Anda di halaman 1dari 32

PATOFISIOLOGIS PENYAKIT

GASTRITIS DAN TYPHOID


Kelompok 2
Febrilianti Hartato P01740322111
Feyla Enggar W.N P01740322112
Filka Wilanda P01740322113
Gita Nelva Marthatila P01740322114
Hestina Reksi Utami P01740322115
Istika Maharani P01740322116
Jarnelia Renita P01740322117
Krisnawati Anggeraini P01740322118
Leli Aryeni P01740322119
Levimah P01740322120
Raden Ayu Siti Maris P01740322131
Ruri Indah Katarosa P01740322132
Sonya Purnamasari P01740322133
Vira Anggarini P01740322134
Vira Yunita P01740322135
Wulandari P01740322136
Yulia Anggraini P01740322137
Yunita P01740322138
Zulfa Tania Febriani P01740322139
Zuliana Chandra Wardhana P01740322140
Sub Topic
01 Gastritis

02 Typhoid

03 Penyakit Gangguan Endokrin

04 Penelitian jurnal terkait


Apa Itu Gastritis ???

Gastritis adalah inflamasi (peradangan) dari mukosa lambung. Inflamasi ini


mengakibatkan leukosit menuju ke dinding lambung sebagai respn terjadinya
kelainan pada bagian tersebut (Waluyo, 2018).
Wanita hamil dengan gastritis lebih rentan terhadap mual dan muntah
berlebihan (hiperemesis gravidarum) (Syahril, 2018).

Penyakit gastritis sering terjadi pada kehamilan muda dengan


keluhan seperti mual, muntah-muntah, tidak ada nafsu makan, nyeri
di daerah epigastrium, dan sebagainya. Keluhan ini hampir sama
dengan gejala hiperemesis gravidarum. Bila penyakit ini disebabkan
oleh kehamilan, biasanya keluhan akan hilang setelah trimester I.
Kelainan gastrointestinal bisa timbul pada saat kehamilan atau
kelainan yang sebelumnya sudah ada akan bertambah berat
sewaktu hamil (Atiqoh, 2020).
Etiologi Gastritis
ibu hamil memiliki kerentanan lebih tinggi
terhadap infeksi kuman Helicobacter pylori yang
diketahui dapat memicu gastritis. Gastritis pada
ibu hamil juga bisa disebabkan oleh berbagai hal :
a. Makan dalam porsi yang terlalu banyak atau makan
terlalu cepat
b. Merokok
c. Terlalu sering makan-makanan tinggi lemak, coklat,
makanan pedas, dan asam
d. Waktu makan terlalu malam atau dekat dengan
waktu tidur
e. Gemar minum-minuman berkafein dan
berkarbonasi,
f. Langsung beraktivitas fisik setelah makan
g. Kecemasan dan stress
h. Langsung tidur atau berbaring setelah makan
i. Perubahan hormone
j. Pertumbuhan janin
Patofisiologi Gastritis

a. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia, obat-
obatan dan alcohol, makanan pedas, panas maupun asam. Pada
pasien yang mengalami stress akan terjadi perangsangan saraf
simpatis NV (Nervus Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam
klorida (HCI) didalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah
dan anoreksia.

b. Gastritis Kronis
Tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari
perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler.
Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia
pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis) mempengaruhi antrum dan
pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum) ini dihubungkan
dengan bakteri pylory.
Klasifikasi a. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian
besar merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna durasi

gastritis penyembuhan gastritis akut kurang dari 6 bulan.


• Gastritis akut erosive
Disebut erosive apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari
pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).
• Gastritis akut hemoragik
Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan
mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti
hilangnya kontunuitas mukosa lambung pada beberapa tempat,
menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut.

b. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat menahun yaitu lebih dari 6 bulan masa penyembuhannya.
Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga perbedaan sebagai berikut:
• Gastritis Superficial
• Gastritis atrofik
• Gastritis hipertrofik
Manifestasi klinis
Gejala maag yang umum pada ibu hamil :
• Mengalami panas dan sensasi terbakar
pada dada (heartburn)
• Perut terasa kembung, penuh, dan
tidak nyaman
• Sering bersendawa
• Mual dan muntah
• Mulut terasa asam Langkah Penapisan Atau Screening Awal
Saat melakukan anamnesa penting untuk
ditanyakan pada ibu hamil tentang berapa kali
frekuensi makan ibu dalam sehari, meanyakan jam
makan ibu setiap harinya apakah teratur, jenis
makanan yang ibu hamil konsumsi, frekuensi
mengkonsumsi sayuran dan buah setiap harinya,
berapa banyak air putih yang ibu konsumsi setiap
harinya, karena ini akan berpengaruh terhadap
intensitas seringnya kekambuhan gastritis pada ibu
hamil.
Penatalaksanaan gastritis
Penatalaksanaan pada Penatalaksanaan non medis
gastritis secara medis a. Istirahat
meliputi : b. Mengurangi stress
Gastritis akut diatasi dengan c. Diet, tidak makan yang bisa memicu nyeri dengan kemudian diberikan
menginstruksikan pasien peroral pada interval yang sering, Pasien dengan gastritis superficial
untuk menghindari alcohol yang kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga harus
dan makanan sampai gejala menghindari makanan yang berbumbu banyak atau berminyak
berkurang. Bila pasien d. Hindari makanan yang dapat memicu terjadinya panas pada ulu hati
mampu makan melalui seperti, gorengan, kopi, soda, alkohol, coklat, permen mint, bawang
mulut, diet mengandung gizi merah, bawang putih, makanan pedas, berlemak, berminyak, buah
dianjurkan. Bila gejala yang asam seperti jeruk
menetap, cairan perlu e. Banyak minum air putih
diberikan secara parenteral. f. Waktu tidur tinggikan posisi kepala sehingga asam lambung tidak naik
ke esophagus
g. Teknik relaksasi nafas dalam
Tindakan kolaborasi dan follow up care
Salah satu cara untuk mengatasi mual muntah pada kehamilan yaitu
dengan tindakan non farmakologi yaitu dapat berupa penggunaan
aromaterapi jenis papermint, lemon maupun jahe. Berdasarkan hasil
penelitian Santi, 2013 mengtakan bahwa papermint dan jahe efektif
untuk mengurangi keluhan ibu hamil dengan mual muntah karena
papermint dan jahe dapat membrikan efek ketenangan, kesegaran dan
efektif untuk mengatasi mual pada ibu hamil sehingga gastritis pun
dapat diredam
Apa Itu
Typhoid ??? Demam typhoid ialah penyakit
infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih
dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan (Moser-Van Der Geest,
Schibli, & Huber, 2019).
Etiologi Typhoid
Penyebab penyakit ini adalah kuman Salmonella typhi,
Salmonella para typhi A, dan Salmonella para typhi B.
Wujudnya berupa basil gram negatif, bergerak dengan
85% 35% 65% 45%
rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga macam
antigen (antigen O, H, dan VI). Dalam serum penderita
terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen
tersebut. Salmonella typhi merupakan basil gram (-) dan
bergerak dengan rambut getar.

Transmisi Salmonella typhi kedalam tubuh manusia


dapat melalui hal-hal berikut:
• Transmisi oral
• Transmisi dari tangan ke mulut
• Transmisi dari motoran
Patofisiologi Typhoid
Manifestasi klinis Screening Awal
Gejala awal demam tifoid dapat
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini berupa sakit perut, demam, dan
ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan perasaan tidak enak badan(malaise).
penyakit infeksi akut lain yaitu demam, nyeri Ketika penyakit semakin berkembang
kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, gejala yang timbul dapat berupa
muntah, konstipasi atau diare, perasaan tidak demam tinggi, sakit kepala, nyeri
enak di perut, batuk, dan epistaksis. Sifat perut, diare, bintik- bintik kecil
demam adalah meningkat perlahan-lahan berwarna merah di perut atau dada,
terutama pada sore hingga malam hari. kehilangan nafsu makan, lemas dan
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lesu, pegal- pegal, tinja berdarah,
lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif panas dingin, mudah lelah.
(bradikardi relatif adalah peningkatan suhu Jika telah timbul gejala yang telah
1°C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8 disebutkan diatas maka perlu untuk
kali permenit), lidah yang berselaput (kotor di dilakukannnya pemeriksaan lebih
tengah, tepi dan ujung merah serta tremor), lanjut sebagai bentuk skrining awal
hepatomegali, splenomegali, meteorismus, yaitu dengan melakukan tes widal dan
gangguan mental berupa somnolen, sopor, tes tubex.
koma, delirium, atau psikosis.
Penatalaksanaan Typhoid
• Istirahat dan perawatan
• Diet dan terapi penunjang
• Pemberian antibiotik
Klorampenikol
Di Indonesia Klorampenikol masih merupakan obat pilihan
utama untuk pengobatan typhoid fever. Diberikan peroral atau
intravena, diberikan sampai hari bebas demam
Tiampenikol
Efektifitas tiampenikol pada typhoid fever hampir sama
dengan Klorampenikol. Akan tetapi kemungkinan terjadi
anemia aplastik lebih rendah dari klorampenikol. Diberikan
sampai hari ke 5 dan ke 6 bebas demam.
Follow Up
Care
Menjelaskan tentang demam tifoid
kepada pasien dapat menjadi bentuk
preventif, memberikan penjelasan
tentang pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat, menjalankan personal
hygiene seperti cuci tangan yang baik
dan benar, mengedukasi pasien dan
keluarga terkhusus masalah kebersihan
di dalam rumah maupun dilingkungan
rumah.
 
