Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN II

“MODEL BERFIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN”

Dosen Pengampu : Yulisetyaningrum, S.Kep.,Ns., M.Si.Med

Disusun Oleh Kelompok 4 :

1. Mu’alimah
2. Nur Amalina
3. Nurida Wulandari
4. Pelangi Rismadanti
5. Puja Mutiara A.
6. Reyang Beni H.
7. Rizky Putri C.S
8. Santi Pratiwi
9. Shintia K.
10.Shizuoka A.
11.Silvia F.W

Prodi : S1 - ILMU KEPERAWATAN


Kelas : 1A
Semester :2

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


Alamat : Jl. Ganesha I, Purwosari, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59316
Website: http://www.stikesmuhkudus.ac.id Email:
secretariat@stikesmuhkudus.ac.id

KATA PENGANTAR

‫ِبۡس ِم ٱلَّلِهٱلَّر ۡح َٰم ِنٱلَّر ِح يِم‬

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpapertolongan-
Nyamungkinpenyusuntidakakansanggupmenyelesaikannyadenganbaik.
ShalawatdansalamsemogaterlimpahcurahkankepadabagindatercintakitayakniNabi
Muhammad SAW.

Makalahinidisusun agar pembacadapatmemperluasilmutentang “MODEL


BERFIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN”, yang kami
sajikanberdasarkanpengamatandari berbagaisumber.Makalahini di
susunolehpenyusundenganberbagairintangan.Penuhkesabarandanterutamapertolon
gandariTuhanakhirnyamakalahinidapatterselesaikan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut
untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah
penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu
pengetahuan dan pengalaman. ( Pery& Potter,2005). Menurut Bandman dan
Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide-
ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan
tindakan. Menurut Strader (1992), bepikir kritis adalah suatu proses pengujian
yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan
menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut untuk
mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru.
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi
seorang profesional. Berpikir kritis akan membantu profesional dalam
memenuhi kebutuhan klien. Berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan
mengarah-sasaran yang membantu individu membuat penilaian berdasarkan
data bukan perkiraan (Alfaro-LeFevre 1995). Berpikir kritis berdasarkan pada
metode penyelidikan ilmiah, yang juga menjadi akar dalam proses keperawatan.
Berpikir kritis dan proses keperawatan adalah krusial untuk keperawatan
profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk
pemecahan masalah.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan
pada pikiran rasional dan cermat. Menjadi pemikir kritis adalah sebuah
denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran
yang disiplin dan mandiri. Pengetahuan didapat, dikaji dan diatur melalui
berpikir. Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas-tinggi
memerlukan disiplin intelektual, evaluasi-diri, berpikir ulang, oposisi,
tantangan, dan dukungan (Paul, 1993). Berpikir kritis mentransformasikan cara
individu memandang dirinya sendiri, memahami dunia. dan membuat
keputusan (Chafee 1994).
Jadi yang dimaksud dengan berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir
yang melatih kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara
cermat tentang tepat-tidaknya ataupun layak-tidaknya suatu gagasan yang
mencakup penilaian dan analisa secara rasional tentang semua informasi,
masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan dan
mengambil suatu keputusan.
Bahwa untuk mendapatkan suatu hasil berpikir yang kritis, seseorang harus
melakukan suatu kegiatan (proses) berpikir yang mempunyai tujuan (purposeful
