Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat allah SWT, yang atas rahmat Nya dan
karunia Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tema makalah ini adalah “ Critycal Analisis Dalam Praktik Kebidanan”.
Pada kesempatan ini sayan mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Critycal Analisis Dalam Praktik Kebidanan yang telah
memberikan tugas kepada saya.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan
baik dari segi teknis penulisan maupun materi dikarenakan terbatasnya
pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala
bentuk masukan dan kritik yang bersifat membangun, semoga makalah ini dapat
berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan.

Curup, 19 Juli 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Defenisi Critycal Thinking....................................................................3
B. Aspek Berpikir Kritis............................................................................4
C. Kecakapan Critical Thinking................................................................6
D. Fungsi Berpikir Kritis............................................................................8
E. Komponen Berpikir Kritis.....................................................................9

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................11
B. Saran....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Irdayanti (2018:19) Berpikir merupakan proses menghasilkan
representasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan
interaksi secara komplek meliputi aktivitas penalaran, imajinasi, dan pemecahan
masalah (Irdayanti, 2018:19).
Berpikir kritis adalah sikap yang diasah dan dipelajari. Aspek yang penting
yang mempengaruhi proses berpikir kritis misalnya seperti disiplin. Berpikir
bukan suatu proses yang statis, tetapi selalu berubah secara konstan dan dinamis
dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan keperawatan membutuhkan proses
berpikir secara umum. Pemikir kritis dalam praktik keperawatan adalah seseorang
yang mempunyai keterampilan pengetahuan untuk menganilisis, menerapkan
standrat, mencari informasi, menggunakan alasan rasional, memprediksi, dan
melakukan transformasi pengetahuan.Berpikir kritis dapat diartikan sebagai upaya
seseorang untuk memeriksa kebenaran dari suatu informasi menggunakan
ketersediaan bukti, logika, dan kesadaran akan bias (Halpern, 1998; Larsson,
2017).
Menurut Santrock (dalam Rahmawati:2014) “ berpikir adalah mamanipulasi
atau mengelolah dan mentransformasi informasi dalam memori”. Ini sering
dilakukan untuk membentuk konsep, bernalar dan berpikir secara kritis, membuat
keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah (Rahmawati, 2014:15).
Sedangkan Berpikir kritis Menurut Adinda (dalam Azizah, dkk:2018) Orang
yang mampu berpikir kritis adalah orang yang mampu menyimpulkan apa yang
diketahuinya, mengetahui cara menggunakan informasi untuk memecahkan
permasalahan, dan mampu mencari sumber-sumber informasi yang relevan
sebagai pendukung pemecahan masalah.
Bidan sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan, yaitu memberi
asuhan kebidanan dengan menggunakan proses kebidanan akan selalu dituntut
untuk berfikir kritis dalam berbagai situasi. Manajemen asuhan kebidanan
merupakan suatu proses pemecahan masalah dalam kasus kebidanan yang
dilakukan secara sistematis. Sebagai seorang profesi bidan harus memanfaatkan
kompetensinya, sumber daya pikirnya untuk berpikir kritis agar menegakkan
suatu diagnosa kebidanan yang tepat sehingga tercapai pengambilan keputusan
dan menghasilkan asuhan yang bermutu. Seseorang yang berfikir dengan cara
2

kreatif akan melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu berbeda meskipun
obyeknya sama, sehingga dapat dikatakan, dengan tersedianya pengetahuan baru,
seseorang profesional harus selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang
selalu efektif dan ilmia dan memberikan hasil yang lebih baik untuk kesejateraan
diri maupun orang lain.
Proses berfikir seperti ini lah yang diharapkan dapat dimiliki oleh tenaga
kesehatan khususnya bidan, agar dapa memberikan pelayanan yang semaksimal
mungkin. kita jadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat
simpulan yang valid. Semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses
berfikir dan belajar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas
dalam laporan tugas ini adalah sebagai berikut :
1. Apa defenisi critycal thinking ?
2. Apa saja aspek berpikir kritis dan kaitannya dalam praktik kebidanan?
3. Apa saja kecakapan critycal thinking dan kaitannya dalam praktik kebidanan?
4. Apa saja fungsi berpikir kritis dan kaitannya dalam praktik kebidanan?
5. Apa saja komponen berpikir kritis dan kaitannya dalam praktik kebidanan ?