Penyakit Gangguan Endokrin

1. Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme
karbohidrat, di mana glukosa darah tidak dapat digunakan
dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia.
DM merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai.
Etiologi DM

1. Genetik
2. Kerusakan atau kelainan pangkreas sehingga
Kekurangan produksi insulin
3. Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH,
glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin. Patofisiologi DM
4. Obat-obatan
5. Wanita Obesitas
Manifestasi Klinis
• Polyuria (banyak berkemih)
• Polydipsia (banyak minum)
• Penurunan berat badan
• Polyphagia (banyak makan)
• Letih, lesu, lemah badan
• Pandangan kabur, dan
• Pruritus vulvae pada
wanita, kelelahan,
pandangan kabur, mata
kabur, pusing, mual,
kurangnya ketahanan pada
saat melakukan olah raga,
dan mudah infeksi.

Langkah Penapisan atau Screening Awal


Screening dilakukan berdasarkan faktor risiko yang ditemukan.
Lakukan tes TTGO 75g (pada usia kehamilan 16-18 minggu) pada
wanita dengan riwayat DM gestasional sebelumnya, bila normal tes
TTGO dilakukan kembali pada usia kehamilan 24- 28 minggu. Jika
memiliki faktor risiko, tes TTGO dilakukan pada usia kehamilan 24-
28 minggu untuk mendiagnosis DM gestasional.
Hipoglikemi
Hipoglikemia adalah keadaan
dengan kadar glukosa darah
sewaktu dibawah 60 mg/dl,
kadar gula atau glukosa di dalam
tubuh lebih rendah dari
kebutuhan tubuh.

Etiologi
Faktor yang memudahkan
hipoglikemia antara lain
kelebihan dosis insulin pada
pengidap diabetes dependen-
insulin per-oral maupun per IV,
penggunaan sulfonylurea,
kurangnya konsumsi makanan
yang cukup, latihan fisik yang
berlebih, dan situasi stress (Nitil,
2011). LOREM IPSUM
DOLOR SIT AMET
Patofisiologi Glikemi

Langkah Penapisan atau Screening


Awal
Hipoglikemi sering terjadi pada orang yang mengidap
DM, pola asupan yang tidak baik sehingga menyebabkan
hipoglikemia. Gejala yang mudah dikenali adalah terasa
lapar terus menerus, lemah, lesu, pusing, gemetar,
penurunan konsentrasi hingga penurunan kesadaran.
Jika ibu hamil telah menunjukan gejala tersebut maka
perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan melakukan
kunjungan rutin ke dokter spesialis penyakit dalam.
Tatalaksana
Penatalaksanaan pasien dengan hipoglikemik dibagi menjadi
dua yaitu stadium permulaan (sadar) dengan pemberian
glukosa oral 10-20 gram harus segera diberikan. Dapat
berupa gula murni (idealnya dalam bentuk tablet atau jelly)
atau minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah
segar.
Jika stadium lanjut (koma hipoglikemia) diberikan bolus
D10% yang diikuti pemberian larutan glukosa 40% melalui
vena sebanyak 2 flakon tiap 10-20 menit (ulangi 3x) hingga
pasien sadar. Dilanjutkan dengan pemberian D10% per infus 6
jam/ kolf.
Tindakan kolaborasi dan follow up care