thinking), bukan “asal” berpikir yang tidak diketahui apa yang ingin dicapai
dari kegiatan tersebut. Artinya, walau dalam kehidupan sehari-hari seseorang
sering melakukan proses berpikir yang terjadi secara “otomatis” (misal; dalam
menjawab pertanyaan “siapa namamu?”). Banyak pula situasi yang memaksa
seseorang untuk melakukan kegiatan berpikir yang memang di “rencanakan”
ditinjau dari sudut “apa” (what), “bagaimana” (how), dan “mengapa” (why).
Hal ini dilakukan jika berhadapan dengan situasi (masalah) yang sulit atau baru.
Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya mencari idea tau gagasan dengan
menggunakan berbagai ringkasan yang masuk akal. Tri Rusmi dalam Perilaku
Manusia (1996), mengatakan berpikir adalah suatu proses sensasi, persepsi, dan
memori/ ingatan, berpikir mengunakan lambang (visual atau gambar), serta
adanya suatu penarikan kesimpulan yang disertai proses pemecahan masalah.
Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat,
membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995 ).
Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi ( Chaffe, 1994 ).
Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran
yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan
pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan ( Katako-Yahiro dan
Saylor, 1994). Jadi yang merupakan pengertian berpikir merupakan suatu
proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu
rangkaian pikiran dan persepsi.
Teknik Berpikir
Berpikir memiliki berbagai macam teknik, antara lain; berpikir austik,
berpikir realistic, berpikir kreatif dan berpikir evaluative.
1. Berpikir Austik
Pada saat melamun seseorang menghayal dan sering berfantasi
memikirkan sesuatu yang terkadang tidak sesuai dengan keadaan. Setiap
orang pernah terlibat dengan cara ini, namun harus selalu terkendali. Oleh
karena itu, berpikir austik sering diidentikkan dengan melamun. Misalnya,
seseorang yang berhayal ingin mempunyai pesawat terbang.
2. Berpikir Realistic
Berpikir realistic dilakukan oleh seseorang saat menyesuaikan diri
dengan situasi yang nyata. Pada berpikir realistic, seseorang melihat situasi
nyata yang ada, kemudian langsung menarik suatu kesimpulan, selanjutnya
direalisasikan pada penaglaman nyata. Hal ini disebut berpikir realistic
induktif. Misalnya, pada kondisi bangun kesiangan saat masuk kuliah pagi,
seseorang akan memikirkan alternative untuk tidak bangun kesiangan.
Selanjutnya, jika seseorang berpikir dengan melihat pengalaman
sebelumnya, kemudian menarik suatu kesimpulan dari situasi yang ada,
disebut berpikir realistis deduktif.
3. Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru.
Berpikir kreatif memerlukan stimulus atau rangsangan dari lingkungan yang
dapat memicu seseorang berkreativitas. Seseorang baru dikatakan berpikir
kreatif jika ada perubahan atau menciptakan sesuatu yang baru. Berpikir
kreatif dilakukan berdasarkan manfaat atau tujuan yang pasti, menyelesaikan
dengan baik suatu masalah, dan menghasilkan ide yang baru atau menata
kembali ide lama dalam bentuk baru.
4. Berpikir Evaluatif
Pada saat seseorang berpikir evaluative, berarti ia mempelajari dan
menilai baik buruknya suatu keadaan, tepat tidaknya suatu gagasan , serta
perlu tidaknya perubahan suatu gagasan. Misalnya, ketika seseorang
merencanakan membeli jas baru, keuntungan dan kerugiannya, serta
apakahtepat jika membeli jika kondisi tidak memungkinkan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana model berfikir kritis dalam keperawatan?
C. Tujuan Penulisan
1. mengetahui model berfikir kritis dalam keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. MODEL BERFIKIR KRITIS

1. Menurut Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994)

Kataoka -Yahiro dan Saylor telah mengembangkan suatu model


tentang berpikir kritis untuk penilaian keperawatan. Model ini
mendefinisikan hasil dari perpikir kritis sebagai penilaian keperawatan yang
relevan atau sesuai dengan masalah-masalah keperawatan dalam kondisi
yang bervariasi. Model ini dirancang untuk peniaian keperawatan ditingkat
pelayanan, pengelolaan dan pendidikan. Ketika seorang perawat berada di
pelayanan, model ini mengemukakan lima komponen berpikir kritis yang
mengarahkan perawat untuk membuat rencana tindakan agar asuahan
keperawatan aman dan efektif.
1. Dasar Pengetahuan Khusus
Komponen pertama berpikir kritis adalah dasar pengetahuan khusus
perawat dalam keperawatan. Dasar pengetahuan ini beragam sesuai dengan
program pendidikan dasar keperawatan dari jenjang mana perawat
diluluskan, pendidikan berkelanjutan tambahan, dan setiap gelar tingkat
lanjut yang didapatkan perawat.
Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari ilmu
pengetahuan alam, humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk
memikirkan masalah keperawatan. Informasi tersebut memberikan data yang
digunakan dalam berbagai proses berpikir kritis. Penting artinya bahwa
dasar pengetahuan ini mencakup pendekatan yang menguatkan kemampuan
perawat untuk ber[ikir secara kritis tentang masalah keperawatan.
2. Pengalaman
Komponen kedua dari model berpikir kritis adalah pengalaman dalam
keperawatan. Kecuali perawat mempunyai kesempatan untuk berpraktik di
dalam lingkungan klinik dan membuat keputusan tentang perawat klien,
berpikir kritis tidak akan pernah terbentuk. Ketika perawat harus
menghadapi klien, informasi tentang kesehatan dapat diketahui dari
mengamati, merasakan, berbicara dengan klien, dan merefleksikan secara
aktif pada pengalaman.
Pengalaman perawat dalam peraktik klinik akan mempercepat proses
berpikir kritis karena ia akan berhubungan dengan kliennya, melakukan
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan membuat keputusan untuk
melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan.
Pengalaman adalah hasil interaksi antara individu melalui alat indranya dan
stimulus yang berasal dari beberapa sumber belajar. Menurut Rowntree pada
proses belajar ada lima jenis stimulus atau rangsangan yang berasal dari
sumber belajar.
a.Interaksi manusia (verbal dan nonverbal), adalah interaksi antara
manusia baik verbal maupun nonverbal.
b.Realita (benda nyata, orang dan kejadian), adalah rangsangan yang
meliputi benda-benda nyata, peristiwa nyata, binatang nyata, dan
sebagainya.
c.Pictorial representation, adalah jenis rangsangan gambar yang
mewakli suatu objek dan peristiwa
d.Written symbols, adalah lambang tertulis yang dapat disajikan
dalam berbagai macam media.
e.Recorded sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman yang
membantu mengontrol realitas mengingat bahwa suara senantiasa
berlangsung atau jalan terus.
3. Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan
perawat untuk membuat penilaian keperawatan. Terdapat tiga tipe
kompetensi yaitu berpikir kritis umum yang meliputi pengetahuan tentang
metode ilmiah, penyelesaian masalah, dan pembuatan keputusan., berpikir
kritis spesifik dalam situasi klinis yang meliputi alasan mengangkat
diagnose dan membuat keputusan untuk perencanaan tindakan selanjutnya,
dan berpikir kritis spesifik dalam keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan (pengkajian sampai evaluasi).
4. Sikap untuk Berpikir Kritis
Paul (1993) telah meringkaskan sikap-sikap yang merupakan aspek sentral
dari pemikir kritis. Sikap ini adalah nili yang harus ditunjukkan
keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu harus menunjukkan
keterampilan kognitif untuk berpikir secara kritis, tetapi juga penting untuk
memastikan bahwa keterampilan ini digunakan secara adil dan bertanggung
jawab. Berikut ini contoh sikap berpikir kritis.
1.Tanggung gugat
Ketika individu mendekati suatu situasi yang membutuhkan
berpikir kritis, adalah tugas individu tersebut untuk “mudah
menjawab” apa pun keputusan yang dibuatnya. Sebagai perawat
professional, perawat harus membuat keputusan dalam berespons
terhadap hak, kebutuhan, dan minat klien. Perawat harus menerima
tanggung gugat untuk apapun penilaian yang dibuatnya atas nama
pasien.
2.Berpikir mandiri
Sejalan dengan seseorang menjadi dewasa dan mendapatkan
pengetahuan baru, mereka belajar mempertimbangkan ide dan konsep
dengan rentang yang luas dan kemudian membuat penilaian mereka
sendiri. Untuk berpikir secara mandiri, seorang menantang cara
tradisional dalam berpikir, dan mencari rasional serta jawaban logis
untuk masalah yang ada
3.Mengambil risiko
Dalam hal ini perawat perlu dibutuhkan niat dan kemauan
mengambil risiko untuk mengenali keyakinan apa yang salah dan
untuk kemudian melakukan tindakan didasarkan pada keyakinan yang
didukung oleh fakta dan dan bukti yang kuat.
4.Kerendahan hati
Penting untuk mengetahui keterbatasan diri sendiri. Pemikir
kritis menerima bahwa mereka tidak mengetahui dan mencoba untuk
mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untuk membuat keputusan
yang tepat. Keselamatan dan kesejahteraan klien mungkin berisiko
jika perawat tidak mampu mengenali ketidakmampuannya untuk
mengatasi masalah praktik.
5.Integritas
Pemikir kritis mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan
keyakinan pribadinya seteliti mereka menguji pengetahuan dan
keyakinan orang lain. Integritas pribadi membangun rasa percaya dari
sejawat dan bawahan. Orang yang mempunyai integritas dengan cepat
berkeinginan untuk mengakui dan mengevaluasi segala
ketidakkonsistenan dalam ide dan keyakinannya.

