Pengertian Berpikir
Sebelum kita mengetahui apa itu pengertian berpikir kritis ada baiknya kita mengetahui
terlebih dahulu mengenai pengertian berpikir. Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya
mencari idea tau gagasan dengan menggunakan berbagai ringkasan yang masuk akal.
Tri Rusmi dalam Perilaku Manusia (1996), mengatakan berpikir adalah suatu proses
sensasi, persepsi, dan memori/ ingatan, berpikir mengunakan lambang (visual atau
gambar), serta adanya suatu penarikan kesimpulan yang disertai proses pemecahan
masalah.
Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang
masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada
keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan ( Katako-Yahiro dan Saylor, 1994).
Jadi yang merupakan pengertian berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara
berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi.
Teknik Berpikir
Berpikir memiliki berbagai macam teknik, antara lain; berpikir austik, berpikir realistic,
berpikir kreatif dan berpikir evaluative.
Berpikir Austik
Pada saat melamun seseorang menghayal dan sering berfantasi memikirkan sesuatu
yang terkadang tidak sesuai dengan keadaan. Setiap orang pernah terlibat dengan cara
ini, namun harus selalu terkendali. Oleh karena itu, berpikir austik sering diidentikkan
dengan melamun. Misalnya, seseorang yang berhayal ingin mempunyai pesawat
terbang.
Berpikir Realistic
Berpikir realistic dilakukan oleh seseorang saat menyesuaikan diri dengan situasi yang
nyata. Pada berpikir realistic, seseorang melihat situasi nyata yang ada, kemudian
langsung menarik suatu kesimpulan, selanjutnya direalisasikan pada penaglaman
nyata. Hal ini disebut berpikir realistic induktif.
Misalnya, pada kondisi bangun kesiangan saat masuk kuliah pagi, seseorang akan
memikirkan alternative untuk tidak bangun kesiangan. Selanjutnya, jika seseorang
berpikir dengan melihat pengalaman sebelumnya, kemudian menarik suatu kesimpulan
dari situasi yang ada, disebut berpikir realistis deduktif.
Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif
memerlukan stimulus atau rangsangan dari lingkungan yang dapat memicu seseorang
berkreativitas. Seseorang baru dikatakan berpikir kreatif jika ada perubahan atau
menciptakan sesuatu yang baru.
Berpikir kreatif dilakukan berdasarkan manfaat atau tujuan yang pasti, menyelesaikan
dengan baik suatu masalah, dan menghasilkan ide yang baru atau menata kembali ide
lama dalam bentuk baru.
Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara
rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah,
kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992), bepikir kritis adalah suatu proses
pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir
dan menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut untuk
mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru.
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi seorang
profesional. Berpikir kritis akan membantu profesional dalam memenuhi kebutuhan
klien. Berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah-sasaran yang
membantu individu membuat penilaian berdasarkan data bukan perkiraan (Alfaro-
LeFevre 1995).
Berpikir kritis berdasarkan pada metode penyelidikan ilmiah, yang juga menjadi akar
dalam proses keperawatan. Berpikir kritis dan proses keperawatan adalah krusial untuk
keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk
pemecahan masalah.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran
rasional dan cermat. Menjadi pemikir kritis adalah sebuah denominator umum untuk
pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
Pengetahuan didapat, dikaji dan diatur melalui berpikir.
Jadi yang dimaksud dengan berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih
kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang
tepat-tidaknya ataupun layak-tidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan
analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang
ada, kemudian merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu keputusan.
Bahwa untuk mendapatkan suatu hasil berpikir yang kritis, seseorang harus melakukan
suatu kegiatan (proses) berpikir yang mempunyai tujuan (purposeful thinking), bukan
“asal” berpikir yang tidak diketahui apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut.
Artinya, walau dalam kehidupan sehari-hari seseorang sering melakukan proses
berpikir yang terjadi secara “otomatis” (misal; dalam menjawab pertanyaan “siapa
namamu?”).
Banyak pula situasi yang memaksa seseorang untuk melakukan kegiatan berpikir yang
memang di “rencanakan” ditinjau dari sudut “apa” (what), “bagaimana” (how), dan
“mengapa” (why). Hal ini dilakukan jika berhadapan dengan situasi (masalah) yang sulit
atau baru.
