Anda di halaman 1dari 20

Tugas : Residensi dan Model Asuhan Kebidanan

Dosen Pengampu : Dr. Werna Nontji, S.Kp.,M.Kep

RESIDENSI DAN MODEL ASUHAN KEBIDANAN


“PARTNERSHIP”

Oleh: Kelompok III


Nining Frianti P102182003
Nur Afni P102182011
Asni Annisa Siregar P102182020
Ricdha Nurhikmayanti P102182028
Kadek Agustina Puspa Ningrum P102182036

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN


PROGRAM STUDI ILMU KEBIDANAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan rahmat
dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Partnership” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas salah satu mata kuliah Residensi dan Model Asuhan
Kebidanan.
Dalam menyusun makalah ini kami banyak mendapat bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing oleh Dr. Werna Nontji, S.Kp.,M.Kep yang senantiasa memberikan
bimbingan dan bantuan dalam proses pembuatan makalah, serta teman – teman
yang turut bekerja sama dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca agar dapat menjadi makalah yang lebih baik, terutama dalam pembuatan
makalah-makalah selanjutnya.
Demikian makalah ini dibuat, semoga bermanfaat bagi kami sendiri
khususnya, dan bagi para pembaca umumnya serta, kami mengucapkan banyak
terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan penulisan ....................................................................................2
D. Manfaat penulisan ..................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Partnership ................................................................................3
B. Tujuan Partnership .................................................................................4
C. Prinsip-prinsip Partnership .....................................................................5
D. Landasan dalam Partnership ..................................................................6
E. Pengembangan dalam Partnership .........................................................6
F. Bentuk-bentuk Partnership .....................................................................6
G. Jenis dan Tipe Partnership .....................................................................7
H. Kekurangan dan Kelebihan ....................................................................8
I. Langkah-langkah Partnership ................................................................8
J. Membangun Partnership ........................................................................9
K. Partnership dalam Praktik Kebidanan ....................................................9
L. Tugas Bidan dalam Partnership .............................................................9
M. Landasan Partnership dalam Praktik Kebidanan...................................15
N. Prinsip-prinsip Partnersip dalam kebidanan..........................................15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................16
B. Saran ......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan yang berkualitas merupakan dasar pelayanan yang di
berikan selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Hubungan natara bidan
dan perempuan yang menggabungkan semua aspek pelayanan kebidanan
dalam beberapa studi menunjukkan bahwa hubungan saling percaya antara
perempuan dan bidan mencakup aspek emosional yang terkait khusunya
dalam proses persalinan (Nanur et al., 2016).
Meningkatkatkan kepuasaan perempuan dalam layanan kebidanan
yang berkualitas, telah menjadi bagian dari upaya global dalam memenuhi hak
setiap perempuan untuk mendapatkan pelayanan kebidanan terbaik selama
kehamilan, persalinan, dan nifas (Horton, 2009).
Ketidakcocokan antara apa yang perempuan harapkan dalam
pelayanan kebidanan dan tingkat layanan yang disediakan dengan pelayanan
oelh bidan sebagai pemeberi asuhan. Kekhawatiran perempuan terkait dengan
kualitas intraksi antar personal dan kurangnya empati bidan sehingga tidak
peduli dengan kebutuhan perempuan dalam layanan kebidanan sdlain itu
belum terpenuhi asuhan kebidanan dalam pelayanan yang di berikan
menyebabkan minimnya informasi yang di berikan bidan kepada perempuan
(Bidan & Bkkbn, 2017).
Beberapa wanita mengungkapkan bahwa dalam menerima layanan
yang mereka butuhkan, mereka sering menerima omelan,intimidasi dan tidak
ada rasa menghormati. Selain itu kecenderungan bidan dalam memberikan
konseling dengan suara keras menjadikan perempuan takut masalah
kesehatannya menjadi subjek gosip sehingga mereka membatasi untuk
mengatakan semua masalah kesehatan yang dialami. Kualitas pelayanan yang
buruk juga di identifikasi sebagai penghalang sistem kesehatan utama layanan
kesehatan (Sections, 2017).
Kepedulian bidan dalam memberikan layanan kebidanan adalah cara
terbaik untuk perempuan agar memiliki pengalaman melahirkan yang positif.
2

Selain itu keterampilan komunikasi, pengetahuan dan pemahaman merupakan


faktor penting dalam kemitraan antara bidan dan perempuan. Pentingnya
memahami kebutuhan perempuan dalam layanan yang di berikan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan yang berpusat pada perempuan dan
membangun hubungan yang baik dan saling percaya dalam kondisi apa pun
untuk layanan kebidanan yang berkualitas (Kebidanan, 2015).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari partnership?
2. Bagaimana bentuk-bentuk dari partnership?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari partnership?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami bentuk-bentuk partnership dalam praktik kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan definisi dari partnership.
b. Mampu menyebutkan bentuk-bentuk partnership
c. Mampu menyebutkan kelebihan dan kekurangan partnership