6.Ketekunan
Pemikir kritis terus bertekad untuk menemukan solusi yang
efektif untuk masalah perawatan klien. Solusi yang cepat adalah hal
yang tidak dapat diterima. Perawat belajar sebanyak mungkin
mengenai masalah, mencoba berbagai pendekatan untuk perawatan,
dan terus mencari sumber tambahan sampai pendekatan yang tepat
ditemukan.
7.Kreativitas
Kreativitas mencakup berpikir original. Hal ini berarti
menemukan solusi di luar apa yang dilakukan secara tradisional.
Sering kali klien menghadapi masalah yang membutuhkan pendekatan
unik.

2. Model berfikir kritis menurut costa


Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir dikenal
sebagai “The Six Rs” yaitu :

1. Remembering (Mengingat)
Adalah menggunakan pengalaman masa lalu untuk mendekati pikiran
saat ini.
2. Repeating (Mengulang)
Adalah Semakin sering menggunakan cara berpikir kritis dalam
menghadapu setiap persoalan kehidupan sehingga memudahkan
mengambil keputusan.
3. Reasoning (Memberi Alasan/rasional)
Adalah berpikir kritis yaitu pengambilan keputusan atas dasar
pertimbangan yang akurat serta penentuan pilihan atas alternative yang
ditetapkan.
4. Reorganizing (Reorganisasi)
Adalah Mengorganisasi kembali terhadap apa yang sementara menjadi
focus perhatian untuk mengidentifikasi secara tepat terhadap fenomena
yang menjadi perhatian utama.
5. Relating (Berhubungan)
Adalah menghubungkan dan menemukan relasi diantara fenomena yang
dipikirkan.
6. Reflecting (Memantulkan/merenungkan)
7. Adalah menunda dalam pengambilan keputusan dengan tujuan
menganalisa kembali secara hati-hati akan apa yang telah
dipertimbangkan.

3. Model berfikir kritis “THINK”


Lima Model Berfikir Kritis
Meskipun The Six Rs sangat berguna namun tidak semuanya
cocok dengan dalam keperawatan. Kemudian Perkumpulan
Keperawatan mencoba mengembangkan gambaran berpikir dan
mengklasifikasikan menjadi 5 model disebut T.H.I.N.K. yaitu: Total
Recall, Habits, Inquiry, New Ideas and Creativity, Knowing How You
Think.

Sebelum mempelajari lebih jauh tentang Model T.H.I.N.K., kita


perlu untuk mempelajari asumsi yang menggarisbawahi pendekatan
lima model tersebut. Asumsi berpikir kritis adalah komponen dasar
yang meliputi pikiran, perasaan dan berkerja bersama dengan
keperawatan. Ada beberapa asumsi tentang berpikir kritis, yaitu
sebagai berikut.

1. Asumsi pertama
adalah berpikir, merasa, dan keahlian mengerjakan
seluruh komponen esensial dalam keperawatan dengan bekerja
sama dan saling berhubungan. Berfikir kritis melibatkan
pikiran, perasaan, dan bekerja yang ketiganya merupakan
keseluruhan komponen penting bagi perawat profesional yang
berkerja bersama-sama berpikir tanpa bekerja adalah sia-sia,
bekerja tanpa perasaan adalah hal yang sangat tidak mungkin,
pengenalan nilai-nilai keterkaitan antara pikiran, perasaan, dan
berkerja merupakan tahap penting dalam memulai praktik
profesional.
Berpikir tanpa mengerjakan adalah suatu kesia-siaan.
Mengerjakan sesuatu tanpa berpikir adalah membahayakan.
Dan berpikir atau mengerjakan sesuatu tanpa perasaan adalah
sesuatu yang tidak mungkin. Perasaan, diketahui sebagai status
afektive yang mempengaruhi berpikir dan mengerjakan dan
harus dipertimbangkan saat belajar berpikir dan menyimpulkan
sesuatu. Pengakuan atas 3 hal (Thinking, Feeling, and Doing)
mengawali langkah praktek professional ke depan.

2. Asumsi yang kedua


mengakui bahwa berpikir, merasakan, dan mengerjakan
tidak bisa dipisahkan dari kenyataan praktek keperawatan. Hal
ini dapat dipelajari dengan mendiskusikan secara terpisah
mengenai ketiga hal tersebut. Meliputi belajar mengidentifikasi,
menilai dan mempercepat kekuatan perkembangan dalam
berpikir, merasa dan mengerjakan sesuai praktek keperawatan.
Berpikir kritis memerlukan pengetahuan, walaupun
pikiran, perasaan, dan bekerja adalah sesuatu hal yang tidak
dapat dipisahkan dalam keadaan nyata pada praktek
keperawatan, tetapi dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian
untuk proses pembelajaran.

