Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
tentang "Pentingnya Refleksi Kritis Dalam Kebidanan”. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini, penulis menyadari
makalah ini masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata saya berharap semoga makalah
yang membahas tentang asuhan kebidanan yang holistik ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca. Dan semoga makalah ini bermanfaaat bagi yang
membutuhkan.
i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II
A.Pengertian Berpikir.................................................................................................................2
B.Pengertian Berpikir Kritis.......................................................................................................3
C.Model Berpikir........................................................................................................................4
D.Aspek-aspek Berpikir Kritis...................................................................................................7
E. Unsur-unsur Berpikir Kritis...................................................................................................8
F. Pentingnya Berpikir Kritis.....................................................................................................9
G. Cara Meningkatkan Berpikir Kritis.......................................................................................10
BAB III
A. Kesimpulan............................................................................................................................12
B. Saran......................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara bertahap dengan interaksi dari suatu
Rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berpikir kritis merupakan konsep dasar yang
terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dankritis itu sendiri
berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam
kumpulan yang di dalamnya karakteristik yang dipelajari, sikap dan standar berpikir kritis,
analisis, pertanyaan kritis.pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.
Pmawar berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam
pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu
membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak
terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.
Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin
intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, menentang menantang dan dukungan.
Pikir kritis adalah proses perkembangan yang kompleksberdasarkan pada pikiran rasional
dancermat menjadi pemikir kritis adalah penyebut umum untuk pengetahuan yang menjadi
contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Berpikir
Sebelum kita mengetahui apaitu pengertian berpikir kritis ada baiknyakita mengetahui
terlebih dahulu mengenai pengertian berpikir. Pikir adalah aktivitas yang sifatnya mencari ide
tau gagasan dengan menggunakan berbagai ringkasan yang masuk akal. Tri Rusmi dalam
Perilaku Manusia (1996). mengatakan berpikir adalah suatu proses sensasi, persepsi, dan
ingat/ ingatan, berpikirmenggunakan lambang (visual atau gambar), serta adanya suatu
penarikan kesimpulan yang disertai proses pemecahan masalah.
Teknik berpikir, berpikir memiliki berbagai macam teknik, antara lain berpikir austik,
berpikir realistis, berpikir kreatif dan berpikir evaluative.
1. Berpikir Austik
Pada saat melamun seseorang menghayal dan sering berfantasi memikirkan sesuatu yang
terkadang tidak sesuai dengan keadaan. Setiap orang pernah terlibat dengan cara ini, namun
harus selalu terkendali. Oleh karena itu, sering berpikir austik diidentikkan dengan melamun.
Misalnya, seseorang yang berhayalingin mempunyai pesawat terbang
2. Berpikir Realistis
Berpikir realistis dilakukan oleh seseorang saat menyesuaikan diri dengan situasi yang nyata.
Pada berpikir realistis, seseorang melihat situasi nyata yang ada, kemudian langsung menarik
suatu kesimpulan, selanjutnya direalisasikan pada penaglaman nyata.
2
Hal ini disebut berpikir realistis induktif. Misalnya, pada kondisi bangun kesiangan
saatmasuk kuliah pagi, seseorang akan memikirkan alternatifve untuk tidak bangun
kesiangan. Selanjutnya, jika seseorang berpikirdengan melihat pengalaman sebelumnya,
kemudian menarik suatu kesimpulan dari situasiyang ada disebut berpikir realistis deduktif.
3. Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif memerlukan
stimulus atau rangsangan dari lingkungan yang dapat memicu seseorang berkreasivitas.
Seseorang baru dikatakan berpikir kreatif jika ada perubahan atau mengambil sesuatu yang
baru. Bpikir kreatif dilakukan berdasarkan manfaat atau ujuan yang pasti menyelesaikan
dengan baik suatu masalah, dan menghasilkan ide yang baru atau menata kembali ide lama
dalam bentuk baru.
4. Berpikir Evaluatif
Pada saat seseorang berpikir evaluative, berarti ia mempelajari dan menilai baik buruknya
suatu keadaan. tepat tidaknya suatu gagasan, serta perlu tidaknya perubahan suatu gagasan.
Misalnya, ketika seseorang merencanakan membeli jas baru, keuntungan dan kerugiannya,
serta apakahtepat jika membeli jika kondisi tidak memungkinkan.
