Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PROFESIOALISME KEBIDANAN

” MEDIA SOSIAL DAN PROFESIONALISME”

Disusun oleh:

1. Erla Widyowati (P01740322109)


2. Fadhila Rahayu (P01740322110)
3. Febrilianti Hartato (P01740322111)
4. Feyla Enggar W.N (P01740322112)
5. Filka Wilanda (P01740322113)
6. Gita Nelva Marthatila (P01740322114)
7. Hestina Reksi Utami (P01740322115)
8. Istika Maharani (P01740322116)

Dosen Pengajar:
KURNIYAWATI, SST.,M.KEB

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROGRAM ALIH JENJANG
TA.2022/2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang,
penulis panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah "Profesionalisme Kebidanan".

Adapun makalah "Profesionalisme Kebidanan" ini telah penulis usahakan


dapat disusun dengan sebaik mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai
pihak, sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan secara tepat waktu.
Untuk itu penulis tidak lupa untuk menyampaikan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini.

Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari
segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis agar
penulis dapat memperbaiki kualitas makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah "Profesionalisme Kebidanan" ini


bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam makalah ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya oleh para pembaca.

Curup, februari 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Profesionalisme menunjukkan hasil kerja yang sesuai sesuai dengan standar
teknis atau etika sebuah profesi. Aktivitas kerja itu lazim berhubungan dengan
penghasilan dalam bentuk uang. Untuk menciptakan kadar profesionalitas dalam
melaksanakan misi institusi persyaratan dasarnya adalah tersedianya sumber daya
manusia yang andal, pekerjaan yang terprogram dengan baik, dan waktu yang
tersedia untuk melaksanakan program tersebut serta adanya dukungan dana yang
memadai dan fasilitas yang memadai dan fasilitas yang mendukung.
(imawan,1997)
Profesionalisme adalah komitmen para profesional terhadap profesinya.
Komitmen tersebut ditunjukkan dengan kebanggaan dirinya sebagai tenaga
profesional, usaha terusmenerus untuk mengembangkan kemampuan profesional,
dst. Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuannya secara terus menerus. Profesionalisme berasal dan
kata profesional yang mempunyai makna yaitu berhubungan dengan profesi dan
memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, Sedangkan
profesionalisme adalah tingkah laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang
professional. (longman,1987)
Profesionalisme adalah cara kerja yang lebih dominan oleh sikap, bukan hanya
satu set daftar dari skill dan kompetensi yang dimilki. Dapat dicermati bahwa
attitude adalah sikap mendasar, sementara skill adalah suatu yang dapat dipelajari
dan diajarkan. Profesionalisme saat ini menjadi bentuk yang harus melekat pada
sikap entitas, berinteraksi dalam pasar global. Jika tidak, maka dihadapkan dengan
satu pilihan termaginalkan dan collaps.(azwar,s .2003)
Orang-orang profesional merupakan orang-orang yang diandalkan dan
dipercaya karena mereka ahli, terampil, punya ilmu pengetahuan, bertanggung
jawab, tekun, penuh disiplin, dan serius dalam menjalankan tugas
pekerjaannya.Semua itu membuat istilah profesionalisme identik dengan
kemampuan, ilmu atau pendidikan dan kemandirian.
Perkembangan teknologi di era globalisasi dan modernisasi tumbuh sangat
cepat. Berbagai produk teknologi seperti smartphone di setiap waktunya terus
mengeluarkan inovasi terbaru untuk menunjang keefesienan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Smartphone merupakan bukti nyata bahwa perkembangan
teknologi tumbuh dengan cepat. Melalui aplikasi media sosial yang berada di
dalam smartphone atau teknologi yang lainnya, memudahkan penggunannya
untuk mencari informasi, berinteraksi, bisnis dan lain sebagainya. Menurut
Littlejhon (2008:684) media sosial merupakan teknologi interaktif dan jaringan
komunikasi khususnya internet yang dapat mengubah masyarakat. Mengakses
informasi sudah menjadi keharusan untuk kita semua agar kita tidak tertinggal
dalam memperoleh informasi terhangat. Hampir semua kalangan seluruh dunia
memanfaatkan hasil dari teknologi, baik kalangan muda dan tua dapat
memberikan kecepatan akses berita apapun yang diperlukan.
Media sosial menawarkan sarana untuk orang-orang dapat memposting
pengalaman mereka saat mereka menjalankan aktivitas mereka dan teman-teman
mereka untuk seketika. Anda akan terbiasa dengan email dan SMS, jadi saya tidak
akan masuk ke alat-alat di artikel ini. Sebagian besar dari Anda akan terbiasa
dengan Facebook juga. Bidan yang terlibat dengan media sosial menggunakan
Facebook sebagai platform jejaring sosial mereka, berbagi kehidupan dan foto
mereka. Beberapa bidan juga menggunakan Linkedln, platform yang digunakan
oleh pemilik bisnis dan profesional lainnya. Situs microblogging, Twitter, sangat
populer di kalangan bidan, tapi dari mereka berasal dari Amerika Serikat.
Dari jejaring sosial dan pembaharuan teman pada aktivitas sehari-hari / per
jam, media sosial adalah alat yang sangat baik untuk meningkatkan kesadaran
akan isu, berbagi informasi dan mengorganisir acara. Seperti yang
diselenggarakan oleh kejadian-kejadian dunia baru-baru ini, salah satu peran
media sosial yang paling kuat adalah memobilisasi dukungan masyarakat untuk
masalah kepentingan politik dan / atau kepentingan publik.
tujuan utama penggunaan media sosial oleh pasien, untuk mendapatkan
dukungan sosial dan tujuan lain. Dukungan sosial adalah proses interaksi pada
hubungan yang bertujuan meningkatkan coping, kepercayaan diri, rasa memiliki,
dan kompetensi melalui pertukaran sumber daya psikososial secara aktual maupun
dirasakan. Dukungan sosial yang dimaksud adalah dukungan emosional,
kepercayaan diri, dukungan informasi, dan dukungan jejaring. Sedangkan tujuan
penggunaan lainnya adalah ekspresi emosional dan perbandingan sosial.
Efek penggunaan media sosial terhadap para pasien secara umum dibagi
menjadi dua, yaitu pemberdayaan pasien dan efek yang lain. Pemberdayaan
pasien adalah penemuan dan pengembangan kapasitas inheren pasien untuk
bertanggung jawab terhadap hidupnya sendiri. Hal ini akan meningkatkan kondisi
secara subjektif, psikologis, dan perbaikan manajemen dan pengendalian diri.
Walau demikian, terdapat empat efek lain penggunaan media sosial oleh
pasien. Keempat efek itu adalah berkurangnya kondisi secara subjektif, hilangnya
privasi, menjadi target promosi, dan kecanduan media sosial. Menurunnya kondisi
secara subjektif adalah akibat perasaan khawatir dan cemas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi media sosial ?
2. Apa fungsi dan peran media sosial ?
3. Apa dasar social media bagi tenaga kesehatan?
4. Apa yang menjadi ciri-ciri profesionalisme kebidanan?
5. Apa saja profesionalisme bidan dalam pelayanan kebidanan ?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui tentang apa itu media sicial
2. Untuk mengetahui apa saja fungsi dan peran media sosial
3. Untuk mengetahui tata cara seorang bidan menjadi profesionalisme
BAB II