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Bagi mahasiswa sebagai referensi penambah ilmu dan wawasan mengenai
”Partnership”.
2. Bagi penulis adalah menambah pengetahuan dalam mengembangkan ide
dan gagasan mengenai ”Partnership”.
3. Bagi pembaca adalah menabah wawasan tentang pengetahuan mengenai
”Partnership”.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Partnership
Di indonesia istilah partnership masih relatif baru, namun demikian
praktiknya di masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak zaman dahulu. Sejak
nenek moyang kita telah mengenal istilah gotong royong yang sebenarnya
esensinya kemitraan sebab melalui kerja sama dari berbagai pihak, baik secara
individual maupun kelompok, mereka membangun jalan, jembatan, balai desa,
pengairan, dan sebagainya. Kemudian gotong – royong sebagai praktik
“kemitraan individual” ini berkembang menjadi koperasi koalisi, aliansi,
jejaring (net working), dan sebagainya istilah – istilah ini sebenarnya
perwujudan dari kerja sama antara individu atau kelompok yang saling
membantu, saling menguntungkan dan bersama – sama untuk meringankan
pencapaian suatu tujuan yang telah mereka sepakati bersama
(Notoatmodjo,2010) .

Menurut Syafrudin (2015), Partnership adalah bentuk kerja sama atau


aliansi maka setiap pihak yang terlibat di dalamnya harus ada kerelaan diri
untuk bekerja sama, dan melepaskan kepentingan masing – masing, kemudian
membangun kepentingan bersama. Oleh sebab ini membangun sebuah
kemitraan, harus didasarkan pada hal – hal berikut :

a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan.


b. Saling mempercayai dan saling menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d. Kesedian untuk berkorban, baik waktu, tenaga, maupun sumber daya yang
lain.

Pentingnya kemitraan atau partnership ini mulai digencarkan oleh


WHO pada konferensi internasional promosi kesehatan yang keempat di
jakarta pada tahun 1997. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya
kerjasama yang saling memberikan manfaat. Hubungan kerjasama akan lebih
efektif dan efisien apabila juga didasari kesetaraan. (Notoatmodjo, 2012)

Partnership adalah upaya untuk melibatkan berbagai sektor, kelompok


masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerja
sama dalam mencapai suatu tujuan bersama atas kesepakatan prinsip dan
peranan masing – masing. ( Notoatmodjo, 2010).
4

Partnership adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu,


kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas
atau tujuan tertentu (Krismanda & Iriani, 2017).

Partnership adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok


atau organisasi untuk bekerjasama untuk mencapai tujuan, mengambil dan
melaksanakan serta membagi tugas, menanggung bersama baik berupa resiko
maupun keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-masing secara teratur
dan memperbaiki kembali kesepakatan bila diperlukan (Retnaningsih Ekowati,
2013).

Partnership bidan dengan perempuan diakui sebagai tenaga pofesional


yang bertanggung jawab dan akuntabel yang bekerja sebagai mitra perempuan
untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil,
persalinan dan masa nifas (Jatmika, 2018).

B. Tujuan Patnership

Menurut Syafrudin (2015) partnership memiliki beberapa tujuan


diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Tujuan partnership adalah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu


(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dengan cara meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia serta menumbuhkan kemampuan manusia
dalam pengambilan keputusan yang tepat.
2. Meningkatkan koordinasi untuk memenuhi kewajiban peran masing-
masing dalam pembangunan kesehatan. Inti Dari kemitraan bidan
kesehatan adalah kerjasama lintas program dan lintas sektoral untuk
memecahkan suatu masalah kesehatan. Oleh sebeb itu, fungsi koordinasi
yang dilakukan oleh sector kesehatan merupakan suatu keharusan.
3. Meningkatkan komunikasi antara sektoral pemerintah dan swsta tentang
masalah kesehatan. Agar saling memehami diantara anggota atau mitra,
maka diperlukan komunikasi yang efektif melalui pertemuan-pertemuan
berkala, berdasarkan kesepakatan bersama.
4. Meningkatkan kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah
kesehatan dan memaksimalkan keuntungan semua pihak. Tujuan utama
partnership di bidang kesehatan adalah menggalang kekuatan untuk
memecahkan atau menanggulangi masalah kesehatan masyarakat. Oleh
sebap itu, memaksimalkan manfaat atau keuntungan adalah merupakan
harapan bersama dari sebuah partnership.
5

5. Meningkatkan apa yang menjadi komitmen bersama. Komitmen adalah


suatu ketersediaan dan pengorbanan (waktu, pikiran, tenaga, dan
sebagainya) masing-masing anggota partnership terhadap program atau
upaya pemecaan masalah kesehatan yang telah disepakati bersama.
Dalam komitmen pasti ada pengorbanan dari masing-masing anggota,
baik pengrbanan tenaga, pikiran dan sebagainya.
6. Tercapainya upaya kesehatan yang efisien dan efektif atau berdaya guna
dan berhasil guna. Penanggulangan masalah kesehatan melalui
partnership harus lebih efektif dan efisien, apabila dilakukan secara
sektoral atau sendiri-sendiri.