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau
keputusan berdasarkan kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman ( Pery &
Potter,2005), Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara
rasional terhadap ide-ide, kesimpulan. pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan
dan tindakan. Menurut Strader (1992), bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang
menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan
menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut untuk mendapatkan
suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru.
3
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi seorang profesional.
Berpikir kritis akan membantu profesional dalam memenuhi kebutuhan klien. Berpikir kritis
adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah-sasaran yang membantu individu membuat
penilaian berdasarkan data bukan perkiraan (Alfaro-LeFevre 1995). Berpikir kritis
berdasarkan pada metode penyelidikan ilmiah, yang juga menjadi akar dalam proses
keperawatan. Berpikir kritis dan proses keperawatan adalah krusial untuk keperawatan
profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk pemecahan
masalah.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional
dan cermat. Menjadi pemikir kritis adalah sebuah denominator unum untuk pengetahuan
yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri, Pengetahuan didapat, dikaji
dan diatur melalui berpikir Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas-
tinggi memerlukan disiplin intelektual evaluasi-diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan, dan
dukungan (Paul, 1993). Berpikir kritis mentransformasikan cara individu memandang dirinya
sendiri, memahami dunia. dan membuat keputusan (Chafee 1994).
Jadi yang dimaksud dengan berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih
kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat-
tidaknya ataupun layak- tidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan analisa secara
rasional tentang semua informasi, musukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian
merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu keputusan.
Bahwa untuk mendapatkan suatu hasil berpikiryang kritis, seseorang harus melakukan
sesuatukegiatan (proses) berpikir yang mempunyai tujuan (purposeful thinking), bukan "asal"
berpikir yang tidak diketahui apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Artinya, walau
dalam kehidupan sehari-hari seseorang sering melakukan proses berpikir yang terjadi secara
otomatis" (misal; dalam menjawab pertanyaan "siapa nam amu?"). "anyak pula situasi yang
memaksa seseorang untuk melakukan kegiatan berpikir yang memang di "rencanakan"
ditinjau dari sudut "apa" (apa), "bagaimana" (bagaimana), dan "mengapa" (mengapa), Hal ini
dilakukan jika berhadapan dengan situasi (masalah) yang sulit atau baru.
Kataoka-Yahiro dan Saylor telah mengembangkan suatu model tentang berpikir kritis untuk
penilaian
keperawatan. Model ini mendefinisikan hasil dari perpikir kritis sebagai penilaian kebidanan
yang relevan atau sesuai dengan masalah-masalah kebidanan dalam kondisi yang bervariasi.
Model ini dirancang untuk penisian kebidanan ditingkat pelayanan, pengelolaan dan
pendidikan. Ketika seorang perawat berada di pelayanan, model ini mengemukakan lima
komponen berpikir kritis yang mengarahkan bidan untuk membuat rencana tindakan agar
asuhan kebidanan aman dan efektif.
4
1. Dasar Pengetahuan Khusus
Komponen pertama berpikir kritis adalah dasarpengetahuan khusus perawat dalam
persekutuan. Dasar pengetahuan ini beragam sesuai dengan program pendidikan dasar
keperawatan dari jenjang man a perawat diluluskan, pendidikan berkelanjutan tambahan, dan
setiap gelar tingkat lanjut yang didapatkan perawat.
Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari ilmu pengetahuan alam,
humaniora, dan semua yang diperlukan untuk memikirkan masalah kerjasama. linformasi
tersebut memberikan data yang digunakan dalam berbagai proses berpikir kritis. Penting
artinya bahwadasar pengetahuan ini mencakup pendekatan yang memperkuat kemampuan
perawat berfikir secara kritis tentang masalah kebidanan.
2. Pengalaman
Komponen kedua dari model berpikir kritis adalah pengalaman dalam kebidanan. Kecuali
bidan
mempunyai kesempatan untuk berpraktik di dalamlingkungan klinik dan membuat keputusan
tentang perawat klien, berpikir kritis tidak akan per ah terbentuk. Ketika bidan harus
menghadapi klien, informasi tentang kesehatan dapat diketahui dari mengamati merasakan,
berbicara dengan klien, dan reflektor secara aktif pada pengalaman.