C. Tujuan
Berdasarkan pada latar belakang di atas, tujuan yang akan dicapai dalam
laporan tugas ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui defenisi critycal thinking
2. Mengetahui Apa saja aspek berpikir kritis dan kaitannya dalam praktik
kebidanan
3. Mengetahui Apa saja kecakapan critycal thinking dan kaitannya dalam praktik
kebidanan
4. Mengetahui Apa saja fungsi berpikir kritis dan kaitannya dalam praktik
kebidanan
5. Mengetahui Apa saja komponen berpikir kritis dan kaitannya dalam praktik
kebidanan
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Critycal Thinking


Menurut Robert Ennis dalam Alec Fisher (2008:4) berpikir kritis adalah
“Critical thinking is thinking that makes sense and focused reflection to decide
what should be believed or done” artinya pemikiran yang yang masuk akal dan
refleksi yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau
dilakukan. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pada hakekatnya saat berpikir
manusia sedang belajar menggunakan kemampuan berpikirnya secara intelektual
dan pada saat bersama berpikir terlintas alternatif dan solusi persoalan yang di
hadapi sehingga ketika berpikir manusia dapat memutuskan apa yang mesti

dilakukan karena dalam pengambilan keputusan adalah bagian dari berpikir


kritis.
Potter & Perry (2009) mengartikan berpikir kritis sebagai keterampilan
menemukan masalah, menentukan pilihan, dan melakukan sebuah tindakan yang
tepat. Secara keseluruhan tidak hanya keterampilan kognitif tetapi juga
keterampilan untuk mengajukan pertanyaan dan proses penalaran dimana individu
merenungkan dan menganalisis pemikiran diri sendiri dan orang lain. Karna
berpikir kritis berorientasi pada tujuan, melibatkan identifikasi dan asumsi,
mempertimbangkan apa yang penting dalam situasi, mencari alternatif, dan
menerapkan akal dan logika dalam membuat keputusan.
Berikut pengertian berpikir kritis menurut beberapa ahli. “Critical thinking is
the intellectually disciplined process of actively and skillfully conceptualizing,
applying, synthesizing, and/or evaluating information gathered from, or generated
by, observation, experience, reflection, reasoning, or communication as a guide to
belief and action. In its exemplary form, it is based on universal intellectual values
that trancend subject matter divisions: clarity, accuracy, precision, consistancy,
relevance, sound evidence, good reasons, depth, breadth, and fairness. It entails
the examination of those structures or elements of thought implicit in all
reasoning: purpose, problem, or questionate-issue, assumptions, concepts,
empirical grounding; reasoning leading to conclusions, implication and
consequences, objection from alternative viewpoints, and frame of reference”
(Jenicek, 2006). Pengertian tersebut menunjukkan bahwa berpikir kritis dapat
4

diartikan sebagai proses juga sebagai suatu kemampuan. Proses dan kemampuan
tersebut digunakan untuk memahami konsep, menerapkan, mensintesis dan
mengevaluasi informasi yang didapat atau informasi yang dihasilkan. Tidak
semua informasi yang diterima dapat dijadikan pengetahuan yang diyakini
kebenarannya untuk dijadikan panduan dalam tindakan. Demikian halnya dengan
informasi yang dihasilkan tidak selalu merupakan informasi yang benar. Informasi
tersebut perlu dilakukan pengkajian melalui berbagai kriteria seperti kejelasan,
ketelitian, ketepatan, reliabilitas, kemamputerapan, bukti-bukti lain yang
mendukung, argumentasi yang digunakan dalam menyusun kesimpulan,
kedalaman, keluasan, serta dipertimbangkan kewajarannya. (Jenicek, 2006).
Berfikir kritis merupakan proses kognitif atau mental yang mencakup penilaian
dan analisis rasionalterhadap info atau ide serta merumuskan kesimpulan dan
keputusan ( Brunner dan Suddrath, 2002). Berfikir kritis merupakan suatu aktifitas
mental yang memiliki tujuan dimana ide-ide dihasilkan dan dievaluasi
perencanaan dibuat dan ditegakkansuatu keputusan atau kesimpulan. Critical
Thinking ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yg terstandar
dan mendahului dalam pembuatan keputusan (Mz.Kenzie).
Berpikir kritis yang dilakukan seorang bidan tidak terpisah dari clinical
reasoning, artinya seorang bidan memusatkan pikirannya ke arah diagnosa
kebidanan yang memungkinkan berdasarkan campuran pola pengenalan dan
penalaran deduktif hipotetik. Kemampuan berpikir kritis tentu telah menjadi
tuntutan bagi seorang bidan dalam melakukan asuhan kebidanan yang baik dan
benar. Bidan juga dituntut harus siap dalam mengambil keputusan dalam waktu
singkat dan akurat. Selain menjadi komponen yang penting dalam kebidanan,
berpikir kritis juga menjadi tema yang penting dalam kebidanan dikarenakan
semakin kompleksnya pengambilan keputusan klinis dalam pemberian pelayanan
kebidanan untuk mengatasi masalah klien dan akan terjadi risiko yang merugikan
klien jika bidan melakukan kesalahan dalam membuat keputusan.