TINJAUAN MATERI

A. Media Sosial
a. Defenisi
Definisi media sosial yaitu suatu komunitas online untuk membagi informasi,
ide, pendapat, pesan, dan video antar sesama penggunanya. Pengertian lain
media sosial yaitu aplikasi atau website yang dapat digunakan penggunanya
untuk menciptakan dan menyebarkan konten kepada jejaring sosial (misalnya
teman, pengikut, dan sebagainya) yang dibangun untuk dirinya sendiri.
Bentuk media sosial sangatlah bermacam-macam. Jejaring sosial adalah
bentuk prototipe dari media sosial. Bentuk media sosial tidak hanya
mencakup jejaring sosial, melainkan juga mencakup kategori media sharing,
social news, dan kolaborasi konten lainnya.
Penggunaan istilah media sosial sering bertumpang tindih dengan jejaring
sosial atau cakupan media sosial yang lain. Hal ini dikarenakan situs-situs
media sosial tidak hanya terdiri dari satu jenis kategori seperti jejaring sosial
saja, namun juga mencantumkan kategori lainnya. Contohnya yaitu situs
seperti youtube, flickr, ataupun instagram, selain menjadi media sharing
untuk video atau gambar, juga menjadi jejaring sosial dikarenakan memiliki
fitur seperti profil, komentar, dan feedback.
Meningkatnya pengguna jejaring sosial di Indonesia disebabkan oleh
semakin lengkapnya fasilitas akses internet yang dilakukan oleh para
produsen telepon seluler dan para penyedia layanan komunikasi. Televisi
merupakan media masa elektronik yang paling diminati oleh masyarakat dan
paling memberikan pengaruh besar terhadap pengetahuan, motivasi, dan
sikap serta perilaku penontonya. Tidak memandang usia, jenis kelamin,
jabatan, dan sebagainya. Dibandingkan dengan media komunikasi lain,
televisi dapat memberi pengaruh yang lebih kuat dibandingkan dengan radio
dan surat kabar. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang
memberikan banyak pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan sosial
anak. Remaja atau anak yang memiliki latar belakang ekonomi menengah ke
atas dapat dengan mudah mengakses jejaring atau media sosial lainnya
dengan menggunakan Handphone atau fasilitas internet yang ada di rumah
atau warung internet.
Kemajuan teknologi informasi yang pesat dibidang komunikasi saat ini
telah melahirkan banyak inovasi, gagasan dan ide – Ide baru yang bertujuan
untuk memudahkkan proses komunikasi manusia menjadi lebih efektif, salah
satunya melalui media sosial.
Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang
seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional
seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga
kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media. Seorang pengguna media
sosial bisa mengakses menggunakan media sosial dengan jaringan internet
bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal
dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Pengguna media sosial dengan bebas
bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video,
grafis, dan berbagai model content lainnya.
Menurut Antony Mayfield dari iCrossing, media sosial adalah mengenai
menjadi manusia biasa. Manusia biasa yang saling membagi ide,
bekerjasama, dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berfikir, berdebat,
menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan pasangan, dan
membangun sebuah komunitas. Intinya, menggunakan media sosial
menjadikan kita sebagai diri sendiri. Selain kecepatan informasi yang bisa
diakses dalam hitungan detik, menjadi diri sendiri dalam media sosial adalah
alasan mengapa media sosial berkembang pesat. Tak terkecuali, keinginan
untuk aktualisasi diri dan kebutuhan menciptakan personal branding.
Perkembangan dari media sosial ini sungguh pesat, ini bisa di lihat dari
banyaknya jumlah anggota yang di miliki masing - masing situs jejaring
sosial ini, berikut tabel jumlah anggota dari masing - masing situs yang di
kutip dari (August E. Grant:297) pada 1 mei 2010.
b. Perkembangan Media Social
Perkembangan dari Media Sosial itu sendiri sebagai berikut :
1. 1978 Awal dari penemuan Sistem papan buletin yang memungkinkan
untuk dapat berhubungan dengan orang lain menggunakan surat
elektronik,ataupun mengunggah dan mengunduh Perangkat lunak,semua
ini dilakukan masih dengan menggunakan saluran telepon yang terhubung
dengaan modem
2. 1995 Kelahiran dari situs GeoCities, situs ini melayani Web Hosting yaitu
layanan penyewaan penyimpanan data- data website agar halaman website
tersebut bisa di akses dari mana saja, dan kemunculan GeoCities ini
menjadi tonggak dari berdirinya website - website lain.
3. 1997 Muncul situs jejaring sosial pertama yaitu Sixdegree.com walaupun
sebenarnya pada tahun 1995 terdapat situs Classmates.com yang juga
merupakan situs jejaring sosial namun, Sixdegree.com di anggap lebih
menawarkan sebuah situs jejaring sosial di banding Classmates.com
4. 1999 Muncul situs untuk membuat blog pribadi, yaitu Blogger. situs ini
menawarkan penggunanya untuk bisa membuat halaman situsnya sendiri.
sehingga pengguna dari Blogger ini bisa memuat hal tentang apapun.
termasuk hal pribadi ataupun untuk mengkritisi pemerintah. sehingga bisa
di katakan blogger ini menjadi tonggak berkembangnya sebuah Media
sosial.
5. 2002 Berdirinya Friendster, situs jejaring sosial yang pada saat itu menjadi
booming, dan keberadaan sebuah media sosial menjadi fenomenal.
6. 2003 Berdirinya LinkedIn, tak hanya berguna untuk bersosial, LinkedIn
juga berguna untuk mencari pekerjaan, sehingga fungsi dari sebuah Media
Sosial makin berkembang.
7. 2003 Berdirinya MySpace, MySpace menawarkan kemudahan dalam
menggunakannya,sehingga myspace di katakan situs jejaring sosial yang
user friendly.
8. 2004 Lahirnya Facebook, situs jejaring sosial yang terkenal hingga sampai
saat ini, merupakan salah satu situs jejaring sosial yang memiliki anggota
terbanyak.
9. 2006 Lahirnya Twitter, situs jejaring sosial yang berbeda dengan yang
lainnya, karena pengguna dari Twitter hanya bisa mengupdate status atau
yang bernama Tweet ini yang hanya di batasi 140 karakter.
10. 2007 Lahirnya Wiser, situs jejaring social pertama sekali diluncurkan
bertepatan dengan peringatan Hari Bumi (22 April) 2007. Situs ini
diharapkan bisa menjadi sebuah direktori online organisasi lingkungan
seluruh dunia termasuk pergerakan lingkungan baik dilakukan individu
maupun kelompok.
11. 2011 Lahirnya Google+, google meluncurkan situs jejaring sosialnya
yang bernama google+, namun pada awal peluncuran. google+ hanya
sebatas pada orang yang telah di invite oleh google. Setelah itu google+ di
luncurkan secara umum.