Pengalaman bidan dalam peraktik klinik akan mempercepat proses berpikir kritis karena ia
akan berhubungan dengan kliennya, melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,
dan membuat keputusan untuk melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan.
Pengalaman adalah hasil interaksi antara individu melalui alat indranya dan stimulus yang
berasal dari beberapa sumber belajar. Menurut Rowntree pada proses belajar ada lima jenis
stimulus atau rangsangan yang berasal dari sumber belajar.
Interaksi manusia (verbal dan nonverbal), adalah interaksi antara manusia baik verbal
maupun nonverbal.
Realita (benda nyata, orang dan kejadian), adalah rangsangan yang meliputi benda-
benda nyata, peristiwa nyata, binatang nyata, dan sebagainya.
Pictorial representation, adalah jenis rangsangan gambar yang mewakli suatu objek
dan peristiwa.
Written symbols, adalah lambang tertulis yang dapat disajikan dalam berbagai macam
media.
Recorded sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman yang membantu
mengontrol realitas mengingat bahwa suara senantiasa berlangsung atau jalan terus.
5
3. Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat
pebilaian keperawatan. Terdapat tiga kompetensi yaitu berpikir kritis umum yang meliputi
pengetahuan tentang metode ilmiah, penyelesaian masalah, dan pembuatan keputusan,
berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis yang meliputi alasan mengangkat diagnose dan
membuat keputusan untuk perancanaan tindakan selanjutnya, dan berpikir kritis spesifik
dalam keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan (pengkajian samapai evaluasi)
Paul (1993) telah meringkaskan sikap-sikap yang merupakan aspek sentral dari pemikir kritis.
Sikap ini adalah nilai yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu
harus menunjukkan keterampilan kognitif untuk berpikir secara kritis, tetapi juga penting
untuk memastikan bahwa keterampilan ini digunakan secara adil dan bertanggung jawab.
Berikut ini contoh sikap berpikir kritis:
a. Tanggung gugat
Harus membuat keputusan dalam berespons terhadap hak, kebutuhan, dan minat
klien. Perawat harus menerima tanggung gugat untuk apapun penilaian yang dibuatnya atas
nama pasien.
b. Berpikir mandiri
Sejalan dengan seseorang menjadi dewasa dan mendapatkan pengetahuan baru,
mereka belajar mempertimbangkan ide dan konsep dengan rentang yang luas dan kemudian
membuat penilaian mereka sendiri. Untuk berpikir secara mandiri, seorang menantang cara
tradisional dalam berpikir, dan mencari rasional serta jawaban logis untuk masalah yang ada
c. Mengambil risiko
Dalam hal ini perawat perlu dibutuhkan niat dan kemauan mengambil risiko untuk
mengenali keyakinan apa yang salah dan untuk kemudian melakukan tindakan didasarkan
pada keyakinan yang didukung oleh fakta dan dan bukti yang kuat
d. Kerendahan hati
Penting untuk mengetahui keterbatasan diri sendiri. Pemikir kritis menerima bahwa
mereka tidak mengetahui dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan
untuk membuat keputusan yang tepat. Keselamatan dan kesejahteraan klien mungkin berisiko
jika perawat tidak mampu mengenali ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah praktik.
6
e. Integritas
Pemikir kritis mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan keyakinan pribadinya
seteliti mereka menguji pengetahuan dan keyakinan orang lain. Integritas pribadi membangun
rasa percaya dari sejawat dan bawahan. Orang yang mempunyai integritas dengan cepat
berkeinginan untuk mengakui don mengevaluasi segala ketidakkonsistenan dalam ide dan
keyakinannya.
f. Ketekunan
Pemikir kritis terus bertekad untuk menemukan solusi yang efektif untuk masalah
perawatan klien. Solusi yang cepat adalah hal yang tidak dapat diterima. Perawat belajar
sebanyak mungkin mengenai masalah, mencoba berbagai pendekatan untuk perawatan, dan
terus mencari sumber tambahan sampai pendekatan yang tepat ditemukan.
g. Kreativitas
Kreativitas mencakup berpikir original. Hal ini berarti menemukan solusi di luar apa
yang dilakukan secara tradisional. Sering kali klien menghadapi masalah yang membutuhkan
pendekatan unik.