Ketika perawat sebagai orang baru yang belum berpengalaman di pelayanan, berpikir
kritisnya dalam melakukan asuhan keperawatan sangat terbatas. Oleh karena itu, ia
harus mau belajar dari perawat lain dan menerima berbagai pendapat dari orang lain.
Untuk melihat bagaimana tindakan kebidanan mempunyai keuntungan bagi klien, bidan
dapat mulai mencoba berbagai alternative yang ada dengan membuat rentang yang
lebih luas untuk pencapaiannya. Hal ini membutuhkan lebih dari satu pemecahan
masalah untuk setiap masalah yang ditemukan. Di sini bidan belajar berbagai
pendekatan yang berbeda-beda untuk jenis penyakit yang sama.
Pada tingkat komitmen, bidan sudah memilih tindakan apa yang akan dilakukan
berdasarkan hasil identifikasi dari berbagai alternative pada tingkat kompleks. Bidan
dapat mengantisipasi kebutuhan kelien untuk membuat pilihan-pilihan kritis sesudah
menganalisis berbagai manfaat dari alternative yang ada. Kematangan seorang
perawat akan tampak dalam memberikan pelayanan dengan baik, lebih inovatif dan
lebih tepat guna bagi perawatan klien.
Model Berpikir Kritis
Kataoka -Yahiro dan Saylor telah mengembangkan suatu model tentang berpikir kritis
untuk penilaian keperawatan. Model ini mendefinisikan hasil dari perpikir kritis sebagai
penilaian kebidanan yang relevan atau sesuai dengan masalah-masalah kebidanan
dalam kondisi yang bervariasi.
Model ini dirancang untuk peniaian kebidanan ditingkat pelayanan, pengelolaan dan
pendidikan. Ketika seorang perawat berada di pelayanan, model ini mengemukakan
lima komponen berpikir kritis yang mengarahkan bidan untuk membuat rencana
tindakan agar asuhan kebidanan aman dan efektif.
Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari ilmu pengetahuan alam,
humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk memikirkan masalah keperawatan.
Informasi tersebut memberikan data yang digunakan dalam berbagai proses berpikir
kritis. Penting artinya bahwa dasar pengetahuan ini mencakup pendekatan yang
menguatkan kemampuan perawat untuk ber[ikir secara kritis tentang masalah
kebidanan.
Pengalaman
Komponen kedua dari model berpikir kritis adalah pengalaman dalam kebidanan.
Kecuali bidan mempunyai kesempatan untuk berpraktik di dalam lingkungan klinik dan
membuat keputusan tentang perawat klien, berpikir kritis tidak akan pernah terbentuk.
Ketika bidan harus menghadapi klien, informasi tentang kesehatan dapat diketahui dari
mengamati, merasakan, berbicara dengan klien, dan merefleksikan secara aktif pada
pengalaman.
Pengalaman bidan dalam peraktik klinik akan mempercepat proses berpikir kritis
karena ia akan berhubungan dengan kliennya, melakukan wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, dan membuat keputusan untuk melakukan perawatan terhadap
masalah kesehatan.
Pengalaman adalah hasil interaksi antara individu melalui alat indranya dan stimulus
yang berasal dari beberapa sumber belajar. Menurut Rowntree pada proses belajar ada
lima jenis stimulus atau rangsangan yang berasal dari sumber belajar.
1. Interaksi manusia (verbal dan nonverbal), adalah interaksi antara manusia baik
verbal maupun nonverbal.
2. Realita (benda nyata, orang dan kejadian), adalah rangsangan yang meliputi
benda-benda nyata, peristiwa nyata, binatang nyata, dan sebagainya.
3. Pictorial representation, adalah jenis rangsangan gambar yang mewakli suatu
objek dan peristiwa
4. Written symbols, adalah lambang tertulis yang dapat disajikan dalam berbagai
macam media.
5. Recorded sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman yang membantu
mengontrol realitas mengingat bahwa suara senantiasa berlangsung atau jalan
terus.
6. Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk
membuat penilaian keperawatan. Terdapat tiga tipe kompetensi yaitu berpikir kritis
umum yang meliputi pengetahuan tentang metode ilmiah, penyelesaian masalah, dan
pembuatan keputusan,
berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis yang meliputi alasan mengangkat diagnose
dan membuat keputusan untuk perencanaan tindakan selanjutnya, dan berpikir kritis
spesifik dalam keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan (pengkajian
sampai evaluasi).
Tanggung gugat
Ketika individu mendekati suatu situasi yang membutuhkan berpikir kritis, adalah tugas
individu tersebut untuk “mudah menjawab” apa pun keputusan yang dibuatnya. Sebagai
perawat professional, perawat harus membuat keputusan dalam berespons terhadap
hak, kebutuhan, dan minat klien. Perawat harus menerima tanggung gugat untuk
apapun penilaian yang dibuatnya atas nama pasien.
Berpikir mandiri
Sejalan dengan seseorang menjadi dewasa dan mendapatkan pengetahuan baru,
mereka belajar mempertimbangkan ide dan konsep dengan rentang yang luas dan
kemudian membuat penilaian mereka sendiri. Untuk berpikir secara mandiri, seorang
menantang cara tradisional dalam berpikir, dan mencari rasional serta jawaban logis
untuk masalah yang ada.
Mengambil risiko
Dalam hal ini perawat perlu dibutuhkan niat dan kemauan mengambil risiko untuk
mengenali keyakinan apa yang salah dan untuk kemudian melakukan tindakan
didasarkan pada keyakinan yang didukung oleh fakta dan dan bukti yang kuat.
Kerendahan hati
Penting untuk mengetahui keterbatasan diri sendiri. Pemikir kritis menerima bahwa
mereka tidak mengetahui dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang
diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat. Keselamatan dan kesejahteraan klien
mungkin berisiko jika perawat tidak mampu mengenali ketidakmampuannya untuk
mengatasi masalah praktik.
Integritas
Pemikir kritis mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan keyakinan pribadinya
seteliti mereka menguji pengetahuan dan keyakinan orang lain. Integritas pribadi
membangun rasa percaya dari sejawat dan bawahan. Orang yang mempunyai
integritas dengan cepat berkeinginan untuk mengakui dan mengevaluasi segala
ketidakkonsistenan dalam ide dan keyakinannya.
Ketekunan
Pemikir kritis terus bertekad untuk menemukan solusi yang efektif untuk masalah
perawatan klien. Solusi yang cepat adalah hal yang tidak dapat diterima. Perawat
belajar sebanyak mungkin mengenai masalah, mencoba berbagai pendekatan untuk
perawatan, dan terus mencari sumber tambahan sampai pendekatan yang tepat
ditemukan.
Kreativitas
Kreativitas mencakup berpikir original. Hal ini berarti menemukan solusi di luar apa
yang dilakukan secara tradisional. Sering kali klien menghadapi masalah yang
membutuhkan pendekatan unik.
Relevance
Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.
Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.
Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun
dalam sikap menerima adanya ide-ide baru orang lain.
Outside Material
Menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari
perkuliahan (refrence).
Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan.
Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari data baru dari
informasi yang berhasil dikumpulkan.
Justification
Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang
diambilnya. Termasuk di dalalmnya senantiasa member penjelasan mengenai
keuntungan (kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi.
Critical assessment
Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi/ masukan yang dating dari dalam dirinya
maupun dari orang lain.
Practical utility
Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan/ kegunaanya
dalam penerapan.
Width of understanding
Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat muluaskan isi atau materi diskusi.
Secara garis besar, perilaku berpikir kritis diatas dapat dibedakan dalam beberapa
kegiatan:
F (Focus): Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus
bisa memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu
mengenai apa.
S (Situation): Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan
membantu memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci,
bagian-bagian yang relevan sebagai pendukung.
Untuk menilai kemampuan berpikir kritis Watson dan Glaser (1980) melakukan
pengukuran melalui tes yang mencakup lima buah indikator, yaitu mengenal asumsi,
melakukan inferensi, deduksi, interpretasi, dan mengevaluasi argumen.
Joko Sulianto (2011) mengatakan bahwa kemampuan berpikir kritis sebagai bagian dari
keterampilan berpikir perlu dimiliki oleh setiap anggota masyarakat, sebab banyak
sekali persoalan-persoalan dalam kehidupan yang harus dikerjakan dan diselesaikan.
Menurut Christensen dan Marthin dalam Redhana (2003: 21) bahwa strategi
pemecahan masalah dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan
kemampuan siswa dalam mengadaptasi situasi pembelajaran yang baru. Tyler dalam
Redhana (2003: 21) berpendapat bahwa pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam pemecahan
masalah akan meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Sumber : https://www.gurupendidikan.co.id/berpikir-kritis/