Manajemen DM terdiri dari lima pilar yaitu edukasi, terapi


nutrisi, aktivitas fisik, tatalaksana farmakologi dan kontrol gula
darah. Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu
dilakukan sebagai bentuk pencegahan dan merupakan bagian
penting dari pengelolaan DM secara holistik. Kemudian
dilakukan tatalaksana terapi nutrisi lalu dianjurkan dengan
melakukan terapi jasmani, kemudian melakukan intervensi
farmakologi serta kontrol gula darah secara teratur.
Hipothyroid
Hipotiroid adalah suatu sindroma klinis akibat penurunan produksi dan
sekresi hormon tiroid atau kelainan aktivitas reseptor hormon tiroid. Hal
tersebut akan mengakibatkan penurunan laju metabolisme tubuh
(Soewondo & Cahyanur, 2008). Terdapat kekurangan hormon tiroid yang
menyebabkan penurunan proses metabolisme Karbohidrat, protein dan
lemak, sehingga cenderung menyebabkan kegemukan (Hidayat, 2018).
Etiologi
Hipotiroid dapat dikelompokan menjadi hipotiroidisme
primer, sekunder serta tersier. Hipotiroid primer
disebabkan oleh tiroid gagal dalam memproduksi hormon
tiroid, sedangkan hipotiroid sekunder diakibatkan oleh
defisiensi hormon TSH (Thyroid Stimulating 4 Hormone)
yang dihasilkan oleh hipofisis. Hipotiroid tersier
disebabkan oleh defisiensi TRH (Throid-releasing
hormone). yang dihasilkan oleh hipotalamus.
Patofisiologi Hipotiroid
Patofisiologi hipotiroid berkaitan dengan
penurunan produksi hormon tiroid akibat
kelainan lokal pada kelenjar tiroid sendiri
maupun akibat kelainan hipotalamus atau
kelenjar pituitari. Berkurangnya produksi
hormon tiroid menyebabkan penurunan laju
metabolisme dan terjadinya gejala-gejala
hipotiroid.

Klasifikasi
Hipotiroid dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu
kejadian (kongenital atau akuisital), disfungsi organ yang
terjadi (primer atau sekunder/ sentral), jangka waktu
(transien atau permanen) atau gejala yang terjadi
(bergejala/ klinis atau tanpa gejala/ subklinis). Hipotiroid
kongenital biasa dijumpai di daerah dengan defisiensi
asupan yodium endemis. Pada daerah dengan asupan
yodium yang mencukupi, hipotiroid kongenital terjadi pada
1 dari 4000 kelahiran hidup, dan lebih banyak dijumpai
pada bayi perempuan.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis hipotiroidisme berdasarkan sistem organ
Kardiovaskular
• Bradikardia
• Gangguan kontraktilitas
• Penurunan Curah jantung
• Kardiomegali (paling banyak disebabkan oleh efusi
perikardi)
Respirasi
• Sesak dengan aktivitas
• Gangguan respon ventilasi terhadap hiperkapnia dan
hipoksia
• Hipoventilasi
• Sleep apnea
• Efusi Pleura
Tatalaksana

Diperlukan terapi untuk mengontrol kadar hormon tiroid


pada batasan normal, salah satunya dengan obat
antitiroid. Pada pengelolaan penyakit hipertiroid dikenal
tiga modalitas terapi, yaitu obat anti tiroid, tiroidektomi,
dan radioablasi. Masing-masing memiliki keunggulaan dan
indikasi serta kontraindikasi yang berbeda. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan pada pengobatan hipotiroidisme
adalah takaran obat (dosis) awal dan cara menaikkan
dosis tiroksin.
Hypertiroid
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan
di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini
berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan
memberikan hormon tiroid berlebihan.
Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar
tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat
malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan
TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan
keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis
memberikan gambamn kadar HT dan TSH yang finggi.
TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan
TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan
memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH
yang berlebihan
Langkah Penapisan atau Screening Awal

Perlunya dilakukan anamnesis pada ibu hamil terkait gejala utama yang ibu
keluhkan, riwayat penyakit sebelumnya dan riwayat penyakit keluarga.
Gejala yang sering timbul adalah sering letih, mual, muntah, kulit terasa
lebih hangat, lembab dan berkeringat. Kemudian diperlukannya
pemeriksaan fisik secara sistematik dan keadaan kelenjar tiroid secara
spesifik. Jika ditemukan tanda- tanda adanya hipertiroid maka perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan melakukan pemeriksan kadar
serum TSH dilanjutkan dengan kadar T4 dan FT4.

Tindakan kolaborasi dan folow up care


Berdasarkan rekomendasi American Thyroid Association pada tahun 2011,
pemantauan janin dengan ultrasonografi sebaiknya dilakukan dengan
tujuan untuk melihat disfungsi tiroid pada janin meliputi pembesaran
tiroid, hambatan pertumbuhan janin, takikardi, goiter atau gagal jantung.
Perlu dilakukannya konsultasi dengan spesialis kandungan untuk
memantau denyut jantung, pertumbuhan janin dan volum cairan amnion.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai