Anda di halaman 1dari 15

PENGEMBANGAN DESA SIAGA DAN KELURAHAN

SIAGA AKTIF DALAM DETEKSI DINI MASALAH


KEBIDANAN DI KOMUNITAS

Dosen Pengajar : Lusi Andriyani, SST, M.Kes

Kelompok 4:
Jarnelia renita P01740322017
Krinsawati anggraeni P01740322018
Leli Aryeni P01740322019
Levimah P01740322020
Mardalena P01740322021
Marlinda P01740322022
A. Pengertian Desa Siaga
Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan. Desa siaga lahir sebagai respon pemerintah terhadap masalah kesehatan di
Indonesia yang tak kunjung selesai. Tingginya angka kematian ibu dan bayi, munculnya kembali berbagai penyakit lama seperti tuberkulosis
paru, merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat pandemik seperti SARS, HIV/AIDS dan flu burung serta belum hilangnya penyakit
endemis seperti diare dan demam berdarah merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia. Bencana alam yang sering menimpa bangsa
Indonesia seperti gunung meletus, tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor dan kecelakaan massal menambah kompleksitas masalah
kesehatan di Indonesia.
Si (siap), yaitu pendataan dan mengamati seluruh ibu hamil, siap mendampingi ibu, siap menjadi donor darah, siap memberi bantuan
kendaraan untuk rujukan, siap membantu pendanaan, dan bidan wilayah kelurahan selalu siap memberi pelayanan.
A (antar), yaitu warga desa, bidan wilayah, dan komponen lainnya dengan cepat dan sigap mendampingi dan mengatur ibu yang akan
melahirkan jika memerlukan tindakan gawat-darurat.
Ga (jaga), yaitu menjaga ibu pada saat dan setelah ibu melahirkan serta menjaga kesehatan bayi yang baru dilahirkan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa desa siaga adalah suatu keadaan dimana suatu desa memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengenal, menghadapi dan
mengatasi masalah kesehatan secara mandiri baik bencana maupun kegawatdaruratan.
 B. Tujuan Desa Siaga
1. Tujuan Umum yaitu
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap masalah-masalah
kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan di desanya

2. Tujuan Khusus
a. Optimalisasi peran PKD
b. Terbentuknya FKD yang berperan aktif menggerakan pembangunan kesehatan
c. Berkembangnya kegiatan PMD, pokja gotong royong, Upaya kesehatan, Survailance dan Pembiayaan
kesehatan.
d. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan dan
melaksanakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
e. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan
f. Meningkatnya kesehatan di lingkungan desa
g. Meningkatnya kesiagaan dan kesiapsediaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan sebagainya)
h. Menurunkan angka kematian ibu dan anak
i. Meningkatkan pertolongan persalinan oleh nakes
j. Meningkatkan kepesertaan Kb
C. Kriteria desa siaga
Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria berikut (Depkes, 2006) :
1. Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap di desa tersebut dan sekurang-kurangnya 2 orang kader
desa.
2. Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta peralatan dan perlengkapannya.
Sebuah desa menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah pos
kesehatan desa (poskesdes)
a) Pos kesehatan desa (poskesdes) adalah upaya kesehatan bersumber masyararakatat (UKBM) yang
dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan / menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat desa sebagai sarana kesehatan yang merupakan pertemuan antara upaya-upaya masyarakat
dan dukungan pemerintah.
b) Kegiatan Poskesdes
1) Pengamatan epidemi sederhana terhadap penyakit
2) Penanggulangan penyakit terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB
3) Kesiap-siagaan dan penanggulangan bencana dan kegawat daruratan kesehatan
4) Pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya
5) Kegiatan-kegiatan lain yaitu promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi
Sumber Daya Poskesdes
Pembangunan sarana fisik poskedes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara, yaitu
dengan urutan alternatif sebagai berikut :