c. Peranan media sosial


Media sosial merupakan alat promosi yang efektif karena dapat diakses
oleh siapa saja, sehingga jaringan promosi bisa lebih luas. Media sosial
menjadi bagian yang sangat diperlukan oleh tenaga kesehatan dan merupakan
salah satu cara terbaik untuk menjangkau klien.
1. Interaksi sosial
Dalam dunia komunikasi, media sosial bermanfaat sebagai sarana untung
membangun hubungan atau relasi. Bahkan media sosial membantu kita
untuk berkomunikasi jarak jauh karena media sosial memiliki jangkauan
global. Media sosial mempermudah kita untuk berinteraksi di mana pun
kita berada.
2. Media penghibur
Saat ini sudah banyak jenis media sosial sebagai media penghibur, salah
satunya YouTube. Kita dapat mencari berbagai hal untuk menghibur diri
kita. Mulai dari cerita-cerita lucu maupun gambar-gambar lucu. Berbagai
hal menarik dapat kita cari dalam jejaring sosial untuk menghibur kita.
3. Media informasi
Kita dapat mengunggah berita-berita terkini pada jaringan internet untuk
membantu kita mendapatkan banyak informasi. Tidak hanya berita-
berita, informasi lainnya juga dapat menjadi sumber pengetahuan.
4. Menggali kreativitas
Beragam bentuk media sosial yang ada dapat digunakan oleh kita untuk
menggali kreativitas serta mengekspresikan dirinya, misalnya dengan
menulis artikel atau berbagi pengalaman di blog. Tentu tidak heran jika
dari sekian manfaat yang dimiliki media sosial ini telah menyebabkan
media sosial menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat kini.
Sosial media dalam komunikasi kesehatan memiliki peran seperti:
pengumpulan informasi tentang suatu penyakit, manajemen info kesehatan,
info tempat perawatan atau vaksin terdekat, layanan darurat dan lain-lain.
Contohnya pada saat pandemi covid-19 untuk mencari tahu mengenai
vaksinasi covid kita tida perlu datang bolak-balik ke fasilitas kesehatan. Di
samping itu, sosial media juga memiliki kelebihan yakni mudah dijangkau
banyak orang, interaktif, real time, dan simple. Akan tetapi sosial media itu
juga bisa menimbulkan efek negatif.
Ternyata pada tahun 2014, sosial media sudah dilakukan untuk praktik e-
health di Nigeria dengan Twitter. Itu dilakukan melalui kampanye sosial
media untuk memerangi hoax. Dibantu juga dengan upaya
melalui Facebook berupa update penyebaran wabah, reporter muda, dan
pengaruh influencer.

