Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan rahmat
dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Partnership” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas salah satu mata kuliah Residensi dan Model Asuhan
Kebidanan.
Dalam menyusun makalah ini kami banyak mendapat bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing oleh Dr. Werna Nontji, S.Kp.,M.Kep yang senantiasa memberikan
bimbingan dan bantuan dalam proses pembuatan makalah, serta teman – teman
yang turut bekerja sama dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca agar dapat menjadi makalah yang lebih baik, terutama dalam pembuatan
makalah-makalah selanjutnya.
Demikian makalah ini dibuat, semoga bermanfaat bagi kami sendiri
khususnya, dan bagi para pembaca umumnya serta, kami mengucapkan banyak
terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan yang berkualitas merupakan dasar pelayanan yang di
berikan selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Hubungan natara bidan
dan perempuan yang menggabungkan semua aspek pelayanan kebidanan
dalam beberapa studi menunjukkan bahwa hubungan saling percaya antara
perempuan dan bidan mencakup aspek emosional yang terkait khusunya
dalam proses persalinan (Nanur et al., 2016).
Meningkatkatkan kepuasaan perempuan dalam layanan kebidanan
yang berkualitas, telah menjadi bagian dari upaya global dalam memenuhi hak
setiap perempuan untuk mendapatkan pelayanan kebidanan terbaik selama
kehamilan, persalinan, dan nifas (Horton, 2009).
Ketidakcocokan antara apa yang perempuan harapkan dalam
pelayanan kebidanan dan tingkat layanan yang disediakan dengan pelayanan
oelh bidan sebagai pemeberi asuhan. Kekhawatiran perempuan terkait dengan
kualitas intraksi antar personal dan kurangnya empati bidan sehingga tidak
peduli dengan kebutuhan perempuan dalam layanan kebidanan sdlain itu
belum terpenuhi asuhan kebidanan dalam pelayanan yang di berikan
menyebabkan minimnya informasi yang di berikan bidan kepada perempuan
(Bidan & Bkkbn, 2017).
Beberapa wanita mengungkapkan bahwa dalam menerima layanan
yang mereka butuhkan, mereka sering menerima omelan,intimidasi dan tidak
ada rasa menghormati. Selain itu kecenderungan bidan dalam memberikan
konseling dengan suara keras menjadikan perempuan takut masalah
kesehatannya menjadi subjek gosip sehingga mereka membatasi untuk
mengatakan semua masalah kesehatan yang dialami. Kualitas pelayanan yang
buruk juga di identifikasi sebagai penghalang sistem kesehatan utama layanan
kesehatan (Sections, 2017).
Kepedulian bidan dalam memberikan layanan kebidanan adalah cara
terbaik untuk perempuan agar memiliki pengalaman melahirkan yang positif.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari partnership?
2. Bagaimana bentuk-bentuk dari partnership?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari partnership?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami bentuk-bentuk partnership dalam praktik kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan definisi dari partnership.
b. Mampu menyebutkan bentuk-bentuk partnership
c. Mampu menyebutkan kelebihan dan kekurangan partnership
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Bagi mahasiswa sebagai referensi penambah ilmu dan wawasan mengenai
”Partnership”.
2. Bagi penulis adalah menambah pengetahuan dalam mengembangkan ide
dan gagasan mengenai ”Partnership”.
3. Bagi pembaca adalah menabah wawasan tentang pengetahuan mengenai
”Partnership”.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Partnership
Di indonesia istilah partnership masih relatif baru, namun demikian
praktiknya di masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak zaman dahulu. Sejak
nenek moyang kita telah mengenal istilah gotong royong yang sebenarnya
esensinya kemitraan sebab melalui kerja sama dari berbagai pihak, baik secara
individual maupun kelompok, mereka membangun jalan, jembatan, balai desa,
pengairan, dan sebagainya. Kemudian gotong – royong sebagai praktik
“kemitraan individual” ini berkembang menjadi koperasi koalisi, aliansi,
jejaring (net working), dan sebagainya istilah – istilah ini sebenarnya
perwujudan dari kerja sama antara individu atau kelompok yang saling
membantu, saling menguntungkan dan bersama – sama untuk meringankan
pencapaian suatu tujuan yang telah mereka sepakati bersama
(Notoatmodjo,2010) .
B. Tujuan Patnership
C. Prinsip-prinsip Patnership
1. Persamaan (equity)
Individu, organisasi, atau institusi yang telah bersedia menjalin
partnership harus merasa “duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi”.
Bagaimana besarnya suatu institusi atau organisasi, dan bagaimana
kecilnya suatu institusi atau organisasi, apabila sudah bersedia untuk
menjalin partnership harus merasa sama. Oleh sebab itu didalam forum
partnership asas demokrasi harus dijunjung tinggi, tidak boleh satu
anggota memaksakan kehendak kepada yang lain karena merasa lebih
tinggi, dan tidak adanya dominasi terhadap orang lain.
2. Keterbukaan (transparancy)
Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau
kelebihan dan apa yang menjadi kekurangan atau kelemahan masing-
masing anggota harus diketahui ileh anggota yang lain. Demikian pula
yang berbagai sumber daya dimiliki oleh anggota yang satu harus
diketahui oleh anggota yang lain. Maksudnya bukan untuk
menyombongkan yang satu terhadap yang lain, atau merendahkan yang
satu terhadap yang lain, tetapi lebih untuk saling memahami satu dengan
yang lain, sehingga tidak ada saling mencurigai. Dengan saling
keterbukaan ini akan menimbulkan rasa saling melengkapi dan saling
membantu diantara anggota partnership.
3. Saling menguntungkan (mutual benefit)
Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi atau
uang, tetapi lebih kepada non materi. Saling mengntungkan disini lebih
dilihat dari kebersamaan atau sinergis dalam mencapai tujuan. Ibarat
6
F. Bentuk-bentuk Patnership
Menurut Retnangingsih Ekowati (2013) dari berbagai pengalaman
pengembangan partnership di sektor kesehatan yang ada, secara umum
dikelompokkan menjadi 2 yakni :
1. Model I
Model partnership yang paling sederhana adalah dalam bentuk
jarring kerja (networking) atau sering juga disebut building linkages.
Patnership semacam ini hanya dalam bentuk jaringan kerja (networking)
7
1. SK bersama
2. MOU
3. Pokja
4. Forum Komunikasi
5. Kontrak Kerja/perjanjian kerja
I. Langkah-langkah Patnership :
Menurut Krismanda & Iriani (2017) Langkah-langkah partnership yaitu :
1. Melakukan identifikasi stakeholder (mitra dan pelaku potensial)
2. Membangun jaringan kerjasama antar mitra kerja dalam upaya mencapai
tujuan
3. Memadukan sumber daya yang tersedia dimasing-masing mitra kerja
4. Melaksanakan kegiatan terpadu
5. Menyelenggarakan pertemuan berkala untuk perencanaan, pemantauan,
penilaian dan pertukaran informasi.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Partnership bidan dengan perempuan diakui sebagai tenaga pofesional
yang bertanggung jawab dan akuntabel yang bekerja sebagai mitra
perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa
hamil, persalinan dan masa nifas (Jatmika, 2018).
Bentuk partnership dibagi menjadi 2 model diantaranya adalah model I
adalah dalam bentuk jarring kerja (networking) atau sering juga disebut
building linkages. Dan model II, patnership model ini lebih baik dan solid,
masing-masing anggota (partnership) mempunyai tanggung jawab yang lebih
besar terhadap program atau kegiatan bersama.
Ada beberapa kekurangan partnership diantaranya adalah sebagai
berikut : Membutuhkan pengelolaan emosi yang baik karna berkaitan dengan
norma dalam pelayanan kebidanan, tuntutan pemenuhan organisasi dan hasil
yang terukur dapat menimbulkan stres pada bidan, meningkatkan jumlah staf
non professional, menimbulkan kesulitan dalam bernegosiasi dalam partner,
pelayanan yang konsisten sulit di pertahankan karna ada jadwal yang
bervariasi antar partner.
Sedangkan kelebihan dari partnership diantaranya adalah sebagai
berikut : mengembangkan pelayanan yang berkesinambungan dan
meningkatkan akuntabilitas dalam pelayanan, meningkatkan kualitas
pelayanan dan profesional sebagai bidan, Bidan dapat memberikan pelatihan
dan meningkatkan pengetahuan dari partner, meningkatkan rasa percaya dan
saling peduli antara petugas kesehatan dan klien.
B. Saran
Dalam makalah ini terdapat penjelasan tentangdefinisi, bentuk-bentuk,
kekurangan dan kelebihan dari partnership, sehingga diharapkan dapat
memahami pentingnya asuhan kebidanan model partnership dalam kehidupan
umat manusia. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
dalam makalah ini masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasa. Oleh karena itu kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Bidan, K., & Bkkbn, D. A. N. (2017). Kemitraan bidan dan bkkbn dalam upaya
peningkatan pelayanan kontrasepsi di daerah istimewa yogyakarta. (2), 37–
44.
Horton, D. (2009). A literature review. (January).
Kebidanan, P. D. I. I. I. (2015). Pengembangan model pembelajaran klinik :
continuity of care pada program pendidikan d iii kebidanan yanti. 1–24.
Nanur, F. N., Widarini, N. P., Karmaya, M., Nanur, F. N., Widarini, N. P., &
Karmaya, M. (2016). Kemitraan Dukun dengan Bidan dalam Pertolongan
Persalinan : Studi Kualitatif di Kabupaten Manggarai Timur The
Partnership between Traditional Birth Attendance ( TBA ) and Midwives in
Childbirth Assistance : A Qualitative Study in East Manggarai Regency
Pendahuluan Metode Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan. 4, 27–34.
Sections, A. O. F. (2017). The partnership (general) act, 2017. 2017.
Muhammad Jafar Hafsah, 2014, Kemitraan Usaha konsepsi dan Strategi. Pustaka
sinar Harapan. Jakarta.
Notoadmodjo, Soekirjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Prilaku Kesehatan.
Rineka Cipta. Jakarta.
Retna, N. Ekowati. 2013. Akses Layanan Kesehatan. PT. Raja Gravindo Pesada,
Jakarta.
Syafruddin. 2015. Ilmu Kesehatan Masyarakat. CV. Trans Info Media. Jakarta.