202X 202X 202X

Mengembangkan Memanfaatkan Membangun baru yaitu


pondok bersalin desa bangunan yang sudah dengan pendanaan dari
(polindes) yang telah ada, misalnya balai pemerintah (pusat atau
ada menjadi RW, balai desa, balai daerah), donatur, dunia
poskesdes. pertemuan desa dan usaha / swasta atau
lain-lain. swadaya masyarakat.
D. Pendekatan LOREM IPSUM
Pengembangan Desa
Siaga 4. Kemitraan
Agar percepatan pengembangan desa siaga cepat Bentuk kemitraan untuk
tercapai maka ada beberapa strategi yang pengembangan Desa Siaga Siaga
dilakukan oleh Tim Pengembangan Desa Siaga, masih dalam tahap penjajakan.
di antaranya adalah sebagai berikut :

1.. Pemberdayaan 3. Advokasi


Langkah awal yang dilakukan dalam Advokasi terus dilakukan oleh
pemberdayaan tersebut dengan membantu Tim Teknis Pengembangan Desa
kelompok masyarakat memegenali masalah- siaga dan tim promosi kesehatan
masalah yang mengganggu kesehatan sehingga oleh tenaga kesehatan
masalah tersebut menjadi masalah bersama puskesmas.

2. Bina Suasana (Empowerment)


Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial
yang mendorong individu, keluarga dan masyarakat agar berperan dalam
pengembangan
E. Langkah-langkah Pengembangan
Desa Siaga
Adapun proses pembentukan desa siaga yaitu:

Persiapan di tingkat
Tingkat desa
kabupaten

Sosialisasi tingkat
kecamatan
Secara garis besar, langkah pokok yang perlu ditempuh untuk
mengembangkan desa siaga meliputi :

a. Pengembangan Tim
Petugas c. Survei Mawas Diri
Langkah ini merupakan awal
kegiatan, sebelum kegiatan-
(SDM)
kegiatan lainnya dilaksanakan Survei Mawas Diri (SMD) atau Telaah Mawas
Diri (TMD) atau Community Self Survey (CSS)
bertujuan agar pemuka-pemuka masyarakat
mampu melakukan telaah mawas diri untuk
desanya.
b. Pengembangan Tim
Masyarakat d. Musyawarah Mufakat
Tujuan langkah ini adalah untuk Desa (MMD)
mempersiapkan para petugas, tokoh
Tujuan penyelenggaraan musyawarah
masyarakat, serta masyarakat, agar mereka
masyarakat desa (MMD) ini adalah mencari
tahu dan mau bekerjasama dalam satu tim
alternatif penyelesaian masalah kesehatan dan
untuk mengembangkan Desa Siaga.
upaya membangun Poskesdes, dikaitkan dengan
potensi yang dimiliki desa.
F. Prinsip Pengembangan Desa Desa siaga adalah titik temu
antara pelayanan kesehatan dan
Siaga program kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah
dengan upaya masyarakat yang
terorganisir

Desa siaga mengandung makna


“kesiapan” dan “kesiagaan” Kesiagaan
masyarakat dapat didorong dengan
memberi informasi yang akurat dan cepat
tentang situasi dan masalah-masalah
yang mereka hadapi.

Prinsip respons segera. Begitu


masyarakat mengetahui adanya
suatu masalah, mereka melalui
desa siaga,

Desa siaga adalah “wadah” bagi


masyarakat dan sistem pelayanan
kesehatan untuk menyelenggarakan
berbagai program kesehatan.
G. Kegiatan Pokok Desa Siaga
a. Surveilans dan pemetaan
Setiap ada masalah kesehatan di rumah tangga akan dicatat dalam kartu
sehat keluarga
b. Perencanaan partisipatif
Perencanaan partisipatif di laksanakan melalui survei mawas diri (SMD)
dan musyawarah masyarakat desa (MMD).
c. Mobilisasi sumber daya masyarakat
Melalui forum desa siaga, masyarakat dihimbau memberikan kontribusi
dana sesuai dengan kemampuannya
d. Kegiatan khusus
Desa siaga dapat mengembangkan kegiatan khusus yang efektif
mengatasi masalah kesehatan yang diprioritaskan
e. Monitoring kinerja
Monitoring menggunakan peta rumah tangga sebagai bagian dari
surveilans rutin.
f. Manajemen keuangan
Desa siaga akan mendapat dana hibah (block grant) setiap tahun dari
DHS-2 guna mendukung kegiatannya