3. Asumsi yang ketiga


bahwa perawat dan perawat pelajar bukan papan kosong,
mereka dalam dunia keperawatan dengan berbagai macam
keahlian berpikir. Model yang membuat berpikir kritis dalam
keperawatan meningkat. Oleh karena itu bukan merupakan
suatu kesungguhan yang asing jika mereka menggunakan
model sama yang digunakan setiap hari. Berpikir kritis dalam
keperawatan bukan sesuatu yang asing, karena sebenarnya
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

4. Asumsi yang keempat


yang mempertinggi berpikir adalah sengaja berbuat
sesuai dengan pikiran dan yang sudah dipelajari. Berpikir kritis
dapat dipelajari melalui bacaan. Para pembaca dapat belajar
bagaimana cara meningkatkan kemampuan berpikirnya.

5. Asumsi yang kelima


bahwa pelajar dan perawat menemukan kesulitan untuk
mengambarkan keahlian mereka berpikir. Sebagian orang
jarang bertanya “bagaimana pelajar dan perawat berpikir”,
selalu yang ditanyakan adalah “apa yang kamu pikirkan”.
Berpikir kritis adalah cara berpikir secara sistematis dan efektif.

6. Asumsi yang keenam


bahwa berpikir kritis dalam keperawatan merupakan
gabungan dari beberapa aktivitas berpikir yang bersatu dalam
konteks situasi dimana berpikir dituangkan. Berpikir kritis
dalam keperawatan adalah campuran dari beberapa aktifitas
berpikir yang berhubungan dengan konteks dan situasi dimana
proses berpikir itu terjadi.
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk


kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942.
Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan
disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.

Sebagai perawat atau tenaga kesehatan, kita dituntut untuk selalu berpikir kritis untuk
menangani pasien. Dalam hal ini, kritis yang dimaksud harus tetap berada dalam jalur
yang ada sesuai dengan tugas dan peran perawat. Selain itu, tugas dan peran perawat
juga harus diseimbangkan dengan tenaga medis lain, misalnya dengan tugas dan
wewenang dokter.

Seorang perawat tidak memiliki wewenang menginjeksikan obat-obatan kepada


pasien tanpa melalui perintah dokter. Bila hal ini terjadi, perawat tersebut dapat
dituntut pidana karena melanggar undang-undang. Di zaman yang serba canggih ini,
perintah penanganan atau penginjeksian pasien tidak harus dilakukan dokter ketika
bertatap muka saja. Tetapi, dapat melalui telepon. Hal ini dapat meningkatkan
efisiensi terhadap waktu dan tenaga yang dibutuhkan.

B. SARAN

Sebagai tenaga kesehatan, perawat sedapat mungkin harus selalu berpikir kritis
dalam penanganan pasien tentunya tetap beracuan pada tugas dan peran perawat itu
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Potter Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4.


Jakarta:EGC.
Pertanyaan :

1. Pengertian yang benar mengenai reasoning adalah


a. Menghubungkan dan dengan tujuan menganalisa
menemukan relasi diantara kembali secara hati-hati.
fenomena yang dipikirkan. d. Pengambilan keputusan
b. Semakin sering atas dasar pertimbangan
menggunakan cara berfikir yang akurat serta
kritis dalam menghadapi penentuan pilihan atas
setiap persoalan kehidupan. alternative yang
c. Menunda dalam ditetapkan.
pengambilan keputusan e. C dan D benar
2. Menurut costa, dkk(1985). Mengidentifikasi model berfikir kritis (6R)
diantarannya adalah, kecuali. . .
a. Remembering d. Recalling
b. Reflecting e. Repeating
c. Relating
3. Yang tidak termasuk dalam kompetensi dalam berfikir kritis adalah . . .
a. Berfikir kritis spesifik dalam c. Berfikir kritis spesifik dalam
situasi klinis situasi klinis keperawatan
b. Berfikir kritis universal d. Berfikir kritis signifikan
e. Berfikir kritis umum
4. Menggunakan pengalaman masa lalu untuk mendekati pikiran saat ini.
Pengertian dari . . .
a. Repeating d. Reorganizing
b. Remembering e. Relating
c. Reasoning
5. Komponen berfikir kritis menurut kataoka- yahiro adalah . . .
a. Pengalaman
b. Keterbukaan
c. Ketekunan
d. Percaya diri
e. Rasa ingin tahu

Anda mungkin juga menyukai