Standar untuk Berpikir Kritis, Paul (1993) menemukan bahwa standar intelektual menjadi
universal untuk berpikir kritis. Standar professional untuk berpikir kritis mengacu pada
kriteria etik untuk penilaian keperawatan dan kriteria unak tanggung jawab dan tanggung
gugat professional. Penerapan standar ini mengharuskan perawat menggunakan berpikir kritis
untuk kebaikan individu atau kelompok. (Kataoka-Yhiro & Saylor, 1994).
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku
selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari
beberapa aspek :
3) Novelty, Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru
maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide baru orang lain.
7
5) Ambiguity clarified, Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada
ketidak jelasan.
6) Linking ideas, Senantiasa menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari data
baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
7) Justification, Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau
kesimpulan yang diambilnya. Termasuk di dalamnya senantiasa member penjelasan
mengenai keuntungan (kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi.
8) Critical assessment, Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi masukan yang dating
dari dalam dirinya maupun dari orang lain.
9) Practical utility, Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan
kegunaanya dalam penerapan 10) Width of understanding
Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat muluaskan isi atau materi diskusi Secara garis
besar, perilaku berpikir kritis diatas dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan:
Menurut Ennis (1996: 364) terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang disingkat
menjadi FRISCO :
F (Focus): Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus bisa
memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu mengenai apa.
8
S (Situation): Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan membantu
memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci, bagian-bagian
yang relevan sebagai pendukung.
C (Clarity): Menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.
O (Overview): Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang
diambil.
Untuk menilai kemampuan berpikir kritis Watson dan Glaser (1980) melakukan pengukuran
melalui tes yang mencakup lima buah indikator, yaitu mengenal asumsi, melakukan inferensi,
deduksi, interpretasi, dan mengevaluasi argumen. Joko Sulianto (2011) mengatakan bahwa
kemampuan berpikir kritis sebagai bagian dari keterampilan berpikir perlu dimiliki oleh
setiap anggota masyarakat, sebab banyak sekali persoalan-persoalan dalam kehidupan yang
harus dikerjakan dan diselesaikan.
Berpikir kritis merupakan hal penting yang harus lakukan diantaranya karena :
Dari hasil penelitian, L. M. Sartorelli dan R. Swartz dalam Hassoubah (2004: 96-110),
beberapa cara meningkatkan keterampilan berpikir kritis diantaranya adalah dengan
meningkatkan daya analisis dan mengembangkan kemampuan observasi mengamati.
Menurut Christensen dan Marthin dalam Redhana (2003: 21) bahwa strategi pemecahan
masalah dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan siswa dalam
mengadaptasi situasi pembelajaran yang baru. Tyler dalam Redhana (2003: 21) berpendapat
bahwa pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah akan meningkatkan kemampuan
berpikir siswa.
Di dalam kelas atau ketika berinteraksi dengan orang lain, cara-cara yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan berpikir kritis adalah:
10
3. Mengembangkan kemampuan observasi atau mengamati
Dengan mengamati akan didapat penyelesaian masalah yang misalnya menghendaki untuk
menyebutkan kelebihan dan kekurangan, pro dan kontra akan suatu masalah, kejadian atau
hal-hal yang diamati Dengan demikian memudahkan seseorang untuk menggali kemampuan
kritisnya.
4. Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi Pengajuan pertanyaan
yang bermutu, yaitu pertanyaan yang tidak mempunyai jawaban benar atau salah atau tidak
hanya satu jawaban benar, akan menuntut siswa untuk mencari jawaban sehingga mereka
banyak berpikir
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berpikir kritis adalah salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam
pembentukan sistem konseptual siswa.
Kemapuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan,
pekerjaan dan efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Berpikir secara kritis menantang individu untuk menelaah asumsi tentang informasi terbaru
dan untuk menginterprestasikan serta mengevaluasi uraian dangan tujuan mencapai simpulan
B. Saran
Sebaiknya kita sebagai seorang individu atau seorang perawat bisa berpikir secara kritis,
sehingga dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Serta dapat menyelesaikan
masalah dengan baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://ediconnect.blogspot.com/2012/03/teori-belajar-berpikir-kritis.html
http://wonderfulmidwife.blogspot.com/2013/04/definisi-bidan-dan-filosofi-dalam.html Nur,
Indah, 1990, Berfikir Kritis dalam kehidupan Sehari-hari. Bandung. Media Bersama
13