45%
H. Sasaran Desa Siaga
1. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu
melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku
individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif
bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk
tokoh agama, tokoh perempuan, dan pemuda,kader,serta petugas
kesehatan
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan, peraturan
perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dll. Seperti kepala desa,

10M
camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku
kepentingan lain.

40M
I. Keberhasilan Desa Siaga
Keberhasilan upaya pengembangan desa siaga dapat dilihat dari 4 kelompok indikator, yaitu :
1. Indikator Masukan
Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan
dalam rangka pengembangan Desa siaga
2. Indikator Proses
Indikator proses adalah indikator untk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu
desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga
3. Indikator Keluaran
Indikator Keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di
suatu desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga
4. Indikator Dampak
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dari hasil kegiatan desa
dalam rangka pengembangan Desa Siaga
J. Contoh Faktor Hambatan Dalam Pengembangan Desa Siaga
1. Bidan
Dari hasil penelitian bahwa untuk melihat keberadaan bidan, maka bidan dikelompokkan menjadi dua yaitu
ketersediaan bidan dan tidak tersedianya bidan. Jumlah tenaga kesehatan yang ideal pada setiap Desa Siaga
adalah minimal 2 orang . Hasil penelitian Ardenny dan delvira, menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengatakan tidak tersedianya bidan di desa siaga yaitu sebanyak 115 orang (54,2%). Hal ini tidak sesuai dengan
kebijakan yang dianjurkan oleh kementerian kesehatan bahwa peran tenaga kesehatan dalam mewujudkan desa
siaga sangat penting, dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara menggalang kemitraan
dengan masyarakat, melibatkan peran aktif masyarakat dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi
dengan mempertimbangkan potensi masyarakat serta sumber-sumber yang tersedia di masyarakat (Depkes RI,
2007).

2. Kader
Dari hasil penelitian Ardenny dan delvita, bahwa untuk melihat keaktifan kader, maka kader dikelompokkan menjadi
dua yaitu kader yang aktif dan tidak aktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengatakan kader tidak aktif yaitu sebanyak 113 orang (53,3%). Hal ini merupakan implikasi dari tidak tersedianya
bidan yang bertugas di suatu desa siaga, sehingga peran kader dalam melaksanakan tugasnya tidak terlaksana serta
disebabkan oleh karena belum adanya tenaga yang mau berperan sebagai kader sukarela dalam menjalankan
kemitraan dengan bidan desa siaga. Peran kader tergantung keaktifan bidan dalam memberdayakannya pada suatu
kegiatan tertentu. Misalnya kegiatan Posyandu, kader akan menunjukkan kinerjanya jika program Posyandu
diselenggarakan sesuai dengan waktu yang ditentukan..
3. Sarana Prasarana
Dari hasil penelitian bahwa untuk melihat sarana
dan prasarana dikelompokkan menjadi dua yaitu
ketersediaan sarana prasarana dan tidak
tersedianya sarana prasarana. Hasil penelitian
Ardenny dan delvira, menunjukkan bahwa
sebagian besar responden mengatakan tidak ada
sarana prasarana yang dibutuhkan untuk desa
siaga adalah transuportasi yaitu ambulans desa.
Ambulan desa adalah suatu alat tranportasi yang
dapat digunakan untuk mengatar warga yang
membutuhkan pertolongan dan perawatan di
tempat pelayanan kesehatan. Ambulan desa dapat
berupa alat-alat tranportasi yang dimiliki warga
desa tersebut seperti becak, gerobak, andong,
perahu, motor, mobil, dll.
TERIMAKASIH
GO…

Anda mungkin juga menyukai