B. Aspek Berpikir Kritis


Aspek aspek berpikir kritis tentu saja berketerkaitan dengan aspek aspek
pemecahan masalah.Pemecahan masalah berhubungan dengan kemampuan
memproses informasi dan pemecahan masalah membutuhkan pikiran. Kegiatan
berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku
selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Berpikir kritis dalam praktik
kebidanan dapat dilihat dari aspek RINO sebagai berikut
a. Relevance
5

Relevansi ( keterkaitan ) dari pernyataan yang dikemukan.


Contohnya : jika ada pasien bertanya kepada seorang bidan maka bidan akan
menjawab pertanyaan pasien tersebut sesuai dengan pertanyaan yang
diajukan dan dengan jawaban yang sesuai dengan realita dan fakta
berdasarkan dengan pengetahuan yang telah diterima dari pendidikan maupun
dari jurnal-jurnal yang telah di telaah dan diuji dengan baik menggunakan
bahasa yang sesederhana mungkin sehingga dimengerti dan bisa diterima
oleh pasien
b. Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukaan.
Contohnya :
c. Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru
maupun dalam sikap menerima adanya ide- ide orang lain.
Contohnya : berdiskusi dengan teman sejawat maupun tenaga kesehatan
lainnya dengan mengambil topik tentang isu-isu terkini seputar kebidanan
salah satu contohnya seperti stunting yang kemudian bersama-sama bertukar
pikiran baik memberikan pendapat maupun mendengarkan pendapat untuk
kemudian mencapai hasil akhir
d. Outside
material Menggunakan pengalamanya sendiri atau bahan-bahan yang
diterimanya dari perkuliahan
Contohnya : seperti saat menolong persalinan untuk manajemen nyeri pada
saat kala 1 bisa menggunakan gym ball dimana ilmu ini didapatkan di
perkuliahan dan berdasarkan jurnal-jurnal.

Aspek-aspek berpikir kritis yang ditekankan oleh beberapa para ahli antara lain:
1. Keterampilan penalaran kritis (seperti kemampuan untuk menilai alasan
benar).
2. Sebuah disposisi dalam arti sikap kritis (skeptis, kecenderungan untuk
mengajukan pertanyaan menyelidik) dan komitmen untuk bersikap kritis, atau
orientasi moral untuk berpikir kritis.
3. Pengetahuan substansial konten tertentu baik dari konsep berpikir kritis atau
sebuah disiplin ilmu tertentu dimana kemudian mampu berpikir kritis (Mark
Mason, 2007: 343-344).

Aspek psikologis juga memberikan konstribusi guna mengiringi kemampuan


6

berpikir kritis dalam mencapai keberhasilan untuk menyelesaikan suatu


permasalahan dengan baik. Aspek psikologis tersebut adalah kepercayaan diri atau
self confidence. Walgio (Delina & Rohaeti, 2018) menyatakan bahwa salah satu
yang menumbuhkan kepercayaan diri adalah memberikan suasana yang demokratis
yaitu individu dilatih mengemukakan pendapat, berpikir mandiri, dan diberikan
suasana yang nyaman sehingga individu tidak takut apabila berbuat kesalahan.
Kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala sesuatu yang
menjadi aspek kelebihan dan keyakinan tersebut agar merasa mampu mencapai
berbagai tujuan hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Mason (2008) menyatakan ada 3 aspek penting berpikir kritis, yaitu
1. keterampilan bernalar kritis (seperti kemampuan untuk menilai suatu
penalaran dengan tepat),
2. karakter, yaitu
a. sikap kritis (skeptisisme, kecenderungan menanyakan pertanyaan
penyelidikan) dan komitmen untuk mengekspresikan sikap tersebut.
b. orientasi moral yang memotivasi berpikir kritis,
3. pengetahuan substansial dalam bidang tertentu, yaitu
a. konsep berpikir kritis (syarat cukup dan syarat perlu),
b. disiplin tertentu, dimana seseorang mampu berpikir kritis.
Critical assesment melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi/masukan
yang datang dari dalam dirinya maupun dari orang lain. Seorang perawat juga harus
dapat menerima segala nasihat maupun kritik yang disampaikan kepadanya untuk
meningkatkan performa kerja yang lebih baik kedepannya dan dapat memberikan
saran atau yang baik dan santun kepada orang lain untuk membuat seseorang
tersebut menjadi lebih baik. Ide yang dikembangkan oleh seorang perawat
diharapkan dapat di aplikasikan secara nyata untuk meningkatkan kualitas melalui
ide yang dikembangkan.

C. Kecakapan Critical Thinking


Kecakapan critical thinking merupakan modal intelektual bagi bidan sebagai
bagian yang terpenting dari kematangan berpikir. Oleh karena itu, peningkatan
kecakapan critical thinking menjadi hal wajib yang harus diterapkan, hal ini agar
bidan mampu mengukur tingkat kecakapan critical thinking yang mereka miliki.
Hal ini didukung oleh pendapat Epstein, critical thinking adalah pertahanan
seseorang terhadap dunia yang terlalu banyak informasi dan terlalu banyak orang
yang mencoba meyakinkan kita. Penalaran dan critical thinking itulah yang
7

membedakan kita dari makhluk lainnya, sehingga seseorang tidak hanya dapat
merencanakan, berpikir, mendiskusikan dengan harapan untuk memahami sesuatu
permasalahan dengan lebih baik, tetapi dapat melihat lebih baik dan dapat
mendengar lebih baik dari apa yang telah dipelajari.
Kecakapan critical thinking menggunakan pemikiran dasar menganalisis
argumen dan membawa wawasan bidan pada setiap interpretasi, untuk
meningkatkan pola penalaran yang kohesif dan koheren, merumuskan masalah,
dengan melakukan deduksi dan induksi, serta menentukan keputusan yang tepat.
Dengan demikian kecakapan critical thinking adalah kecakapan berpikir tingkat
tinggi.
Menurut Susilowati, dkk (2017) kecakapan critical thinking meliputi:
analysis (analisis) merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi maksud dan
kesimpulan yang benar antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi
berdasarkan keputusan, pengalaman, alasan, informasi dan pendapat. evaluation
(evaluasi) kemampuan menilai kredibilitas pernyataan atau penyaji lain dengan
menilai atau menggambarkan persepsi seseorang, pengalaman, situasi,
kepercayaan, keputusan, dengan menggunakan kekuatan logika dari hubungan
inferensial yang diharapkan atau hubungan inferensial yang aktual diantara
pertanyaan, pernyataan, deskripsi maupun bentuk representasi lainnya.
Explanation (eksplanasi) kemampuan bidan untuk menyatakan hasil proses
pertimbangan, kemampuan untuk membenarkan bahwa suatu alasan itu
berdasarkan bukti, metodologi, konsep, atau suatu kriteria tertentu dan
pertimbangan yang masuk akal, serta kemampuan untuk mempresentasikan alasan
berupa argumen yang meyakinkan.
Inference (inferensi) kemampuan bidan untuk mengidentifikasi dan memilih
unsur-unsur yang diperlukan untuk membentuk kesimpulan yang beralasan atau
untuk membentuk hipotesis dengan memperhatikan informasi relevan dan
mengurangi konsekuensi yang ditumbulkan dari data, pertanyaan, prinsip, bukti,
penilaian, opini, deskripsi, pernyataan, keyakinan, maupun bentuk representasi
lainnya.
Interpretation (interpretasi) merupakan kemampuan bidan untuk memahami
dan menyatakan arti atau maksud dari pengalaman yang bervariasi situasi, data,
peristiwa, keputusan, konvensi, kepercayaan aturan, prosedur atau kriteria.
Selanjutnya, self regulatian (pengaturan diri) ini berkaitan dengan kesadaran
seseorang untuk memonitor kognisi dirinya dengan mengaplikasikan keterampilan
untuk mengevaluasi kemampuan diri dan mengambil kesimpulan dalam bentuk
8

pertanyaan, konfirmasi, dan validasi.


