sebagai berikut :
a. Bayi Dalam Waktu 30 Menit Diletakkan Ke Dada Ibunya Selama 30-60
Menit
b. Posisi Dan Perlekatan Bayi Pada Payudara Harus Benar
c. Berikan kolostrum karena dapat membantu untuk membersihkan
mekonium dengan segera. Mekonium yang mengandung bilirubin

7
tinggi bila tidak segera dikeluarkan, bilirubinnya dapat diabsorbsi
kembali sehingga meningkatkan kadar bilirubin dalam darah.
d. Bayi Disusukan Sesuai Kemauannya Tetapi Paling Kurang 8 Kali
Sehari atau setiap 2 jam sekali.
e. Jangan Diberikan Air Putih, Air Gula Atau Apapun Lainnya Sebelum
Asi Keluar Karena Akan Mengurangi Asupan Susu.
f. Monitor Kecukupan Produksi Asi Dengan Melihat Buang Air Kecil
Bayi Paling Kurang 6-7 kali sehari dan buang air besar paling kurang 3-
4 kali sehari ( Widagdo, 2012 )

G. Karakteristik Ikterus Fisiologis


Ikterus Fisiologis mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Timbul pada hari ke 2-3 dan hilang pada umur 4-5 hari. Kadar bilirubin
indirek (larut dalam lemak) tidak melewati 12 mg/dl pada neonatus
cukup bulan dan 15 mg/dL pada kurang bulan.
b. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg/dL per hari.
c. Kadar bilirubin direk (larut dalam air) kurang dari 1mg/dL.
d. Gejala ikterus akan hilang pada sepuluh hari pertama kehidupan.
e. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis tertentu.
(Magdalena C,2020).

8
BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN

A. Pengkajian Data Subjektif dan Objektif


Pengkajian ini dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang
akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien, yaitu meliputi data subyektif dan data obyektif.
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Biodata
a) Bayi
Nama Bayi : ......................

Hari/Tanggal lahir : ......................

Umur : .......................

Jenis Kelamin : ......................

Alamat : ......................

b) Orang Tua
Nama Ibu : ........ Nama Ayah : ........

Umur : ........ Umur : ........

Agama : ........ Agama : ........

Suku/Ras : ........ Suku/Ras : ........

Pendidikan : ........ Pendidikan : ........

Pekerjaan : ........ Pekerjaan : ........

Alamat : .........

2) Keluhan Utama
Ibu mengatakan badan dan wajah bayi bewarna.
3) Riwayat Prenatal, Natal, dan Post Natal
a) Riwayat Prenatal

9
Selama hamil ibu tidak pernah mengalami gangguan
kesehatan, selama kehamilan ANC minimal 4 kali, di
BPM/RS/klinik, mendapat imunisasi TT I/II lengkap/tidak
dan tidak mengkonsumsi NAPZA selama hamil. Selama
hamil pernah mengkonsumsi vitamin B kompleks, vitamin
C,kalk, Fe dan yodium kapsul.
b) Riwayat Natal
Bayi lahir spontan di bidan praktek mandiri ditolong oleh
bidan dan jenis persalinan normal, umur kehamilan 37-42
minggu.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada dalam keluarga yang mempunyai penyakit jantung,
hipertensi, gangguan pernafasan, HIV/AIDS, dan penyakit
menular lainnnya (Hepatitis, Malaria, dan lain-lain).
b. Pemeriksaan Fisik
1) Umum

a) Apgar Score : 7-10


b) Keadaan Umum : Baik.
c) Kesadaran : Composmentis

d) TTV Nadi : 120– 160 kali per menit.


Suhu :36,5 – 37,5ºC.
RR : ±40 – 60 kali per menit
2) Antropometri
a) Berat Badan: 2500-4000 gram.
b) Panjang Badan: 48-52 cm.
c) Lingkar Kepala : 33-35 cm.
d) Lingkar Dada: 30-38 cm
3) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala : Rambut hitam, bersih, tidak ada caput
suksedaneum, tidak ada cephal hematoma.

10
b) Mata : Konjungtiva an-anemis, sklera an- ikterik,
tidak ada strabismus.
c) Muka : Tidak pucat
d) Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung,
bernafas spontan, tidak ada
labiopalatoskizis.
e) Mulut : Tidak ada sianosis, mukosa mulut basah,
reflek isap kuat
f) Telinga : Simetris, Tidak Ada Kelainan.
g) Leher : Tidak ada kaku kuduk, tidak ada vernik
caseosa.
h) Dada : Simetris, tidak ada retraksi.
i) Payudara : Bentuk simetris,
j) Ektremita : Simetris, jumlah jari lengkap, pergerakan
s atas aktif, reflek morro (+), tidak ada kelainan,
k) Abdomen : tidak ada perdarahan tali pusat, tali pusat
segar, tidakada kembung.
l) Genitalia : jenis kelamin ......, testis belum masuk
dalam skrotum, tidak ada kelainan.
m) Anus : Tidak ada kelainan
n) Ektremita : Simetris, jumlah jari lengkap, pergerakan
s bawah aktif, tidak ada kelainan.
B. Rencana Tindakan
Pelaksanaan asuhan bayi dengan icterus fisiologis yaitu sebagai berikut:

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga mengenai


bayinya.
2. Mengobservasi tanda-tanda vital, berat badan, asupan nutrisi
3. Menganjurkan ibu untuk memberi ASI sesering mungkin
4. Bayi Dalam Waktu 30 Menit Diletakkan Ke Dada Ibunya Selama 30-60
Menit.
5. Posisi Dan Perlekatan Bayi Pada Payudara Harus Benar

11
6. Berikan kolostrum karena dapat membantu untuk membersihkan
mekonium dengan segera. Mekonium yang mengandung bilirubin tinggi
bila tidak segera dikeluarkan, bilirubinnya dapat diabsorbsi kembali
sehingga meningkatkan kadar bilirubin dalam darah.
7. Bayi Disusukan Sesuai Kemauannya Tetapi Paling Kurang 8 Kali Sehari
atau setiap 2 jam sekali.
8. Jangan Diberikan Air Putih, Air Gula Atau Apapun Lainnya Sebelum Asi
Keluar Karena Akan Mengurangi Asupan Susu.

9. Monitor Kecukupan Produksi Asi Dengan Melihat Buang Air Kecil Bayi
Paling Kurang 6-7 kali sehari dan buang air besar paling kurang 3-4 kali
sehari.
10. Menjemur bayi setiap pagi ± 15 menit setiap harinya. Menjemur bayi ini
dilakukan dengan cara membuka seluruh pakaian bayi kecuali alat vital
biarkan saja tertutup popok bayi dan menutup bagian mata. Selanjutnya
merubah posisi bayi agar sinar matahari dapat merata ke seluruh tubuh.

12
DAFTAR PUSTAKA

Budi Artha, K. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI

Ekslusif Oleh Ibu Menyusui yang Bekerja Sebagai Tenaga Kesehatan. Jurnal

Ilmu Kesehatan 2, 159–174.

Dasnur, D., & Sari, I. M. (2018). Hubungan frekuensi pemberian Asi Terhadap

Kejadian Ikterus Fisiologis Pada Bayi Baru Lahir Di Semen Padang Hospital

Tahun 2017. Jurnal Kesehatan.

Marni, S., & R. (2012). Asuhan Neonatus Bayi, Balita & Anak Prasekolah.

Noorbaya, S. (2019). Panduan Belajar Asuhan Neonates, Bayi, Balita Dan

Anak Prasekolah. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Rana, R. (2018). Waktu pemberian asi dan kejadian ikterus neonatorum. Jurnal

Informasi Kesehatan Indonesia, 4 (1), 43–52.

13

Anda mungkin juga menyukai