C. Prinsip-prinsip Patnership

Menurut Notoatmodjo (2010) dalam membangun sebuah partnership


ada 3 prinsip kunci yang perlu dipahami oleh masing-masing anggota
partnership yaitu :

1. Persamaan (equity)
Individu, organisasi, atau institusi yang telah bersedia menjalin
partnership harus merasa “duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi”.
Bagaimana besarnya suatu institusi atau organisasi, dan bagaimana
kecilnya suatu institusi atau organisasi, apabila sudah bersedia untuk
menjalin partnership harus merasa sama. Oleh sebab itu didalam forum
partnership asas demokrasi harus dijunjung tinggi, tidak boleh satu
anggota memaksakan kehendak kepada yang lain karena merasa lebih
tinggi, dan tidak adanya dominasi terhadap orang lain.
2. Keterbukaan (transparancy)
Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau
kelebihan dan apa yang menjadi kekurangan atau kelemahan masing-
masing anggota harus diketahui ileh anggota yang lain. Demikian pula
yang berbagai sumber daya dimiliki oleh anggota yang satu harus
diketahui oleh anggota yang lain. Maksudnya bukan untuk
menyombongkan yang satu terhadap yang lain, atau merendahkan yang
satu terhadap yang lain, tetapi lebih untuk saling memahami satu dengan
yang lain, sehingga tidak ada saling mencurigai. Dengan saling
keterbukaan ini akan menimbulkan rasa saling melengkapi dan saling
membantu diantara anggota partnership.
3. Saling menguntungkan (mutual benefit)
Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi atau
uang, tetapi lebih kepada non materi. Saling mengntungkan disini lebih
dilihat dari kebersamaan atau sinergis dalam mencapai tujuan. Ibarat
6

mengangkat barang atau beban 50 kilo diangkat bersama-sama 4 orang


jelas lebih ringan dibandingkan dengan diangkat sendiri. Upaya promosi
kesehatan dalam suatu komunitas tertentu, jelas akan lebih efektif bila
dilakukan melalui partnership beberapa institusi atau orgnisasi daripada
hanya oleh satu institusi saja.

D. Landasan Dalam Patnership

Menurut Retnaningsih Ekowati (2013) ada 7 landasan partnership diantaranya


adalah :

1. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dan struktur)


2. Saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit atau
organisasi)
3. Saling menghubungi secara proaktif (linkage)
4. Saling mendekati, bukan kanya secara fisik tetapi juga pikiran dan
perasaan (empati, proximity)
5. Saling terbuka, dalam arti ketersediaan untuk dibantu dan membantu
(openness).
6. Saling mendorong atau mendukung kegiatan (synergy)
7. Saling menghargai kenyataan masing-masing (reward).

E. Pengembangan Dalam Patnership


Menurut Jatmika (2018) Ada 6 langkah pengembangan dalam
partnership yaitu:
1. Penjajagkan atau persepsi
2. Penyamaan persepsi
3. Pengaturan peran
4. Komunikasi intensif
5. Melakukan kegiatan
6. Melakukan pemantauan dan penilaian.

F. Bentuk-bentuk Patnership
Menurut Retnangingsih Ekowati (2013) dari berbagai pengalaman
pengembangan partnership di sektor kesehatan yang ada, secara umum
dikelompokkan menjadi 2 yakni :
1. Model I
Model partnership yang paling sederhana adalah dalam bentuk
jarring kerja (networking) atau sering juga disebut building linkages.
Patnership semacam ini hanya dalam bentuk jaringan kerja (networking)
7

saja. Masing-masing partnership atau institusi telah mempunyai program


sendiri mulai dari merencanakannya, melaksanakan, dan
mengevaluasinya. Oleh karena adanya persamaan pelayanan atau sasaran
pelayanan atau karakteristik yang lain diantara mereka, maka dibentuklah
jaringan kerja. Sifat partnership ini sering disebut koalisi, misalnya :
Koalisi Indonesia Sehat, Forum Promosi Kesehatan Indonesia.
2. Model II
Patnership model ini lebih baik dan solid, masing-masing anggota
(partnership) mempunyai tanggung jawab yang lebih besar terhadap
program atau kegiatan bersama. Oleh sebab itu visi, misi, dan kegiatan-
kegiatan dalam mencapai tujuan partnership tersebut harus direncanakan,
dilaksanakan dan dievaluasi bersama-sama. Contoh : Gerakan Terpadu
Nasional (GERDUNAS) TB. Paru, dan Gebrak Malaria (Rollback
Malaria). Gerdunas dan Gebrak Malaria adalah suatu program
pemberatasan TB.Paru dan malaria yang dirancang dan dilaksanakan
bersama oleh lintas program dan sektor.