Menurut Gorman, salah satu cara untuk meningkatkan kecakapan critical
thinking yaitu dengan membuat sebuah pertanyaan yang kritis dan
mempertimbangkan yang logis, pertanyaan yang dibuat peserta didik untuk
mengukur kecakapan critical thinking. Bidan menyajikan sebuah pernyataan yang
cukup panjang, kemudian mengevaluasi pernyataan yang telah dibuat dengan
mempertimbangkan beberapa hal.
Berpikir kritis tidak sama dengan kecerdasan, itu adalah keterampilan yang
dapat ditingkatkan dalam semua orang. Banyak kegiatan yang berfokus pada
pengembangan keterampilan berpikir kritis. Pemikir kritis yang dibina dengan baik
merumuskan pertanyaan-pertanyaan penyelidikan yang penting dan tepat,
menafsirkan informasi berdasarkan kriteria yang relevan; berpikir terbuka secara
terbuka dalam sistem pemikiran alternatif; dan mengkomunikasikan solusi untuk
masalah yang rumit (Moore, 2015)
Menurut Nitcoteri, critical thinking is both an attitude and a reasoning
process. If all your assignments are designed to test straight forward knowledge,
your students strategic skill wont be honed, yaitu berpikir kritis adalah suatu sikap
dan proses penalaran.

D. Fungsi Berpikir Kritis


Dalam kebidanan sangat banyak manfaat dan fungsi berpikir kritis. Salah
satunya merupakan untuk pemecahan masalah. Pemecahan masalah disini adalah
membantu pasien untuk mengatasi segala perasaan yang tidak nyaman yang
dialami pasien serta meningkatkan segala hal yang membuat pasien merasa tidak
aman dan nyaman dan juga membantu pasien menyelesaikan masalah yang
sangat mengganggu dirinya, demi membantu kesembuhan dirinya sendiri. Yang
kedua adalah pengambilan keputusan yaitu merupakan pemecahan masalah yang
memperoleh hasil. Seperti, bagaimana ya caranya agar pasien dapat kembali ke
rumah dengan memperoleh kesehatan yang pulih sempurna. Yang selanjutnya
adalah kreatifitas. Kreatifitas merupakan ketergantungan orang memperoleh
informasi dari pengumpulan data yang didapatkan untuk mendapatkan suatu
solusi dalam menyelesaikan permasalahan.
Menurut Dr. Runjati, M.Mid fungsi berpikir kritis adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas kebidanan sehari-hari.
b. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam kebidanan.
c. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah kebidanan.
9

d. Menganalisis pengertian hubungan dari masing- masing indikasi, penyebab


dan tujuan, serta tingkat hubungan.
e. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan.
f. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam kebidanan.

E. Komponen Berpikir Kritis


Komponen berpikir kritis meliputi pengetahuan dasar yang spesifik,
pengalaman, dan kompetensi. Pengetahuan dasar spesifik, komponen pertama dari
model berpikir kritis adalah pengetahuan dasar bidan yang spesifik dalam
kebidanan yang mana pengetahuan dasar tersebut meliputi suatu teori atau
informasi dari suatu ilmu pengetahuan yang meliputi kemanusiaan, dan
ilmu-ilmu kebidanan dasar. Pengetahuan ini didapatkan
mahasiswa kebidanan melalui jenjang pendidikan yang diikuti.
Kompenen kedua dari model berpikir kritis yaitu pengalaman. Pengalaman
seorang mahasiswa disaat dinas di rumah sakit dari pengalaman tersebut
mahasiswa dapat memperbaiki kedepannya agar model dari berpikir kritis lebih
diterapkan. Pengalaman ini juga merupakan hasil interaksi antara individu melalui
alat indranya dan stimulus yang berasal dari berbagai sumber belajar. Kompetensi,
menurut Kepmendiknas No. 045/U/2002, kompetensi adalah seperangkat tindakan
cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki mahasiswa sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang
pekerjaan tertentu. Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki seorang
perawat untuk melakukan tindakan sangat penting, oleh katerana itu mahasiswa
harus bisa berpikir kritis dan menerapkan model dari berpikir kritis tersebut.
Model T.H.I.N.K (Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas And Creativity,
Knowing How You Think) dalam Proses Kebidanan.
Model ini dikemukan oleh Rubenfeld & Scheffer (2006). Model ini menjelaskan
tentang berpikir kritis itu merupakan komponen dari beberapa kegiatan berpikir
yang mengenai dengan konteks situasi ketika proses berpikir kritis itu terjadi.
Berpikir kritis adalah proses keperawatan yang jauh dari berpikir lurus-lurus saja.
Walaupun berpikir kritis itu terdengar mudah untuk dilaksanakan namun apabila
tidak memenuhi komponen berikut ini tidak akan terlaksana, komponennya adalah
antara lain :
Ingatan Total, Ingatan total ini merupakan mengingat beberapa fakta atau
sebaliknya dengan sepenuhnya dan bagaimana cara untuk menemukannya ketika
10

