Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi
dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berpikir kritis merupakan konsep dasar
yang terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu
sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis
dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir
kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan,
pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah
lama menjadi tujuan pokok dalam  pendidikan sejak 1942. Penelitian dan berbagai pendapat
tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini (Patrick,
2000:1). Definisi berpikir kritis banyak dikemukakan para ahli.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam
pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu
untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses
tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.
Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin
intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.

Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman  pengajar tentang berpikir kritis
menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau melakukan penilaian
ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan sebagai
problem solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian dari
kemampuan berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000).

Review yang dilakukan dari 56 literatur tentang strategi pengajaran ketrampilan berpikir pada
berbagai bidang studi pada siswa sekolah dasar dan menengah menyimpulkan bahwa
beberapa strategi pengajaran seperti strategi pengajaran kelas dengan diskusi yang
menggunakan pendekatan pengulangan, pengayaan terhadap materi, memberikan  pertanyaan
yang  memerlukan jawaban pada tingkat berpikir yang lebih tinggi, memberikan waktu siswa
berpikir sebelum memberikan  jawaban dilaporkan  membantu siswa dalam mengembangkan
kemampuan berpikir. Dari sejumlah strategi tersebut, yang paling baik adalah
mengkombinasikan  berbagai  strategi. Faktor  yang  menentukan  keberhasilan program
pengajaran ketrampilan berpikir adalah pelatihan untuk para pengajar. Pelatihan  saja  tidak
akan  berpengaruh terhadap peningkatan  ketrampilan berpikir jika penerapannya tidak sesuai
dengan harapan yang diinginkan, tidak disertai dukungan administrasi yang memadai, serta
program yang dijalankan tidak sesuai dengan populasi siswa (Cotton K., 1991).
Strategi  pengajaran  berpikir  kritis  pada program sarjana kedokteran yang dilakukan di
Melaka Manipal Medical College India adalah dengan memberikan penilaian menggunakan
pertanyaan  yang  memerlukan  ketrampilan berpikir pada  level yang lebih tinggi dan belajar
ilmu dasar menggunakan kasus klinik untuk mata kuliah yang sudah  terintegrasi
menggunakan blok yang berbasis pada sistem organ. Setelah kuliah pendahuluan, mahasiswa
diberikan kasus klinik serta sejumlah pertanyaan  yang harus dijawab beserta alasan sebagai
penugasan. Jawaban didiskusikan  pada pertemuan berikutnya untuk meluruskan a danya
kesalahan konsep dan  memperjelas materi  yang belum dipahami oleh mahasiswa. Hasilnya
menunjukkan  bahwa  mahasiswa  pada program  tersebut  menunjukkan prestasi yang lebih
baik dalam mengerjakan soal-soal  hapalan maupun soal yang menuntut jawaban yang
memerlukan  telah  yang  lebih dalam. Mahasiswa juga termotivasi untuk belajar (Abraham
RR., et al., 2004).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Berpikir

Sebelum kita mengetahui apa itu pengertian berpikir kritis ada baiknya kita mengetahui
terlebih dahulu mengenai pengertian berpikir. Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya mencari
idea tau gagasan dengan menggunakan berbagai ringkasan yang masuk akal. Tri Rusmi
dalam Perilaku Manusia (1996), mengatakan berpikir adalah suatu proses sensasi, persepsi,
dan memori/ ingatan, berpikir mengunakan lambang (visual atau gambar), serta adanya suatu
penarikan kesimpulan yang disertai proses pemecahan masalah.
Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat
keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995 ). Berpikir merupakan
suatu proses yang aktif dan terkoordinasi ( Chaffe, 1994 ). Dalam kaitannya dengan
keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah
keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan
dilakukan ( Katako-Yahiro dan Saylor, 1994). Jadi yang merupakan pengertian berpikir
merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi dari
suatu rangkaian pikiran dan persepsi.
Teknik Berpikir
Berpikir memiliki berbagai macam teknik, antara lain; berpikir austik, berpikir realistic,
berpikir kreatif dan berpikir evaluative.
1. Berpikir Austik
Pada saat melamun seseorang menghayal dan sering berfantasi memikirkan sesuatu yang
terkadang tidak sesuai dengan keadaan. Setiap orang pernah terlibat dengan cara ini, namun
harus selalu terkendali. Oleh karena itu, berpikir austik sering diidentikkan dengan melamun.
Misalnya, seseorang yang berhayal ingin mempunyai pesawat terbang.
2. Berpikir Realistic
Berpikir realistic dilakukan oleh seseorang saat menyesuaikan diri dengan situasi yang nyata.
Pada berpikir realistic, seseorang melihat situasi nyata yang ada, kemudian langsung menarik
suatu kesimpulan, selanjutnya direalisasikan pada penaglaman nyata. Hal ini disebut berpikir
realistic induktif. Misalnya, pada kondisi bangun kesiangan saat masuk kuliah pagi,
seseorang akan memikirkan alternative untuk tidak bangun kesiangan. Selanjutnya, jika
seseorang berpikir dengan melihat pengalaman sebelumnya, kemudian menarik suatu
kesimpulan dari situasi yang ada, disebut berpikir realistis deduktif.
3. Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif memerlukan
stimulus atau rangsangan dari lingkungan yang dapat memicu seseorang berkreativitas.
Seseorang baru dikatakan berpikir kreatif jika ada perubahan atau menciptakan sesuatu yang
baru. Berpikir kreatif dilakukan berdasarkan manfaat atau tujuan yang pasti, menyelesaikan
dengan baik suatu masalah, dan menghasilkan ide yang baru atau menata kembali ide lama
dalam bentuk baru.
4. Berpikir Evaluatif
Pada saat seseorang berpikir evaluative, berarti ia mempelajari dan menilai baik buruknya
suatu keadaan, tepat tidaknya suatu gagasan , serta perlu tidaknya perubahan suatu gagasan.
Misalnya, ketika seseorang merencanakan membeli jas baru, keuntungan dan kerugiannya,
serta apakahtepat jika membeli jika kondisi tidak memungkinkan.

B. Pengertian Berpikir Kritis

Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau
keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. ( Pery &
Potter,2005). Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara
rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan
dan tindakan. Menurut Strader (1992), bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang
menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan
menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut untuk mendapatkan
suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru.
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi seorang profesional.
Berpikir kritis akan membantu profesional dalam memenuhi kebutuhan klien. Berpikir kritis
adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah-sasaran yang membantu individu membuat
penilaian berdasarkan data bukan perkiraan (Alfaro-LeFevre 1995). Berpikir kritis
berdasarkan pada metode penyelidikan ilmiah, yang juga menjadi akar dalam proses
keperawatan. Berpikir kritis dan proses keperawatan adalah krusial untuk keperawatan
profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk pemecahan
masalah.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional
dan cermat. Menjadi pemikir kritis adalah sebuah denominator umum untuk pengetahuan
yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri. Pengetahuan didapat, dikaji
dan diatur melalui berpikir. Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas-
tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi-diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan, dan
dukungan (Paul, 1993). Berpikir kritis mentransformasikan cara individu memandang dirinya
sendiri, memahami dunia. dan membuat keputusan (Chafee 1994).
Jadi yang dimaksud dengan berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih
kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat-
tidaknya ataupun layak-tidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan analisa secara
rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian
merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu keputusan.
Bahwa untuk mendapatkan suatu hasil berpikir yang kritis, seseorang harus melakukan suatu
kegiatan (proses) berpikir yang mempunyai tujuan (purposeful thinking), bukan “asal”
berpikir yang tidak diketahui apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Artinya, walau
dalam kehidupan sehari-hari seseorang sering melakukan proses berpikir yang terjadi secara
“otomatis” (misal; dalam menjawab pertanyaan “siapa namamu?”). Banyak pula situasi yang
memaksa seseorang untuk melakukan kegiatan berpikir yang memang di “rencanakan”
ditinjau dari sudut “apa” (what), “bagaimana” (how), dan “mengapa” (why). Hal ini
dilakukan jika berhadapan dengan situasi (masalah) yang sulit atau baru.
Karakteristik Berpikir Kritis
Karakteristik berpikir kritis adalah :
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Sedangkan konsep
adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian,
objek, atribut, dan sejenisnya. Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak
yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak.
2. Rasional dan beralasan.
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari
fakta fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam
berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan
data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap.
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan selalu menguji
apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain.
5. Kemandirian berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima pemikiran dan
keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.
6. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan menjadi
benar dan lebih baik.
7. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan.
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta
suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.
Fungsi Berpikir Kritis Dalam Keperawatan
Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah
sebagai berikut :
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan tujuan,
serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang
dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.
13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.

C. Tingkatan Berpikir Kritis

Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994) mengidentifikasi tiga tingkatan berpikir kritis dalam
keperawatan yaitu tingkat dasar, kompleks dan komitmen.
Pada tingkat dasar seseorang mempunyai kewenangan untuk menjawab setiap masalah
dengan benar. Pemikiran ini harus berdasarkan pada kenyataan yang terjadi dengan
berpegang pada berbagai aturan atau prinsip yang berlaku. Ini adalah langkah awal dalam
kemampuan perkembangan member alasan (kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994). Ketika
perawat sebagai orang baru yang belum berpengalaman di pelayanan, berpikir kritisnya
dalam melakukan asuhan keperawatan sangat terbatas. Oleh karena itu, ia harus mau belajar
dari perawat lain dan menerima berbagai pendapat dari orang lain.
Pada tingkat kompleks, seseorang akan lebih mengakui banyaknya perbedaan pandangan dan
persepsi. Pengalaman dapat membantu seseorang menambah kemampuannya untuk
melepaskan ego atau kekuasaanya untuk menerima pendapat orang lain kemudian
menganalisis dan menguji alternative secara mandiri dan sistematis. Untuk melihat
bagaimana tindakan kebidanan mempunyai keuntungan bagi klien, bidan dapat mulai
mencoba berbagai alternative yang ada dengan membuat rentang yang lebih luas untuk
pencapaiannya. Hal ini membutuhkan lebih dari satu pemecahan masalah untuk setiap
masalah yang ditemukan. Di sini bidan belajar berbagai pendekatan yang berbeda-beda untuk
jenis penyakit yang sama.
Pada tingkat komitmen, bidan sudah memilih tindakan apa yang akan dilakukan berdasarkan
hasil identifikasi dari berbagai alternative pada tingkat kompleks. Bidan dapat mengantisipasi
kebutuhan kelien untuk membuat pilihan-pilihan kritis sesudah menganalisis berbagai
manfaat dari alternative yang ada. Kematangan seorang perawat akan tampak dalam
memberikan pelayanan dengan baik, lebih inovatif dan lebih tepat guna bagi perawatan klien.
D. Model Berpikir Kritis

Kataoka -Yahiro dan Saylor telah mengembangkan suatu model tentang berpikir kritis untuk
penilaian keperawatan. Model ini mendefinisikan hasil dari perpikir kritis sebagai penilaian
kebidanan yang relevan atau sesuai dengan masalah-masalah kebidanan dalam kondisi yang
bervariasi. Model ini dirancang untuk peniaian kebidanan ditingkat pelayanan, pengelolaan
dan pendidikan. Ketika seorang perawat berada di pelayanan, model ini mengemukakan lima
komponen berpikir kritis yang mengarahkan bidan untuk membuat rencana tindakan agar
asuhan kebidanan aman dan efektif.
1. Dasar Pengetahuan Khusus
Komponen pertama berpikir kritis adalah dasar pengetahuan khusus perawat dalam
keperawatan. Dasar pengetahuan ini beragam sesuai dengan program pendidikan dasar
keperawatan dari jenjang mana perawat diluluskan, pendidikan berkelanjutan tambahan, dan
setiap gelar tingkat lanjut yang didapatkan perawat.
Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari ilmu pengetahuan alam,
humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk memikirkan masalah keperawatan.
Informasi tersebut memberikan data yang digunakan dalam berbagai proses berpikir kritis.
Penting artinya bahwa dasar pengetahuan ini mencakup pendekatan yang menguatkan
kemampuan perawat untuk ber[ikir secara kritis tentang masalah kebidanan.
2. Pengalaman
Komponen kedua dari model berpikir kritis adalah pengalaman dalam kebidanan. Kecuali
bidan mempunyai kesempatan untuk berpraktik di dalam lingkungan klinik dan membuat
keputusan tentang perawat klien, berpikir kritis tidak akan pernah terbentuk. Ketika bidan
harus menghadapi klien, informasi tentang kesehatan dapat diketahui dari mengamati,
merasakan, berbicara dengan klien, dan merefleksikan secara aktif pada pengalaman.
Pengalaman bidan dalam peraktik klinik akan mempercepat proses berpikir kritis karena ia
akan berhubungan dengan kliennya, melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,
dan membuat keputusan untuk melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan.
Pengalaman adalah hasil interaksi antara individu melalui alat indranya dan stimulus yang
berasal dari beberapa sumber belajar. Menurut Rowntree pada proses belajar ada lima jenis
stimulus atau rangsangan yang berasal dari sumber belajar.
a. Interaksi manusia (verbal dan nonverbal), adalah interaksi antara manusia baik verbal
maupun nonverbal.
b. Realita (benda nyata, orang dan kejadian), adalah rangsangan yang meliputi benda-
benda nyata, peristiwa nyata, binatang nyata, dan sebagainya.
c. Pictorial representation, adalah jenis rangsangan gambar yang mewakli suatu objek dan
peristiwa
d. Written symbols, adalah lambang tertulis yang dapat disajikan dalam berbagai macam
media.
e. Recorded sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman yang membantu mengontrol
realitas mengingat bahwa suara senantiasa berlangsung atau jalan terus.
3. Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat
penilaian keperawatan. Terdapat tiga tipe kompetensi yaitu berpikir kritis umum yang
meliputi pengetahuan tentang metode ilmiah, penyelesaian masalah, dan pembuatan
keputusan., berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis yang meliputi alasan mengangkat
diagnose dan membuat keputusan untuk perencanaan tindakan selanjutnya, dan berpikir kritis
spesifik dalam keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan (pengkajian sampai
evaluasi).
4. Sikap untuk Berpikir Kritis
Paul (1993) telah meringkaskan sikap-sikap yang merupakan aspek sentral dari pemikir kritis.
Sikap ini adalah nili yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu
harus menunjukkan keterampilan kognitif untuk berpikir secara kritis, tetapi juga penting
untuk memastikan bahwa keterampilan ini digunakan secara adil dan bertanggung jawab.
Berikut ini contoh sikap berpikir kritis.
1. Tanggung gugat
Ketika individu mendekati suatu situasi yang membutuhkan berpikir kritis, adalah tugas
individu tersebut untuk “mudah menjawab” apa pun keputusan yang dibuatnya. Sebagai
perawat professional, perawat harus membuat keputusan dalam berespons terhadap hak,
kebutuhan, dan minat klien. Perawat harus menerima tanggung gugat untuk apapun penilaian
yang dibuatnya atas nama pasien.
2. Berpikir mandiri
Sejalan dengan seseorang menjadi dewasa dan mendapatkan pengetahuan baru, mereka
belajar mempertimbangkan ide dan konsep dengan rentang yang luas dan kemudian membuat
penilaian mereka sendiri. Untuk berpikir secara mandiri, seorang menantang cara tradisional
dalam berpikir, dan mencari rasional serta jawaban logis untuk masalah yang ada
3. Mengambil risiko
Dalam hal ini perawat perlu dibutuhkan niat dan kemauan mengambil risiko untuk mengenali
keyakinan apa yang salah dan untuk kemudian melakukan tindakan didasarkan pada
keyakinan yang didukung oleh fakta dan dan bukti yang kuat.
4. Kerendahan hati
Penting untuk mengetahui keterbatasan diri sendiri. Pemikir kritis menerima bahwa mereka
tidak mengetahui dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untuk
membuat keputusan yang tepat. Keselamatan dan kesejahteraan klien mungkin berisiko jika
perawat tidak mampu mengenali ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah praktik.
5. Integritas
Pemikir kritis mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan keyakinan pribadinya seteliti
mereka menguji pengetahuan dan keyakinan orang lain. Integritas pribadi membangun rasa
percaya dari sejawat dan bawahan. Orang yang mempunyai integritas dengan cepat
berkeinginan untuk mengakui dan mengevaluasi segala ketidakkonsistenan dalam ide dan
keyakinannya.
6. Ketekunan
Pemikir kritis terus bertekad untuk menemukan solusi yang efektif untuk masalah perawatan
klien. Solusi yang cepat adalah hal yang tidak dapat diterima. Perawat belajar sebanyak
mungkin mengenai masalah, mencoba berbagai pendekatan untuk perawatan, dan terus
mencari sumber tambahan sampai pendekatan yang tepat ditemukan.
7. Kreativitas
Kreativitas mencakup berpikir original. Hal ini berarti menemukan solusi di luar apa yang
dilakukan secara tradisional. Sering kali klien menghadapi masalah yang membutuhkan
pendekatan unik.
Standar untuk Berpikir Kritis
Paul (1993) menemukan bahwa standar intelektual menjadi universal untuk berpikir kritis.
Standar professional untuk berpikir kritis mengacu pada kriteria etik untuk penilaian
keperawatan dan kriteria unuk tanggung jawab dan tanggung gugat professional. Penerapan
standar ini mengharuskan perawat menggunakan berpikir kritis untuk kebaikan individu atau
kelompok. (Kataoka-Yhiro & Saylor, 1994).
E. Aspek-Aspek Berpikir Kritis

Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku
selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari
beberapa aspek :
1) Relevance
Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.
2) Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.
3) Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam
sikap menerima adanya ide-ide baru orang lain.
4) Outside Material
Menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan
(refrence).
5) Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan.
6) Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari data baru dari informasi
yang berhasil dikumpulkan.
7) Justification
Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang
diambilnya. Termasuk di dalalmnya senantiasa member penjelasan mengenai keuntungan
(kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi.
8) Critical assessment
Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi/ masukan yang dating dari dalam dirinya
maupun dari orang lain.
9) Practical utility
Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan/ kegunaanya dalam
penerapan.
10) Width of understanding
Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat muluaskan isi atau materi diskusi.
Secara garis besar, perilaku berpikir kritis diatas dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan:
a. Berpusat pada pertanyaan (focus on question)
b. Analisa argument (analysis arguments)
c. Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi (ask and answer questions of
clarification and/or challenge)
d. Evaluasi kebenaran dari sumber informasi (evaluating the credibility sources of
information)
F. Unsur-unsur Dasar Berpikir Kritis

Menurut Ennis (1996: 364) terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang disingkat
menjadi FRISCO :
F (Focus): Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus bisa
memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu mengenai apa.
R (Reason): Mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-putusan yang
dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.
I (Inference): Membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian penting
dari langkah penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari pemecahan,
pertimbangan dari interpretasi akan situasi dan bukti.
S (Situation): Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan membantu
memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci, bagian-bagian
yang relevan sebagai pendukung.
C (Clarity): Menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.
O (Overview): Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang diambil.
Untuk menilai kemampuan berpikir kritis Watson dan Glaser (1980) melakukan pengukuran
melalui tes yang mencakup lima buah indikator, yaitu mengenal asumsi, melakukan inferensi,
deduksi, interpretasi, dan mengevaluasi argumen. Joko Sulianto (2011) mengatakan bahwa
kemampuan berpikir kritis sebagai bagian dari keterampilan berpikir perlu dimiliki oleh
setiap anggota masyarakat, sebab banyak sekali persoalan-persoalan dalam kehidupan yang
harus dikerjakan dan diselesaikan.
G. Pentingnya Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan hal penting yang harus lakukan diantaranya karena:
1. Berpikir kritis memungkinkan siswa memanfaatkan potensi seseorang dalam melihat
masalah, memecahkan masalah, menciptakan, dan menyadari diri.
2. Berpikir kritis merupakan keterampilan universal. Kemampuan berpikir jernih dan rasional
diperlukan pada pekerjaan apapun, ketika mempelajari bidang ilmu apapun, untuk
memecahkan masalah apapun, jadi merupakan aset berharga bagi karir seorang.
3. Berpikir kritis sangat penting di era informasi dan teknologi. Seorang harus merespons
perubahan dengan cepat dan efektif, sehingga memerlukan keterampilan intelektual yang
fleksibel, kemampuan menganalisis informasi, dan mengintegrasikan berbagai sumber
pengetahuan untuk memecahkan masalah.
4. Berpikir kritis meningkatkan keterampilan verbal dan analitik. Berpikir jernih dan
sistematis dapat meningkatkan cara mengekspresikan gagasan, berguna dalam mempelajari
cara menganalisis struktur teks dengan logis, meningkatkan kemampuan untuk memahami.
5. Berpikir kritis meningkatkan kreativitas. Untuk menghasilkan solusi kreatif terhadap suatu
masalah tidak hanya perlu gagasan baru, tetapi gagasan baru itu harus berguna dan relevan
dengan tugas yang harus diselesaikan. Berpikir kritis berguna untuk mengevaluasi ide baru,
memilih yang terbaik, dan memodifikasi bisa perlu.
6. Berpikir kritis penting untuk refleksi diri. Untuk memberi struktur kehidupan sehingga
hidup menjadi lebih berarti (meaningful life), maka diperlukan kemampuan untuk mencari
kebenaran dan merefleksikan nilai dan keputusan diri sendiri. Berpikir kritis merupakan
meta-thinking skill, ketrampilan untuk melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap nilai dan
keputusan yang diambil, kemudian dalam konteks membuat hidup lebih berarti yaitu
melakukan upaya sadar untuk menginternalisasi hasil refleksi itu ke dalam kehidupan sehari-
hari.
H. Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Di dalam kelas atau ketika berinteraksi dengan orang lain, cara-cara yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan berpikir kritis adalah:
1. Membaca dengan kritis
Untuk berpikir secara kritis seseorang harus membaca dengan kritis pula. Dengan membaca
secara kritis, diterapkan keterampilan-keterampilan berpikir kritis seperti mengamati,
menghubungkan teks dengan konteksnya, mengevaluasi teks dari segi logika dan
kredibilitasnya, merefleksikan kandungan teks dengan pendapat sendiri, membandingkan teks
satu dengan teks lain yang sejenis.
2. Meningkatkan daya analisis
Dalam suatu diskusi dicari cara penyelesaian yang baik, untuk suatu permasalahan, kemudian
mendiskusikan akibat terburuk yang mungkin terjadi.
3. Mengembangkan kemampuan observasi atau mengamati
Dengan mengamati akan didapat penyelesaian masalah yang misalnya menghendaki untuk
menyebutkan kelebihan dan kekurangan, pro dan kontra akan suatu masalah, kejadian atau
hal-hal yang diamati. Dengan demikian memudahkan seseorang untuk menggali kemampuan
kritisnya.
4. Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi
Pengajuan pertanyaan yang bermutu, yaitu pertanyaan yang tidak mempunyai jawaban benar
atau salah atau tidak hanya satu jawaban benar, akan menuntut siswa untuk mencari jawaban
sehingga mereka banyak berpikir.
Dari hasil penelitian, L. M. Sartorelli dan R. Swartz dalam Hassoubah (2004: 96-110),
beberapa cara meningkatkan keterampilan berpikir kritis diantaranya adalah dengan
meningkatkan daya analisis dan mengembangkan kemampuan observasi/mengamati.
Menurut Christensen dan Marthin dalam Redhana (2003: 21) bahwa strategi pemecahan
masalah dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan siswa dalam
mengadaptasi situasi pembelajaran yang baru. Tyler dalam Redhana (2003: 21) berpendapat
bahwa pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah akan meningkatkan kemampuan
berpikir siswa.

Anda mungkin juga menyukai