G. Jenis dan Tipe Partnership :


Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2014), ada empat jenis atau
tipe partnership yaitu:
1. Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama
lain tetapi belum bekerja bersama secara lebih dekat.
2. Nascent Partnership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi
kemitraan tidak maksimal
3. Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan
pertambahan pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup
aktivitas yang tetap dan relatif terbatas seperti program delivery dan
resource mobilization.
4. Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh
dengan masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang
lingkup aktivitas baru seperti advokasi dan penelitian.

Bentuk-bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan


Departemen Kesehatan RI yaitu terdiri dari aliansi, koalisi, jejaring,
konsorsium, kooperasi dan sponsorship. Bentuk-bentuk kemitraan tersebut
dapat tertuang dalam:
8

1. SK bersama
2. MOU
3. Pokja
4. Forum Komunikasi
5. Kontrak Kerja/perjanjian kerja

H. Kekurangan dan Kelebihan Partnership


Menurut Husin, F ( 2015) ada beberapa kekurangan dan kelebihan dari
partnership diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kekurangan :
a. Membutuhkan pengelolaan emosi yang baik karna berkaitan dengan
norma dalam pelayanan kebidanan
b. Tuntutan pemenuhan organisasi dan hasil yang terukur dapat
menimbulkan stres pada bidan
c. Meningkatkan jumlah staf non professional
d. Menimbulkan kesulitan dalam bernegosiasi dalam partner
e. Pelayanan yang konsisten sulit di pertahankan karna ada jadwal yang
bervariasi antar partner
2. Kelebihan :
a. Mengembangkan pelayanan yang berkesinambungan dan
meningkatkan akuntabilitas dalam pelayanan
b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan profesional sebagai bidan
c. Bidan dapat memberikan pelatihan dan meningkatkan pengetahuan
dari partner
d. Meningkatkan rasa percaya dan saling peduli antara petugas kesehatan
dan klien

I. Langkah-langkah Patnership :
Menurut Krismanda & Iriani (2017) Langkah-langkah partnership yaitu :
1. Melakukan identifikasi stakeholder (mitra dan pelaku potensial)
2. Membangun jaringan kerjasama antar mitra kerja dalam upaya mencapai
tujuan
3. Memadukan sumber daya yang tersedia dimasing-masing mitra kerja
4. Melaksanakan kegiatan terpadu
5. Menyelenggarakan pertemuan berkala untuk perencanaan, pemantauan,
penilaian dan pertukaran informasi.
9

J. Hal-hal yang perlu di perhatikan untuk membangun sebuah


partnership:
Menurut Mohammad jafar (2011) ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam membengun sebuah partnership diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan.
Memperhatikan kepentingan bersama dalam menjalin kerjasama.
2. Saling mempercayai dan saling menghormati.
Kepercayaan merupakan sesuatu yang dapat dengan mudah hilang
manakala gagal melewati suatu ujian tertetntu. Maka dari itu kemitraan
harus di mulai dengan saling mempercayai satu sama lain dan saling
menghormati.
3. Tujuan yang jelas dan terukur
Di dalam kemitraan harus mempunyai tujuan yang jelas dan terukut agar
bisa mencapai tujuan tersebut dengan maksimal.
4. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya
yang lain.

K. Partnership dalam Praktik Kebidanan


Menurut Notoatmodjo (2010) Partnership dalam praktik kebidanan
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bidan memberi dukungan kepada perempuan untuk membuat keputusan
tentang asuhan dirinya
2. Semua hal yang berkaitan dengan asuhan harus dengan persetujuan
perempuan
3. Partnership menunjukan professional status dan bidan

L. Tugas Bidan dalam Partnership


1. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan pada wanita meliputi pelayanan pada masa
pra nikah, termasuk remaja putri, pra hamil, kehamilan, persalinan, nifas,
menyusui dan masa antara kehamilan (periode interval).
Pelayanan kepada wanita dalam masa pra nikah meliputi konseling
untuk remaja putri, konseling persiapan pra nikah, dan pemeriksaan fisik
yang dilakukan menjelang pernikahan. Tujuan dari pemberian pelayanan
ini adalah untuk mempersiapkan wanita usia subur dan pasangannya
yang akan menikah agar mengetahui kesehatan reproduksi, sehingga
dapat berperilaku reproduksi sehat secara mendiri dalam kehidupan
rumah tangganya kelak.
Pelayanan kebidanan dalam masa kehamilan, masa persalinan dan
masa nifas meliputi pelayanan yang berkatan dengan kewenangan
10

diberikan. Perhatian khusus diberikan pada masa sekitar persalinan,


karena kebanyakan kematian ibu dan bayi terjadi dalam masa tersebut.
Pelayanan kesehatan pada anak diberikan pada masa bayi
(khususnya bayi baru lahir), balita dan anak pra sekolah.
Dalam melaksanakan pertolongan persalinan, bidan dapat
memberikan uterotonika (obat untuk kontraksi uterus).
Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologi yang dapat
dilakukan oleh bidan adalah ginekologi ringan, seperti keputihan dan
penundaan haid. Pengobatan ginekologi yang diberikan tersebut pada
dasarnya bersifat pertolongan sementara sebelum dirujuk ke dokter, atau
tindak lanjut pengobatan sesuai advice dokter.
Beberapa tindakan yang termasuk dalam kewenangan bidan antara
lain :
a. memberikan imunisasi kepada wanita usia subur termasuk remaja
putri, calon pengantin, ibu dan bayi.
b. Memberikan suntikan kepada penyulit kehamilan meliputi
pemberian secara parenteral antibiotika pada infesi/sepsis, oksitosin
(setelah melahirkan) karena hipotonia uteri (kurangnya kekuatan
kontraksi Rahim), sedative (obat penenang) pada pre
eklampsi/eklampsi, sebagai pertolongan pertama sebelum dirujuk.
c. Melakukan tindakan amniotomi (pemecahan ketuban) pada
pembukaan serviks lebih dari 4 cm pada letak belakang kepala, pada
distosia (persalinan abnormal), karena inertia uteri yang diyakini
bahwa bayi dapat lahir pervaginam.
d. Kompresi bimanual (pemriksaan ginekologis dengan dua tangan)
internal dan eksternal dapat dilakukan untuk menyelamatkan jiwa
ibu pada perdarahan post partum untuk menghentikan perdarahan.
Diperlukan keterampilan bidan dan pelaksanaan tindakan sesuai
dengan protap yang berlaku
e. Versi luar pada gemelli (kembar) pada kelahiran bayi kedua,
kehamilan ganda seharusnya sejak semula direncanakan pertolongan
persalinan nya dirumah sakit oleh dokter. Bila hal tersebut tidak
diketahui, bidan yang menolong persalinan terlebih dahulu dapat
melakukan versi luar pada bayi kedua yang tidak dalam presentasi
kepala, sesuai dengan protap
f. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia (kekurangan
oksigen). Bidan diberikan wewenang melakukan resusitasi (bantuan
pernafasan) pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia, yang
sering terjadi pada partus lama, ketuban pecah dini, persalinan
dengan tindakan dan pada bayi dengan berat badan lahir rendah,
11

utamanya pada bayi prematur. Bayi tersebut selanjutnya perlu


dirawat di fasilitas kesehatan khususnya yang mempunyai berat lahir
kurang dari 1750 gram.
g. Hipotermi (suhu badan turun) pada bayi baru lahir. Bidan diberi
wewenang untuk melaksanakan penangan hipotermi pada bayi baru
lahir dengan mengeringkan, menghangatkan, kontak dini dan metode
kanguru.
2. Pemberdayaan Perempuan
Pemberdayaan perempuan pertama harus dimulai dengan
menumbuhkan kesadaran akan potensi yang dimiliki, sehingga dapat
dikembangkan potensi-potensi yang dimiliki dengan memberikan
keterampilan, pengetahuan, mendekatkan dengan sumber-sumber. Selain
itu meminimalisir ancaman-ancaman yang datang dari luar dan
melakukan pembinaan secara terus menerus sampai kelompok tersebut
mandiri.Pemberdayaan perempuan menjadi semakin menarik karena di
dalam prosesnya dapat terlihat dari aspek-aspek yang dilakukan dalam
upaya pemberdayaan perempuan.Adapun aspek pemberdayaan tersebut
yang dapat disingkat menjadi 5P Yaitu, adanya pemungkinan, penguatan,
perlindungan, penyokongan, dan pemeliharaan.
Pemberdayaan menurut Ife memiliki tujuan yaitu untuk
meningkatkan kekuasaan orangorang yang lemah atau tidak beruntung.
Adapula menurut Shardlow pemberdayaan membahas bagaimana
individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan
mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai
dengan keinginan mereka.
a. Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga dalam Pembangunan
Berkelanjutan
Pemberdayaan mengarah pada perluasan kapasitas seseorang
untuk berbuat dan bertindak atas dasar keputusannya sendiri, dalam
hal ini mengarah pada hambatan yang dihadapi perempuan untuk
mengambil keputusan terkait kehidupannya sendiri. Pemberdayaan
sangat diperlukan untuk menjamin akses perempuan terhadap
pemilihan metode kontrasepsi dan kemampuannya untuk
bernegosiasi dalam penggunaanya.
Hasil survey pada tahun 2014 terhadap 46 negara, didapatkan
bahwa kurang dari 50% perempuan yang baru menikah
menggunakan kontrasepsi modern terdapat di 37 negara, kemudian
dari 46 negara tersebut, didapatkan 21 negara yang perempuannya
tidak menggunakan kontrasepsi sebanyak lebih dari 25%. Tingginya
angka unmet need mengindikasikan bahwa para perempuan tidak
12

mempunyai kekuatan/berdaya untuk menggunakan kontrasepsi yang


disebabkan oleh kurangnya akses menuju layanan kesehatan, atau
tidak mampu untuk bernegosiasi dengan pasangannya terkait
perencanaan keluarga.
Peningkatan kemampuan perempuan untuk memilih jumlah,
waktu dan jarak kelahiran atau kemampuan untuk memutuskan tidak
merawat anaknya sekalipun merupakan suatu hal yang mendasar
pada perempuan untuk dapat mengontrol kehidupannya terlepas dari
keadaannya, dan hal ini penting untuk pencapaian pembangunan
berkelanjutan tujuan ke-lima.
Meskipun program KB bukanlah satusatunya yang dapat
berkontribusi terhadap pemberdayaan, kesetaraan dan pendidikan,
tetapi bukti menunjukkan bahwa program KB dapat memberikan
kontribusi penting mencapai tujuan global.
b. Peran Bidan dalam Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga untuk
Mendukung Pembangunan Berkelanjutan/ Sustainable Development
Goals (SDGs)
Bidan dengan peran dan kewenangan yang
dimiliki serta filosofi profesi yang dimilikinya memainkan peranan
kritis untuk pencapaian tujuan. Dalam ruang lingkup asuhan
kebidanan, bidan memberikan asuhan kebidanan kepada perempuan
sepanjang siklus kehidupan reproduksinya dan melibatkan
perempuan itu sendiri serta keluarganya sesuai kebutuhan.
Berdasarkan tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu tujuan
ke-lima, terdapat 9 indikator dan dari 9 indikator tersebut, maka
point 5.6 menjadi tugas yang dapat diperankan oleh
bidan. Bidan harus senantiasa mengupayakan akses terhadap
kesehatan seksual dan hak serta kesehatan reproduksi termasuk
pelayanan Keluarga Berencana untuk setiap perempuan. Indikator
yang ingin dicapai pada tujuan tersebut adalah :
1) Tingkat kebutuhan pelayanan KB yang terpenuhi
dan belum terpenuhi
2) Tingkat kesuburan
3) Angka kelahiran remaja usia 15-19 tahun
4) Angka pemakaian kontrasepsi
5) Presentase kunjungan neonatal pertama
6) Presentase kunjungan ibuhamil yang keempat (K4)
7) Presentase kesertaan KB pria
13

8) Presentase perempuan dan anak perempuan yang membuat


keputusan tentang kesehatan mereka sendiri seksual dan
reproduksi serta hak reproduksi
9) Sebagai pelaksana, dan pengelola bidan melaksanakan tugasnya
sebagai pemberi asuhan terutama asuhan kehamilan, saat
persalinan, masa nifas dan asuhan pada bayi baru lahir serta
balita dan pemberian layanan keluarga Berencana.

Dalam memberikan asuhannya, bidan senantiasa melibatkan


ibu dan keluarganya sebagai satu kesatuan, agar terbentuk
lingkungan keluarga yang sehat dan berdaya, menunjang pada
kehidupan selanjutnya. Bidan mengupayakan pemenuhan kebutuhan
metode kontrasepsi sesuai dengan kewenangannya. Penekanan saat
ini mengharapkan bidan mampu untuk mengajak calon peserta KB
memilih metode kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti IUD
dan Implant karena metode-metode ini efektif mencegah kehamilan
99%.

Bidan sebagai peneliti menuntut kompetensi yang mumpuni


untuk melakukan penelitian agar hasilnya bisa dimanfaatkan sebagai
landasan praktik berbasis bukti. Dalam kapasitas sebagai peneliti,
bidan mengupayakan dan membuat sebuah peta jalan (road map)
permasalahan kesehatan masyarakat khususnya isu kesehatan ibu
dan anak agar menjadi pijakan penelitian. Road Map yang
dibuat harapannya akan berkontribusi terhadap pemecahan masalah
yang ada dalam indikatorindikator tujuan global terutama tujuan
kelima.

Optimalisasi program Keluarga Berencana ternyata terkait


dengan semua tujuan global, mulai dari tujuan kesatu sampai tujuan
ketujuh. Penelitian yang dilakukan oleh Ellen Starbird, et al
memaparkan dengan jelas bagaimana keterkaitan program Keluarga
Berencana dengan tujuan global yang mengusung lima tema utama
yaitu kemanusiaan, planet atau lingkungan sebagai temat tinggal,
kesejahteraan, kedamaian dan jalinan mitra kerja. Pemaparan ini
menekankan bahwa program KB sangat berhubungan dan berperan
dalam pemenuhan :

a) Hak Asasi Manusia, kesetaraan gender dan pemberdayaan


b) kesehatan ibu, bayi baru lahir, anak dan remaja
c) perkembangan ekonomi, politik dan lingkungan masa depan.
14

Melihat hasil pemaparan ini maka sekali lagi bidan dituntut


menjalankan perannya terutama dalam program Keluarga Berencana.
Penguatan bidan tentu saja berdampak pada pelaksanaan
peran bidan yang harus dibantu oleh pihak lain baik lintas program
maupun lintas sektoral. Kontribusi unik dari seorang bidan dibidang
kesehatan masyarakat adalah bahwasanya bidan bekerja dengan
perempuan, suami dan keluarganya selama melewati masa
kehamilan, persalinan dan masa nifas untuk memberikan asuhan
yang aman dan holistik. Untuk mengoptimalkan pengaruhnya,
maka bidan harus mempunyai pengetahuan tentang kondisi sosial
dan kesehatan masyarakat sekitar dan kebutuhannya, mempunyai
jejaring kerja yang baik dengan sistem kesehatan dan sosial, pro aktif
dalam mengidentifikasi risiko kesehatan, menyatu dengan
perempuan, keluarga dan sistem pelayanan sebaik mungkin.

Pemberdayaan psikologis pada perempuan yaitu dengan


peningkatan rasa percaya diri dan harga diri, motivasi yang
lebih besar, inspirasi, semangat dan minat untuk mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan baru, untuk terus mendorong
agar lebih baik pelayanan bagi masyarakat, perasaan memiliki yang
berhubungan dengan keikutsertaan dalam kelompok secara khusus.
Christens (2012, p.49) menjelaskan “psychological empowerment
through their involvement contributes to sustainability”.

Menurut Astuti Sri, dkk (2017) Pembinaan kesehatan ibu


hamil dengan mengadakan kelas ibu hamil, terdapat peningkatan
pengetahuan baik dari sesi pertemuan pertama sampai sesi akhir.
Kehadiran ibu hamil 100% dalam mengikuti kelas ibu hamil.

Materi pada kelas ibu hamil terdiri dari 3 kali pertemuan


yaitu perawatan kehamilan, persalinan, masa nifas, bayi baru lahir,
pemberian ASI ekslusif dan teknik menyusui, KB pada ibu menyusui
sudah dipahami oleh ibu hamil. Semua ibu hamil merencanakan
persalinan ditolong oleh bidan, kecuali 1 orang ibu hamil dengan
post SC 2 kali, sehingga harus melahirkan di RS oleh dokter Obgyn.

Praktik senam hamil membantu ibu mengurangi


ketidaknyamanan selama hamil dan mempersiapkan ibu dalam
persalinan. Ibu hamil juga memahami tanda-tanda bahaya pada
kehamilan, tanda bahaya saat persalinan, tanda bahaya pada bayi
baru lahir dan tanda bahaya saat masa nifas. Sehingga bila terjadi
salah satu tanda bahaya ibu segera pergi ke bidan. Kader posyandu
15

yang mendampingi saat kelas ibu hamil, diminta sebagai fasilitator


dalam mengantar ibu hamil ke bidan bila terjadi kegawatdaruratan.
Hal ini sangat penting untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak
dan merupakan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan kader
dan aparat desa.