dibutuhkan. Ingatan total ini sangat berpengaruh untuk mengasah pengatuhuan,


pengetahuan yang dimaksud harus dipelajari dan disimpan dalam pikiran sehingga
dalam melakukan suatu tindakan seorang bidan dalam memberi pertolongan
kepada pasien dengan langsung menerapkan model dari berpikir kritis ini.
Kebiasaan, Pada komponen yang kedua ini menjelaskan tentang kebiasaan.
Kebiasaan yang dimaksud disini adalah pendekatan berpikir yang sering kali
diulang sehingga menjadi sifat alami yang kedua. Kebiasaan ini biasanya
menghasilkan cara-cara yang dapat diterima dalam melakukan segala hal terutama
di rumah sakit.
Dan yang terakhir adalam penulisan, yang dimaksud penyelidikan adalah
memeriksa isu secara sangat mendetail dan mempertanyakan isu yang mungkin
segala tempat dengan jelas. Penyelidikan imi juga merupakan memeriksa jenis
bepikir yang sangat penting untuk kita mencapai kesimpulan.
11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam proses kebidanan ada yang namanya berpikir kritis. Berpikir kritis
ini adalah suatu konsep dasar dari kebidanan yang digunakan untuk mendapat
informasi baik spontan maupun tidak. Berpikir kritis sangatlah penting dalam
proses kebidanan, walupun demikian tidak semua bidan dapat berpikir kritis.
Untuk dapat melakukan hal tersebut seorang perawat harus mengetahui apa itu
berpikir kritis terlebih dahulu dan model-model yang dapat digunakan untuk
berpikir kritis.

B. Saran
Bagi mahasiswa kebidanan diharapkan mengembangkan dan
mengimplementasikan model dari berpikir kritis, karena berpikir kritis tersebut
sangatlah penting dikuasai oleh seorang perawat kelak.
12

DAFTAR PUSTAKA

Galaresa, Achmad Vindu & Sundari,Sri. (2019). Penggunaan Metode Simulasi


Dalam Peningkatan Critical Thinking : Literatur Jurnal gantang Vol. II,
No.1, Maret 2017.

Insani, Aldina A, dkk. 2016. "Berpikir Kritis" Dasar Bidan dalam Manajemen
Asuhan Kebidanan. FK Universitas Andalas.
http://jom.fk.unand.ac.id/index.php/jom/article/download/8/21

Martyanti, dkk. 2018. Etnomatematika: Menumbuhkan Kemampuan Berpikir


Kritis Melalui Budaya Dan Matematika. Indomath: Indomanesian
Mathematics Education, 1(1):35-41.

Susilowati, N. 2017. Analisis Hambatan Kemampuan Berpikir kritis Sisiwa


dalam Menyelesaikan Soal Materi Garis dan Sudut Berdasarkan Teori
Bruner. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan. Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Ika Putri Wulandar (2019). Berpikir Kritis Matematis dan Kepercayaan Diri
Siswa Ditinjau dari Adversity Quotient PRISMA, Prosiding Seminar Nasional
Matematika 2, 629-636

Sudono.bambang,dkk(2017).Gambaran Kemampuan Berpikir Kritis Perawat


Primer dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Islam
Surakarta.Jurnal ilmu keperawatan indonesia

Anda mungkin juga menyukai