d. Tujuan Penggunaan Media Sosial Oleh Pasien


Tujuan utama penggunaan media sosial oleh pasien, untuk mendapatkan
dukungan sosial dan tujuan lain. Dukungan sosial adalah proses interaksi
pada hubungan yang bertujuan meningkatkan coping, kepercayaan diri, rasa
memiliki. Dukungan sosial yang dimaksud adalah dukungan emosional,
kepercayaan diri, dukungan informasi, dan dukungan jejaring. Sedangkan
tujuan penggunaan lainnya adalah ekspresi emosional.
Dukungan emosional memungkinkan para pasien untuk membagikan
kesulitan-kesulitan emosional, berbagi emosi dengan pasien dengan kondisi
yang mirip, dan meraih kenyamanan dari dukungan-dukungan emosional.
Jelas bahwa tujuan penggunaan media sosial sebagai dukungan emosional ini
adalah komunikasi untuk mencapai kebutuhan emosi atau afektif seseorang.
Dukungan-dukungan ini pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan diri
pasien.
Dukungan informasi memungkinkan para pasien untuk saling bertukar
informasi mengenai kondisi yang diderita. Para pasien yang baru saja
didiagnosis suatu kondisi tertentu dapat meminta informasi mengenai
berbagai tipe terapi yang tersedia kepada mereka yang telah lebih dulu
mengalami kondisi tersebut. Berbagai interaksi di sini dapat memungkinkan
seorang pasien merasa diterima dalam satu bagian jejaring.
Komunitas daring memungkinkan pasien untuk terbuka dan mengurangi
hambatan membagikan pengalaman secara langsung. Pasien, dengan
demikian dapat menggunakan media sosial untuk ekspresi emosi secara
bebas. Ada atau tidaknya tanggapan terhadap ekspresi tersebut bukanlah yang
terpenting. Di sisi lain, salah satu tujuan lain penggunaan media sosial adalah
membandingkan kondisi yang diderita dengan kondisi penderita yang lain.

e. Efek Terhadap Pasien


Efek penggunaan media sosial terhadap para pasien secara umum dibagi
menjadi dua, yaitu pemberdayaan pasien dan efek yang lain. Pemberdayaan
pasien adalah penemuan dan pengembangan kapasitas inheren pasien untuk
bertanggung jawab terhadap hidupnya sendiri. Hal ini akan meningkatkan
kondisi secara subjektif, psikologis, dan perbaikan manajemen dan
pengendalian diri.
Walau demikian, terdapat empat efek lain penggunaan media sosial oleh
pasien. Keempat efek itu adalah berkurangnya kondisi secara subjektif,
hilangnya privasi, menjadi target promosi, dan kecanduan media sosial.
Menurunnya kondisi secara subjektif adalah akibat perasaan khawatir dan
cemas. Kecanduan media sosial juga terjadi, dengan keluhan bahwa pasien
yang menggunakan media sosial kerap mengakibatkan terbengkalainya
urusan yang lain akibat terlalu sering menggunakan media sosial.
f. Efek Terhadap Hubungan Dengan Bidan
Terdapat Tiga macam efek penggunaan media sosial oleh pasien terhadap
hubungan antara pasien dan bidan profesional. Ketiganya adalah komunikasi
yang makin sejajar, hubungan yang lebih harmonis, dan interaksi yang
suboptimal.
Dengan penggunaan media sosial, pasien merasa lebih percaya diri ketika
berdiskusi dengan bidan. Hal ini karena pasien merasa telah mendapatkan
tambahan informasi mengenai kondisi dan berbagai pilihan pengobatannya.
Pasien juga merasa bahwa media sosial memungkinkan mereka lebih siap
ketika bertemu dengan bidan sehingga tahu mana pertanyaan yang harus
diajukan dalam diskusi. Penggunaan media sosial dapat meningkatkan
kesempatan belajar dan meningkatkan komunikasi kesehatan.
Hubungan yang lebih harmonis antara pasien dan bidan dapat menjadi
salah satu efek penggunaan media sosial oleh pasien. Hal tersebut dapat
tercapai karena media sosial dapat mendukung pasien untuk mengikuti
rekomendasi bidan dan menjadi tempat pasien meluapkan emosi. Namun
demikian, ketika pasien membawa hasil informasi dari media sosial ke meja
konsultasi dengan bidan terdapat tambahan proses memilah informasi,
mengubahnya menjadi risiko potensial kepada bidan, dan menantang
ekspertise para bidan. Hal ini dapat menyebabkan reaksi negatif para bidan
terhadap apa yang dipelajari pasien dari media sosial dan secara umum
menurunkan kondisi pasien.

g. Dasar Media Social Bagi Tenaga Kesehatan


Ini termasuk:
1. Mengetahui peraturan dan praktik dari setiap ruang media sosial sebelum
bidan bergabung;
2. Mengetahui cara mengatur dan mengelola pengaturan privasi akun online
bidan;
3. Memahami konsep privasi, kerahasiaan, pencemaran nama baik, cyber-
bullying, fitnah dan hak cipta;
4. Memahami manfaat dan risiko dari media Social yang digunakan.
Jaga kehidupan pribadi dan kehidupan profesional terpisah secara online
1. Bidan harus memastikan, melindungi identitas pribadi secara online.
Lakukan : Pikirkan baik-baik tentang informasi apa yang bidan ingin bagi
tentang diri Anda secara online dan bagaimana rincian ini dapat dilihat
oleh orang lain. Ini mungkin termasuk mengidentifikasi diri sebagai
perawat atau bidan dan di mana Anda bekerja atau kuliah
Jangan:
a) Biarkan teman menggunakan layanan anda atau menggunakan
layanan orang lain;
b) mengambil foto atau video di tempat kerja kecuali bagian dari
persetujuan pelatihan profesional, mengajar atau belajar;
c) melampiaskan atau menyampaikan keluhan secara online, dan
d) Lihat situasi, kolega atau pengguna jasa anda. Selalu hormati batas-
batas profesional dan pribadi.
2. Hormati privasi pasien/ klien dan kerahasiaannya.
Media sosial adalah media terbuka, berbagi dan informal. Privasi,
kerahasiaan dan profesionalisme adalah inti dari nilai-nilai keperawatan
dan kebidanan. Oleh karena itu, Anda perlu menghormati hak-hak privasi
dan kerahasiaan pasien dan kolega dan menghormati nilai-nilai profesi
Anda setiap saat. Postinglah yang bijak dan benar. Penting untuk diingat
bahwa meskipun beberapa informasi yang mungkin tidak langsung
melanggar hak pasien mengenai kerahasiaan meskipun tanpa nama, orang
mungkin masih dapat diidentifikasi dan perilaku ini mungkin tidak pantas.
Hal ini termasuk memasang gambar pasien dan orang yang menerima
perawatan tanpa persetujuan mereka dan memasang komentar yang tidak
pantas mengenai pasien dan keluarganya. Bahkan perilaku yang kurang
baik bisa saja merusak.
3. Gunakan situs media sosial dan jejaring sosial untuk pengembangan
profesional Anda
Ada banyak cara untuk menggunakan media sosial secara profesional dan
NMBI ( Konsil Keperawatan dan Kebidanan Irlandia-red) mendukung
penggunaan situs media sosial yang bertanggung jawab oleh perawat,
bidan dan mahasiswa. Anda bisa, misalnya, update dengan penelitian
terbaru menggunakan Twitter, update organisasi dari Facebook, belajar
dari YouTube dan membuat jaringan dengan rekan-rekan di LinkedIn.
Anda harus membuat kehadiran online Anda berharga untuk diri sendiri
dan orang lain. Cobalah untuk 'terlibat, bertukar dan memperkaya' (Kalia,
2011).
4. Berpikir sebelum Anda Tetap profesional setiap
saat. Jangan posting pesan atau informasi tentang sesuatu
yang tidak ingin rekan-rekan Anda dan manajer anda
melihatnya. Jika Anda akan mempublikasikan sesuatu yang
tidak akan Anda lakukan di ruangan yang penuh dengan
orang-orang, maka jangan lakukan.

h. Contoh penggunaan media social dalam kebidananan


1. Membuat WA grup untuk kelas ibu hamil
Hal ini dilakukan pada saat setelah pertemuan kelas ibu hamil dilakukan
hal ini bertujuan agar dapat mempererat hubungan kepercayaan antara
bidan dan ibu hamil dan apabila ibu hamil tersebut baru ada pertanyaan
setelah kelas ibu hamil dilakukan maka bisa menayakan di WA grup dan
sekaligus dapat sharing mengenai keadaan ibu tersebut kepada ibu hamil
yang lain.
2. Membuat WA grup untuk Ibu nifas
Hal ini dapat memudahkan ibu nifas bertanya mengenai perawatan
terhadap bayi baru lahir kepada bidan terutama untuk ibu primigravida
yang baru pertama kali mempunyai bayi.
3. Membuat vidio-vidio edukasi mengenai kesehatan
4. Untuk mempromosikas Pelayanan yang ada di Praktik Mandiri bidan
Contohnya : pada saat setelah persalinan bidan akan memfoto bayi dengan
dipakaikan aksesoris penunjang yang kemudian akan diberikan kepada
ibu, jika ibu tersebut menguploadnya ke social media maka kita dapat
merepostnya. Hal ini secara tidak langsung dapat membantu bidan
memprpomosikan pelayanan unggulan yang ada diPraktik Mandiri
Bidannya.
B. Profesionalisme Kebidanan
a. Defenisi Profesionalisme Kebidanan
Profesional berarti memiliki sifat profesional (profesional = ahli). Secara
popular seorang pekerja apapun sering dikatakan profesional. Seorang
profesionak dalam bahasa kesehariannya adalah seseorang pekerja yang terampil
atau cakap dalam kerjanya. Biarpun keterampilan tersebut produk dari fungsi
minat dan belajar dari kebiasaan.
Dalam hal ini, pengertian profesional perlu dibedakan dari jenis pekerjaan
yang menuntut dan dapat dipenuhi melalui kebiasaan melakukan keterampilan
tertentu (magang, terlibat langsung bekerja dalam situasi di lingkungannya dan
keterampilan sebagai warisan orang tuanya atau pendahulunya). Seorang pekerja
profesional perlu dibedakan seorang teknisi. Keduanya (pekerja profesional dan
teknisi) dapat saja terampil dalam unsur kerja yang sama (misalnya, mengatasi
prosedur kerja yang sama, dapat memecahkan masalah teknis dalam kerjanya),
tetapi seorang pekerja profesional dituntut menguasai visi yang mendasari
keterampilan yang menyangkut wawasan filosofi, pertimbangan rasional dan
memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan dan mengembangkan mutu kerja
(Joni, 1980 dalam Koesno, 2004)
Profesionalisme berarti memiliki sifat profesional yang dimiliki oleh
seorang bidan. Bidan profesional termasuk rumpun kesehatan , untuk menjadi
jabatan profesional memiliki 9 syarat bidan profesinal, meliputi :
1. Ilmu sosial, budaya, kesehatan masyarakat, konsep kebidanan, etika,
2. kode etik, kebidanan yang membentuk dasar dari asuhan yang berkualitas.
3. Asuhan ibu hamil
4. Asuhan kebidanan ibu melahirkan
5. Kebidanan asuhan ibu nifas menyusui
6. Asuhan bayi lahir
7. Asuhan pada bayi balita
8. Keluarga berencana
9. Gangguan reproduksi
10. Kebidanan komunitas
b. Perilaku Profesional Bidan
1) Dalam melaksanakan tugas berpegang teguh dan filosofi, etika profesi
dan aspek legal
2) Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis
yang dibuatnya
3) Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan
mutakhir secara berkala
4) Menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah penularan
penyakit dan strategi pengendalian infeksi
5) Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberikan
asuhan kebidanan
6) Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktik kesehatan,
kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak
7) Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum
wanita/ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah
diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan
secara tertulis supaya mereka bertanggungjawab atas kesehatannya
sendiri
8) Menggunakan keterampilan komunikasi
9) Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan kepada ibu dan keluarga
10) Advokasi terhadap ibu dalam tatanan pelayanan
11)
c. Upaya Ynag dapat dilakukan bidan profesional
Bidan berada pada setiap tatanan pelayanan termasuk adanya bidan
praktek mandiri/ Praktik Mandiri Bidan (PMB). Peningkatan kualitas
pelayanan bidan adalah dengan cara :
1) Fokus pelayanan kepada ibu/ perempuan dan bayi baru lahir
Upaya peningkatan kualitas pelayanan dilaksanakan melalui pelatihan
klinik dan non klinik, serta penerapan model sebagai contoh : Bidan
Delima, Bidan Keluarga, Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja
Klinik/ SPMKK
2) Kebijakan dalam pelayanan kebidanan antara lain : Kep.Menkes no. 900
tahun 2002 tentang Kewenangan Bidan, Kep.Menkes no 369/ 2007
tentang Standar Profesi Bidan, Jabatan Fungsional Bidan, Tunjangan
Jabatan Fungsional Bidan.
3) Peningkatan Kualitas Personal Bidan
Peningkatan kualitas personal dan universal kebidanan sudah dimulai
sejak dalam proses pendidikan bidan, setiap calon bidan sudah
diwajibkan untuk mengenal, mengetahui, memahami tentang peran,
fungsi dan tugas bidan. Setiap bidan harus dapat mencapai
4) kompetensi profesional, kompetensi personal dan universal, dengan ciri-
ciri sebagai berikut :
a) Sadar tentang pentingnya ilmu pengetahuan / iptek, merasa
bahwa proses belajar tidak pernah selesai, belajar sepanjang
hayat/ life long learning dalam dunia yang serba berubah dengan
cepat
b) Kreatif, disertai dengan sikap bertanggungjawab dan mandiri.
Bidan kreatif yang bertanggungjawab dan mandiri akan memiliki
harga diri dan kepercayaan diri sehingga memumgkinkan untuk
berprakarsa dan bersaing secara sehat
c) Beretika dan solidaristik dalam setiap tindakannya akan selalu
berpedoman pada moral etis, berpegang pada prinsip keadilan
yang hakekatnya berarti memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya / bersifat tenggang rasa.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keberadaan media sosial sekarang ini memang sangat membantu berbagai
sektor kehidupan dalam menunjang kebutuhan dan kegiatan. Apalagi di era
digital seperti sekarang ini, semua orang dituntut untuk melakukan
digitalisasi. Bahkan berbagai informasi kini bisa didapat melalui media sosial.
komunikasi kesehatan adalah suatu ilmu yang secara umum mempelajari
tentang cara promosi informasi kesehatan hingga edukasi kesehatan antara
bidan dengan pasien. Tujuannya adalah untuk memengaruhi orang lain agar
bisa meningkatkan kesehatannya. Hal inilah yang membuat peran media
sosial menjadi sangat penting di bidang kesehatan.
Internet dan media sosial membawa berbagai manfaat dan kemudahan
bagi praktik kebidanan, termasuk dalam hal memfasilitasi interaksi bidan-
pasien, edukasi kesehatan masyarakat, memudahkan update ilmu
pengetahuan kedokteran, dan memfasilitasi komunikasi dan kolaborasi antar
petugas kesehatan. Di lain pihak, penggunaan media sosial juga rentan
dimanfaatkan untuk menyebarkan berita yang tidak benar dan tidak jelas
sumbernya.
Oleh karena itu bidan sebagai tenaga yang profesional hendaknya dapat
mengikuti dan memanfaatkan perkembangan era digitalisasi untuk dapat
memberikan asuhan yang terbaik untuk pasiennya terutama ibu dan bayi.
B. Saran
Untuk menjadi bidan yang profesional, seorang bidan harus memenuhi
syarat yang telah ditetapkan, dikarena bidan memiliki tanggung jawab yang
besar terhadap pasien yang akan diberi pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan

Peraturan Menteri Nomor 63/Menkes/Per/III/2011 tentang Petunjuk Teknis


Jaminan Persalinan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


369/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


983/MENKES/SK/VIII/2007 Tentang Standar Asuhan Kebidanan

Octa Dwienda, Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan, Jakarta :
Deepublish, 2014.

Asrinah, Shinta Siswoyo, dkk. Konsep kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu.


2010. hlm. 31-42.

Anda mungkin juga menyukai