M. Landasan Partnership dalam Praktik Kebidanan


Menurut Mohammad jafar (2011) landasan partnership dalam praktik
kebidanan adalah sebagai berikut :
1. Partnership model yang menginplementasikan philosophy kebidanan
terhadap apa yang dikerjakan bidan
2. Partnership merupakan asuhan yang sifatnya saling berbagi antara bidan
dengan perempuan
3. Dalam partnership care tercipta :
a. Kepercayaan
b. Kebersamaan dalam pengambilan keputusan
c. Berbagi tanggung jawab
d. Ada negosiasi
e. Saling mengerti

N. Prinsip-prinsip yang Mendasari Patnersip dalam Kebidanan :


Menurut Jatmika (2018) prinsip-prinsip yang mendasari partnership
dalam kebidanan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan mendukung kesatuan antara tubuh, pikiran, jiwa,
lingkungan fisik dan sosial budaya sebagai satu.
2. Sabagian besar wanita dapat melahirkan bayi tanpa intervensi
3. Mendukung proses alamiah dalam tubuh
4. Pelayanan kebidan adalah seni dan ilmu, pendekatan pemecahan masalah
digunakan bila diperlukan
5. Pelayanan kebidanan berpusat pada wanita
6. Berhubungan dengan proses pencapaian peran ibu
7. Memberdayakan wanita dalam pengambilan keputusan
8. Pelayanan kebidanan dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktik.
Individu yang mengacu pada wanita dan petugas kesehatan lain jika
dibutuhkan .
16

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Partnership bidan dengan perempuan diakui sebagai tenaga pofesional
yang bertanggung jawab dan akuntabel yang bekerja sebagai mitra
perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa
hamil, persalinan dan masa nifas (Jatmika, 2018).
Bentuk partnership dibagi menjadi 2 model diantaranya adalah model I
adalah dalam bentuk jarring kerja (networking) atau sering juga disebut
building linkages. Dan model II, patnership model ini lebih baik dan solid,
masing-masing anggota (partnership) mempunyai tanggung jawab yang lebih
besar terhadap program atau kegiatan bersama.
Ada beberapa kekurangan partnership diantaranya adalah sebagai
berikut : Membutuhkan pengelolaan emosi yang baik karna berkaitan dengan
norma dalam pelayanan kebidanan, tuntutan pemenuhan organisasi dan hasil
yang terukur dapat menimbulkan stres pada bidan, meningkatkan jumlah staf
non professional, menimbulkan kesulitan dalam bernegosiasi dalam partner,
pelayanan yang konsisten sulit di pertahankan karna ada jadwal yang
bervariasi antar partner.
Sedangkan kelebihan dari partnership diantaranya adalah sebagai
berikut : mengembangkan pelayanan yang berkesinambungan dan
meningkatkan akuntabilitas dalam pelayanan, meningkatkan kualitas
pelayanan dan profesional sebagai bidan, Bidan dapat memberikan pelatihan
dan meningkatkan pengetahuan dari partner, meningkatkan rasa percaya dan
saling peduli antara petugas kesehatan dan klien.

B. Saran
Dalam makalah ini terdapat penjelasan tentangdefinisi, bentuk-bentuk,
kekurangan dan kelebihan dari partnership, sehingga diharapkan dapat
memahami pentingnya asuhan kebidanan model partnership dalam kehidupan
umat manusia. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
dalam makalah ini masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasa. Oleh karena itu kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
17

DAFTAR PUSTAKA

Husin, F. 2015. Simposium dan Workshop Nasional Pengembangan Pendidikan


dan Pelayanan Kebidanan Indonesia. Bandung.

Bidan, K., & Bkkbn, D. A. N. (2017). Kemitraan bidan dan bkkbn dalam upaya
peningkatan pelayanan kontrasepsi di daerah istimewa yogyakarta. (2), 37–
44.
Horton, D. (2009). A literature review. (January).
Kebidanan, P. D. I. I. I. (2015). Pengembangan model pembelajaran klinik :
continuity of care pada program pendidikan d iii kebidanan yanti. 1–24.
Nanur, F. N., Widarini, N. P., Karmaya, M., Nanur, F. N., Widarini, N. P., &
Karmaya, M. (2016). Kemitraan Dukun dengan Bidan dalam Pertolongan
Persalinan : Studi Kualitatif di Kabupaten Manggarai Timur The
Partnership between Traditional Birth Attendance ( TBA ) and Midwives in
Childbirth Assistance : A Qualitative Study in East Manggarai Regency
Pendahuluan Metode Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan. 4, 27–34.
Sections, A. O. F. (2017). The partnership (general) act, 2017. 2017.
Muhammad Jafar Hafsah, 2014, Kemitraan Usaha konsepsi dan Strategi. Pustaka
sinar Harapan. Jakarta.
Notoadmodjo, Soekirjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Prilaku Kesehatan.
Rineka Cipta. Jakarta.

Notoadmodjo, Soekirjo. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Rineka


Cipta. Jakarta.

Notoadmodjo, Soekirjo. 2012. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka


Cipta. Jakarta.

Retna, N. Ekowati. 2013. Akses Layanan Kesehatan. PT. Raja Gravindo Pesada,
Jakarta.

Syafruddin. 2015. Ilmu Kesehatan Masyarakat. CV. Trans Info Media. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai